Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktifitas yang dikerjakan mahluk hidup dalam memenuhi kebutuhan dan


kelestariannya meninggalkan berbagai tanda yang mereka perlihatkan, misalnya
dalam bentuk jejak, feses, serpihan kulit, bagian tubuh, tulang, gigi, sisa makanan,
sarang dan sebagainya. Aktivitas yang dilakukan khususnya hewan mamalia,
sering dijumpai dalam lapangan meninggalkan berbagai tanda, misalnya dalam
bentuk jejak kaki, jalur, feses, serpihan kulit, bagian tubuh, tulang, gigi, sisa
makanan, sarang dan sebagainya (Payne et all, 2000).
Jejak-jejak ataupun tanda lainnya yang ada dilapangan dapat
dipergunakan sebagai indikator ada atau tidaknya satwa liar yang bersangkutan,
antara lain tapak kaki. Bekas tapak kaki dipermukaan tanah penting untuk
diketahui bentuk, ukuran dan umurnya. Tempat-tempat untuk menemukan jejak
antara lain ditepi sungai, tempat berkubang, pantai, tempat-tempat istirahat dan
lorong-lorong diantara tumbuhan bambu dan semak belukar (Van, 1983).
Melacak jejak juga dapat dilakukan dengan menggunakan acuan bau.
Tapi bau tersebut harus mencolok sehingga dapat dicium oleh manusia, contoh
hewan yang ini adalah musang dan badak. Bau ini berasal dari suatu kelenjar yang
dimiliki oleh hewan tersebut. Diantara beberapa jenis satwa liar ada yang
mempunyai kebiasaan untuk meninggalkan atau melepaskan bagian-bagian
seperti tanduk, tulang, bulu-bulu rambut, kulit dan duri. Dari bagian ini dapat
diketahui wilayah penyebarannya. Cara lain adalah dengan suara dan bunyi, yang
dimaksud dengan suara adalah sesuatu yang kita dengar sebagai akibat dari
tingkah laku (Jasin, 1992).
Data morfologi dan ekologi yang mungkin diperoleh dari pengamatan
jejak adalah karakter, spesies, jenis kelamin, ukuran tubuh dan berat.
Gaya/pola/tipe jejak (gait). Walking track (berjalan) dengan ciri jejak yang
simetris. Trotting track (berjalan cepat) dengan tipe jejak yang simetris. Galloping
track (berlari cepat) dengan tipe jejak yang non simetris. Jumping track
(melompat) dengan tipe jejak yang non simetris. Kajian populasi yang biasa
diketahui jumlah minimal individu serta range (daerah jejahan). Tingkah laku
berupa tingkah laku makan, pola lintasan dan sebagainya (Djuhanda, 1983).
Pengamatan jejak, mengungkap kriteria pengukuran ketika pelacakan
jejak. Parameter yang dapat dilihat yaitu panjang jejak, lebar jejak, kedalaman
jejak. Parameter ini mengindikasikan jenis ataupun umur pemilik jejak. Parameter
lain yang dapat dilihat yaitu step, yaitu jarak dari satu jejak ke jejak berikutnya
antar ujung jari dengan ujung jari lainnya, stride yaitu jarak dua step pada sisi
yang sama dan straddle yaitu jarak jarak paling pinggir pada sisi kiri dan kanan
jejak. Step dapat mengindikasikan aktivitas yang dilakukan hewan. Stride dapat
menggambarkan ukuran tubuh yang dimiliki oleh hewan. Sedangkan straddle
menggambarkan ukuran tubuh juga (secara horizontal) (Smith, 1982).
Praktikum ini penting dilakukan oleh praktikan untuk mengetahui dasar-
dasar dari metode jejak yang dilakukan sebagai indikator ada atau tidaknya satwa
liar yang bersangkutan disuatu hutan, ditepi sungai, tempat berkubang, pantai,
tempat-tempat istirahat dan lorong-lorong diantara tumbuhan bambu dan semak
belukar serta untuk mengetahui aktivitas kehidupan, seperti sifat kelompok,
waktu aktif, wilayah pergerakan, cara mencari makanan, cara membuat sarang,
hubungan sosial, tingkah laku bersuara dan lain-lain.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum Melacak Jejak ini adalah untuk mengetahui tipe
jejak hewan dengan melakukan pengukuran dan melihat pengaruh substrat serta
faktor lingkungan (cuaca, air) terhadap struktur morfologi jejak.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Jejak merupakan cetakan kaki atau kuku dari hewan pada substrat tertentu sesuai
dengan kebiasaan atau prilaku yang dimaksud, misalnya aktivitas kehidupan, sifat
kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakan, cara mencari makan, cara membuat
sarang, hubungan sosial, tingkah laku dan lain-lain (Djuhanda, 1983).
Jejak adalah kumpulan dari cetakkan kaki satwa liar yang ditinggalkan
diatas permukaan tanah. Identifikasi umumnya dilakukan untuk jejak kaki satwa
liar dari golongan mamalia besar. Jejak kaki berbagai jenis satwa liar dapat
diidentifikasi dilapangan berdasarkan hasil cetakkan jejak pada keadaan dan
pengukuran yang normal. Dalam penelitian jejak kaki yang perlu dikenal adalah
posisi kaki depan dan kaki belakang. Melacak jejak bukan merupakan metoda
langsung yang hanya digunakan untuk mengamati satwa liar yang sangat sulit bila
dijumpai secara langsung atau hewan tersebut sangat berbahaya. Satwa tersebut
meninggalkan jejak yang mana nanti bisa dengan mudah untuk diamati. Pada
umumnya jenis ini bila di berikan pada sensus langsung akan memberikan hasil
yang sempurna (Nowark, 1983).
Bentuk jejak yang ditinggalkan oleh suatu hewan sangat beragam,
tergantung pada jenis hewannya. Ada yang ukurannya besar dan ada juga yang
ukurannya kecil, ada yang dalam dan ada yang dangkal. Sehingga dengan
mengetahui tipe-tipe, bentuk dan membandingkan setiap para meter dari jejak
tersebut, mulai dari jenis spesies, umur hingga ukuran tubuh hewan tersebut. Ada
beberapa kriteria tempat yang bagus untuk mendapatkan jejak diantaranya tanah
yang bersih, tanah disekitar sungai, danau muara, tanah liat dan sebagainya. Pada
umumnya apabila telah turun hujan, jalur yang sering dilewati oleh hewan pada
tanah liat atau tanah berpasir akan menghasilkan jejak yang lebih bagus (Borneo,
1979).
Berdasarkan struktur kakinya, cetakan kaki dapat dibedakan menjadi 2
golongan yaitu jejak kaki yang dibuat oleh hewan yang mempunyai cakar dan
kuku serta jejak kaki hewan ungulata. Tipe jejak dari hewan harus dikenal dan
juga umur jejak harus dikenal dan juga umur jejak harus dikenal apakah sudah
lama atau baru. Kebenaran ukuran jejak diperiksa dengan membuat cetakan kaki
dengan menggunakan gips (Rahman, 1995).
Beberapa istilah dalam pengamatan jejak/melacak jejak dan hal-hal yang
perlu dipahami dalam pengamatan jejak mamalia, yaitu: Jejak (print), yaitu
bekas/cetakan kaki hewan pada substrat/permukaan tanah. Track, yaitu rangkaian
beberapa jejak yang dibuat oleh satu individu dalam satu jalur. Panjang jejak,
yaitu jarak dari ujung jari ke trailing point (pangkal jejak), tidak termasuk kuku.
Pada hewan tertentu, panjang jejak merupakan panjang kuku. Pola jejak, yaitu
rangkaian jejak dari keempat kaki hewan tersebut. Lebar jejak, yaitu parameter
yang diukur antara titik-titik terlebar jejak. Sudut jejak (angle), yaitu sudut yang
dibuat oleh ujung jejak depan ke garis trail. Panjang step, yaitu jarak dari satu
jejak ke jejak lain di ukur dari ujung jari. Stride (langkah), yaitu jarak 2 step pada
sisi yang sama (dapat memberikan perkiraan panjang hewan yang membuat jejak
tersebut). Straddle (kangkang), yaitu jarak paling pinggir pada sisi kiri-kanan
trail. Jarak intergroup, yaitu jarak dari satu pola jejak ke pola jejak berikutnya
(Djuhanda, 1983).
Dari pengamatan jejak morfologi dan ekologi yang mungkin diperoleh
adalah karakter seperti spesies, jenis kelamin, ukuran tubuh dan berat, gaya atau
tipe jejak yang terbagi atas walking track, berjalan cepat dengan tipe jejak yang
simetris, galloping track, berlari cepat dengan tipe jejak yang non simetris. Data
berikutnya berupa kajian populasi dan tingkah laku (Djuhanda, 1983).
Untuk meneliti suatu jejak, kita perlu mengetahui posisi kaki, mana posisi
kaki depan dan mana kaki belakang. Kita juga dapat menganalisa hewan tersebut
dengan membuat gambarnya. Cetakan kaki yang ada juga dapat digambarkan
diatas kertas milimeter setelah sebelumnya digambar dengan bantuan plastik
transparan (Van Strien, 1983).
Ada kesulitan untuk menentukan identifikasi individu-individu suatu
kumpulan jejak yang ditinggalkan. Penyebaran jejak lebih erat hubungannya
dengan kondisi dan pergerakan, kurang erat hubunganya dengan ukuran populasi.
Hal-hal yang disebutkan diatas juga merupakan kelemahan dalam melacak jejak
(Djuhanda, 1983).
III. METODE

3.1 Waktu Dan Tempat


Praktikum Melacak Jejak ini dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2016 di
Arboretum, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat Dan Bahan


Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah cangkul, sekop, pancang,
penggaris, tali rafia, kertas reject, alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan yang
digunakan selama praktikum ini adalah area dan beberapa tipe tanah yaitu tanah
pasir, tanah lempung (tanah biasa), dan tanah humus.

3.3 Cara Kerja


Disiapkan sebidang tanah. Bidang tanah tersebut dibersihkan dari sisa-sisa daun,
ranting dan batu. Setelah tanah digemburkan, salah satu bidang tanah
dicampurkan dengan pasir, bidang kedua dengan tanah humus dan terakhir
dengan tanah tetap disana. Setelah itu ratakan permukaan kedua bidang tanah
tersebut. Dibuat cetakan jejak kaki salah seorang praktikan pada permukaan tanah
di masing-masing kelompok bidang tanah. Praktikan yang membuat cetakan jejak
kaki tersebut harus sama. Dilakukan pengukuran parameter jejak yang tercetak
pada permukaan tanah (panjang jejak, lebar jejak, kedalaman jejak, step, stride,
straddle). Diamati perbedaan karakter yang ada antara jejak di kedua tipe tanah.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari praktikum, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Pengamatan jejak Hari ke-1


Parameter Ternaungi Tidak ternaungi
Subsrat Humus Pasir Biasa Humus Pasir Biasa
Panjang 26 cm 26 cm 24 cm 25 cm 24 cm 21 cm
Lebar 11 cm 11,5 cm 11 cm 10 cm 11 cm 9 cm
Step 24 cm 26 cm 23 cm 22 cm 30 cm 20 cm
Straddle 23 cm 22 cm 23,5 cm 23 cm 27,5 cm 23 cm
Stride 43 cm 51 cm 52 cm 43 cm 42 cm 40 cm
Kedalaman 1 cm 1 cm 0,5 cm 0,5 cm 0,3 cm 1,3 cm
Cuaca Cerah

Tabel 2. Pengamatan Hari ke-2


Parameter Ternaungi Tidak ternaungi
Subsrat Humus Pasir Biasa Humus Pasir Biasa
Panjang 24,5 cm 27 cm 25,5 cm 23 cm 23,5 cm 25 cm
Lebar 10,5 cm 11 cm 10 cm 10 cm 10,5 cm 9 cm
JAK 26 cm 27,5 cm 24 cm 20,5 cm 29,5 cm 22,5 cm
PIJ 6,5 cm 4 cm 5,5 cm 4 cm 3,5 cm 4 cm
LIJ 3,5 cm 3,9 cm 4 cm 3 cm 3 cm 3,5 cm
Kedalaman 1,5 cm 1,5 cm 0,5 cm 0,7 cm 0,2 cm 1 cm
Cuaca Mendung

Tabel 3. Pengamatan jejak Hari ke-3


Parameter Ternaungi Tidak ternaungi
Subsrat Humus Pasir Biasa Humus Pasir Biasa
Panjang 24 cm 27 cm 25,5 cm 23 cm 23,5 cm 25 cm
Lebar 10,5cm 11 cm 10 cm 10 cm 10,5 cm 9 cm
JAK 26 cm 27,5 cm 24 cm 20,5 cm 29 cm 22,5 cm
PIJ 6,5 cm 4 cm 5,5 cm 4 cm 3,5 cm 4,3 cm
LIJ 3,5 cm 4 cm 4,3 cm 3 cm 3 cm 3,5 cm
Kedalaman 1,5 cm 1,5 cm 0,5 cm 0,5 cm 0,2 cm 1 cm
Cuaca Berawan
Tabel 4. Pengamatan jejak Hari ke-4
Parameter Ternaungi Tidak ternaungi
Subsrat Humus Pasir Biasa Humus Pasir Biasa
Panjang 24 cm 27 cm 25,5 cm 23 cm 23,5 cm 25 cm
Lebar 10,5 cm 11 cm 10 cm 10 cm 10,5 cm 9 cm
JAK 26 cm 27,5 cm 24 cm 20,5 cm 29 cm 22,5 cm
PIJ 6,5 cm 4 cm 5,5 cm 4 cm 3,5 cm 4,3 cm
LIJ 3,5 cm 4 cm 4,3 cm 3 cm 3 cm 3,5 cm
Kedalaman 1 cm 1 cm 0,3 cm 0,3 cm 0,2 cm 0,7 cm
Cuaca Berawan

Tabel 5. Pengamatan jejak Hari ke-5


Parameter Ternaungi Tidak ternaungi
Subsrat Humus Pasir Biasa Humus Pasir Biasa
Panjang 24,7cm 27,5 cm 25,7 cm 23,5 cm 23,5 cm 25,4 cm
Lebar 10,3 m 11 cm 10 cm 10,5 cm 10,8 cm 9 cm
JAK 26,2cm 27,5 cm 24 cm 20,5 cm 29 cm 22,5 cm
PIJ 6,9 cm 4 cm 5,9 cm 4,2 cm 3,9 cm 4,3 cm
LIJ 3,5 cm 4 cm 4,2 cm 3 cm 3 cm 3,5 cm
Kedalaman 1 cm 1,2 cm 0,3 cm 0,4 cm 0,2 cm 0,9 cm
Cuaca Mendung

Tabel 6.Pengamatan jejak Hari ke-6


Parameter Ternaungi Tidak ternaungi
Subsrat Humus Pasir Biasa Humus Pasir Biasa
Panjang 24,7 cm 27,5 cm 25,7 cm 23,5 cm 23,5 cm 25,4 cm
Lebar 10,3 cm 11 cm 10 cm 10,5 cm 10,8 cm 9 cm
JAK 26,2 cm 27,5 cm 24 cm 20,5 cm 29 cm 22,5 cm
PIJ 6,9 cm 4 cm 5,9 cm 4,2 cm 3,9 cm 4,3 cm
LIJ 3,5 cm 4 cm 4,2 cm 3 cm 3 cm 3,5 cm
Kedalaman 1 cm 1,2 cm 0,3 cm 0,4 cm 0,2 cm 0,9 cm
Cuaca Berawan

Tabel 7.Pengamatan jejak Hari ke-7


Parameter Ternaungi Tidak ternaungi
Subsrat Humus Pasir Biasa Humus Pasir Biasa
Panjang 26 cm 28 cm 26 cm 25 cm 24 cm 27 cm
Lebar 10,3 cm 11 cm 10 cm 10,5 cm 10,8 cm 9 cm
JAK 25 cm 27 cm 23 cm 20 cm 28 cm 21 cm
PIJ 7 cm 4,3 cm 6 cm 4,2 cm 4,3 cm 4,3 cm
LIJ 3,5 cm 4,2 cm 4,5 cm 3,4 cm 3 cm 3,8 cm
Kedalaman 1 cm 1 cm 0,1 cm 0,2 cm 0,2 cm 0,7 cm
Cuaca Mendung
Ket: JAK = Jarakantar kuku PIJ = Panjangibujari LIJ = Lebaribujari
3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa data pengukuran


tersebut menggalami perubahan setiap hari selama pengamatan. Pada pengukuran
step, stride dan straddle, data yang didapatkan perhari berubah-ubah. Ada yang
semakin panjang dan ada pula yang semakin pendek, begitupun dengan lebar dan
kedalaman jejak. Grafik yang terbentuk berupa grafik naik dan turun. Data yang
didapat kebanyakan tidak konstan dengan pengamatan hari pertama. Perubahan
hasil pengukuran diduga karena ada kesalahan pada saat pengukuran atau sifat
dari substrat yang memang mudah berubah-ubah. Selain itu, kondisi lingkungan
yang berbeda juga akan mempengaruhi kondisi jejak. Hal ini dapat dilihat pada
jejak dengan kondisi ternaungi atau tidak ternaungi.
Menurut pendapat (Djuhanda, 1983) Pada pengukuran step, stride dan
straddle data yang didapatkan perhari berubah-ubah ada yang makin panjang ada
yang makin pendek, ini dikarenakan oleh faktor dalam dan luar dalam melakukan
pengamatan jejak atau mungkin ini bisa saja terjadi karena kesalahan pemakaian
kaliper
Pada tiap-tiap substrat, ukuran jejak tidak sama. Pada substrat tanah yang
berpasir lebih cepat hilang jejaknya dari pada tanah humus ataupun tanah
lempung, hal ini disebabkan oleh adanya sifat pasir yang posisinya mudah
berubah jika terkena angin ataupun hujan serta faktor cuaca, kecepatan angin, dan
ketelitian saat pengukuran yang bervariasi selama pengamatan dilakukan. Hal ini
sesuai menurut Jasin (1992), kondisi jejak yang ditinggalkan sangat tergantung
pada kondisi keadaan permukaan tanah, apakah pasir, liat, ataupun batu karang.
Pada umumnya diatas pasir dapat diperoleh jejak yang baik dan mudah untuk
dicetak. Namun kelemahannya dalam mencetak jejak lainnya adalah ada
kemungkinannya objek jejak berubah bentuk dan ukurannya dikarenakan tercuci
oleh air hujan yang besar.
Menurut Van strien (1983), jejak yang diletakan pada daerah terbuka
kondisi tanah dapat berubah secara signifikan dan menimbulkan perubahan pada
jejak kaki. Didaerah terbuka faktor lingkungan dapat dengan bebas mempengaruhi
kondisi cetakan jejak pada tanah. Gangguan dari hujan dan hewan-hewan
merupakan salah satu contohnya. Kondisi jejak yang ditinggalkan sangat
tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah, apakah pasir, tanah liat,
ataupun batu karang. Pada umumnya diatas pasir dapat diperoleh jejak yang baik
dan mudah untuk dicetak. Namun kelemahannya dalam mencetak jejak lainnya
adalah ada kemungkinannya objek jejak berubah bentuk dan ukurannya
dikarenakan tercuci oleh air hujan yang besar.
Penyebaran jejak lebih erat hubungannya dengan kondisi dan pergerakan,
serta kurang erat hubungannya dengan ukuran populasi. Hal ini terjadi karena
kondisi dan pergerakan sangat mempengaruhi jejak tersebut dibandingkan dengan
ukuran populasi pada suatu ekosistem ataupun habitat. Hal ini juga didukung
dengan faktor-faktor lingkungan disekitar jejak tersebut. Hingga menimbulkan
hubungan yang erat pada saat mengamati jejak yang akan diteliti (Djuhanda,
1983).
Tidak hanya itu saja tetapi dari jejak tersebut kita bisa mengetahui lama
jejak tersebut berada disubstrat yang kita lihat jika ditempat lain. Kondisi jejak
yang ditinggalkan sangat tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah
apakah pasir, liat ataupun batu karang. Pada umumnya diatas tanah dapat
diperoleh jejak yang baik dan mudah untuk dicetak. Kelemahan dalam melacak
jejak lainnya adalah kemungkinannya keadaan jejak berubah maupun ukurannya
dan bentuk ataupun tercuci oleh air hujan yang besar (Van Strien,1983).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum melacak jejak adalah yaitu:
1. Jejak lebih bagus dan tahan lama apabila tercetak disubstrat tanah liat atau
lempung
2. Kondisi tempat mempengaruhi lamanya cetakan kaki dapat diamati dan
tempat ternaungi merupakan tempat yang bagus untuk melacak jejak.
3. Faktor lingkungan berupa intensitas hujan dapat mempengaruhi lamanya
jejak dapat diamati.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini adalah lakukan pengukuran dengan teliti dan benar
sehingga kita mendapatkan hasil yang akurat, dan lakukan pengulangan jika jejak
tersebut rusak.
DAFTAR PUSTAKA

Borner. 1979. Anatomy and Fisiology. Harpem Colin: New York.


Brotowidjoyo, D. M. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga: Jakarta.
Djuhanda, 1983. Anatomi Struktur Vertebrata Jilid I. Armico: Bandung.
Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata. Sinar Wijaya: Surabaya.
Nowak dan Paradiso, 1983. Walkers Mammals of the a word 4 th Edition Volume
II. The Jhon Hopkins University Press. Baltimora. London.
Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, dan S.N. Kartikasari. 2000. Panduan
Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei
Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society-
Indonesia Programme dan WWF Malaysia.
Rahmat. 1995. Jejak Kaki Hewan Liar. Erlangga: Jakarta.
Smith, R. P. 1982. Animal Track and Signs. Harrisburg, Penny Ivania. Stackpole
Books
Van, S. 1983. Menghitung Populasi Berdasarkan Jejak. Bandung: Bina Cipta.
LAMPIRAN

A B C
Gambar 1.Substrat jejak ternaungi, (a) pasir, (b) tanah biasa, (c) tanah humus

A B C

Gambar 2.Substrat jejak tidak ternaungi, (a) pasir, (b) tanah biasa, (c) tanah
humus

Anda mungkin juga menyukai