PENGANTAR
budaya global (global culture) dan gaya hidup (life style) pop culture. Fenomena ini
terjadi sebagai dampak dari arus globalisasi yang sudah tidak bisa dibendung lagi.
ekonomi-politik dan budaya sehingga dunia seperti menjadi tanpa tapal batas (the
borderless world) yang sering dipahami pula sebagai suatu bentuk penyeragaman,
Dengan adanya internet, satelit, dan telepon, jarak yang begitu jauh terasa
dekat. Ratusan satelit yang mengorbit di atas bumi menghubungkan belahan bumi
satu dengan belahan bumi lain, merajutnya sedemikian rupa layaknya benang
dunia ini tidak lepas dari apa yang disebut sebagai globalisasi. Di bidang budaya,
intrusi budaya dan gaya hidup masyarakat khususnya generasi muda, baik dalam
bentuk nilai-nilai, perilaku, hingga hobi seperti musik dan olah raga dari negara luar
sangat sulit untuk dibendung. Namun, pada sisi lain, proses saling pengayaan sosial
budaya antar bangsa juga berjalan semakin pesat, mulai dari pengayaan seni hingga
kuliner.
1
2
Gadget sebenarnya lebih pas diartikan dengan peralatan, sehingga generasi gadget
dengan yang namanya peralatan yang mengandung unsur teknologi informasi. Jadi
seolah-olah berbagai peralatan tersebut telah menjadi bagian yang tak terpisahkan
maya, bermain game online, dan bermain situs jejaring sosial justru baik bagi
selama tiga tahun berhasil membuktikan internet baik bagi perkembangan remaja.
Proyek yang dilakukan selama tiga tahun itu melibatkan 800 remaja dan orang tua
penggunaan teknologi ini bukan untuk pendidikan tetapi bisa juga mendapatkan
informasi- dalam.html).
dan pemanfaatan internet menunjukkan bahwa internet menjadi sumber utama untuk
belajar tentang apa yang sedang terjadi di dunia seperti untuk hiburan, bergembira,
sebagai kebiasaan dan melakukan sesuatu dengan teman atau keluarga. Banyak
manfaat yang dapat diperoleh dari internet, terutama dalam proses komunikasi dan
menggunakan google atau dengan cara yang lain, tetapi kebanyakan remaja
menggunakan internet untuk mencari teman, chatting, kirim email dan mencari tugas-
tugas kuliah atau tugas sekolah. Dikalangan remaja masa kini yang lagi marak-
maraknya adalah friendster, Facebook dan Twitter. Mereka mencari teman melalui
friendster maupun facebook dan bisa juga kirim-kirim foto atau dan lain sebagainya.
internet sudah bukan hal yang asing lagi. Berdasarkan hasil survey yang diadakan
oleh Spire Research & Consulting bekerja sama dengan Majalah Marketing (2008)
berbagai jenis kategori media, menunjukkan bahwa para remaja sudah mengerti dan
menggunakan internet dalam kegiatan sehari-hari. Namun, para remaja sebagai salah
satu pengguna internet belum mampu memilah aktivitas internet yang bermanfaat,
terlebih dahulu efek positif atau negatif yang akan diterima saat melakukan aktivitas
internet tertentu.
pemasaran selalu menjadikan kaum muda sebagai tambang emas demi meraih
keuntungan. Oleh karena itu, maka tidak mengherankan jika selama ini bahaya
mengancam dari pemanfaatan online terhadap kebiasaan dan perilaku kaum remaja,
di mana remaja merupakan sorotan utama untuk dikaji baik oleh pemerintah maupun
internet yang sering mengenyampingkan nilai-nilai moral dan etika. Padahal dalam
tatanan sosial, etika sangat diperlukan guna menghindari terjadinya pergesekan yang
usia 10 tahun, 34,58% pelajar tingkat SLTA perokok aktif dan survei Badan
lingkungan pelajar mencapai 4,7% dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar
Komnas Anak di 12 provinsi dengan responden 4500 remaja tahun 2010 didapat hasil
yang sangat mengejutkan. Berdasarkan survei diketahui bahwa 97% remaja SMP dan
SMA pernah melihat film porno, 93,7 % pernah berciuman hingga petting
(bercumbu), 62,7 % remaja SMP sudah tidak perawan, dan 21,2 % remaja SMA
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang
mengkhawatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang
pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk
para pelajar merupakan salah satu akibat dari pesatnya perkembangan teknologi yang
perkembangan teknologi memang sangat dibutuhkan bangsa ini untuk dapat terus
bentuk dari kurangnya pranata sosial dalam mengendalikan perubahan sosial yang
negatif
nilai-nilai baru atau nilai budaya global yang seringkali bertentangan dengan nilai
5
budaya bangsa (Soetrisno,1997). Dalam kondisi ini maka ketahanan dan bahkan
sebagai unit terkecil dari suatu bangsa dalam menghadapi arus penetrasi budaya
global tersebut. Setiap individu atau pribadi dalam suatu keluarga Indonesia saat ini
sedang menghadapi konflik antara Das Sein (apa yang senyatanya terjadi atau realita)
dan Das Sollen (apa yang seharusnya terjadi atau yang diharapkan) dalam memahami
nilai budaya nasional yang akan berakibat pada melemahnya ketahanan individu
tatanan norma dengan perangkat nilai moral luhur goyah, tergeser dan atau tergusur.
manusia yang berkarakter sebagai upaya pembangunan dari segi internal suatu bangsa
dengan istilah lain membangun sumber daya manusia yang berkepribadian lurus kuat-
tinggi. Lurus dan kuat menyangkut masalah moral, sedangkan tinggi menyangkut
masalah profesional. Menurut Soewardi (2005), mutu sumber daya manusia pertama-
tama ditentukan oleh karakter atau kepribadiannya yakni karakter atau kepribadian
yang bermoral dan bermotivasi tinggi. Tiadanya unsur ini menyebabkan manusia
Indonesia terombang ambing, lemah karsa, mudah diarahkan pada hal-hal yang
bengkok.
Di era global seperti saat ini, seseorang memerlukan pengendali yang kuat
agar ia mampu memilih dan memilah nilai-nilai yang banyak sekali ditawarkan
kepadanya. Oleh karena itu, agar seseorang tahan banting, maka bisa dilakukan
terbaik dalam membangun negara ialah pendidikan. Jalan terbaik membangun dunia
6
juga pendidikan. Secara sederhana, fokus pendidikan hanya tiga, yaitu membangun
Berdasarkan ketiga elemen pendidikan tersebut, intinya hanya satu yakni basis
informasi sebagai gaya hidup atau lifestyle) sebagai fenomena baru yang dipicu oleh
pendidikan sekolah maupun kehidupan individu dalam keluarga, baik positif maupun
millenial apa saja yang dapat mempengaruhi ketahanan individu?, seberapa jauh
Sampai saat ini, belum banyak bahkan belum ada penelitian yang
generasi millennial dan budaya sekolah, padahal kapasitas individu menjadi penopang
ketahanan masyarakat adalah basis utama dari ketahanan daerah dan selanjutnya
ketahanan daerah adalah basis utama dari ketahanan nasional. Dengan demikian,
budaya generasi millennial dan peran budaya sekolah menjadi sangat penting dan
Teknologi informasi merupakan salah satu hal yang tidak akan lepas dari
kehidupan manusia, karena teknologi informasi ini sudah ada sejak berabad-abad lalu
dan hingga kini masih terus berkembang. Tanpa adanya teknologi informasi, manusia
peranan dan dampaknya dalam berbagai bidang, terutama pada bidang hiburan.
games, musik, video, handphone, internet dan sebaginya. Teknologi bukanlah sesuatu
yang mutlak bermanfaat, teknologi tetap ada sisi buruknya. Bisa diibaratkan pisau,
teknologi jika digunakan di jalan yang benar maka akan membawa manfaat, namun
membuat setiap individu menjadi sangat tergantung dengan yang namanya teknologi,
terutama internet. Bagi sebagian orang kadar kebahagiaan diukur dengan koneksi
Fenomena ini sebagai gejala baru dalam kehidupan masyarakat, yang oleh beberapa
pakar disebut sebagai lahirnya generasi millennial yang memiliki nilai-nilai budaya
yang khas dan unik serta sangat berbeda dengan generasi sebelumnya yang sejak lahir
sangat cepat.
generasi millennial dan budaya sekolah terhadap ketahanan individu (studi kasus di
fenomena sosial?
mereka juga
menggunakan internet
untuk penelitian atau
informasi apapun yang
mereka butuhkan. Karena
multitasking ini, generasi
ini tumbuh dengan
kemampuan yang lebih
baik untuk memproses
beberapa aliran informasi
pada waktu yang sama.
Dapat disimpulkan bahwa
ciri khas dari generasi ini
adalah menjadikan
teknologi sebagai gaya
hidup (lifestyle).
ketahanan individu dihubungkan dengan nilai-nilai budaya global, dalam hal ini
spesifik pada nilai-nilai budaya generasi millennial dan nilai-nilai budaya sekolah
merupakan hal yang baru, menarik dan belum pernah dilakukan. Menghubungkan
sekolah maupun dengan ketahanan individu menjadi satu fokus kajian, sejauh ini
juga belum banyak ditemui dalam suatu kajian ilmiah atau penelitian sebelumnya. Di
sisi lain, lokus kajian di SMA 39 Cijantung, Jakarta Timur mungkin juga pernah
dilakukan oleh peneliti lain, namun lokus penelitian di SMU tersebut dengan fokus
11
budaya generasi millennial sejauh ini, belum pernah dilakukan. Alasan SMA Negeri
39 Cijantung dijadikan lokasi penelitian karena SMA 39 salah satu SMA terbaik dan
individu.
Tesis ini seluruhnya berisi 7 bab yang saling berhubungan antara satu bab
dengan bab yang lainnya. Bab I, pengantar yang menjelaskan latar belakang peneliti
Sekolah Terhadap Ketahananan Individu, yang diikuti dengan konteks masalah, suatu
sistematika penelitian.
Pada Bab II, peneliti mengetengahkan tinjauan pustaka yang sejalan dengan
isi dan tujuan penelitian serta landasan teori sebagai pedoman untuk memahami arah
penelitian. Pada bab ini, dituliskan pula kerangka pikir penelitian sehingga diperoleh
penelitian, teknik analisa data, variabel dan definisi operasional dituliskan pada Bab
III.
visi dan misi SMA 39 Cijantung, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, fasilitas,
Cijantung.
13
manusia dengan ruang dan waktu dan hubungan manusia dengan alam serta rincian
mengenai kondisis nilai-nilai budaya generasi millennial. Dalam bab ini juga
dipaparkan hasil penelitian tentang budaya sekolah yang terdiri dari budaya sosial,
budaya akademik, budaya mutu dan aspek artifak dilengkapi penjelasan masing-
masing indikator. Masih dalam Bab V, dijelaskan pula tentang ketahanan individu
serta mendeskripsikan secara detail hasil penelitian dengan variabel berupa ketahanan
indikator-indikatornya
generasi millennial dan variabel budaya sekolah masing-masing dan secara bersama
budaya generasi millennial dan budaya sekolah secara parsial dan bersama-sama
Peneliti mengakhiri bab-bab sebelumnya dengan penutup pada Bab VII yang
isinya merupakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian serta rekomendasi