Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENGANTAR

1.1 Latar Belakang

Fenomena menarik dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, maraknya

budaya global (global culture) dan gaya hidup (life style) pop culture. Fenomena ini

terjadi sebagai dampak dari arus globalisasi yang sudah tidak bisa dibendung lagi.

Globalisasi yang sering dimaknai sebagai proses mendunianya sistem sosial-

ekonomi-politik dan budaya sehingga dunia seperti menjadi tanpa tapal batas (the

borderless world) yang sering dipahami pula sebagai suatu bentuk penyeragaman,

dominasi, dan bahkan hegemoni negara-negara maju (Barat) terhadap negara-negara

terbelakang atau bangsa yang sedang berkembang.

Dengan adanya internet, satelit, dan telepon, jarak yang begitu jauh terasa

dekat. Ratusan satelit yang mengorbit di atas bumi menghubungkan belahan bumi

satu dengan belahan bumi lain, merajutnya sedemikian rupa layaknya benang

menyatukan jahitan pakaian. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

telah menghapus batas antarnegara, antarbangsa dan bahkan antarkelas. Pendataran

dunia ini tidak lepas dari apa yang disebut sebagai globalisasi. Di bidang budaya,

intrusi budaya dan gaya hidup masyarakat khususnya generasi muda, baik dalam

bentuk nilai-nilai, perilaku, hingga hobi seperti musik dan olah raga dari negara luar

sangat sulit untuk dibendung. Namun, pada sisi lain, proses saling pengayaan sosial

budaya antar bangsa juga berjalan semakin pesat, mulai dari pengayaan seni hingga

kuliner.

Salah satu fenomena penting proses globalisasi telah melahirkan generasi

gadget, istilah yang digunakan untuk menandai munculnya generasi millennial.

1
2

Gadget sebenarnya lebih pas diartikan dengan peralatan, sehingga generasi gadget

dimaksudkan dengan generasi yang dalam kehidupannya selalu bersinggungan

dengan yang namanya peralatan yang mengandung unsur teknologi informasi. Jadi

seolah-olah berbagai peralatan tersebut telah menjadi bagian yang tak terpisahkan

dari kehidupan mereka. Seolah-olah berbagai alat high-technology telah menjadi

bagian penting dalam kehidupannya ( Fatmawati, 2010).

Menurut suvey di Amerika Serikat membuktikan jika berselancar di dunia

maya, bermain game online, dan bermain situs jejaring sosial justru baik bagi

perkembangan remaja. Digital Youth Project yang disponsori MacArthur Foundation

selama tiga tahun berhasil membuktikan internet baik bagi perkembangan remaja.

Proyek yang dilakukan selama tiga tahun itu melibatkan 800 remaja dan orang tua

untuk mengetahui peningkatan kemampuan teknologi remaja. Hal ini juga

mematahkan anggapan para orangtua yang menyatakan bermain internet hanya

membuang waktu saja. Berdasarkan survei tersebut membuktikan walaupun

penggunaan teknologi ini bukan untuk pendidikan tetapi bisa juga mendapatkan

dampak positifnya (http://antioksidian.blogspot.com/2012 /04/ pengaruh- teknologi-

informasi- dalam.html).

Menurut Severin dan Tankard (2005), sejumlah penelitian tentang dampak

dan pemanfaatan internet menunjukkan bahwa internet menjadi sumber utama untuk

belajar tentang apa yang sedang terjadi di dunia seperti untuk hiburan, bergembira,

relaksasi, untuk melupakan masalah, menghilangkan kesepian, untuk mengisi waktu

sebagai kebiasaan dan melakukan sesuatu dengan teman atau keluarga. Banyak

manfaat yang dapat diperoleh dari internet, terutama dalam proses komunikasi dan

penggalian informasi bagi seluruh masyarakat pengguna internet termasuk remaja. Di

sana dapat dengan cepat mendapatkan informasi, bisa mencarinya dengan


3

menggunakan google atau dengan cara yang lain, tetapi kebanyakan remaja

menggunakan internet untuk mencari teman, chatting, kirim email dan mencari tugas-

tugas kuliah atau tugas sekolah. Dikalangan remaja masa kini yang lagi marak-

maraknya adalah friendster, Facebook dan Twitter. Mereka mencari teman melalui

friendster maupun facebook dan bisa juga kirim-kirim foto atau dan lain sebagainya.

Di kalangan remaja Indonesia khususnya dari tingkat SMP dan SMA,

internet sudah bukan hal yang asing lagi. Berdasarkan hasil survey yang diadakan

oleh Spire Research & Consulting bekerja sama dengan Majalah Marketing (2008)

(http://marketing.co.id) mengenai trend dan kesukaan remaja Indonesia terhadap

berbagai jenis kategori media, menunjukkan bahwa para remaja sudah mengerti dan

menggunakan internet dalam kegiatan sehari-hari. Namun, para remaja sebagai salah

satu pengguna internet belum mampu memilah aktivitas internet yang bermanfaat,

dan cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan sosial tanpa mempertimbangkan

terlebih dahulu efek positif atau negatif yang akan diterima saat melakukan aktivitas

internet tertentu.

Banyak perusahaan-perusahaan yang terkait dengan dunia internet dan

pemasaran selalu menjadikan kaum muda sebagai tambang emas demi meraih

keuntungan. Oleh karena itu, maka tidak mengherankan jika selama ini bahaya

mengancam dari pemanfaatan online terhadap kebiasaan dan perilaku kaum remaja,

di mana remaja merupakan sorotan utama untuk dikaji baik oleh pemerintah maupun

lingkungan akademis. Saat ini nampaknya telah terjadi kecenderungan pengguna

internet yang sering mengenyampingkan nilai-nilai moral dan etika. Padahal dalam

tatanan sosial, etika sangat diperlukan guna menghindari terjadinya pergesekan yang

berujung kepada konflik.


4

Berdasarkan survei 3 dari 10 pelajar di Indonesia pernah merokok sebelum

usia 10 tahun, 34,58% pelajar tingkat SLTA perokok aktif dan survei Badan

Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan prevalensi penyalahgunaan narkoba di

lingkungan pelajar mencapai 4,7% dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar

921.695 orang. (Syamsuddin, indonesiaoptimis.com). Selain itu, berdasarkan survei

Komnas Anak di 12 provinsi dengan responden 4500 remaja tahun 2010 didapat hasil

yang sangat mengejutkan. Berdasarkan survei diketahui bahwa 97% remaja SMP dan

SMA pernah melihat film porno, 93,7 % pernah berciuman hingga petting

(bercumbu), 62,7 % remaja SMP sudah tidak perawan, dan 21,2 % remaja SMA

pernah aborsi (www.indonesiaoptimis.com).

Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang

mengkhawatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang

dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan

mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah

pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk

gengsi yang membanggakan. Menurut Sofyan (2011), semakin merosotnya moral

para pelajar merupakan salah satu akibat dari pesatnya perkembangan teknologi yang

tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas budi pekerti pelajar, padahal

perkembangan teknologi memang sangat dibutuhkan bangsa ini untuk dapat terus

bersaing di era globalisasi. Kemerosotan moral banyak dipengaruhi oleh kondisi

sosial-budaya dalam masyarakat sekitarnya. Lingkungan sosial yang buruk adalah

bentuk dari kurangnya pranata sosial dalam mengendalikan perubahan sosial yang

negatif

Dewasa ini keluarga Indonesia menghadapi tantangan seiring masuknya

nilai-nilai baru atau nilai budaya global yang seringkali bertentangan dengan nilai
5

budaya bangsa (Soetrisno,1997). Dalam kondisi ini maka ketahanan dan bahkan

kelangsungan hidup budaya nasional sangat tergantung dari ketahanan keluarga

sebagai unit terkecil dari suatu bangsa dalam menghadapi arus penetrasi budaya

global tersebut. Setiap individu atau pribadi dalam suatu keluarga Indonesia saat ini

sedang menghadapi konflik antara Das Sein (apa yang senyatanya terjadi atau realita)

dan Das Sollen (apa yang seharusnya terjadi atau yang diharapkan) dalam memahami

nilai budaya nasional yang akan berakibat pada melemahnya ketahanan individu

sebagai benteng dalam menghadapi nilai budaya global.

Dalam kehidupan dan generasi inilah tutur Djahiri (2006), keberadaan

tatanan norma dengan perangkat nilai moral luhur goyah, tergeser dan atau tergusur.

Untuk itu, menurut Budimansyah (2004), diperlukan membangun sumber daya

manusia yang berkarakter sebagai upaya pembangunan dari segi internal suatu bangsa

dengan istilah lain membangun sumber daya manusia yang berkepribadian lurus kuat-

tinggi. Lurus dan kuat menyangkut masalah moral, sedangkan tinggi menyangkut

masalah profesional. Menurut Soewardi (2005), mutu sumber daya manusia pertama-

tama ditentukan oleh karakter atau kepribadiannya yakni karakter atau kepribadian

yang bermoral dan bermotivasi tinggi. Tiadanya unsur ini menyebabkan manusia

Indonesia terombang ambing, lemah karsa, mudah diarahkan pada hal-hal yang

bengkok.

Di era global seperti saat ini, seseorang memerlukan pengendali yang kuat

agar ia mampu memilih dan memilah nilai-nilai yang banyak sekali ditawarkan

kepadanya. Oleh karena itu, agar seseorang tahan banting, maka bisa dilakukan

dengan pendidikan, sebab jalan terbaik dalam membangun seseorang ialah

pendidikan. Jalan terbaik dalam membangun masyarakat ialah pendidikan. Jalan

terbaik dalam membangun negara ialah pendidikan. Jalan terbaik membangun dunia
6

juga pendidikan. Secara sederhana, fokus pendidikan hanya tiga, yaitu membangun

pengetahuan, membangun keterampilan (skill), dan membangun karakater.

Berdasarkan ketiga elemen pendidikan tersebut, intinya hanya satu yakni basis

utamanya adalah karakter dan karakter adalah buah dari kebudayaan.

Hasil survey, fakta-fakta dan uraian dari peneliti di atas, menunjukkan

hadirnya nilai-nilai budaya generasi millenial (generasi yang menjadikan teknologi

informasi sebagai gaya hidup atau lifestyle) sebagai fenomena baru yang dipicu oleh

perkembangan teknologi informasi tentu akan berpengaruh terhadap aspek

pendidikan sekolah maupun kehidupan individu dalam keluarga, baik positif maupun

negatif. Masalah yang dapat dikemukakan, bagaimana karakteristik nilai-nilai budaya

generasi millenial sebagai fenomena sosial?, karakteristik nilai-nilai budaya generasi

millenial apa saja yang dapat mempengaruhi ketahanan individu?, seberapa jauh

interaksi dan pengaruhnya faktor karakteristik nilai-nilai budaya generasi millenial

dan budaya sekolah terhadap ketahanan individu? pertanyaan-pertanyaan tersebut

menjadi menarik untuk dijadikan kajian.

Sampai saat ini, belum banyak bahkan belum ada penelitian yang

memfokuskan pada ketahanan individu dalam hubungannya dengan nilai-nilai budaya

generasi millennial dan budaya sekolah, padahal kapasitas individu menjadi penopang

ketahanan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat untuk mewujudkan

ketahanan nasional. Keluarga merupakan basis utama ketahanan masyarakat dan

ketahanan masyarakat adalah basis utama dari ketahanan daerah dan selanjutnya

ketahanan daerah adalah basis utama dari ketahanan nasional. Dengan demikian,

penelitian mengenai ketahanan individu dalam kaitannya dengan pengaruh nilai-nilai

budaya generasi millennial dan peran budaya sekolah menjadi sangat penting dan

sangat relevan untuk dilakukan.


7

1.2 Rumusan Masalah

Teknologi informasi merupakan salah satu hal yang tidak akan lepas dari

kehidupan manusia, karena teknologi informasi ini sudah ada sejak berabad-abad lalu

dan hingga kini masih terus berkembang. Tanpa adanya teknologi informasi, manusia

akan kesulitan untuk berkomunikasi dan menyampaikan informasi. Kini teknologi

informasi berkembang begitu cepat seiring dengan berkembangnya ilmu

pengetahuan. Teknologi informasi dan komunikasi ini memiliki banyak sekali

peranan dan dampaknya dalam berbagai bidang, terutama pada bidang hiburan.

Akhir-akhir ini perkembangan teknologi sangat pesat contohnya seperti

games, musik, video, handphone, internet dan sebaginya. Teknologi bukanlah sesuatu

yang mutlak bermanfaat, teknologi tetap ada sisi buruknya. Bisa diibaratkan pisau,

teknologi jika digunakan di jalan yang benar maka akan membawa manfaat, namun

jika disalahgunakan akan membawa mudharat. Akibat pesatnya teknologi tersebut

membuat setiap individu menjadi sangat tergantung dengan yang namanya teknologi,

terutama internet. Bagi sebagian orang kadar kebahagiaan diukur dengan koneksi

internet tanpa batas selama 1 x 24 jam x 30 hari x 12 bulan dan seterusnya.

Fenomena ini sebagai gejala baru dalam kehidupan masyarakat, yang oleh beberapa

pakar disebut sebagai lahirnya generasi millennial yang memiliki nilai-nilai budaya

yang khas dan unik serta sangat berbeda dengan generasi sebelumnya yang sejak lahir

dan perkembangannya dibesarkan oleh hadirnya revolusi teknologi informasi yang

sangat cepat.

Peneliti mencoba mengamati dan meneliti pengaruh nilai-nilai budaya

generasi millennial dan budaya sekolah terhadap ketahanan individu (studi kasus di

SMA 39 Cijantung, Jakarta Timur) dengan rumusan masalah, sebagai berikut :


8

1) Bagaimana karateristik nilai-nilai budaya generasi millennial sebagai

fenomena sosial?

2) Bagaimana korelasi dan pengaruh variabel nilai-nilai budaya generasi

millennial dan budaya sekolah terhadap ketahanan individu?

1.3 Keaslian Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk mengeksplanasi karakteristik nilai-nilai

budaya generasi millennial, budaya sekolah dan pengaruhnya terhadap ketahanan

individu. Sebelum dilakukan penelitian ini, telah banyak dilakukan penelitian

penelitian terdahulu terkait dengan nilai-nilai budaya, masalah generasi millennial

maupun masalah ketahanan individu. Adapun penelitian-penelitian itu antara lain:

No Peneliti Judul Penelitian Analisis Hasil/Tujuan Penelitian

1 Khairul Bahrun; Analisis Pengaruh Regresi Secara simultan dimensi


(2002) Dimensi Nilai Ganda nilai budaya individualitas
Budaya Terhadap nilai budaya senjang
Sikap Komitmen kekuasaan, nilai budaya
Organisasional dan menghindar
Kepuasan Kerja ketidakpastian, dan nilai
Karyawan (pada budaya maskulinitas
Universitas signifikan berpengaruh
Muhamabdiyah positif terhadap sikap
Bengkulu) komitmen organisasional
dan sikap kepuasan kerja
karyawan

2 Sutanto Peranan Nilai-Nilai Regresi Berdasarkan penelitian


Herujatmiko; Budaya Jawa Dan Ganda diketahui bahwa nilai-nilai
(2011) Pengubah Budaya budaya Jawa berada pada
Pada Ketahanan kategori tinggi, pengubah
Individu Saat budaya pada kategori
Musibah Gempa sedang, dan ketahanan
Yogyakarta individu pada kategori
(Studi Kasus di tinggi. Penelitian juga
Dusun Cepoko, menemukan bahwa nilai-
Sumbermulyo, nilai budaya Jawa dan
Bambanglipuro, faktor pengubah budaya
Bantul, Yogyakarta) memiliki peranan yang
9

tinggi dan positif terhadap


ketahanan individu, baik
secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama

3 Nurhajati Identifikasi Regresi NiIai budaya;


Ma'mun dan Nilai-Nilai Ganda Individualitas, senjang
Bisma Budaya Kerja kekuasaan, menghindar
Dewabrata Dan Pengaruhnya ketidak pastian dan
(1995) Terhadap Sikap maskulinitas tidak
Kerja berpengaruh
terhadapkepuasan kerja
Nilai Individual dan
maskulinitas tidak
berpengaruh terhadap
komitmen organisasi
Nilai senjang
kekuasaan dan
kecendrungan
menghindar ketidak-
pastian berpengaruh
positif terhadap
komitmen organisasi.
4 Gelletkanyez; The Salience Regresi Dimensi nilai-nilai
(1997) of Culture's budya Individualitas,
Cosequences : senjang kekuasaan dan
The Efek of menghindar
Cultural ketidakpastian
Values on Top berpengaruh terhadap
Executive Comitment Status Quo
Comitment to para Eksikutif manajer.
Status Quo Dan nilai budaya
maskulinitas tidak
signifikan berpengaruh
terhadap komitmen
status quo.
5 PewResearch MILLENNIALS Survey Salah satu karakter
Center A PortrAit of dan generasi millennial adalah
(2010) GenerAtion next analisis multitasking adalah cara
Confident. statistik hidup yaitu penanganan
Connected. diskriptif informasi dan
Open to Change berkomunikasi. Adapun
contohnya adalah,
bagaimana generasi-
genarasi sebelumnya
pulang ke rumah dan
menonton tv, sedangkan
generasi ini pulang ke
rumah mendengarkan
iPod sambil mengerjakan
pekerjaan rumah, sambil
menggunakan sms dari
ponsel mereka. Selain itu
10

mereka juga
menggunakan internet
untuk penelitian atau
informasi apapun yang
mereka butuhkan. Karena
multitasking ini, generasi
ini tumbuh dengan
kemampuan yang lebih
baik untuk memproses
beberapa aliran informasi
pada waktu yang sama.
Dapat disimpulkan bahwa
ciri khas dari generasi ini
adalah menjadikan
teknologi sebagai gaya
hidup (lifestyle).

6 Sudharto (2012) Pengaruh Budaya Path Data hasil penelitian


Organisasi Sekolah, Analisys dianalisis dengan path
Pengalaman Kerja, analysis. Hasil penelitian
dan Kompensasi menunjukkan
Terhadap Kepuasan, budaya organisasi sekolah
Motivasi Kerja, dan pengaruhnya sangat
Kinerja dominan terhadap kinerja
Kepala SMA se eks kepala sekolah
Karesidenan jika dibanding dengan
Semarang variabel lainnya yang
diteliti. Urutan selanjutnya
adalah
kepuasan kerja, motivasi
kerja, kompensasi, dan
pengalaman kerja.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, maka penelitian

ketahanan individu dihubungkan dengan nilai-nilai budaya global, dalam hal ini

spesifik pada nilai-nilai budaya generasi millennial dan nilai-nilai budaya sekolah

merupakan hal yang baru, menarik dan belum pernah dilakukan. Menghubungkan

karakteristik nilai-nilai budaya generasi millennial berinteraksi dengan budaya

sekolah maupun dengan ketahanan individu menjadi satu fokus kajian, sejauh ini

juga belum banyak ditemui dalam suatu kajian ilmiah atau penelitian sebelumnya. Di

sisi lain, lokus kajian di SMA 39 Cijantung, Jakarta Timur mungkin juga pernah

dilakukan oleh peneliti lain, namun lokus penelitian di SMU tersebut dengan fokus
11

ketahanan individu dan ketahanan sekolah yang dihubungkan dengan nilai-nilai

budaya generasi millennial sejauh ini, belum pernah dilakukan. Alasan SMA Negeri

39 Cijantung dijadikan lokasi penelitian karena SMA 39 salah satu SMA terbaik dan

unggulan di Jakarta Timur, disamping itu SMA 39 telah menerapkan teknologi

komunikasi dan informasi dalam proses belajar mengajar sehingga cukup

representatif sebagai lokasi penelitian yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya

millennial. Dengan demikian, keaslian tesis ini dapat dipertanggung jawabkan.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam rangka mengkaji/menganalisis Pengaruh

Nilai-Nilai Budaya Generasi Millenial dan Budaya Sekolah Terhadap Ketahanan

Individu di SMA 39, Cijantung, Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui bagaimana karateristik nilai-nilai budaya generasi

millennial sebagai fenomena sosial.

2) Untuk mengetahui korelasi dan signifikansi pengaruh variabel nilai-nilai

budaya generasi millennial dan budaya sekolah terhadap ketahanan

individu.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1) Bagi pihak Sekolah SMA 39 Cijantung, sebagai masukan informasi guna

mengelola lembaga sekolah yang lebih baik melalui upaya pendidikan

yang berbasis budaya sebagai kekuatan untuk meningkatkan hasil didik

yang berkarakter, bermoral dan bermotivasi tinggi.


12

2) Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan dalam pengembangan sumber daya manusia.

3) Hasil penelitian dapat dipakai oleh pengambil kebijakan dalam rangka

peningkatan ketahanan individu.

1.6 Sistematika Penelitian

Tesis ini seluruhnya berisi 7 bab yang saling berhubungan antara satu bab

dengan bab yang lainnya. Bab I, pengantar yang menjelaskan latar belakang peneliti

mengambil judul Pengaruh Nilai-nilai Budaya Generasi Millennial dan Budaya

Sekolah Terhadap Ketahananan Individu, yang diikuti dengan konteks masalah, suatu

rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penelitian.

Pada Bab II, peneliti mengetengahkan tinjauan pustaka yang sejalan dengan

isi dan tujuan penelitian serta landasan teori sebagai pedoman untuk memahami arah

penelitian. Pada bab ini, dituliskan pula kerangka pikir penelitian sehingga diperoleh

gambaran yang jelas mengenai jalannya penelitian.

Metodologi penelitian yang menjelaskan tentang jenis penelitian, lokasi

pelaksanaan penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen

penelitian, teknik analisa data, variabel dan definisi operasional dituliskan pada Bab

III.

Bab IV menjelaskan tentang profile SMA 39 Cijantung yang meliputi: sejarah,

visi dan misi SMA 39 Cijantung, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, fasilitas,

prestasi dan kegiatan ekstrakulikuler sekolah, dan menejemen Sekolah SMA 39

Cijantung.
13

Bab V menjelaskan hasil penelitian mengenai nilai-nilai budaya generasi

millennial yakni mengenai konsep hakikat hidup, hakikat karya/kerja, hubungan

manusia dengan ruang dan waktu dan hubungan manusia dengan alam serta rincian

penjelasan variabel serta indikatornya untuk memperoleh gambaran hasil penelitian

mengenai kondisis nilai-nilai budaya generasi millennial. Dalam bab ini juga

dipaparkan hasil penelitian tentang budaya sekolah yang terdiri dari budaya sosial,

budaya akademik, budaya mutu dan aspek artifak dilengkapi penjelasan masing-

masing indikator. Masih dalam Bab V, dijelaskan pula tentang ketahanan individu

serta mendeskripsikan secara detail hasil penelitian dengan variabel berupa ketahanan

fisisk, ketahanan mental/psikologis, dan ketahanan sosial beserta penjelasan terhadap

indikator-indikatornya

Pada Bab VI akan disajikan korelasi antara variabel nilai-nilai budaya

generasi millennial dan variabel budaya sekolah masing-masing dan secara bersama

terhadap ketahanan individu serta keterkaitan atau pengaruhnya antara nilai-nilai

budaya generasi millennial dan budaya sekolah secara parsial dan bersama-sama

terhadap ketahanan ketahanan individu.

Peneliti mengakhiri bab-bab sebelumnya dengan penutup pada Bab VII yang

isinya merupakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian serta rekomendasi

berupa sumbang saran dalam rangka peningkatan ketahanan individu.

Anda mungkin juga menyukai