PRAKTIKUM HISTOLOGI
SEMESTER III
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
TIM PENYUSUN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, Tim Penyusun
dapat menyelesaikan buku Pedoman Praktikum Histologi Semester III.
Buku ini merupakan penunjang kegiatan belajar mengajar sesuai kurikulum pendidikan
kedokteran untuk semester III. Materi yang ditulis pada buku ini merupakan bagian dari
materi pembelajaran Blok Neoplasma, Muskuloskeletal, Respirasi, dan Saraf.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan buku ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Semoga buku ini dapat bermanfaat dan bila ada kekurangan kami menerima setiap masukan
untuk perbaikan buku ini.
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
JARINGAN EPITEL
Tujuan Pembelajaran:
Mahasiswa dapat mengidentifikasi berbagai macam epitel dalam fungsinya sebagai membran
penutup, sesuai dengan hasil pengamatannya dari preparat histologis.
Penejelasan Umum:
Jaringan epitel merupakan jaringan yang terdiri atas se!-sel polihidris yang saling
berhubungan dengan erat satu sama lain dan mengandung sedikit bahan antar sel.
Berdasarkan fungsinya maka jaringan epitel dapat berguna sebagai membran penutup
(disebut dengan epitel pelapis/penutup/membran) dan sebagai kelenjar (disebut dengan epitel
kelenjar).
Berdasarkan atas fungsinya sebagai membran penutup, bentuk sel epitel dapat dibedakan
rnenjadi 3 macam yaitu :
1. Sel skuamosa/gepeng: memiliki ukuran lebar yang lebih besar daripada tingginya.
2. Sel kuboid: memiliki ukuran lebar dan tinggi yang hampir sama.
3. Sel kolumner/silindris: memiliki ukuran tinggi yang lebih besar daripada lebarnya.
Pembagian lebih lanjut dari jaringan epitel didasarkan pada bentuk sel yang menyusunnya.
Khusus untuk epitel berlapis, pembagian lebih lanjut berdasarkan pada bentuk sel yang
menyusun pada lapisan paling superfisial/permukaannya saja, misalnya: epitel berlapis
gepeng maka bentuk sel yang gepeng/pipih hanya terdapat pada lapisan permukaan
sedangkan sel-sel di bawahnya bukan sel yang berbentuk pipih.
1
bangunan/struktur yang ada di permukaan superfisial jaringan epitel, misal adanya silia pada
permukaan bebas epitel berlapis silindris, maka nama epitel tersebut adalah epitel berlapis
silindris dengan silia (epitel berlapis silindris bersilia).
Klasifikasi epitel penutup/pelapis/membran beserta contoh lokasi tempat epitel tersebut dapat
ditemukan:
1. Epitel Selapis
2. Eiptel pseudokompleks
2
No Jenis Epitel Lokasi
3. Epitel berlapis
Membrana Basalis:
Adalah suatu membran tipis non seluler, yang terletak tepat di bawah epitel, tempat jaringan
epitel melekat. Membrana basalis tersusun oleh dua lapisan yaitu lamina basalis (terdiri dari
laminin, proteoglikgan, dan kolagen tipe IV) dan lamina retikularis/lamina fibrosa (terdiri
dari protein-polisakarida dan kolagen tipe III). Membrana basalis bersifat permeabel terhadap
zat-zat nutrisi untuk jaringan epitel di atasnya dan berfungsi untuk melekatkan epitel dengan
jaringan ikat di bawahnya. Membrana basalis dapat dilihat dengan mikroskop cahaya sebagai
lapisan tipis tepat di bawah jaringan epitel. Pada berbagai tempat, ketebalan membrana
basalis tidak sama, misalnya pada epitel kornea dan trakhea membrana basalis sangat tebal,
tetapi pada epitel epidermis kulit membrana basalis tampak sangat tipis.
3
Bangunan atau struktur pada permukaan bebas epitel
1. Mikrovilii:
Mikrovilli merupakan tonjolan protoplasma pada permukaan bebas sel epitel yang bersifat
nonmotil (tidak dapat bergerak), berukuran pendek dan halus, berfungsi untuk memperluas
permukaan sel dalam hubungannya dengan proses absorbsi. Mikroviili yang terdapat pada
permukaan bebas sel epitel usus diberi nama striated border, sedangkan yang terdapat
pada permukaan bebas sel epitel tubulus proksimalis ginjal dikenal sebagai brush border.
Dengan mikroskop elektron diketahui bahwa striated border tersusun oleh filament-
filamen berukuran sama panjang dan tersusun rapat, sedangkan brush border filamen-
filamennya mempunyai ukuran panjang yang tidak sama, dan jika dibandingkan dengan
striated border filament-filamennya lebih panjang dan lebih kasar. Pada mikroskop cahaya
mikrovilli tampak sebagai garis vertikal yang tersusun berjajar di permukaan bebas sel
epteil.
2. Stereosilia
Stereosilia juga merupakan tonjolan protoplasma pada permukaan bebas sel epitel yang
bersifat nonmotil (tidak dapat bergerak) seperti mikrovilli, namun mempunyai ukuran
yang lebih panjang dibandingkan mikrovilli. Stereosilia dapat ditemukan pada permukaan
bebas epitel duktus epididimis. Tetes-tetes sekret sering dapat dilihat pada permukaan
bebas epitel duktus epididimis dan menyebabkan stereosilia saling melekat satu dengan
yang lain, sehingga epitel dengan stereosilia ini nampak seperti sikat yang basah.
3. Kinosilia
Kinosilia atau sering disebut dengan istilah silia merupakan tonjolan protoplasma yang
panjang, halus, dan bersifat moti (dapat bergerak). Pada dasar tiap silia terdapat basal
granula/basal bodies. Dengan mikroskop elektron diketahui bahwa tiap silia terdiri dari
sepasang filamen sentral yang dikelilingi oleh 9 pasang filamen. Dengan mikroskop
cahaya silia tampak sebagai deretan garis vertikal pada permukaan bebas epitel dan pada
bagian basal dari deretan garis vertikal tersebut terdapat deretan basal granula.
Pengamatan mikroskopis
8. Epitel transisional:
Epitel transisional merupakan variasi jaringan epitel berlapis. Epitel ini didapatkan pada
dinding-dinding organ yang mempunyai kemampuan untuk berkontraksi maupun
berdistensi (misal vesika urinaria), sehingga struktur epitel menjadi tidak tetap. Bila organ
dalam keadaan kontraksi, epitelnya terdiri dari 5-6 lapisan sel yang dapat dibedakan
menjadi:
a. Lapisan yang paling basal terdiri dari sel-sel berbentuk1 kuboid atau kolumner.
b. Lapisan tengah terdiri dari sel-sel polihidris (berbentuk seperti buah pear terbalik)
c. Lapisan paling superfisial terdiri atas sel-sel besar dengan permukaan bebasnya yang
cembung (sering disebut sebagai sel payung), Sitoplasma bagian superfisial sel ini
5
sering mengalami kondensasi (pemadatan) sehingga pada pengecatan HE tampak lebih
gelap, dan pada sel payung sering didapatkan 2 inti dengan jelas.
Bila organ dalam keadaan teregang (distensi), epitelnya menjadi sangat tipis, dan biasanya
hanya terdiri dari 2-3 lapisan sel mirip epitei berlapis skuamosa. Pada bagian paling
superfisial terdiri dari sel-sel besar yang memipih, sedangkan di bawahnya sel-sel
berbentuk kuboid tidak teratur.
6
JARINGAN PENGIKAT SEJATI
Tujuan Pembelajaran:
Penjelasan Umum:
Jaringan pengikat adalah struktur histologis yang tersusun atas komponen seluler dan matriks
ekstra seluler. Jaringan Pengikat mempunyai beberapa fungsi:
Fungsi mekanis menjadi media penghubung antar sel-sel dan organ-organ tubuh
Fungsi struktural memberi dan mempertahankan bentuk tubuh
Fungsi sebagai medium pertukaran nutrisi dan sisa metabolisme antara sel-sel dan
pembuluh darah
Fungsi sabagai reservoir bagi hormon yang diperlukan bagi pertumbuhan dan
diferensiasi sel.
Fibroblas : Pada jaringan pengikat dewasa sel ini tidak dapat bergerak dan sering disebut
fibrosit. Selnya besar, pipih bercabang-cabang berbentuk spindel. Intinya oval, pucat, dengan
satu atau dua anak inti. Sitoplasmanya homogen dan tampak kepucatan.
Makrofag : Bentuknya tidak teratur karena tonjolan-tonjolan sitoplasma intinya lebih bulat
dan lebih kecil dari inti fibroblas dan tampak lebih gelap. Dalam keadaan inaktif sukar
dibedakan dengan fibroblas. Tetapi dalam keadaan aktif perbedaan menjadi lebih jelas karena
selnya lebih kasar. Dengan pewarnaan khusus makrofag yang aktif mampu memfagositosis
partikel karbon (trypan blue) dan banyak terdapat didalam vakuola sitoplasmanya.
Sel Plasma : Sel ini relatif jarang ditemukan. Bentuknya oval atau tidak teratur, lebih kecil
daripada makrofag lebih besar dari limfosit. Intinya relatif kecil letaknya eksentris
kromatinnya berupa-granula yang tercat gelap tersusun sedemikian rupa sehingga mirip jari-
jari roda pedati. Sitoplasmanya sangat basofilik dan cukup banyak, disekitar inti terdapat
daerah cerah terisi oleh kompleks Golgi sering disebut halo sitoplasma
Sel Mast: Sering ditemukan disepanjang pembuluh darah , bentuknya ovoid atau bulat
dengan inti kecil pucat. Sitoplasmanya mengandung granula kasar, menyerap warna alkalis
(basofilik), mengandung bahan-bahan heparin, histamin, serotonin dan mempunyai sifat
metakromasi.
7
Kromatofor : adalah sel berpigmen yang dapat ditemukan pada kulitdan lapisan koroid bola
mata. Didalam sitoplasmanya terdapat granula melanin berwarna kecoklatan meluas sampai
ke prosesus protoplasma.
Kolagen : merupakan serat yang paling banyak dalam jaringan pengikat. Sabutnya
merupakan berkas dari serabut kolagen dengan ukuran yang bervariasi. Sabut kolagen sering
menunjukan percabangan dan dapat menyatu kembali sehingga susunannya mirip anyam-
anyaman.
Retikuler: Berkasnya sangat halus dan bercabang-cabang sehingga tidak selalu tampak pada
pewarnaan rutin. Pengecatan khusus untuk ini antara lain dengan impegrasi perak tampak
berwarna hitam (argirofilik) dan dengan PAS positif kuat.
Embrional - Mesenkim
- Mukosa
- Longgar
Umum
Jaringan Pengikat - Padat Tak teratur
Teratur Kolagen
Elastis
Dewasa
Khusus - Retikuler
8 - Berpigmen
- Lemak
Deskripsi Jaringan Pengikat
Pengamatan Mikroskopis
9
5. Jaringan Pengikat Padat Teratur:
a. Tendon
Hampir seluruhnya terdiri dari sabut-sabut kolagen .yang berkumpul membentuk
berkas-berkas dengan arah sejajar. Satu-satunya sel yang terdapat disini adalah
fibroblas dan jumlahnya relatif sedikit, yang disebut juga sel tendon. Pada potongan
membujur sel-sel tendon tampak memanjang dan berderet-berderet diantara berkas-
berkas sabut kolagen.
Dalam potongan melintang sel-sel tendon tampak berbentuk bintang dengan tonjolan-
tonjolan sitoplasma yang terjepit diantara berkas-berkas sabut kolagen. Diantara
berkas-berkas kolagen terdapat sedikit jaringan pengikat longgar.
b. Aponeurosis
Sama dengan tendo hanya lebih besar dan tipis dan arah sabutnya dalam satu lapisan
tidak sama dengan lapisan yang lain.
c. Ligamentum
Sama dengan tendo terutama terdiri dari serabut kolagen, tetapi pada ligamentum
flavum terutama terdiri dari sabut-sabut elastis dengan sedikit Jaringan pengikat
longgar diantaranya.
10
JARINGAN OTOT
Tujuan Pembelajaran:
Mahasiswa dapat mengidentifikasi secara mikroskopis 3 macam jaringan otot (otot polos,
otot skelet, otot jantung)
Penjelasan Umum:
Jaringan otot terdiri dari kumpulan sel otot yang ditandai oleh adanya sejumlah besar filamen
sitoplasmik yang kontraktil. Sel otot berasal dari lapisan mesoderm.
Sel otot sangat berdiferensiasi, terutama terjadi dengan proses pemanjangan secara
berangsur-angsur dan pada saat bersamaan terjadi sintesa protein filamen tersebut.
Secara histologis serabut otot dibedakan berdasarkan ada-tidaknya garis melintang sehingga
digolongkan menjadi:
1. Otot tidak bergaris : otot polos
2. Otot bergaris : otot seran lintang/skelet
otot jantung.
Berkas otot diliputi oleh selaput jaringan ikat padat di seluruh permukaan luarnya yang
disebut epimisium. Dari epimisium ini keluar septa-septa jaringan ikat padat masuk ke dalam
massa otot memisahkan berkas-berkas otot menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang
disebut perimisium. Masing-masing serabut otot (muscle fiber) diliputi oleh selubung
jaringan ikat tipis yang terdiri dari lamina eksterna (basalis) dan anyaman retikuler disebut
endomisium.
Pada penampang bujur otot seran lintang mempunyai garis-garis atau pita-pita melintang
secara bergantian antara gelap dan terang. Pita yang gelap disebut pita A (Anisotrop),
sedangkan pita yang terang disebut pita I (Isotrop). Ditengah-tengah pita I terdapat satu pita
tipis yang gelap disebut garis Z. Bagian dari miofiber (serabut otot) yang dibatasi oleh dua
garis Z yang berurutan disebut sarkomer. Ditengah-tengah pita A masih terdapat satu garis
terang yang disebut garis H. Di dalam sarkoplasma pada tiap-tiap serabut otot (miofiber)
terdapat berkas-berkas filamen berbentuk silindris panjang yang disebut miofibril. Miofibril
mempunyai diameter 1-2 m dan berjalan sejajar sumbu panjang serabut otot, berkas dari
11
miofibril disebut koellikers collum. Pada penampang melintang dari miofiber, berkas-berkas
(bundle) miofibril yang tersusun di dalam sarkoplasma tampak sebagai pulau-pulau disebut
Area Cohnheim.
Filamen tebal menempati seluruh pita A dan bagian sentral dari sarkomer. Filamen tipis
berjalan sejajar dengan filamen kasar dari pusat sarkomer dan berakhir melekat pada pita Z.
Pita I.merupakan bagian dari filamen tipis yang tidak overlap dengan filamen tebal sehingga
hanya terisi oleh filamen tipis. Pita A terutama terdiri dari filamen tebal disamping bagian
filamen tipis yang overlaping. Di bagian tengah dari filamen tebal yang tidak overlap dengan
filamen tipis tampak sebagai garis terang disebut pita H. Sehingga pita H adalah bagian dari
pita A yang hanya terisi oleh filamen kasar. Pada keadaan istirahat, sarkomer tersusun oleh
overlap sebagian dari filamen tebal dan filamen tipis. Pada waktu kontraksi tidak terjadi
pemendekan miofilamen secara individual, tetapi terjadi penambahan daerah overlap antara
filamen tebal dan filamen tipis.
Filamen tipis bergerak menuju ke arah pusat sarkomer dan menyusup lebih ke dalam diantara
filamen-filamen tebal. Oleh karena filamen tipis melekat pada garis Z, maka garis Z tersebut
akan ikut bergerak mendekati pusat sarkomer yang akhirnya masing-masing sarkomer akan
memendek, dan secara keseluruhan otot akan lebih memendek.
Pita H yang pada waktu istirahat hanya terisi oleh filamen tebal (tampak terang) maka pada
waktu kontraksi akan terisi oleh filamen tebal dan tipis yang saling menyusup sehingga pita
H akan tampak sama gelap seperti pita A disekitarnya, atau pita H hilang pada waktu
kontraksi maksimal.
Pita I yang hanya terisi oleh filamen tipis, pada waktu kontraksi akan menyempit akibat
pergerakan filamen-filamen tipis ke arah pusat sarkomer yang diikuti garis Z, atau pita I
praktis menghilang pada waktu kontraksi maksimal.
Pengamatan Mikroskopis:
1. Otot Polos
Penampang Bujur
Terdiri dari sekelompok sel yang berbentuk fusiform (spindle) /pipih panjang berimpit satu
dengan yang lain dengan ujung-ujungnya saling tumpang tindah. Serat-serat muskuler
tersusun sedemikian rupa sehingga bagian-bagian yang tebal serat tersebut tampak
berdampingan dengan ujung-ujung tipis dari serat yang lain. Nukleus: pipih panjang
mengikuti bentuk selnya, terletak di bagian terlebar dari tiap serat (di sentral)
12
Penampang Lintang
Bentuk bulat-bulat mempunyai diameter yang berbeda-beda tergantung pada saat
memotongnya mengenai bagian sentral ataukah mengenai ujung-ujung yang meruncing.
Potongan-potongan yang terbesar mengandung nukleus.
Penampang Lintang
Seluruh permukaan luar otot diliputi oleh jaringan ikat padat yang disebut epimisium.
Beberapa jaringan ikat tersebut membentuk suatu selubung yang mengitari tiap-tiap fasikulus
muskuler disebut perimisium. Dari perimisium, sekat-sekat tipis jaringan ikat tersebut
menembus ke dalam fasikulus untuk mengelilingi dan memisahkan serabut-serabut muskuler
yang disebut endomisium.
Tampak berkas-berkas miofibril yang terpotong melintang, nukleus terletak ditepi.
Berkas-berkas miofibril yang terpotong melintang tersebut memperlihatkan gambaran
sebagai pulau-pulau disebut Area Cohnheim.
3. Otot Jantung
Penampang Bujur
Serabut-serabut otot jantung saling mengadakan anastomose, tampak garis-garis gelap terang
yang melintang. Garis tebal/gelap yang melintang dengan struktur tidak teratur disebut diskus
Interkalalus, merupakan tanda khas otot jantung. Nukleus: besar, lonjong /oval terletak di
tengah serabut otot jantung. Tiap-tiap sel otot jantung umumnya mempunyai inti satu,
.kadang-kadang dua.
Penampang Lintang
Bentuk bulat-bulat tanpa banyak perubahan dalam diameter. Nukleus terletak di tengah
serabut otot jantung.
13
JARINGAN TULANG RAWAN
(KARTILAGO)
Tujuan Pembelajaran:
Mahasiswa dapat mengidentifikasi secara mikroskopis 3 macam tulang rawan: Tulang rawan
hialin, elastis, dan fibrosa.
Penjelasan Umum:
Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat khusus yang terdriri atas sel kondrosit, dan
matriks. Matriks tulang rawan terdiri atas sabut-sabut protein yang terbenam di dalam bahan
dasar amorf. Berdasarkan atas komposisi matriksnya, ada 3 macam tulang rawan yaitu (I)
tulang rawan hialin, yang terdapat terutama pada dinding saluran pernafasan dan ujung-ujung
persendian (2) tulang rawan elastis misalnya pada epiglotis, aurikula dan tuba auditiva dan
(3) tulang rawan fibrosa yang terdapat pada anulus fibrosus, diskus intervertebralis, simfisis
pubis dan insersio tendo-tulang.
Jaringan tulang rawan diliputi oleh perikondrium, kecuali pada tulang rawan fibrosa.
Perikondrium berupa jaringan pengikat padat ireguler, bagian luar terutama banyak
mengandung sabut-sabut kolagen disebut lapisan fibrosa, bagian dalam banyak mengandung
pembuluh darah dan sel yang berpotensi untuk berdiferensiasi menjadi kondroblas disebut
lapisan kondrogenik.
Jaringan tulang rawan bersifat avaskuler sehingga sistem nutrisinya melalui proses difusi dan
imbibisi dari kapiler darah yang berada di perikondrium.
Tulang rawan berasal dari jaringan mesenkim. Perubahan pertama dimulai dengan
diferensiasi sel mesenkim menjadi kondroblas, bentuknya menjadi bulat, sitoplasma
basofilik, prosesus protoplasma menghilang, berproliferasi dengan cepat sehingga tampak
sebagai kumpulan sel yang rapat di beberapa tempat disebut pusat-pusat kondrofikasi.
Pertumbuhan jaringan tulang rawan melalui dua cara yaitu (1) pertumbuhan interstisiil
dengan jalan mitosis kondrosit dalam matriks dan penambahan bahan dasar amorf. (2)
pertumbuhan aposisi dari luar dengan cara diferensiasi sel dari perikondrium menjadi
kondroblas dan kondrosit.
Perubahan regresif tulang rawan dapat terjadi terutama pada tulang rawan hialin. Yang paling
sering dalam bentuk kalsifikasi matriks, didahului dengan pembengkaan sel dan kematian.
Perubahan lainnya yang kadang-kadang terjadi adalah degenerasi amiantin dengan
pembentukan sabut-sabut asbestos (transformasi asbes). Perubahan ini ditandai dengan
14
adanya sabut-sabut sejajar yang telah kehilangan sifat kolagennya kemudian diikuti dengan
perlunakan matriks di beberapa tempat dan mengalami vakuolisasi.
Pengamatan Mikroskopis
5. Degenerasi Amiantin
Perubahan ini ditandai dengan terbentuknya serat-serat kasar yang telah kehilangan sifat-sifat
kolagennya (asbestos) diikuti dengan vakuolisasi matriks di beberapa tempat.
15
JARINGAN TULANG
Tujuan Pembelajaran:
Tulang termasuk jaringan pengikat khusus yang terdiri atas bahan antar sel yang mengalami
kalsifikasi/ mineralisasi dan beberapa macam sel-sel tulang: osteoblas, osteosit dan osteoklas.
Bahan antar sel tulang terutama adalah kalsium dan fosfor dalam bentuk kristal hidroksi-
apatit dan bahan organis berupa sabut-sabut kolagen dan bahan dasar amorf yang
mengandung glikosaminoglikan.
Osteoblas: berfungsi mensintesis matriks organis tulang. Dalam keadaan aktif bentuknya
kuboid dan sitoplasmanya basofilik. Bila aktivitasnya menurun, bentuknya lebih pipih dan
basofilik sitoplasmanya berkurang. Osteoblas mempunyai. prosesus protoplasma yang
memungkinkan berhubungan dengan osteoblas di sekitarnya.
Osteosit: bila osteoblas telah berada dalam matriks tulang yang disintesisnya disebut osteosit.
Setelah matriks tulang mengalami kalsifikasi osteosit akan berada pada ruangan ruangan
yang disebut lakuna, dan tonjolan sitoplasmanya berada dalam kanalikuli berhubungan
dengan tonjolan sitoplasma osteosit yang berdekatan. Bila dibandingkan dengan osteoblas,
osteosit lebih pipih dan kromatinnya lebih padat.
Osteoklas: adalah sel berukuran besar, dapat bergerak dan sitoplasmanya bercabang-cabang
kepucatan dan banyak mengandung inti (5-50 buah). Sel ini mempunyai aktivitas untuk
mensekresi jaringan tulang sehingga sering terdapat dalam satu cekungan dipermukaan
jaringan tulang muda yang disebut lakuna Howship.
Secara histologis ada 2 macam jaringan tulang (1) jaringan tulang muda (nonlamelar) dan (2)
jaringan tulang dewasa (lamelar). Jaringan tulang muda bersifat temporer yaitu terdapat pada
proses pembentukan tulang, pada proses penyembuhan fraktur. Pada saat dewasa sebagian
besar akan digantikan oleh jaringan tulang dewasa.
Permukaan luar dan dalam jaringan tulang dilapisi oleh jaringan pengikat yang disebut
periosteum dan endosteum. Periosteum merupakan jaringan pengikat padat, dibagian luar
lebih banyak mengandung sabut-babut jaringan pengikat, pembuluh darah dan saraf dengan
16
sedikit sel. Bagian ini disebut stratum fibrosum. Bagian dalam periosteum disebut stratum
germinativum lebih banyak mengandung sel-sel pipih yang mampu berdiferensiasi menjadi
osteoblas, sabut-sabut elastis dan kolagen tersusun lebuh longgar. Sabut-sabut kolagen
periosteum yang menembus matriks tulang dan mengikatkan periosteum ke tulang disebut
sabut Sharpey. Endosteum mempunyai struktur dan komponen yang sama dengan-
periosteum tetapi lebih tipis dan tidak memperlihatkan 2 lapisan seperti pada periosteum. Ke
arah luar bersifat osteogenik ke arah dalam bersifat hemopoetik.
Pengamatan Mikroskopis
17
Penjelasan Umum II: Osteogenesis
Jaringan tulang berkembang melalui 2 cara yaitu (1) Osifikasi intramembranosa, terjadi
dalam suatu membran mesenkim dan (2) Osifikasi endokondral, terjadi dalam suatu model
tulang rawan hialin.
2. Osifikasi endokondral: dimulai dari masuknya kapiler darah, dan sel-sel bagian dalam
perikondrium yang berdiferensiasi menjadi osteoblas selanjutnya akan membentuk
jaringan tulang di bagian tepi dari model tulang rawan hialin. Perikondrium selanjutnya
menjadi periosteum. Jaringan tulang yang baru terbentuk disebut periostal bone collar
atau periostal band. Setelah terbentuk periostal bone collar, matriks tulang rawan di
bagian dalam akan mengalami pengapuran, sel-selnya hipertropi dan akhirnya mati
dengan meninggalkan ruang-ruang kosong. Periostal Bud yang terdiri atas Osteoblas dan
sel-sel osteogenik disertai kapiler darah periosteum memasuki ruang-ruang kosong akibat
kematian kondrosit. Osteoblas segera mensintesis matriks dasar yang dilanjutkan dengan
proses mineralisasi sehingga terbentuk jaringan tulang muda sebagai pusat osifikasi
primer.
(1) Zona Istirahat: terdiri atas tulang rawan hialin tanpa perubahan morfologis. Pada zona
ini juga terdapat sel-sel kartilago embrional tersebar tidak teratur. Pembelahan sel dan
perubahan matriks berjalan sangat lambat.
(2) Zona Proliferasi: kondrosit membelah secara cepat dan membentuk deretan sejajar
sumbu panjang tulang. Proliferasi yang sangat cepat menyebabkan bentuk kondrosit
menjadi pipih dengan aksis tegak lurus sumbu panjang tulang.
18
(3) Zona Maturasi: ditandai dengan lakuna yang membesar berbetuk kuboid, sitoplasma
kondrosit mengandung glikogen. Pembesaran ukuran kondrosit menyebabkan matriks
tulang rawan menyempit, kondrosit berderet secara rapat yang hanya dipisahkan oleh
matriks yang tipis.
(4) Zona Kalsifikasi: bersamaan dengan kematian kondrosit, septum tipis dari matriks akan
mengalami kalsifikasi melalui pengendapan garam-garam anorganis terutama kalsium
sehingga tampak lebih basofilik dari sekitarnya.
(5) Zona Osifikasi: pada zona ini akan muncul jaringan tulang muda yang terbentuk secara
endokondral. Kapiler darah dan sel-sel dari periostal bud akan mengisi ruang-ruang
kosong yang ditinggal mati kondrosit. Sel-sel ini kemudian menjadi osteoblas dan
membentuk matriks tulang di atas matriks tulang rawan yang mengalami kalsifikasi.
Setelah osteoblas membentuk matriks tulang maka osteoblas berubah menjadi osteosit.
19
SISTEM RESPIRASI
Tujuan Pembelajaran:
Penjelasan umum:
Sistem respirasi secara fungsional terdiri atas bagian konduksi dan bagian respirasi. Batas
antara kedua bagian itu adalah bagian transisi tepatnya pada segment bronkiolus
respiratorius. Bagian konduksi meliputi rongga hidung dengan sinus paranusal, naso faring,
laring, trachea dan cabang bronkus sampai dengan bronkiolus termanalis.
Pengamatan Mikroskopis
1. Rongga Hidung
a. Vestibulum nasi
Epitel pada bagian ini merupakan lanjutan dari epitel kulit yang kehilangan sifat tanduknya
(berlapis pipih tanpa kornifikasi), mengandung rambutrambut kasar disebut Vibrissae,
kalenjer keringat dan kalenjer lemak. Pada waktu masuk ke daerah fosa nasalis, epitelnya
berubah menjadi epitel berderet silindris bersilia dengan selsel goblet.
b. Fosa Nasalis
Merupakan ruangan kavernosa yang dipisahkan oleh tulang septum nasi. Pada dinding lateral
tedapat tiga tonjolan yang disebut concha nasalis superior, medial dan inferior.
Epitelnya berderet silindris bersilia dengan banyak sel globet, kecuali pada concha superior
diliputi oleh epitel olfarik khusus, sebagai reseptor pembau.
Lamina propia: banyak mengandung pleksus vena dan kelenjer seromukus. Eosinofil,
makrofag dan sel plasma sering terdapat pada lapisan ini. Infiltrasi limfosit juga sering
terjadi. Lamina submukosa tidak jelas batasnya, pada lapisan yang lebih dalam lamina
propria mengadakan fusi dengan periosteum.
c. Sinus paranasalis
Merupakan ruangan-ruangan di sekitar rongga hidung yang dindingnya diperkuat oleh tulang-
tulang tengkorak. Mereka terdiri atas sinus frontalis, sinus sfenoidalis, maksilaris dan
etmoidalis.
Epitelnya sama dengan daerah respiratorik rongga hidung, tetapi sel-selnya lebih rendah dan
lebih sedikit sel globet. Membran basal di sebagian besar tidak ditemukan. Kelenjer di lamina
proparia lebih sedikit dan kecil-kecil, pleksus vena tidak ditemukan.
2. Laring
Lamina Mukosa: Epitelnya tidak uniform, pada daerah plika vokalis, lipatan ariepiglitika
dan sebagian besar epiglottis; berlapis pipih tanpa kornifikasi. Selain daerah itu epitelnya
20
berderet silindris, bersilia dengan sel globet. Membran basal tipis, cukup jelas. Lamina
propria banyak mengandung serat-serat elastis, kelenjar seromukus kecil-kecil kecuali di
daerah plika vokalis. Infiltrasi limfosit difus dan beberapa noduli limfatisi soliter. Lamina
submukosa tidak jelas.
Lamina kartilagenes: Sebagai penyongkong dinding laring agar tetap terbuka, sebagian
besar adalah tulang rawan hialin dan beberapa diantaranya ada yang mengalami kalsifikasi,
terutama pada laki-laki dewasa, selebihnya adalah tulang rawan elastis. Yang termasuk tulang
rawan hialin adalah tiroid, krikoid dan aritenoid, dan yang termasuk tulang rawan elastis
adalah epiglottis, kuneiform, kornikulatum dan sebagian kecil aritenoid. Otot-otot dinding
larings: terdiri atas otot-otot ekstrinsik dan instrinsik. Kelompok ekstrinsik; yang
menghubungkan tulang-tulang rawan, dan kelompok instrinsik; yang menggerakkan plika
vokalis. Keduanya termasuk otot bergaris.
4. Paru-paru
Paru-paru merupakan sepasang organ yang terletak di dalam rongga dada dan diliputi oleh
selaput tipis pleura viseralis yang melapisi rongga dada bagian dalam. Rongga pleura
terdapat di antara pleura viseralis dan parietalis diisi oleh cairan pleura. Pleura merupakan
membran serous yang diliputi oleh mesotelium. Stroma paru-paru (kerangka jaringan
pengikat di dalam paru-paru) merupakan perluasan ke dalam dari pleura viseralis,
membentuk septa-septa interlobular. Pada puncak lobulus paru-paru, jaringan pengikat ini
bersatu dengan jaringan pengikat yang meliputi bronchus. Lobulus paru-paru diperkuat oleh
anyaman serat retikuler dan elastis, demikian juga pada bronkiole, saluran-saluran yang lebih
kecil serta sakus alveolaris.
5. Percabangan Bronkus
a. Bronkus
Epitelium: pada bronkus-bronkus yang besar di dalam paru-paru epitelnya berderet silindris
bersilia dengan sel globet, seperti pada tracea dan bronkus primer. Pada bronkus yang lebih
kecil epitelnya secara bertahap menjadi selapis silindris dengan silia dan sel globet makin
banyak. Muskularis mukosa; mengelilingi lamina popria dengan arah spiral, menggantikan
21
membran elastis yang terdapat di dalam tracea dan bronkus primer. Kontraksinya
mengakibatkan lumen mukosa bronkus melipat secara longitudinal. Submukosa;
mengandung kalenjer campuran seromukusa. Kalenjer ini sering meluas sampai pada celah-
celah diantara tulang-tulang rawan. Mereka meningkat jumlahnya pada bronkus yang lebih
kecil diameternya. Nudulus limfatikus soliter, bila terdapat biasanya terletak di luar lapisan
otot polos. Tulang rawan; berbentuk kepung-keping atau pulau-pulau yang menempati
lamina adventisia, beberapa lomfonudus bisa ditemukan pada cabang-cabang bronkus yang
besar.
b. Bronkiolus
Bila penampang bronkus sudah mencapai 1 mm maka disebut bronkiolus. Penampang
terkecil dari bronkiolus sekitar 0,5 mm, dan disebut bronkiolus terminalis. bronkiolus masuk
ke lobulus paru-paru melalui puncaknya dan bercabang-cabang lebih lanjut menjadi sekitar
50-80 bronkiolus terminalis, di dalam lobulus paru-paru.
Epitel; selapis kolumner rendah atau kuboid, keduanya bersilia. Sel-sel goblet mulai menurun
jumlahnya bahkan menghilang sama sekali, pada cabang-cabang akhir. Muskularis mukosa;
relatif lebih dominan dari pada di tempat-tempat lain. Membentuk anyaman spiral
mendominasi lamina propria. Lamina adventisia; masih ada dan diperkuat tulang rawan
sehingga dindingnya sering meliput secara longitudinal.
c. Bronkiolus respiratorius
Strukturnya sebagai bentuk peralihan dari bagian konduksi dengan bagian respirasi. Epitelnya
dapat selapis silindris lebih rendah, sampai kuboid rendah. Sel-sel globet sudah menghilang
tetapi silia masih ditemukan pada cabang-cabang yang besar. Dindingnya diperkuat oleh
serat-serat kolagen yang bersisipan dengan serat otot polos dan serat-serat elastis.
Dindingnya tidak kontinu karena adanya kantung-kantung kecil dari alveoli yang bermuara
padanya. Muara alveoli akan bertambah jumlahnya secara progresif ke arah yang lebih distal.
d. Duktus alveolaris
Tiap bronkiolus respartorius memberikan cabang beberapa duktus adveolaris. Ia berupa
tabung fibroelastis tipis yang relatif panjang. Disini tidak lagi ditemukan epitel sepanjang
dindingnya. Tetapi ada beberapa otot polos yang terdapat diantara mulut-mulut alveoli.
Beberapa sakus alveolari sering bermuara langsung di sini.
e. Atrium
Suatu ruangan yang menghubungkan bagian distal dari duktus alveolaris dengan beberapa
sakus alveolaris. Ada sekitar 3-6 atrium yang keluar dari setiap duktus alveolaris.
22
basahnya sangat tipis, terletak diantara epitel alveoli dengan endotel kapiler. ruangan alveoli
(porus alveolaris).
6. Pleura
Permukaan paru-paru diliputi oleh pleura viselaris yang mengikuti permukaan dari lobus.
Merupakan suatu membran serus yang permukaanya terdiri atas mesotelium. Dibawah epitel
terdapat jaringan fibroelastis, yang kasar dan mengandung otot polos. Di bagian yang lebih
dalam dari membran ini ditemukan vena dan pembuluh limfe. Pada daerah perbatasan antar
lobulus ia membentuk septa interlobular. Pada keadaan normal pleura visceral dan parietal
hanya dipisahkan oleh selaput cairan yang sangat tipis.
a. Facies lingualis :
Tunica mukosa:
~ Epitel squamous complex
~ Membrana basalis
~ Lamina propria: jaringan pengikat longgar dengan limfosit-limfosit terbesar.
Tunika submukosa: jaringan pengikat fibrous ireguler dan jaringan lemak.
Tunika kartilagenea: cartilago elastis dibungkus perikondrium.
b. Facies laryngis :
Tunika mukosa :
~ Epitel bagian distal: squamous compleks, dan bagian proksimal: pseudokompleks
kolumner.
~ Lamina propia: jaringan pengikat longgar dengan banyak limfosit terbesar.
Tunika submukosa: jaringan pengikat longgar dan kelenjar seromucous.
23
JARINGAN SARAF TEPI
Tujuan Pembelajaran:
Mahasiswa dapat mengidentifikasi secara mikroskopis jaringan saraf tepi meliputi serabut
saraf dan ganglion.
Penjelasan Umum:
Jaringan saraf disusun oleh sel saraf atau neuron dan sel penyokong saraf atau neuroglia yang
di dalam tubuh mcmbentuk Sistima Saraf Pusat (SSP) dan Sistima Saraf Tepi (SST). SSP
terdiri atas (1) Cerebrum, (2) Cerebellum (3) Batang otak dan (4) Medula Spinalis sedang
SST disusun oleh (1) serabut saraf, (2) ganglion dan (3) akhiran saraf yaitu reseptor dan
efektor.
Sel saraf terdiri atas badan sel yang dapat berbentuk piramid, bulat, stelat atau seperti botol
dan tonjolan sel yaitu neurit (akson) dan dendrit. Atas dasar jumlah tonjolan sel, dikenal
neuron unipoler, bipoler, multipoler dan pseudounipoler. Sedang atas dasar panjang
pendeknya akson dikenal neuron type Golgi I dan neuron type Golgi II. Secara fungsional
neuron terdiri atas neuron motorik dan neuron sensorik. Kumpulan neuron di dalam SSP
disebut nukleus dan di dalam SST disebut ganglion. Ada dua macam ganglion yaitu (1)
ganglion cerebro spinal (ganglion Spinale) dan (2) ganglion otonom (Truncus Symphaticus).
Tonjolan sel saraf ada dua macam yaitu (1) neurit (akson) yang umumnya bersifat panjang,
tidak bercabang, jumlahnya satu dan membawa rangsang meninggalkan badan sel (2) dendrit
yang mempunyai sifat sebaliknya.
Serabut saraf tepi disusun oleh kumpulan akson sel saraf. Sebagian akson pembentuk serabut
saraf dibungkus oleh neurolemma (selubung Schwann) yang disusun oleh sel sel Schwann.
Pada akson yang besar selain neurolemma, masih dibungkus lagi oleh bungkus yang tersusun
konsentris yaitu selubung myelin. Di dalam perjalanannya serabut saraf masih disokong oleh
bungkus jaringan pengikat yaitu epineurium, perineurium dan endoneurium.
Neuroglia merupakan sel penyokong saraf yang berfungsi sebagai kerangka, penunjang yasa
darah, pembungkus .dan kadang-kadang dapat melakukan fagositosis. Neuroglia terdiri atas
(1) makroglia, yaitu astroglia dan oligodendroglia (2) mikroglia/mesoglia/sel Hortega yang
berasal dari mesoderm, selnya kecil , inti tercat kuat dan bentuknya mirip fibroblas. Pada
keadaan patologis sel ini dapat bergerak amuboid dan mempunyai daya fagositosis. (3) Sel
Ependim.
Pengamatan Mikroskopis
25
JARINGAN SARAF PUSAT
Tujuan Pembelajaran:
Penjelasan Umum:
Sistema saraf pusat tersusun oleh cerebrum, cerebellum dan medula spinalis. Ketiga
bangunan tersebut terdapat dalam suatu rongga yang dibatasi oleh tulang dan dibungkus oleh
suatu jaringan ikat yahg kuat yang disebut mening.
Susunan ketiganya adalah sama yaitu terdiri dari medula (Substansia Alba) yang tampak
putih karena tersusun oleh serabut-serabut saraf serta korteks (Subslansia Griscea) yang
tampak berwarna abu-abu karena banyak didapatkan badan sel saraf.
Permukaan korteks cerebrum mempunyai bagian-bagian yang menonjol disebut girus serta
bagian-bagian yang melekuk disebut sulkus. Substansia alba cerebrum berisi serabut saraf
bermyelin, serabut saraf tak bermyelin dan neuroglia terutama oligodendroglia, astrocyt
fibrosa dan mikroglia. Substansia griscea cerebrum disusun oleh badan sel, serabut saraf tak
bermyelin serta neuroglia terutama oligodendroglia, astrocyt protoplasmatis dan mikroglia.
Badan sel saraf penyusun subtansia griscea cerebrum antara lain berbentuk piramid, stelat
serta spindel yang tersebar dalam enam lapisan korteks cerebri.
Substansia griscea cerebellum terdiri atas tiga lapisan dan tersusun oleh badan sel yang
berbentuk stelat kecil maupun besar dan sel-sel berbentuk seperti botol (Sel Purkinye). Di
dalam substansia griscea cerebellum terdapat dua macam serabut saraf aferen yang besar
yaitu (1) Mossy Fibers, yang merupakan serabut terbesar dalam substansia alba yang masuk
kedalam lapisan korteks cercbelli dan bercabang-cabang seperti lumut. (2) Climbing Fibers,
yang berjalan dari substansia alba menuju ke korteks yaitu pada sel-sel Purkinye. Substansia
alba cerebellum mempunyai gambaran yang sama dengan cerebrum. Permukaan korteks
cerebellum juga terdapat sulkus dan girus.
Substansia griscea medula spinalis terdapat di bagian tengah dikelilingi substansia alba dan
membentuk bangunan seperti huruf H. Sepasang kaki.depan disebut cornu anterior dan
sepasang kaki belakang disebut cornu posterior. Di tengah-tengah substansia griscea
didapatkan canalis centralis yang dindingnya dilapisi oleh sel-sel neuroglia yang tersusun
epiteloid disebut Ependim. Di sekitar sel-sel ependim terdapat kumpulan neuroglia yang
membentuk daerah bergranula disebut substansia gelatinosa centralis. Cornu anterior disusun
oleh sel-sel saraf motorik besar yang akson-aksonnya membentuk radiks anterior. Sedang
cornu posterior disusun oleh sel-sel saraf sensoris berbagai ukuran dimana akson-aksonnya
akan membentuk radiks posterior.
Substansia alba medula spinalis mengelilingi substansia griscea dan dipisahkan menjadi dua
bagian yaitu funikulus dorsalis dan funikulus ventrolateralis. Oleh cornu anterior funikulus
ventrolateralis dibagi menjadi dua yaitu funikulus anterior dan funikulus lateralis. Pada regio
26
lumbal dan torakal, antara cornu anterior dan posterior terdapat suatu serabut substansia
griscea yang masuk kedalam substansia alba dan disebut formatio retikularis.
Sistima saraf pusat dilindungi oleh mening atau bungkus otak yang terdiri atas tiga lapisan
yaitu duramater, arakhnoidea dan piamater. Duramater terdiri atas dua lapis yang sangat
rapat dan disusun oleh jaringan ikat padat yang dilapisi oleh selapis sel pipih di sebelah
dalamnya. Lapisan luar ikut membentuk periosteum tulang, melekat longgar pada kranium,
banyak sel dan pembuluh darah. Lapisan ini disebut lamina endostitialis yang pada medula
spinalis benar-benar bersatu dengan periosteum. Lapisan dalam lebih tipis dan disebut lamina
meningealis. Arakhnoidea merupakan membran tipis yang beranyaman seperti jala,
permukaan luarnya tipis sedang permukaan dalamnya membentuk trabekula yang bercabang-
cabang untuk melekat pada piamater. Di bawah lapisan ini terdapat rongga yang disebut
spatium subarakhnoidale yang berisi cairan otak atau liquor cerebrospinalis. Piamater
rnerupakan lapisan mening yang melekat pada permukaan otak maupun .medula spinalis.
Lapisan ini banyak mengandung pembuluh darah, permukaannya dilapisi oleh epitel
mesenkimal dan tersusun oleh jaringan ikat fibrous.
Pengamatan mikroskopis
5. Pleksus korioideus
Pleksus korioideus ialah invagiriasi dinding ventrikel otak yang melipat-lipat. Pada
potongan melintang tampak gambaran seperti pulau-pulau yang dibatasi oleh epitel kuboid
selapis dan di dalamnya terdapat jaringan pengikat longgar dengan banyak pembuluh
darah. Bangunan ini berfungsi memproduksi liquor cerebro spinalis.
28
DAFTAR PUSTAKA
Bloom W and Fawcett DW. 2002. Buku Ajar Histologi. Alih bahasa: dr. Jan Tambayong.
Edisi ke-12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Eroschenko VP. 2013. Atlas Histologi diFiore. Alih bahasa: Pendit BU. Edisi ke-11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Juquiera LC and Carneiro. 2007. Basic Histology: Text and Atlas, 11th Ed, The McGraw-Hill
Companies.
Mescher AL. 2009. Histologi Dasar Junqueira: Teks dan Atlas. Alih bahasa: Dany F. Edisi
ke-12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Young B, Lowe JS, Steven A, and Heath JW. 2007. Wheaters Functional Histology: a text
and collor atlas, 5th Ed., Elsevier.
29
30