Anda di halaman 1dari 5

Pelanggaran HAM di Indonesia

Nama : Zahra Noor A'yuna

NIM : 15304241003

Kelas : Pendidikan Biologi A

Berita 1

Merdeka.com - Data Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) cabang Jawa Barat menunjukkan
ada enam tenaga kerja wanita atau TKW asal Kabupaten Sukabumi yang ditahan tidak boleh
pulang oleh majikannya di Arab Saudi. 6 TKW tersebut berasal dari 3 kecamatan di Sukabumi.

"Dari laporan yang masuk ke kami, enam TKW itu beralamat tiga di Kecamatan Warungkiara,
dua dari Kecamatan Sagaranten dan satu TKW lainnya berasal dari Kecamatan Caringin," kata
Ketua SBMI Jabar, Jejen Nurjanah di Sukabumi seperti dikutip dari Antara, Senin (27/4).

Adapun sebagian nama yang sudah masuk dalam penanganan permasalahan TKI ini yakni Lilis
Binti Ismail dan Eva keduanya warga Kecamatan Warungkiara, kemudian Dewi Sinta dari
Kecamatan Sagaranten dan Entin Kartini dari Kecamatan Caringin. Untuk dua TKW lainnya, baru
hari ini pihak keluarganya akan kembali melapor kepada SBMI.

Kebanyakan mereka ditahan oleh majikannya selama antara lima sampai sembilan tahun,
padahal kontrak kerjanya hanya dua tahun. Selain ditahan agar tidak pulang, ke enam TKW itu
informasinya juga tidak mendapatkan gaji selama bekerja, bahkan ada juga yang mengalami
penyiksaan.

Namun, untuk Lilis sudah mulai ada niat baik dari si majikannya yang memberikan gaji selama
sembilan tahun kerja sebanyak Rp 36 juta, namun karena alasan sisa gajinya belum dilunasi,
majikan Lilis di Arab Saudi masih melarang pulang pahlawan devisa ini. Dan baru boleh pulang
setelah gajinya lunas.

"Kami rencananya Selasa, (28/4) akan datang langsung ke Kementerian Luar Negeri RI di
Jakarta, untuk meminta bantuan agar segera memulangkan ke enam TKW itu ke kampung
halamannya," tambahnya.

Jejen mengatakan permasalahan TKI tidak henti-hentinya terus terjadi sampai ada kebijakan
yang lebih ketat dari pihak pemerintah, namun pihaknya juga mengapresiasi langkah
pemerintah pusat dan Kabupaten Sukabumi untuk memperketat pemberian izin warga yang
ingin mencari kerja di luar negeri.
Tetapi, masalah yang sulit diberantas adalah keberadaan calo penyalur TKI karena
keberadaannya sulit dilacak, bahkan banyak kasus perdagangan manusia yang disebabkan oleh
bujuk rayu calo. "Maka dari itu, kami mengimbau kepada masyarakat yang ingin menjadi TKI
harus melalui jalur legal yang sudah disiapkan oleh pemerintah dan jangan mudah terbujuk
rayuan calo," katanya. (mdk/hhw)

Analisis

Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi
manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara,
baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Hak
asasi merupakan hak yang paling dasar dan pokok karena pemenuhan hak asasi manusia
merupakan suatu keharusan agar warga negara dapat hidup sesuai dengan kemanusiaanya.
Namun dalam kasus TKW ini, mereka hidup jauh dari perlakuan yang berkemanusiaan. Mereka
mendapatkan perlakuan yang melanggar hak asasinya. Berbagai pelanggararan HAM terjadi
seperti tidak mendapatkan gaji selama berkerja dengan kata lain mereka seperti bekerja rodi
disana. Mereka ditahan untuk dapat kembali ke Indonesia. Para TKW ditahan selama bertahun-
tahun diluar kontrak kerjanya. Bahkan ada yang mengalami penyiksaan dari majikannya.
Penyiksaan yang didapat sering kali sangat memprihatinkan dan terkesan pelaku sangat tidak
berprikemanusiaan. Perlakuan tersebut melanggar haknya untuk mendapatkan kemerdekaan
dan keamanan badan sesuai dengan yang tercantum dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia atau
Universal Declaration of Human Rights tahun 1948. Tidak seharusnya peristiwa semacam itu
terjadi jika setiap orang sadar akan hak asasi manusia. Penghormatan terhadap hukum dan hak
asasi manusia merupakan suatu keharusan dan tidak perlu ada tekanan dari pihak manapun
untuk melaksanakannya.

Berita 2

Jakarta - Angeline (8) bocah cantik yang hilang sejak (16/5) lalu akhirnya ditemukan meninggal
dan dikubur di pekarangan rumahnya. Tersangka pembunuh Angeline adalah Agustinus Tai
Hamdamai (25), pembantu di keluarga tersebut.

Pembunuhan dilakukan pada 16 Mei 2015. Tak hanya membunuh, Agus juga menganiaya dan
mamperkosa Angeline.

Analisis
HAM adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya sejak lahir dengan
tidak membedakan bangsa, ras, suku, agama, dan jenis kelamin. Hak itu disebut asasi karena
tanpa hak tersebut seseorang tidak dapat hidup sebagaimana layaknya manusia. Kasus ini
merupakan contoh pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Setiap manusia mempunyai hak-
hak dasar, salah satunya adalah hak untuk hidup. Pelanggaran hak anak mengambil bentuk
yang amat beragam dan seringkali sangat keji dan sungguh tidak manusiawi. Diantaranya:
penelantaran dalam keluarga, penyiksaan fisik, psikologis, perkosaan, dipaksa melacur,
mengemis, kerja paksa, dan memikul beban keluarga.

Kasus pembunuhan ini sangat memilukan karena menimpa seorang anak yang masih berumur 8
tahun. Bahkan dalam penyelidikan, sebelum anak tersebut meninggal dia hidup dalam suasana
yang jauh berbeda dengan anak pada seusianya yang mendapatkan kasih sayang tulus dari
orang tuanya. Dia kerap disiksa saat melakukan kesalahan dalam mengerjakan tugas yang tidak
sesuai untuk anak seusianya, hidupnya pun tidak terawat. Hal ini melanggar hak anak
sebagaimana tercantum dalam penjabaran UU No. 39 tahun 1999 yang meliputi hak
perlindungan oleh orang tua, keluarga, berekspresi, perlindungan dari eksploitasi ekonomi,
pelecehan seksual, dll. Tragisnya, pelanggaran hak anak justru banyak terjadi di wilayah yang
kita anggap paling aman, rumah dan sekolah. Semua agama mengajarkan wajibnya melindungi
anak-anak. Rumah-rumah ibadah hendaknya secara rutin menyerukan dakwah perlunya
melindungi semua anak dari perlakuan tdk manusiawi, dan memperingatkan para orang
tua/wali akan berbagai bentuk kejahatan terhadap anak. Dalam menghadapi masalah tersebut,
terdapat perlindungan HAM yaitu sebagaimana tercantum dalam UU No. 8 Tahun 1998 tentang
Pengesahan konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman yang kejam.
Dalam rangka menegakkan HAM, dapat melalui perantara berikut.

a. Komnas HAM

Komnas HAM adalah lembaga yang mandiri yang berkedudukan setingkat dengan lembaga
Negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan,
dan mediasi hak asasi manusia.

b. Pengadilan HAM

Dalam rangka penegakan HAM, maka Komnas HAM melakukan pemanggilan saksi, dan pihak
kejaksaan yang melakukan penuntutan di pengadilan HAM. Menurut Pasal 104 UU HAM, untuk
mengadili pelanggaran hak asasi manusia yang berat di bentuk pengadilan HAM di lingkungan
pengadilan umum, yaitu pengadilan negeri dan pengadilan tinggi. Proses pengadilan berjalan
sesuai fungsi badan peradilan.

c. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam penegakan HAM diatur dalam pasal 100-103 UU tentang HAM.
Partisipasi masyarakat dalam berbentuk sebagai berikut :

1. Setiap orang kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya


masyarakat (LSM), atau lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak berpartisipasi dalam
perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.

2. Masyarakat juga berhak menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran hak asasi
manusia kepada Komnas HAM atau lembaga lain yang berwenang dalam rangka perlindungan,
penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia. Dari kasus ini kita dapat belajar bahwa kita harus
meningkatkan kepekaan sosial terhadap sesama. Sejatinya manusia tidak bisa hidup sendiri dan
saling membutuhkan. Kita harus belajar dan berani melapor jika terjadi hal janggal disekitar.
Kita harus berani "melawan" dan jangan diam terhadap kejahatan apalagi yang melanggar hak-
hak asasi manusia. Jangan hanya bisa berkomentar atas kriminalitas yang terjadi jika kita sendiri
kurang peka terhadap lingkungan sekitar.

Berita 3

VIVA.co.id - 13 Tahun lalu indonesia diguncang aksi terorisme terparah sepanjang sejarah. Tiga
bom meledak di tiga lokasi berbeda di Pulau Dewata, Bali.

Stasiun berita BBC melansir dua bom meledak di klub malam Paddy's Pub dan Sari Club di dekat
Pantai Kuta. Sementara, satu bom lainnya dengan ledakan lebih kecil diletakkan di dekat
dengan gedung Konsul Jenderal Amerika Serikat, di Denpasar.

Ledakan di Kuta terjadi sekitar pukul 23.30 WITA. Saat itu, klub malam Paddy's dan Sari Club
tengah ramai dikunjungi turis asing. Maka tak heran, jika total korban tewas mencapai 202
orang. Sebanyak 164 orang di antaranya merupakan warga asing dari 24 negara. 38 Lainnya
berasal dari Indonesia.

Selain menewaskan 202, sebanyak 209 lainnya mengalami luka. Dampak kerusakan pun
mencapai radius satu kilometer dari pusat ledakan. Peristiwa ini disebut Bom Bali I. Tak heran
jika kekuatan ledakan bom itu tergolong dahsyat, sebab bom yang digunakan berjenis TNT.
Sementara, bom yang meledak di Sari Club merupakan jenis bom RDX.

Jika dua bom yang diledakkan di depan dua klub itu merupakan bom bunuh diri, maka bom di
depan gedung Konsul Jenderal AS merupakan bom ledak jarak jauh yang dikendalikan dengan
menggunakan remote ponsel.
Pelaku bom bunuh diri di kedua klub diketahui bernama Jimi dan Iqbal. Jimi meletakkan bom di
dalam mobil Mitsubishi L300. Salah seorang pelaku lainnya bernama Idris mengikuti mereka
dari belakang dengan menggunakan sepeda motor.

Setelah melakukan penyelidikan, Pemerintah Indonesia akhirnya berhasil menangkap para


pelaku dan otak di balik serangan tersebut. Sebuah kelompok militan regional bernama Jemaah
Islamiyah (JI) disebut sebagai tersangka kunci pemboman. JI diketahui memiliki keterkaitan
dengan Al-Qaeda.

Dari empat pelaku yang ditahan, tiga orang lainnya yakni Amrozi bin Nurhasyim, Muhklas dan
Imam Samudera dieksekusi mati. Sedangkan, Ali Imron dijatuhi hukuman lebih ringan yakni
seumur hidup karena dinilai kooperatif dan ikut membantu membongkar jaringan teroris
lainnya.

Analisis

Kasus ini menyangkut tentang terorisme. Di dunia internasional maupun indonesia dihadapkan
banyak pelanggaran HAM dalam wujud teror. Leiden dan Schimt mengartikan teror sebagai
tindakan yang berasal dari suatu kekecewaan dan keputusasaan, biasanya disertai dengan
ancaman-ancaman tidak berkemanusiaan dan tidak mengenal belas kasihan terhadap
kehidupan dan barang-barang, yang dilakukan dengan cara-cara melanggar hukum. Teror dapat
dalam bentuk pembunuhan, penculikan, sabotase, subversif, pelanggaran peraturan hukum
dan penyenderaan. Teror merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang berat karena
menimbulkan ketakutan dan tidak lagi dapat dirasakan rasa aman sebagai hak asasi setiap
orang.

Peristiwa bom bali ini melangar hak hidup para korban yang meninggal dan membuat panik
warga yang berada di sekitar kawasan tersebut. Sehingga, terorisme juga melanggar hak atas
rasa nyaman bagi orang-orang sekitar. Kasus ini tergolong pelanggaran HAM yang berat karena
menewaskan korban yang tidak sedikit, sampai 200 orang. Kasus ini merupakan kasus terorisme
terparah yang pernah terjadi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai