Anda di halaman 1dari 11

GCS

GCS adalah suatu skala neurologik yang dipakai untuk menilai secara obyektif derajat
kesadaran seseorang. GCS terdiri dari 3 pemeriksaan, yaitu penilaian: respons membuka mata
(eye opening), respons motorik terbaik (best motor response), dan respons verbal terbaik(best
verbal response).

Eyes Skor
Spontan membuka mata 4
Membuka mata dengan perintah(suara) 3
Membuka mata dengan rangsang nyeri 2
Tidak membuka mata dengan rangsang apapun 1

Verbal Skor
Berorientasi baik 5
Bingung (bisa membentuk kalimat tapi arti keseluruhan kacau) 4
Bisa membentuk kata tapi tidak bisa membentuk kalimat 3
Bisa mengeluarkan suara yang tidak memiliki arti 2
Tidak bersuara 1

Motorik Skor
Menurut perintah 6
Dapat melokalisir rangsang nyeri 5
Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak (withdrawal) 4
Menjauhi rangsang nyeri 3
Ekstensi spontan 2
Tak ada gerakan 1

Kriteria :
kesadaran baik/normal : GCS 15
Koma : GCS < 7

Masing-masing komponen GCS serta penjumlahan skor GCS sangatlah penting, oleh
karena itu, skor GCS harus dituliskan dengan tepat, sebagai contoh: GCS 10, tidak
mempunyai makna apa-apa, sehingga harus dituliskan seperti: GCS 10 (E2M4V3).
Skor tertinggi menunjukkan pasien sadar (compos mentis), yakni GCS 15 (E4M6V5),
dan skor terendah menunjukkan koma (GCS 3 = E1M1V1).

Wuysang, Devi. Bahar, Ashari. 2015. Pemeriksaan Derajat Kesadaran (Glascow Coma
Scale) dan Fungsi Kortikal Luhur (Mini-Mental State Examination (MMSE)). Makassar
: Departemen Neurologi FK Unhas.
Patofisiologi Stroke
2 prinsip proses patologis yang bisa mengakibatkan stroke adalah oklusi dari arteri, yang
mengakibatkan iskemia cerebral atau infark, dan ruptur dari arteri, yang mengakibatkan
perdarahan intrakranial. Haemorrhage / perdarahan cenderung lebih berbahaya daripada stroke
iskemik, dengan tingkat mortalitas lebih tinggi dan insidensi lebih tinggi dari disabilitas
neurologikal parah pada penderita yang hidup. Stroke iskemik lebih umum, dan memiliki
jangkauan hasil yang lebih luas.

Iskemik Cerebral dan Infark


Pengurangan aliran darah ke beberapa bagian otak mengakibatkan iskemik, kehilangan fungsi
reversibel dan kemudian jika pengurangan ini makin parah atau berlangsung lama, terjadi
infark dengan kematian sel irreversibel. Suplai darah ke bagian anterior otak (dan juga ke
mata) berasal dari 2 arteri karotid, berasal dari dua arteri karotis, yang bercabang dibagian
lehernya yaitu arteri karotid interna; bercabang di bagian kepala untuk menimbulkan arteri
serebral medialis dan anterior. Bagian posterior otak disuplai oleh dua arteri vertebra, yang
bergabung dalam kepala untuk membentuk arteri basilaris, yang pada gilirannya memunculkan
arteri serebral posterior.
Arteri basilaris dan karotid interna terhubung pada dasar otak pada circle of Willis.
Anastomosis ini mengakibatkan beberapa aliran silang jika satu dari suplai arteri tersumbat,
tetapi tingkat ini sangat bervariasi dari pasien ke pasien. Diluar sirkular Willis, arteri serebral
paling baik dianggap sebagai mana ujung arteri. Restorasi perfusi normal pada jaringan yang
diakibatkan iskemik oleh oklusi dari salah satu ujung arteri tidak dapat mengandalkan
tercapainya darah ke area iskemik melalui saluran anastomotik. Pemulihan fungsi di jaringan
iskemik lebih bergantung pada lisis atau fragmentasi dari sumbatan material oklusi (thrombo-
embolik).
Penyebab umum dari oklusi di salah satu arteri cerebral adalah pembentukan thrombus akut
pada lokasi dari plak atheromatosa. Trombus dapat menyumbat pembuluh darah lokal atau
mengedarkan emboli yang memblok beberapa arteri distalis. Proses ini umumnya terjadi di
arteri karotid interna, tetapi bisa terjadi dari aorta ke arteri serebral itu sendiri. Penyebab umum
yang lebih sedikit dari oklusi ini adalah emboli dari jantung. Pada pasien muda, diseksi dari
arteri vertebral atau karotid (di mana perpecahan terbentuk di antara lapisan dinding arteri,
seringkali setelah trauma leher kecil) dapat menutup pembuluh atau membiarkan trombus
terbentuk dan membungkus di bagian distal.
Pasien dengan hipertensi atau diabetes dapat menyumbat arteri yang lebih kecil pada bagian
otak dengan proses patologis dimana lebih berkaitan dengan degenerasi dari dinding arteri
daripada atheroma dan thrombosis. Penyakit pembuluh darah kecil ini mengakibatkan infark
berdiameter beberapa milimeter, disebut juga stroke lakunar, atau penyakit yang lebih
berbahaya dengan demensia dan gangguan gaya berjalan.
Jika pemulihan lengkap dari kejadian iskemik terjadi dalam hitungan menit atau jam, ini
disebut serangan iskemik sementara (transien ischemic attack / TIA). Dimana pemulihan lebih
lama dari 24 jam diagnosisnya adalah stroke. Patofisiologi kedua kondisi tersebut, dan
implikasinya untuk investigasi dan pengobatan, adalah sama. Dalam kedua situasi tersebut,
riwayat dan pemeriksaan membantu menetapkan penyebabnya (dengan tujuan untuk
pencegahan sekunder) dan menilai tingkat kerusakan (untuk merencanakan rehabilitasi).
Kehilangan fungsi dari pasien, dan yang mungkin terlihat pada pemeriksaan, bergantung pada
area jaringan otak yang terlibat dalam proses iskemik
Berikut ini akibat iskemik di daerah arteri serebral tengah:
hilangnya penggunaan wajah dan lengan kontralateral;
Hilangnya perasaan di wajah dan lengan kontralateral;
disfasia;
disleksia, disgraphia, dyscalculia.
Berikut ini akibat iskemik di daerah arteri serebral anterior :
hilangnya fungsi atau rasa dari kaki kontralateral
Berikut ini akibat iskemik di daerah arteri serebral posterior :
contralateral homonymous hemianopia.
Keterlibatan wajah, lengan dan kaki dengan atau tanpa hemianopia homonim menunjukkan:
oklusi arteri karotis interna.
Arteri ophtalmicus berasal dari arteri karotis interna. Infark dibagian ini mengakibatkan:
kehilangan monocular dari penglihatan
.kombinasi dari iskemik di arteri vertebrobasilaris :
penglihatan ganda (saraf kranial 3, 4 dan 6);
mati rasa di wajah (saraf kranial 5);
Kelemahan wajah (saraf kranial 7);
vertigo (saraf kranial 8);
disfagia (saraf kranial 9 dan 10);
disartria;
ataksia;
Hilangnya penggunaan atau perasaan di kedua lengan atau kaki.
Berikut ini menunjukkan stroke lacunar kecil tapi krusial karena iskemia pembuluh darah kecil:
Hilangnya penggunaan di lengan dan kaki kontralateral;
Kehilangan kemampuan merasa di lengan dan kaki kontralateral.
Perdarahan subarachnoid dan intraserebral
Proses patologis ini akibat pelepasan darah arteri secara tiba-tiba, entah ke dalam ruang
subarachnoid di sekitar otak, atau langsung ke substansi otak. Pada perdarahan subarachnoid
perdarahan biasanya berasal dari aneurisma berry yang timbul dari salah satu arteri di dasar
otak, di sekitar Lingkaran Willis (Gambar kiri). Pada pasien paruh baya, penderita hipertensi,
perdarahan intraserebral cenderung terjadi pada kapsul internal atau pons, karena pecahnya
arteri penetrasi tipis yang panjang (Gambar kanan). Pada pasien yang lebih tua, perdarahan
intraserebral terjadi lebih dangkal di korteks serebral sebagai akibat angiopati amiloid serebral.
Malformasi arteri dari otak adalah penyebab langka perdarahan subarachnoid atau
intraserebral.

Kedua perdarahan baik subarachnoid atau intrakranial mengakibatkan kenaikan tekanan


intrakranial secara tiba-tiba, dengan sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran,
yang mungkin diikuti oleh pengembangan papilloedema.
Pada perdarahan subarachnoid, perdarahan mengiritasi meninges. Hal ini menyebabkan sakit
kepala khas mendadak ('seperti dipukul di kepala dengan tongkat baseball') dan kekakuan
leher; Seringkali ada sedikit kehilangan kesadaran pada saat perdarahan. Ini adalah onset
mendadak yang membantu membedakan perdarahan subarachnoid dari sakit kepala dan kaku
leher meningitis infektif, yang terjadi beberapa jam lebih lama daripada beberapa detik.
Migrain kadang-kadang bisa menyebabkan sakit kepala parah secara tiba-tiba namun tanpa
kaku leher pada perdarahan subarachnoid.
Perdarahan intraserebral di daerah kapsula interna akan menyebabkan gangguan motorik,
sensoris dan visual yang tiba-tiba parah pada sisi kontralateral tubuh (hemiplegia,
hemianaesthesia dan hemianopia homonim). Di dalam pons, tiba-tiba kehilangan fungsi
motorik dan sensorik di keempat anggota badan, terkait dengan fungsi batang otak yang tidak
teratur, menyebabkan tingginya mortalitas perdarahan di daerah ini.
Pendarahan ke dalam sistem ventrikel, apakah perdarahan awal dari subarachnoid atau
intraserebral, menandakan prognosis buruk. Hal ini sering ditemukan pada pasien yang
meninggal dalam beberapa jam setelah perdarahan.
Wilkinson, I, Lennox, G. Essential Neurology. 4ed. USA: Blackwell Publishing, 2005. p 1-23, 25-38

Diagnosis

Diagnosis
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis klinis : diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
1. Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan mendadak berupa:
a. Kelumpuhan anggota gerak satu sisi (hemiparesis)
b. Gangguan sensorik satu sisi tubuh
c. Hemianopia (buta mendadak)
d. Diplopia
e. Vertigo
f. Afasia
g. Disfagia
h. Disarthria
i. Ataksia
j. Kejang atau penurunan kesadaran
Untuk memudahkan digunakan istilah FAST (facial movement, Arm Movement, Speech,
Test all three).
Faktor Risiko
a. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Genetik
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
1. Hipertensi
2. DM
3. Penyakit jantung
4. Dislipidemia
5. Merokok
6. Pernah mengalami TIA atau stroke
7. Polisitemia
8. Obesitas
9. Kurang olahraga
10. Fibrinogen tinggi
2. Hasil Pemeriksaan Fisik (Objective)
Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan tanda vital
1. Pernapasan
2. Nadi
3. Suhu
4. Tekanan darah harus diukur kanan dan kiri
b. Pemeriksaaan jantung paru
c. Pemeriksaan bruit karotis
d. Pemeriksaan abdomen
e. Pemeriksaan ekstremitas
f. Pemeriksaan neurologis
1. Kesadaran : kualitatif dan kuantitatif (Glassgow Coma Scale = GCS)
2. Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, lasseque, kernig, brudzinsky
3. Saraf kranialis: sering mengenai nervus VII, XII, IX walaupun nervus kranialis lain bisa
terkena
4. Motorik : kekuatan, tonus, refleks fisiologis, refleks patologis
5. Sensorik
6. Pemeriksaan fungsi luhur
7. Pada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan pemeriksaan refleks batang otak:
Refleks kornea
Refleks pupil terhadap cahaya
Refleks okulo sefalik
Keadaan refleks respirasi
Klasifikasi
Stroke dibedakan menjadi:
a. Stroke hemoragik biasanya disertai dengan sakit kepala hebat, muntah, penurunan kesadaran,
tekanan darah tinggi.
b. Stroke iskemik biasanya tidak disertai dengan sakit kepala hebat, muntah, penurunan kesadaran dan
tekanan darah tidak tinggi.
Diagnosis Banding
Membedakan stroke iskemik dan stroke hemoragik sangat penting untuk penatalaksanaan pasien.
Komplikasi
Umumnya komplikasi terjadi jika interval serangan stroke dengan pemeriksaan atau kunjungan ke
pelayanan primer terlambat. Komplikasi yang biasanya ditemukan adalah dehidrasi, pneumonia, ISK
Menkes RI. Permenkes RI no 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Jakarta : Menkes RI. 2014 p. 208-210
Hubungan DM dengan keluhan pada kasus

DM adalah faktor risiko pada stroke. Pasien dengan hipertensi atau diabetes dapat menyumbat
arteri yang lebih kecil pada bagian otak dengan proses patologis dimana lebih berkaitan dengan
degenerasi dari dinding arteri daripada atheroma dan thrombosis. Penyakit pembuluh darah
kecil ini mengakibatkan infark berdiameter beberapa milimeter, disebut juga stroke lakunar,
atau penyakit yang lebih berbahaya dengan demensia dan gangguan gaya berjalan.
Wilkinson, I, Lennox, G. Essential Neurology. 4ed. USA: Blackwell Publishing, 2005. p 1-23, 25-38

Hemiparesis

Lesi terletak jauh di dalam bagian serebral, di wilayah ini dari kapsul internal, jauh lebih mungkin untuk
menghasilkan kelemahan dari keseluruhan sisi kontralateral tubuh, wajah, lengan dan tungkai. Karena
penyaluran jalur serat di wilayah kapsul internal, lesi semacam itu biasanya menghasilkan kehilangan
sensorik kontralateral (hemianaesthesia) signifikan dan kehilangan penglihatan (hemianopia
homonim), disamping hemiparesis.
Hemiparesis Ipsilateral
Lesi pada aunilateral high cervical cord mirip dengan yang disebabkan oleh lesi belahan otak serebral
kontralateral, kecuali pada hemiparesis ipsilateral tidak terjadi hemiparesis pada wajah, penglihatan
akan normal, dan disosiasi yang sama kehilangan sensorik (disebut di atas) dapat ditemukan di bawah
tingkat lesi.
Wilkinson, I, Lennox, G. Essential Neurology. 4ed. USA: Blackwell Publishing, 2005. p 1-23, 25-38

Anda mungkin juga menyukai