Assalamualaikum Wr.Wb
Marilah kita panjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan hidayahNya sehingga kita semua masih diberikan kesempatan
untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang dilimpahkan.Kami atas
nama pribadi dan seluruh keluarga besar RSUD Dr. H Chasan Boesoirie
menyampaikan ucapan selamat dan sukses atas diterbitkannya Panduan
Pelayanan Maternal Neonatal
Saya berharap buku ini dapat menjadi Buku Panduan dalam upaya menjamin
kualitas dan disiplin kerja di lingkungan RSUD Dr.H Chasan Baosoirie Ternate
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu penerbitan buku Panduan Pelayanan Maternal Neonatal ini, semoga
buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Ternate, 2017
RSUD Dr.H Chasan Boesoirie Ternate
Direktur
KATA PENGANTAR
ii
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat-Nya Panduan Pelayanan Maternal
Neonatal di RSUD D r. H chasan Boesoirie Te r n a t e telah
s e l e s a i disusun
Ternate, 2017
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Sampul Depan....i
DEFENISI.1
BAB IV DOKUMENTASI..................20
iv
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
DEFENISI
Pelayanan Kesehatan maternal neonatal mengacu pada pelayanan
kesehatan yang ditujukan secara khusus kepada ibu dan bayi.
BAB II
RUANG LINGKUP
BAB III
TATA LAKSANA
PROSEDUR
Pelayanan kesehatan maternal neonatal dilakukan secara kerjasama tim dan
dilakukan sesuai standar dengan menggunakan perlatan yang tersedia
memeniuhi ketentuan dan segala tindakan terdokumentasi baik serta dilakukan
monitoring evaluasi.
1. PELAYANAN ANTENATAL
a. Untuk Ibu dalam menjaga kesehatan pada saat hamil diperlukan
kunjungan ke RUMAH SAKIT/bidan/puskesmas yang sebaiknya dilakukan
paling sedikit 4x selama masa kehamilan yaitu :
1x pada Trimester 1
1x pada Trimester 2
2x pada Trimester 3
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi
setiap saat,oleh karena itu ibu hamil memrlukan pemantauan selama
kehamilannya.
b. Pelayanan/asuhan standar ANC termasuk 10 T yaitu:
(TIMBANG) Berat badan dan ukur Tinggi Badan
2
Ukur (TEKANAN DARAH)
Nilai Status Gizi (ukur lila)
Ukur (TINGGI) fundus uteri
Tentukan Presentasi janin dan denyut jantung janin
Skrining status imuninasi tetanus dan pemberian imunisasi (TETANUS
TOXOID) bila diperlukan
Pemberian (TABLET) ZAT BESI minimal 90 tablet selama masa
kehamilan
Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Tatalaksana atau pelayanan kasus
TEMU Wicara (konseling)
3
k. Lakukan PTT (Penegangan Talli pusat Terkendali) dengan cara Tangan kiri
berada diatas simfisis,menahan dan mendorong uterus kearah dorso
kranial,tangan kanan menegangkan tali pusat,apabila ada Tanda tanda
pelepasan placenta yaitu ;
Uterus globuler
Keluar darah secara tiba tiba
Tali pusat memanjang
l. Lahirkan placenta dengan cara,pegang placenta dg satu tangan kemudian
memutar ke satu arah (searah) sampai placenta lahir keseluruhan.
m. Cek kelengkapan Placenta(kotiledon dan selaputnya)
n. Lakukan heacting perineum apabila terdapat luka robek pada perineum
o. Pantau kontraksi dan perdarahan serta Tanda tanda vital (Pemantuan kala
4)
p. Setelah tindakan selesai,,bersihkan badan ibu,pakaikan pakaian bersih,dan
observasi perdarahan,tanda tanda vital ibu dan bayi tetap menyusu.
4
tambah darah dan vitamin A). Tatalaksana komplikasi setelah stabilisasi
maupun merujuk. Pelayanan maternal pasca persalinan dan nifas meliputi :
a. Observasi perdarahan dan kontraksi uterus
b. Berikan konseling pada pasien dan keluarga tentang :
Pelayanan kontrasepsi
Pengaturan jarak kehamilan
Perawatan bayi dirumah yang meliputi perawatan tali
pusat,kebersihan,pemberian ASI ekslusif
Jelaskan tanda bahaya komplikasi pada ibu dan bayi,komplikasi ibu yaitu
demam,penglihatan tiba tiba kabur,kejang pada ibu,perdarahan
banyak,sakit kepala hebat.
Komplikasi/Tanda bahaya pada bayi : demam,bayi tidak mau
menyusu,kejang,badan dan mata bayi tampak kuning,tali pusat bau dan
basah,bayi lemah
Pentingnya Nutrisi pada ibu,,supaya produksi asi banyak dan lancar
sehingga tercapai ASI ekslusif
Perawatan Luka pada perineum
Kontrol ibu dan bayi ke RS
5
PASIEN
1) Mengatur posisi pasien menjadi litotomi
2) Cuci tangan 6 langkah
3) Bersihkan perut bawah dan lipat paha
4) Pasang infus dan siapkan kain alas bokong, penutup perut bawah dam
sarung kaki serta larutan antiseptik
5) Kosongkan kandung kemih
6) Periksa fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner
(termasuk oksigen dan regulator)
7) Instrumen dan medikamentosa
PENOLONG
1) Topi, masker, kacamata pelindung, pelapis plastik (apron), baju dan
alas kaki kamar tindakan
2) Sarung tangan DTT/Steril
3) Instrumen
4) Kala II sedang berlangsung
BAYI
1) Instrumen dan medikamentosa untuk resusitasi neonatus
2) Oksigen dan regulator
II. TINDAKAN
1) Pakai sarung tangan DTT atau steril
2) Desinfeksi genetalia eksterna
3) Lakukan episiotomi secukupnya
4) Lakukan manuver McRoberts
a) Dengan posisi ibu berbaring pada punggungnya,
minta ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh
mungkin ke arah dadanya. Minta dua asisten untuk
membantu ibu
b) Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-
menerus ke arah bawah (ke arah anus ibu) untuk
menggerakkan bahu anterior di bawah simfisis pubis.
Hindari tekanan yang berlebihan pada kepala bayi
karena mungkin akan melukainya
6
c) Secara bersamaan mintalah salah satu asisten
untuk memberikan sedikit tekanan suprapubis ke
arah bawah dengan lembut. Jangan lalukan
dorongan pada fundus, karena akan mempengaruhi
bahu lebih jauh dan bisa menyebabkan ruptura uteri
5) Jika bahu tetap tidak lahir, lakukan manuver Massanti dengan : Tangan
diatas simfisis dan menekan kearah dada (mengecilkan diameter
bahu) tidak berlawanan.
6) Jika bahu tetap tidak lahir, lakukan manuver Rubin dengan : Masukkan
tangan penolong pada bahu depan sampai skapula dan bahu ditekan
kearah dada untuk dibebaskan.
7) Jika bahu belum lahir, lakukan manuver Crorksrew Woods dengan :
a) Masukkan dua jari tangan di bagian depan bahu belakang untuk
mengeluarkan bahu belakang janin
b) Minta asisten untuk melakukan penekanan supra simfisis ke arah
bawah
c) Memutar bahu belakang bayi dengan kedua jari tangan penolong
kearah depan sehingga lahir bahu belakang,
d) Masih diikuti dengan penekanan supra simfisis ke arah bawah,
dilakukan putaran berlawanan dengan arah putaran pertama
sehingga akan menyebabkan bahu depan dapat melewati simfisis.
7
d) Bila bahu depan sulit dilahirkan, putar bahu
belakang ke depan (jangan menarik lengan bayi tetapi dorong bahu
posterior) dan putar bahu depan ke belakang (mendorong anterior
bahu depan dengan jari telunjuk dan jari tengah operator) mengikuti
arah punggung bayi sehingga bahu depan dapat dilahirkan.
9) Melakukan manajemen aktif kala III
10) Perhatikan pendarahan yang terjadi dan eksplorasi kemungkinan
laserasi jalan lahir. Jika terjadi laserasi/luka episiotomi lakukan
penjahitan.
11) Dekontaminasi alat dan pencegahan infeksi pasca tindakan.
III. PASCA TINDAKAN
1) Asuhan kala IV
2) Lakukan pemeriksaan dan pengawasan nifas
IV. DEKONTAMINASI
1) Sementara masih menggunakan sarung tangan, masukkan bahan
dan instrument yang akan dipergunakan lagi kedalam wadah yang
mengandung klorin 0,5%
2) Buang bahan habis pakai kedalam tempat sampah yang tersendiri,
mengandung larutan klorin 0,5%
3) Bersihkan bagian-bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh
dengan klorin 0,5%
4) Bersihkan sarung tangan dengan klorin 0,5%, kemudian lepaskan
secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
8
4) Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah
selsai dilaksananakan dan masih perlu melakukan perawatan.
5) Bersama petugas yang akan melakukan perawatan, jelaskan
perawatan apa yang masih perlu dilakukan, lama perawatan, serta
laporkan pada petugas jika ada keluhan gangguan pasca tindakan.
6) Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi
perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pada
pemantauan lanjut ditemukan perubahan-perubahan yang ditulis
dalam catatan pasca tindakan.
7) Pendokumentasian
9
1) Topi, masker, kacamata pelindung, pelapis plastic, baju dan alas kaki
kamar tindakan
2) Sarung tangan DTT/Steril
3) Instrumen
BAYI
1) Instrumen dan medikamentosa untuk resusitasi neonatus
2) Oksigen dan regulator
III. TINDAKAN
1) Melakukan pemeriksaan dalam untuk menilai posisi, pembukaan dan
turunnya bokong adakah hal-hal lain
2) Menginstruksikan pasien agar meneran dengan benar selama ada
his
3) Melakukan episiotomi saat bokong membuka vulva dan perineum
sudah tipis
4) Cara melahirkan bayi:
Melahirkan bokong bayi
a) Cara Bracht
1. Segera bokong lahir, bokong dicekam secara Bracht yaitu
kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjangnya paha
sedangkan jari-jari yang lain memegang daerah panggul.
Sementara langkah ini dilakukan, seorang asisten melakukan
parasat Wigand M. Winckel
2. Melonggarkan tali pusat saat tali pusat lahir dengan jari
3. Dorongan kristeler pada fundus uteri dimulai bersamaan
dengan tindakan hiperlordosis
4. Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus scapula inferior
tampak di bawah simpisis, dengan mengikuti gerak rotasi
anterior yaitu punggung janin didekatkan kearah perut ibu tanpa
tarikan, hanya di sesuaikan dengan lahirnya badan bayi.
5. Letakan bayi di perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat,
bersihkan jalan nafas bayi oleh asisten, tali pusat di potong.
6. Selanjutnya bayi didekatkan pada ibu untuk menyusui (kontak
dini)
7. Apabila anak lahir sampai pusat tak maju lagi, maka Bracht
dinyatakan gagal dan bahu dapat dilahirkan secara klasik,
10
muller, atau lovset serta kepala secara mauriceau. Sejak tali
pusat lahir sampai bayi lahir tidak boleh lebih dari 8 menit.
b) Cara klasik
1. Prinsip: melahirkan bahu belakang terlebih dahulu
2. Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan bila
dengan bracht bahu dan tangan tidak bias lahir.
3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan
sehingga bokong dan kaki dan kaki lahir
4. Tali pusat dikendorkan
5. Bila punggung janin kiri, dengan tangan kiri
6. Memegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan
dan menariknya keatas (dengan tangan kiri dan menariknya
kearah kanan atas ibu, untuk melahirkan bahu kanan bayi
yang berada di belakang, atau dengan tangan kanan bila
punggung janin kanan, dan menarikya kearah kiri atas ibu
untuk melahirkan bahu kiri bayi yang berada dibelakang).
7. Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik
kearah bawah kontralateral dari langkah sebelumnya untuk
melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara yang
sama
c) Cara muller
1. Prinsip : melahirkan bahu depan lebih dahulu
2. Pengeluaran bahu dan lengan secara muller dilakukan jika
dengan bracht, bahu dan lengan tidak bias lahir
3. Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kaki
dengan cara yang sama sperti klasik, curam kea rah bawah
kontralateral dari letak bahu depan
4. Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang
sama untuk melahirkan bahu dan lengan belakang
d) Cara lovset (dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit
dibelakang kepala/ nuchal arm)
1. Setelah bokong dan kaki bayi lahir, badan bayi dipegang
dengan kedua tangan
2. Memutar bayi 180 derajat dengan lengan bayi yang terjungkit
kearah penunjuk jari tangan yang menjungkit
3. Memutar kembali 180 derajat kearah yang berlawanan ke
kiri/ke kanan, beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan bayi
lahir tidak menjungkit, selanjutnya bahu dan lengan dilahirkan
secara klasik/muller
e) Ektraksi kaki
11
1. Dilakukan bila kala II tidak maju atau tampak keadaan janin/ibu
yang mengharuskan bayi segera dilahirkan
2. Tangan kanan masuk secara obstetric menelusuri bokong
pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan
fleksi pada paha janin sehingga kaki bawh menjadi fleksi,
tangan yang lain menjadi fundus kebawah. Setelah kaki fleksi
pergelangan kaki dipegang dengan dua jari dan dituntun keluar
dari vagina sampai batas lutut.
3. Kedua tangan penolong memegang betis janin , yaitu kedua ibu
jari diletakkan di belakang betis sejajar sumbu panjang paha
dan jari-jari lain di depan betis, kaki ditarik curam ke bawah
sampai pangkal paha lahir.
4. Pegangan dipindahkan ke pangkal paha setinggi mungkin
dengan kedua ibu jari di belakang paha, sejajar sumbu pajang
pahadan jari lain di depan paha.
5. Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan
lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama
dielevasi ke atas hingga trokhanter telah lahir berarti bokong
lahir.
6. Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dahulu,
maka yang akan lahir lebih dahulu ialah trokhanter belakang
dan untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha
ditarik retus curam ke bawah.
7. Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara b atau c atau d
f) Tehnik ekstraksi bokong
1. Dikerjakan jika presentasi bokong murni dan bokong sudah
turun di dasar panggul, bila kla II tidak maju atau tampak
keadaan janin/ibu yang mengharuskan bayi segera dilahirkan.
2. Jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin,
dimasukkan kedalam jalan lahir dan diletakkan di lipatan paha
bagian depan. Dengan jari ini lipat paha / Krista iliaka dikait dan
ditarik curam ke bawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan ini,
maka tangan penolong yang lain mencekam pergelangan tadi
dan turun menarik curam ke bawah.
3. Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak dibawah
simpisis, maka jari telunjuk penolonh yang lain mengait lipatan
paha ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir.
12
4. Setelah bokong lahir, byi dilahirkan secara b atau c atau d
5. Ekstraksi bokong lebih berat/sukar dari pada ekstraksi kaki.
Oleh karena itu perlu dilakukan perasat Pinnard pada
presentasi bokong murni.
V. DEKONTAMINASI
13
1. Sementara masih menggunakan sarung tangan, masukkan bahan
dan instrument yang akan dipergunakan lagi kedalam wadah yang
mengandung klorin 0,5%
2. Buang bahan habis pakai kedalam tempat sampah yang tersendiri,
mengandung larutan klorin 0,5%
3. Bersihkan bagian-bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh
dengan klorin 0,5%
4. Bersihkan sarung tangan dengan klorin 0,5%, kemudian lepaskan
secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
14
akan terjadi keadaan perdarahan masif dan nyeri abdomen akut yang
disebut kehamilan ektopik terganggu.
1) Cuci tangan 6 langkah.
2) Perkenalkan diri petugas dan Identifikasi pasien.
3) Jelaskan pada pasien tindakan apa yang akan dilakukan.
4) Beri informasi, edukasi, informed choice dan informed consent kepada
pasien dan keluarga.
5) Pasang IVFD.
6) Berikan antibiotik profilaksis
7) Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat (500 mL dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam
pertama.
8) Segera uji silang darah dan persiapan laparotomi.
9) Saat laparotomi, lakukan eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii:
a) Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi
(eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi)
b) Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan
salpingostomi untuk mempertahankan tuba (hasil konsepsi
dikeluarkan, tuba dipertahankan)
10) Perawatan pascabedah :
a) Periksa tekanan darah, nadi dan pernafasan, diukur jumlah urin
yang tertampung di kantung urin dan jumlah perdarahan selama
operasi, kadar haemoglobin.
b) Buat laporan operasi tentang jenis KET dan jenis operasional serta
keadaan tuba dan ovarium sisi lainnya dan cantumkan hasilnya
pada lembar laporan tersebut.
c) Buat instruksi perawatan yang meliputi :
i. Jadwal pemeriksaan tanda vital dan ukur input-output.
ii. Jenis pengobatan dan gejala-gejala yang harus diwaspadai.
iii. Kebutuhan tranfusi, mobilisasi, dan realimentasi.
11) Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk penggunaan
kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu. Atasi
anemia dengan pemberian tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari
selama 6 bulan.
12) Dokumentasi.
15
d. Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan atau dimulainya tanda inpartu
1) Cuci tangan 6 langkah.
2) Perkenalkan diri petugas dan Identifikasi pasien.
3) Jelaskan pada pasien tindakan apa yang akan dilakukan.
4) Beri informasi, edukasi, informed choice dan informed consent kepada
pasien dan keluarga.
5) Pasang IVFD.
6) Nilai tanda tanda infeksi (tanda vital, lekosit, tanda-tanda infeksi
intrauterin.
7) Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500mg atau eritromisin bila tak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2 x 500mg selama 7 hari.
8) Rawat Konservatif
a) Usia kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
b) Usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
busa negatif : beri deksamethason, observasi tanda tanda infeksi,
dan kesejahteraan janin. Terminasi pada usia 37 minggu.
c) Usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksamethason, dan induksi setelah 24
jam.
d) Jika usia 32-37 minggu, ada infeksi, beri tokolitik dan lakukan induksi.
e) Pada usia 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan
paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin setiap minggu. Dosis betametason 12mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, dexamethason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak
4 kali.
9) Rawat aktif
a) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
16
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
Skor pelvik >5, induksi persalinan, partus pervaginam.
BAB IV.
DOKUMENTASI
17
18