Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan Misi Kabupaten Dompu Tahun 2015-2021, yaitu

Meningkatkan Pertumbuhan dan Memperkuat Struktur Ekonomi Daerah

Berbasis Potensi Lokal, maka salah satu strategi untuk mencapai misi tersebut

dilaksanakan melalui Program Pengembangan Komoditas Unggulan Tebu

Rakyat, Sapi, Jagung dan Rumput Laut (TERPIJAR). Kegiatan ini dilaksanakan

karena dilatarbelakangi bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih

tergolong miskin. Pelaksanaan TERPIJAR diselaraskan dengan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara

Barat 2013-2018, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Dompu 2017-2021 dan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat

Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan. Oleh karena

itu kegiatan pemberdayaan pembudidaya Rumput Laut dikoordinasikan oleh

Pemerintah Kabupaten Dompu sebagai kelanjutan Program Pengembangan

Komoditas Unggulan Sapi, Jagung, dan Rumput Laut (PIJAR) pada program

kegiatan Kelautan Perikanan tahun 2015-2016 yang dalam hal ini dilaksanakan

Pemerintah Kabupaten Dompu.

Sasaran utama program TERPIJAR ini, adalah terbentuknya Kelompok

Usaha Pembudidaya Rumput Laut. Kelompok ini adalah badan usaha non badan

hukum ataupun yang sudah berbadan hukum yang berupa kelompok yang
2

dibentuk oleh pembudidaya berdasarkan hasil kesepakatan/musyawarah seluruh

anggota yang dilandasi oleh keinginan bersama untuk berusaha bersama dan

dipertanggungjawabkan secara bersama guna meningkatkan pendapatan anggota.

Pembentukan Kelompok sebaiknya dikerangkai oleh pranata-pranata dan

jaringan sosial yang dimiliki masyarakat. Eksistensi pranata-pranata dan jaringan

sosial tersebut sangat berarti dan strategis bagi rumah tangga (Kusnadi,2010)

Kelompok ini nantinya menjadi wadah atau tempat untuk mengembangkan

tujuan dari adanya program ini. Kelompok seperti inipun sudah ada sejak adanya

Program TERPIJAR Kelautan dan Perikanan, sehingga dapat dikatakan sebagai

kelanjutan dari kelompok sebelumnya. Dengan dibentuknya Kelompok

pembudidaya ini, tentunya menjadi satu langkah baru dalam masyarakat

mengembangkan kesejahteraan hidupnya secara mandiri. Kondisi masyarakat

nelayan didaerah ini memang perlu diperhatikan mengingat sebagian besar

masyarakat menggantungkan hidupnya dari penghasilan perikanan.

Pembangunan sektor perikanan sebagai bagian integral dari pembangunan

ekonomi nasional diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan dan cita-cita

luhur bangsa Indonesia dan mewujudkan masyarakat yang adil dan merata,

meterial dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pemerintah, terutama Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya telah

menetapkan sepuluh komuditas unggulan karena mempunyai potensi untuk

ekspor, komuditas tersebut adalah udang, rumput laut, ikan lele dumbo, ikan

kerapu, nila, gurami, bandeng patin, abolone, dan ikan hias (Mahyuddin, 2011).
3

Salah satu Kecamatan di Kabupaten Dompu yang menjadi prioritas

Program Pengembangan Komoditas Unggulan Tebu, Sapi, Jagung dan Rumput

(TERPIJAR) 2017 adalah Kecamatan Manggelewa. Pertimbangannya, potensi

Kecamatan Manggelewa di bidang Kelautan dan Perikanan sangat besar,

terutama untuk kegiatan budidaya rumput laut.

Desa Kwangko merupakan salah satu Desa yang mempunyai potensi yang

baik untuk merealisasikan program TERPIJAR. Masyarakat atau Kelompok

yang mendapatkan Program TERPIJAR adalah masyarakat atau kelompok yang

berlatar belakang pembudidaya rumput laut sebanyak 10 orang, dan sampai

sekarang masih eksis menjalankan budidaya rumput laut.

Masyarakat atau kelompok yang mendapatkan Program TERPIJAR

bertempat di Dusun Kampung Baru, Desa Kwangko. Dusun Kampung Baru

yang merupakan daerah yang strategis untuk pengembangan program

TERPIJAR, karena ditunjang oleh keamanan wilayahnya, juga tempat strategis

untuk budidaya rumput laut, sehingga sangat cocok untuk pelaksanaan program

TERPIJAR.

Tabel 1. Data Kelompok Permata Bahari penerima bantuan PIJAR tahun 2015 Desa
Kwangko Kecamatan Manggelewa Kabupaten Dompu

LUAS LAHAN
NO NAMA JABATAN ALAMAT
Tali Ris Induk/Petakan

1 Fauzi Ketua Kwangko 40 2


4

2 Taufik Sekretaris Desa Bara 70 2

3 Asikin Bendahara Desa Bara 60 2

4 Abakar Daming Anggota Desa Bara 70 1

5 Hamsah Anggota Desa Bara 60 2

6 M. Yamin Anggota Desa Bara 60 5

7 Fatahullah Anggota Desa Bara 70 3

8 Sahrudin Arahman Anggota Desa Bara 60 2

9 Jamaluddin Anggota Desa Bara 70 2

10 Sukardin Anggota Desa Bara 75 2

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Dompu 2015.

Untuk mendapatkan jawaban yang objektif dari permasalahan tersebut di

atas, peneliti menganggap perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan judul:

ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI

PROGRAM PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN TEBU

RAKYAT, SAPI, JAGUNG, RUMPUT LAUT (TERPIJAR)

KELOMPOK PERMATA BAHARI DESA KWANGKO KECAMATAN

MANGGELEWA KABUPATEN DOMPU.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah Apakah program Pengembangan Komoditas Unggulan TERPIJAR

Rumput Laut sudah dilaksanakan secara optimal dan dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat di Desa Kwangko Kec. Manggelewa Kab. Dompu.?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah di atas , maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pelaksanaan program Pengembangan Komoditas Unggulan Tebu

Rakyat, Sapi, Jagung, Rumput Laut (TERPIJAR) khususnya Rumput Laut dalam

meningkatkan pendapatan masyarakat di Desa Kwangko Kec. Manggelewa Kab.

Dompu

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini semoga bermanfaat untuk pengembangan ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan obyek penelitian.

b. Manfaat Praktis

Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Dompu,

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Dompu dan Instansi terkait lain

dalam merumuskan strategi dan model pemberdayaan masyarakat khususnya

pada program pengembangan komoditas unggulan budidaya rumput laut.


6

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Dasar Teori Variabel X

a. Program Pengembangan Komoditas Unggulan

Program Pengembangan Komoditas Unggulan Tebu Rakyat, Sapi, Jagung

Rumput Laut (TERPIJAR) merupakan upaya untuk meningkatkan produksi

dan tingkat pendapatan masyarakat juga untuk memperluas areal budidaya.

Program Pengembangan Komoditas Unggulan ini berasal dari Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kabupaten Dompu dengan

harapan agar semakin tumbuh keswadayaan masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan tersebut.

a) Tujuan Program Pengembangan Komoditas Unggulan (TERPIJAR)

Kabupaten Dompu 2017-2021 :

(a) Meningkatnya kapasitas produksi

(b) Meningkatnya luas areal budidaya rumput laut

(c) Meningkatkan kemampuan, pendapatan, dan kesejahteraan masyarakat

pembudidaya rumpu laut secara berkelanjutan melalui pengembangan

wirausaha perikanan budidaya.

(d) Peningkatan fungsi kelembagaan kelompok pembudidaya yang kuat

dan membangun jaringan dan kemitraan lembaga keuangan dalam

akses permodalan usaha perikanan budidaya (Dinas Kelautan dan

Perikanan, 2011).
7

b) Sasaran yang ingin dicapai dalam program Pengembangan Usaha Mina

Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP-PB) adalah:

(a) Tercapainya target produksi rumput laut 25 ribu ton (basah) pada akhir

2021.

(b) Tercapainya areal budidaya seluas 5.000 hektar pemanfaatan sampai

tahun 2021..

(c) Tumbuhnya wirausaha di bidang perikanan budidaya yang tangguh

(Dinas Kelautan dan Perikanan, 2011).

c) Progres Pengembangan Program Pengembangan Komoditas Unggulan Tebu

Rakyat, Sapi, Jagung Rumput Laut (TERPIJAR)

(a) Perencanaan

Perencanaan dalam pengembangan Program Pengembangan

Komoditas Unggulan Tebu Rakyat, Sapi, Jagumg, Rumput Laut

(TERPIJAR) sangat penting, hal ini dimaksudkan agar dengan

perencanaan yang tepat dapat menghasilkan (output) seperti yang

diharapkan. Perencanaan meliputi lokasi kegiatan, jenis kegiatan

(budidaya) dan orang-orang sebagai peserta kelompok penerima BLM.

(b) Identifikasi Calon Lokasi dan Kelompok Sasaran

Identifikasi Calon Lokasi dan Kelompok Sasaran dilakukan dengan

mengumpulkan data dan informasi dengan kriteria sebagai berikut:

Potensi sumberdaya lahan dan perairan untuk kegiatan budidaya

rumput laut.
8

Lokasi dapat dijangkau.

Desa/Kelurahan yang sesuai untuk pengembangan usaha budidaya

rumput laut.

Masyarakatnya mendukung dilaksanakannya kegiatan TERPIJAR.

d) Seleksi Kelompok Budidaya Perikanan (POKDAKAN) Calon Penerima

TERPIJAR

Dengan lokasi yang cukup potensial dan kesesuaian lahan untuk

kegiatan usaha budidaya maka kegiatan selanjutnya adalah

mengidentifikasi kelompok sasaran (terget group) yaitu kelompok

calon peserta TERPIJAR yang akan menerima BLM untuk modal

usaha perikanan budidaya sesuai dengan kriteria yang ada dalam

pedoman teknis TERPIJAR.

e) Pendampingan

Sosialisasi kegiatan TERPIJAR

Penumbuhan kelompok

Bimbingan teknis

Pembinaan manajemen usaha dan pemupukan modal

Penyaluran, Pemanfaatan, dan Pelaporan BLM (Dinas Kelautan

dan Perikanan, 2011).


9

B. Dasar Teori Variabel Y

a. Teori Pendapatan

Menurut Hernanto (2009:34), besarnya pendapatan yang akan

diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang

mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha,

pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan

kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya

sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan

produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila

harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga

berubah (Soekartawi, 2009:50).

Menurut Gustiyana (2011:104), pendapatan dapat dibedakan menjadi

dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan

merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan

rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani

ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani.

Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan

biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim

tanam. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai

akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek, dll.


10

a) Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2011:117), dapat dibagi

menjadi dua pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan

yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat

diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai

dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil,

(2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam

satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya

produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur

penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil

perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran

atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan

lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2011:33).

Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut

diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu

keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Mubyarto,

2009:43).
11

Menurut Hernanto (2009:86), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pendapatan usahatani:

(a) Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas tanaman

rata-rata,

(b) Tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks

pertanaman,

- Pilihan dan kombinasi,

- Intensitas perusahaan pertanaman,

- Efisiensi tenaga kerja.

Menurut Soekartawi (2009:35), biaya usahatani adalah semua

pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan

menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya

yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan

dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh volume produksi.

b) Pendapatan Rumah Tangga

Menurut Mosher (2009:28), tolok ukur yang sangat penting untuk

melihat kesejahteraan petani adalah pandapatan rumah tangga, sebab beberapa

aspek dari kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya

pendapatan petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi yaitu, pangan, sandang, papan, kesehatan dan lapangan kerja.


12

Petani di pedesaan khususnya petani kecil sangat tergantung dari

pendapatan di sektor non pertanian sehingga kaitan keberhasilan sektor

pertanian dan non pertanian di pedesaan menjadi sangat kental (Soekartawi,

2010:137). Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan

beberapa orang anggotanya. Kepala rumah tangga adalah orang yang paling

bertanggungjawab terhadap rumah tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga

atau rumah tangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi

tanggungan kepala rumah tangga yang bersangkutan.

Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator yang penting

untuk mengetahui tingkat hidup rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah

tangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau

lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh

pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga petani.

Hernanto (2009:72), menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang

mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu faktor internal seperti unsur tanah,

air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan jumlah

tenaga kerja. Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal, yaitu

tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, harga, sarana produksi, fasilitas

kredit, dan penyuluhan.


13

Tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga

untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya

modal yang dimiliki petani. Semakin besar pendapatan keluarga petani

cenderung lebih berani menanggung resiko. Pendapatan besar mencerminkan

tersedianya dana yang cukup untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan yang

rendah menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal.

Menurut Soekirno (2010:22), terdapat empat ukuran pendapatan:

a. Pendapatan Kerja Petani

Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan

kenaikan investasi yang kemudian dikurangi dengan pengeluaran baik tunai

maupun bunga modal dan investasi nilai kerja keluarga.

b. Penghasilan Kerja Petani

Pendapatan ini diperoleh dari selisih total penerimaan usahatani setelah

dikurangi dengan bunga modal.

c. Pendapatan Kerja Keluarga

Pendapatan yang diperoleh dari balas jasa dan kerja serta pengelolaan

yang dilakukan petani dan anggotanya yang bertujuan untuk menambah

penghasilan rumah tangga.


14

d. Pendapatan Keluarga

Angka ini diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber-sumber

lain yang diterima petani bersama keluarga disamping kegiatan pokoknya.

Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu

sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian

dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh petani,

menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non

pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga,

perdagangan, pegawai, jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor

pertanian lainnya (Sajogyo, 2009:52).

Menurut Soeratno (2009:27), ukuran pendapatan yang digunakan untuk

tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang diperoleh

dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja dirumah tangga akan terdorong

bekerja untuk kesejahteraan keluarganya. Beberapa hasil studi menunjukkan

bahwa anggota keluarga seperti istri dan anak-anak adalah penyumbang dalam

berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun mencari nafkah.

Menurut Hernanto (2010:54), pendapatan petani dialokasikan untuk kegiatan:

a. Kegiatan produktif, yaitu untuk membiayai kegiatan usahataninya,

b. Kegiatan konsumtif, yaitu untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan,

rekreasi, dan pajak,


15

c. Pemeliharaan investasi, dan

d. Investasi dan tabungan.

b. Pendapatan

Pendapatan merupakan jumlah yang dibebankan kepada langganan atas

barang dan jasa yang dijual, dan merupakan unsur yang paling penting dalam

sebuah perusahaan, karena pendapatan akan dapat menentukan maju-

mundurnya suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus berusaha

semaksimal mungkin untuk memperoleh pendapatan yang diharapkannya.

Pendapatan pada dasarnya diperoleh dari hasil penjualan produk atau jasa

yang diberikan.

c. Jenis-jenis Pendapatan

Jenis-jenis pendapatan menurut Kusnadi (2009;19) dalam buku Akuntansi

Keuangan Menengah (Prinsip, Prosedur dan Metode) adalah sebagai berikut :

a) Pendapatan operasi.

b) Pendapatan non operasi.

Adapun penjelasaan jenis-jenis pendapatan adalah sebagai berikut

Pendapatan Operasi

Pendapatan operasi dapat diperoleh dari dua sumber yaitu :

(a) Penjualan kotor


16

Penjualan kotor adalah penjualan sebagaimana tercantum dalam faktur atau

jumlah awal pembebanan sebelum dikurangi penjualan return dan potongan

penjualan.

(b) Penjualan bersih

Penjualan bersih adalah penjualan yang diperoleh dari penjualan kotor

dikurangi return penjualan ditambah dengan potongan penjualan lain-lain.

Pendapatan non operasi

Pendapatan non operasi dapat diperoleh dari dua sumber yaitu :

(a) Pendapatan bunga

Pendapatan bunga adalah pendapatan yang diterima perusahaan karena

telah meminjamkan uangnya kepada pihak lain.

(b) Pendapatan sewa

Pendapatan sewa adalah pendapatan yang diterima perusahaan karena telah

menyewakan aktivanya untuk perusahaan lain.

Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa jenis-jenis

pendapatan terdiri dari pendapatan operasi yang diperoleh dari penjualan

kotor dan penjualan bersih, pendapatan non operasi diperoleh dari pendapatan

bunga dan poendapatan sewa.


17

d. Konsep Pendapatan

Menurut Theodorus M.Tuanakotta (2010;153) menyatakan bahwa

pada dasarnya ada dua pendekatan terhadap konsep pendapatan (revenue) yaitu

a) Pendekatan yang memusatkan perhatian kepada arus masuk (inflow) daripada

assets yang ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan.

b) Memusatkan perhatian kepada pencapaian barang dan jasa oleh perusahaan

dan transfer dari barang dan jasa kepada konsumen atau produsen lain.

Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa konsep pendapatan

harus dipusatkan perhatiannya kepada arus masuk daripada asset yang

ditimbulkan, dan harus dipusatkan kepada pencapaian barang dan jasa oleh

perusahaan.

e. Pengukuran Pendapatan

Pengukuran pendapatan menurut PSAK no. 23.3 ( 2012 ; 23.3 ) dibagi

menjadi dua bagian yaitu :

a) Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau

yang dapat diterima

b) Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan

oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli.


18

Berdasarkan uraian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa pengukuran

pendapatan harus diukur dengan nilai wajar yang diterima, jumlah pendapatan

yang diperoleh dari suatu transaksi ditentukan oleh persetujuan antara kedua

belah pihak yaitu persetujuaan antara penjual dan pembeli.


19

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan

menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya

(Strauss dan Corbin, 2009).

Pendekatan kualitatif dalam hal ini sesungguhnya adalah prosedur penelitian

yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sehingga data yang dikumpulkan

adalah data yang berupa kata/ kalimat maupun gambar (bukan angka-angka).

Data-data ini bisa berupa naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video,

dokumen pribadi, memo ataupun dokumen resmi lainnya (Moleong, 2009).

Bogdan dan Taylor (2011) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah

salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan-

ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.

B. Kehadiran Peneliti

Pada penelitian ini peneliti berperan sebagai pengamat penuh dimana

kehadiran peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai instrument kunci yang
20

langsung melibatkan diri dalam kehidupan subyek dalam waktu penelitian yang

sudah ditetapkan peneliti untuk memperoleh data.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kwangko, Kecamatan Manggelewa,

Kabupaten Dompu. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi adalah, peneliti dapat

menemukan hal-hal yang bermakna dan baru.

D. Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder baik bersifat kuantatif maupun kualitatif . Data primer diperoleh

langsung dari responden melalui teknik wawancara secara mendalam,

penyebaran kuesioner dan observasi lapangan. Sumber data primer berasal dari

pihak-pihak yang terkait dengan program TERPIJAR baik langsung maupun

tidak langsung, yaitu KUB, UPR, Kelompok Budidaya Rumput Laut dan Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Dompu. Data sekunder diperoleh melalui

penelusuran berbagai kepustakaan dan dokumen dari instansi terkait (dinas,

badan, kantor dalam lingkup pemerintah daerah Dompu), laporan hasil penelitian

yang pernah dilakukan sebelumnya, dan berbagai informasi lainnya yang relevan

dengan tujuan Penelitian.


21

E. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan

informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau

subjek penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini,

wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media

telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk

memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang

diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain

sebelumnya. Karena merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil

wawancara sesuai atau berbeda dengan informasi yang telah diperoleh

sebelumnya. Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa tahapan yang

harus dilalui,yakni ; 1). mengenalkan diri, 2). menjelaskan maksud

kedatangan, 3). menjelaskan materi wawancara, dan 4). mengajukan

pertanyaan (Yunus, 2010: 358).

b. Observasi

Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik

pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif.

Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan

pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh


22

informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil

observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana

tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk

memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab

pertanyaan penelitian.

Bungin (2010: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu:

1). Observasi partisipasi, 2). observasi tidak terstruktur, dan 3). observasi

kelompok. Berikut penjelasannya:

a. Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode

pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian

melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam

keseharian informan.

b. Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa

menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan

pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.

c. Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim

peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.


23

c. Dokumen

Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat

fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat,

cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini

bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu

memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga

tidak sekadar barang yang tidak bermakna.

F. Teknik Analisis Data

Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan

pendapatan atas biaya total dimana semua input milik keluarga juga

diperhitungkan sebagai biaya dalam periode tertentu (Soekartawi et al. 2010).

Secara umum pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan

pengeluaran. Dalam hal ini pendapatan usahatani budidaya rumput laut

merupakan selisih antara penerimaan total pembudidaya dengan pengeluaran total

pembudidaya dalam satu siklus produksi. Perhitungan pendapatan usahatani atas

biaya tunai dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut, yaitu:

Y Tunai = TR - Bt

TR = PxQ
24

Keterangan :

Y tunai = Pendapatan tunai pembudidaya

TR = Penerimaan total pembudidaya rumput laut

Bt = Biaya tunai

Bd = Biaya yang diperhitungkan

P = Harga rumput laut

Q = Jumlah rumput laut

Sedangkan untuk menghitung pendapatan atas biaya total adalah sebagai

berikut:

Y Total = TR - TC

TC = Bt+Bd

Keterangan:

Y total = Pendapatan total pembudidaya


TR = Penerimaan total pembudidaya rumput laut
TC = Pengeluaran total
Bt = Biaya tunai
Bd = Biaya yang diperhitungkan

Biaya penyusutan alat-alat budidaya dihitung dengan membagi nilai

pembelian dikurangi nilai sisa yang dibagi dengan umur ekonomisnya.


25

Metode yang digunakan menggunakan metode garis lurus. Rumus dapat

dituliskan secara matematis sebagai berikut:

(Nb Ns)
Biaya Penyusutan =
N
Keterangan

Nb = Nilai pembelian
Ns = Nilai sisa
N = Umur ekonomis

Analisis Rasio (R/C Ratio) Analisis R/C rasio merupakan perbandingan antar

penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. R/C rasio terbagi menjadi dua,

R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Analisis R/C rasio

dapat dijadikan gambaran efisiensi dari usahatani. Adapun rumus

matematisnya adalah sebagai berikut:

R TR
Rasio atas biaya tunai =
C Bt

R TR
Rasio atas biaya total =
C ( Bt Bd )

Keterangan:

TR = Penerimaan total pembudidaya rumput laut

Bt = Biaya tunai
26

Bd = Biaya yang diperhitungkan

Terdapat beberapa kriteria yang dapat ditunjukan dari hasil analisis R/C rasio,

kriteria tersebut menunjukan tingkat keuntungan dari usahatani yang

dilakukan, diantaranya:

a. R/C > 1, maka usahatani tersebut menguntungkan, karena setiap rupiah

biaya yang dikeluarakan akan menghasilkan penerimaan sebesar lebih dari

satu rupiah.

b. R/C = 1, maka usahatani tersebut dikatakan impas karena setiap satu

rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar

satu rupiah.

c. R/C < 1, maka usahatani tersebut dikatakan tidak menguntungkan karena

setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan

sebesar kurang dari satu rupiah.


27

BAB IV

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Geografi , Topografi, dan Klimatologi

Desa Bara memiliki luas wilayah sebesar 52,05 Km2. Secara geografis

Desa Bara terletak di antara 0832'57,72"S11823'34,51'T. Desa Bara

meliputi areal daratan seluas 48,25 Km2, terletak pada bagian barat

Kecamatan Woja. Sebelah Utara berbatasan Persawahan So-Doro Naru,.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mumbu dan Desa Baka Jaya.

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Nowa. Sebelah Barat berbatasan

dengan Desa Buna.

Secara administratif Desa Bara terdiri dari tujuh dusun, yaitu: Dusun

Bara, Dusun Langan, Dusun Mekar Baru, Dusun Kabuntu, Dusun Sipon dan

Dusun Foo Mpongi.

b. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat

Jumlah penduduk Desa Bara tahun 2013 berjumlah 7.125 Jiwa. Jumlah

penduduk terbanyak kedua di Kecamatan Woja, penduduk di Desa Bara

sebagian besar berprofesi buruh tani, penggarap dan buruh harian.


28

c. Profil Kelompok Sumber Hidup

a) Sejarah Terbentuknya Kelompok

Pada awalnya kegiatan masyarakat Desa Bara Kecamatan Woja rata-rata

bergerak dibidang pertanian dengan berprofesi sebagai buruh tani,

penggarap dan buruh harian, namun karena masih adanya lahan yang

potensial yang belum tergarap dan atas arahan dari Dinas Kelautan,

Perikanan Kabupaten Dompu, melalui para Penyuluh Perikanan maka

lahan potensial yang belum tergarap tersebut digunakan untuk lahan

budidaya ikan dengan kegiatan pembesaran lele dalam kolam tanah dan

kolam terpal. Hal tersebut selain untuk memanfaatkan lahan juga untuk

meningkatkan taraf pendapatan masyarakat sekitar. Seiring dengan

berjalannya waktu dan perkembangan kegiatan budidaya ikan lele tersebut

maka perlu adanya pembentukan Kelompok Pembudidaya Ikan.

Kelompok Pembudidaya Ikan tersebut diberi nama SUMBER HIDUP

dengan harapan kegiatan usaha budidaya ikan tersebut mengalami

Keabadian dan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakatnya yang

tergabung dalam kelompok.

b) Tujuan Kelompok

Pembentukan Kelompok Sumber Hidup ini bertujuan untuk :

(a) Memanfaatkan lahan yang potensial untuk usaha budidaya ikan

(b) Penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Desa Bara

Kecamatan Woja
29

(c) Meningkatkan Produksi Perikanan Budidaya

(d) Meningkatkan Pendapatan dan Kesejahteraan Pembudidaya di Desa

Bara Kecamatan Woja

c) Aktifitas Kelompok

Kelompok Pembudidaya Ikan lele Sumber Hidup selain memiliki kegiatan

usaha dibidang pembesaran ikan lele, kelompok Sumber Hidup memiliki

kegiatan rutin yaitu pertemuan kelompok yang dilakukan setiap 1 - 2 kali

dalam 1 bulan dengan tujuan untuk membahas berbagai aspek yaitu aspek

sosial dan aspek teknis sehingga mampu mengetahui sejauh mana

kegiatan usaha budidaya lele yang dilakukan mengalami perkembangan.

apabila menemui kesulitan kelompok Sumber Hidup senantiasa bertanya

dan berdiskusi dengan penyuluh perikanan pendamping dari Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Dompu.

d) Sarana dan Prasarana

Saran dan prasarana yang dimiliki oleh kelompok adalah berupa

hamparan kolam tanah dan kolam terpal dengan luas lahan 144 m2 dengan

jumlah kolam 24 unit. Selain itu Kelompok juga memiliki sarana berupa

gudang digunakan untuk menyimpan pakan dan peralatan tangkap. Modal

usaha kelompok diperoleh dari swadaya anggota kelompok dengan

menyisihkan hasil dari panen sebesar 1,5 % dari hasil usaha. Selain itu

Kelompok Sumber Hidup Juga Memperoleh modal usaha berupa Bantuan

Langsung Masyarakat (BLM) PUMP-PB Perikanan Budidaya Tahun 2013


30

Sebesar Rp. 65.000.000,- (enam puluh lima juta rupiah). BLM

tersebut dipergunakan untuk melakukan pembelian pakan, benih, seser

dan perbaikan kolam

e) Pendampingan

Pendampingan pada Kelompok Budidaya ikan lele Sumber Hidup

dilaksanakan oleh Penyuluh Perikanan Wilayah Binaan Kecamatan Woja

dan Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK) yaitu Ibu Nursilmi

Ardiansyih,S.Pi dan Nur Laili,S.Pi yang berasal dari lembaga Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Dompu, selain itu juga memperoleh

pembinaan / Pendampingan dari UPTD Balai Benih Ikan Matua,

Pendampingan oleh Penyuluh Perikanan dilakukan 1-2 kali dalam 1 bulan

dengan didominasi menggunakan metode kunjungan lapangan dan diskusi

serta demonstrasi contoh, seperti cara menentukan berat pakan ikan dan

kegiatan teknis lainnya.

B. Analisis Dan Pembahasan

- Penggunaan Input Produksi Budidaya Ikan Lele

Secara umum input yang digunakan dalam budidaya ikan lele di Desa Bara

Kecamatan Woja dapat dilihat pada Tabel berikut ini:


31

Tabel II. Rata-rata Penggunaan Input Produksi Per Siklus Usaha Tani Budidaya
Ikan Lele Di Desa Bara Kecamatan Woja Tahun 2013.
Harga Rata-rata
Input Produksi Jumlah Satuan Satuan
Kolam Tanah 2 Unit 1.150.000

Tarpal 2 Buah 120.000

Kayu Laut (Wako) 5 Batang 5.000

Bambu 10 Batang 10.000

Ember Bak 2 Buah 50.000

Hapa 2 Buah 100.000

Seser 2 Buah 50.000

Serok 2 Buah 50.000

Timbangan Duduk 1 Unit 200.000

Bibit Lele 2.000 Ekor 1000

Pakan PS-C 5 Kilogram 20.000

Pakan Hiprovit

999 20 Kilogram 22.000

Pakan Bintang 888 100 Kilogram 10.000

Kantong Plastik 1 Pak 100.000

Karet Gelang 1 Bungkus 30.000

M4 2 Botol 20.000

Tenaga kerja 2 HOK 50.000

Sumber: Kelompok Budidaya Sumber Hidup Desa Bara (2013)


32

Berdasarkan Tabel II di atas input produksi budidaya ikan lele di Desa

Bara Kecamatan Woja dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu input variabel

dan input tetap. Penggunaan input yang bersifat tetap diantaranya:

(a) Kolam Tanah, jumlah kolam tanah yang digunakan rata-rata berjumlah 2

unit dengan ukuran 3 x 4 M2, harga rata-rata untuk setiap kolam tanah

yaitu Rp 2.300.000. Sehingga untuk investasi kolam tanah diperlukan

uang sebesar Rp 27.600.000. Kolam tanah digunakan sebagai

tempat/wadah pemeliharaan ikan lele. Benih ikan lele berada di dalam

kolam tanah rata-ratas selama 2-3 bulan.

(b) Tarpal, jumlah tarpal yang digunakan rata-rata berjumlah 24 buah dengan

ukuran 4 x 6 M2, harga rata-rata untuk setiap tarpal yaitu Rp 120.000.

Sehingga untuk investasi tarpal diperlukan uang sebesar Rp 2.880.000.

Tarpal digunakan untuk pembuatan kolam tarpal sebagai tempat/wadah

pemeliharaan dan pembesaran ikan lele. Ikan lele berada di dalam kolam

tarpal rata-ratas selama 2-3 bulan.

(c) Kayu Laut, jumlah kayu laut yang digunakan rata-rata berjumlah 5

batang, harga rata-rata Kayu laut yaitu Rp 5.000. Sehingga untuk

investasi kayu laut diperlukan uang sebesar Rp 300.000. kayu laut

digunakan untuk pembuatan kolam tarpal.

(d) Bambu, jumlah bambu yang digunakan rata-rata berjumlah 10 batang,

harga rata-rata bambu yaitu Rp 10.000. Sehingga untuk investasi bambu


33

diperlukan uang sebesar Rp 1.200.000. bambu digunakan untuk

pembuatan kolam tarpal.

(e) Ember Bak, jumlah ember bak yang digunakan rata-rata berjumlah 2

buah, harga rata-rata ember bak Rp. 50.000. Sehingga untuk investasi

ember bak diperlukan uang sebesar Rp. 1.200.000. alat ini berfungsi

sebagai tempat penampungan ikan lele yang sudah siap untuk di

pasarkan.

(f) Hapa, jumlah hapa yang digunakan rata-rata berjumlah dua buah, Harga

hapa yang digunakan rata-rata Rp 100.000. Sehingga total investasi untuk

pembelian hapa adalah Rp 2.400.000. alat ini befungsi sebagai alat untuk

menangkap ikan lele.

(g) Seser, jumlah seser yang digunakan rata-rata berjumlah 2 buah, Harga

rata-rata serokan yang digunakan adalah Rp. 25.000. Sehingga total

investasi untuk pembelian serokan adalah Rp. 1.200.000. Alat ini

berfungsi sebagai alat bantu menangkap ikan lele.

(h) Serokan, jumlah serokan yang digunakan rata-rata berjumlah 2 buah,

Harga rata-rata serokan yang digunakan adalah Rp. 25.000. Sehingga

total investasi untuk pembelian serokan adalah Rp. 1.200.000 Alat ini

berfungsi sebagai alat bantu menangkap ikan lele..

(i) Timbangan duduk, jumlah timbagan duduk yang digunakan rata-rata

berjumlah 1 Unit, Harga rata-rata timbangan duduk yang digunakan

adalah Rp. 200.000. Sehingga total investasi untuk pembelian timbangan


34

duduk adalah Rp. 2.400.000 Alat ini berfungsi sebagai alat timbangan

ikan lele yang telah siap untuk di pasarkan

Penggunaan input variabel dalam budidaya ikan lele di Desa Bara

Kecamatan Woja, diantaranya:

(a) Bibit Ikan Lele

Bibit Ikan Lele yang digunakan rata-rata 2.000 ekor dengan ukran

5-8 Cm. Harga rata-rata untuk bibit ikan lele yaitu Rp. 1.000 / ekor.

Sehingga untuk investasi diperlukan uang sebesar Rp. 24.000.000

pemilihan bibit ikan lele yang ditebar pada kolam pembesaran harus

sehat dan lincah, sehingga benih ikan lele dapat hidup dalam kondisi

sehat.

(b) Pakan PS-C

Pakan PS-C yang digunakan merupakan pakan jenis apung,

pemberian pakan PS-C pada ikan lele yang masih berumur 4-6 minggu,

rata-rata jumlah ikan lele yang dimiliki oleh pembudidaya adalah 2.000

ekor. Sistem pemberian pakan tidak menggunakan standar feeding rate,

pakan diberikan kepada ikan lele dengan cara ditabur, dan ditinggal.

Metode ini lebih mengandalkan pengalaman dalam pemberian pakan.

Pakan yang dihabiskan pembudidaya dalam tiga bulan atau satu siklus

adalah 5 kg dengan harga per kilogramnya Rp. 20.000. Sehingga dalam

satu siklus diperlukan uang sebesar Rp. 1.200.000 untuk pembelian pakan
35

PS-C.

(c) Pakan Hiprovit 999

Pakan Hiprovit 999 yang digunakan merupakan pakan jenis apung,

pemberian pakan Hiprovit 999 pada ikan lele yang sudah berumur 6-8

minggu, rata-rata jumlah ikan lele yang dimiliki oleh pembudidaya adalah

2.000 ekor. Pakan yang dihabiskan pembudidaya dalam tiga bulan atau

satu siklus adalah 20 kg dengan harga per kilogramnya Rp. 20.000.

Sehingga dalam satu siklus diperlukan uang sebesar Rp. 4.800.000 untuk

pembelian pakan hiprovit 999.

(d) Pakan Bintang 888

Pakan Bintang 888 yang digunakan merupakan pakan jenis

tenggelam, pemberian pakan Bintang 888 pada ikan lele yang sudah

berumur 8-12 minggu, rata-rata jumlah ikan lele yang dimiliki oleh

pembudidaya adalah 2.000 ekor. Pakan yang dihabiskan pembudidaya

dalam tiga bulan atau satu siklus adalah 100 kg dengan harga per

kilogramnya Rp. 10.000. Sehingga dalam satu siklus diperlukan uang

sebesar Rp. 12.000.000 untuk pembelian pakan bintang 888.

(e) Kantong Plastik

Jumlah rata-rata kantong plastik yang digunakan berjumlah 1 pak,

harga rata-rata kantong plastik yaitu Rp 100.000. Sehingga untuk

investasi Kantong Plastik diperlukan uang sebesar Rp 1.200.000. Kantong

plastik digunakan untuk membungkus ikan lele yang sudah siap


36

dipasarkan.

(f) Karet Gelang

Jumlah rata-rata karet gelang yang digunakan berjumlah 1 bungkus,

harga rata-rata karet gelang yaitu Rp 30.000. Sehingga untuk investasi

Kantong Plastik diperlukan uang sebesar Rp 360.000. Karet gelang

digunakan untuk mengikat kantong plastik pembungkus ikan lele yang

telah siap panen atau dipasarkan.

(g) M4

Jumlah rata-rata M4 yang digunakan berjumlah 2 Botol, harga rata-

rata M4 yaitu Rp 20.000. Sehingga untuk investasi Kantong Plastik

diperlukan uang sebesar Rp 480.000, M4 adalah jenis obat-obatan untuk

merangsang pertumbuhan ikan lele dan berfungsi untuk memperbaiki

kualitas air pada kolam pembesaran ikan lele

C. Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani pada umumnya terdiri dari penerimaan tunai dan

penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan yang langsung

diterima oleh petani dalam bentuk uang tunai dari hasil penjualan ikan lele.

Sedangkan penerimaan non tunai merupakan penerimaan yang diperoleh petani

tidak dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk seperti konsumsi atau

stock ikan lele, namun dalam usahatani ini penerimaan tidak tunai hanya

bersumber dari stock ikan lele. Penerimaan usahatani didapatkan dari hasil
37

penjualan jumlah ikan lele yang dihasilkan dikalikan dengan harga ikan lele.

Jumlah ikan lele yang dihasilkan rata-rata menghasilkan 250 Kilogram,

dengan harga ikan lele per kilogramnya Rp. 27.000, sehingga penerimaan rata-

rata per siklus panen ikan lele adalah Rp. 81.000.000. Sehingga apabila dalam

satu tahun terdapat 3 kali siklus panen, maka penerimaan pembudidaya ikan lele

di Desa Bara Kecamatan Woja dalam satu tahun Rp. 243.000.000.

D. Pengeluaran Usahatani

Pengeluaran usahatani merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk

menghadirkan input produksi dalam menjalankan usahatani. Pengeluaran dalam

usahatani dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pengeluaran atas biaya tunai

dan dan biaya diperhitungkan. Pengeluaran atas biaya tunai adalah biaya yang

dikeluarkan petani secara tunai dari kegiatan usahatani sampai penjualan produk

usahatani dalam hal ini adalah ikan lele berukuran 7 9 ekor/Kg. Sedangkan

biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani secara tidak

tunai, misalnya tenaga kerja dalam keluarga, biaya sewa lahan, dan penyusutan

alat-alat budidaya ikan lele.

Biaya tunai dalam budidaya ikan lele diantaranya digunakan untuk

membayar Bibit ikan lelel, pakan PS-C, pakan hiprovit 999, pakan bintang 888,

Kantong plasyik, karet gelang, M4. Besar biaya tunai yang dibutuhkan oleh

pembudidaya ikan lele di Desa Bara Kecamatan Woja adalah Rp. 42.840.000.
38

Sedangkan biaya yang diperhitungkan yaitu Rp. 11.000.000 terdiri dari biaya

penyusutan, biaya tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya sewa lahan. Sehingga

total biaya yang dikeluarkan pembudidaya dalam satu siklus adalah jumlah biaya

tunai ditambah dengan biaya yang diperhitungkan yaitu Rp. 53.840.000. Berikut

ini Tabel mengenai pengeluaran usahatani budidaya ikan lele di Desa Bara

Kecamatan Woja.

Tabel III. Pengeluaran Usaha Tani Budidaya Ikan Lele di Desa Bara Kecamatan
Woja Tahun 2013
No Input Produksi Jumlah Biaya

A Biaya Tunai
1 Bibit Lele 24.000.000

2 Pakan PS-C 1.200.000

3 Pakan Hiprovit 999 4.800.000

4 Pakan Bintang 888 12.000.000

5 Kantong Plastik 1.200.000

6 Karet Gelang 360.000

7 M4 480.000

B Total Biaya Tunai 42.840.000

C Biaya Diperhitungkan
1 Penyusutan Alat 4.500.000

2 Tenaga Kerja dalam Keluarga 6.000.000

3 Sewa lahan 500.000

D Total Biaya Diperhitungkan 11.000.000


E Total Biaya 53.840.000
Sumber: Kelompok Budidaya Sumber Hidup Desa Bara (2013)
39

E. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani merupakan selisih dari penerimaan usahatani

dengan pengeluaran usahatani. Pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua,

yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan

atas biaya tunai yang diperoleh oleh pembudidaya ikan lele setiap siklusnya

adalah Rp. 38.160.000, nilai tersebut didapat dari pengurangan antara

penerimaan dengan biaya tunai. Sedangkan pendapatan atas biaya totalnya

adalah Rp.27.160.000, nilai tersebut didapat dari pengurangan antara

penerimaan dengan pengeluaran atas biaya total.

Berikut ini Tabel mengenai penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani

budidaya ikan lele di Desa Bara Kecamatan Woja.

Tabel IV. Rata-rata Penerimaan, Biaya Dan Pendapatan Usahatani Budidaya Ikan
lele di Desa Bara Kecamatan Woja Tahun 2013
No Komponen Nilai (Rp)

A Penerimaan 81.000.000

B Biaya Tunai 42.840.000

C Biaya Diperhitungkan 11.000.000

D Biaya Total 53.840.000

E Pendapatan Atas Biaya Tunai 38.160.000

F Pendapatan Atas Biaya Total 27.160.000

Sumber: Data Primer (2014)


40

F. Analisis R/C Rasio

Analisis R/C rasio merupakan salah satu indikator kelayakan suatu

usahatani. R/C rasio dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu R/C rasio

atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Dalam usahatani budidaya ikan

lele yang dilakukan oleh pembudidaya di Desa Bara Kecamatan Woja,

didapatkan hasil R/C rasio pada Tabel V berikut ini.

Tabel V. Rata-rata Penerimaan, Biaya Dan R/C Rasio Usahatani Budidaya Ikan
lele Di Desa Bara Kecamatan Woja Tahun 2013
No Komponen Nilai

A Penerimaan Rp. 81.000.000

B Biaya Tunai Rp . 42.840.000

C Biaya Diperhitungkan Rp. 11.000000

D Biaya Total Rp. 53.840.000

E
R/C Atas Biaya Tunai 2
F
R/C Atas Biaya Total 3
Sumber: Data Primer (2014)

Berdasarkan Tabel di atas, nilai R/C rasio atas biaya tunai dari usahatani

budidaya ikan lele adalah 2, artinya setiap satu rupiah pengeluaran atas biaya tunai

akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 2. Sedangkan nilai R/C rasio atas biaya

total adalah 3, artinya setiap satu rupiah pengeluaran atas biaya total akan

memberikan penerimaan sebesar Rp. 3.


41

Nilai R/C rasio yang dihasilkan atas biaya tunai dan biaya total adalah 2 dan

3 hal ini menunjukan bahwa usahatani budidaya ikan lele ini menguntungkan untuk

diusahakan karena memiliki R/C rasio yang bernilai lebih dari satu.
42

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Masih rendahnya produksi ikan lele di Kabupaten Dompu dikaji dari sudut

pandang efisiensi teknis menghasilkan tingkat efisiensi teknis rata-rata usahatani

budidaya ikan lele di Kabupaten Dompu sebesar 79,00 persen. Artinya usahatani

budidaya ikan lele di Kabupaten Dompu sudah cukup efisien secara teknis, dan

dalam jangka pendek produksi ikan lele di Kabupaten Dompu masih dapat

ditingkatkan sebesar 21,00 persen.

Dilihat dari tingkat pendapatan, usahatani budidaya ikan lele ini dapat

dikatakan menguntungkan, hal ini dapat dilihat dari pendapatan pembudidaya atas

biaya tunai dan biaya diperhitngkan dari usahatani budidaya ikan lele untuk setiap

siklusnya adalah Rp 38.160.000 dan Rp 27.160.000. Nilai R/C rasio atas biaya

tunai dan biaya diperhitungkan adalah 2 dan 3, hal ini menunjukan bahwa

usahatani budidaya ikan lele di Desa Bara Kecamatan Woja menguntungkan bagi

para pembudidaya.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan di atas, maka dapat

dikemukakan beberapa saran, diantaranya:

a. Usaha yang dapat dilakukan pembudidaya dalam meningkatkan efisiensi


43

teknis pada usahatani budidaya ikan lele adalah dengan meningkatkan

pengetahuan pembudidaya mengenai teknik budidaya dengan cara banyak

berdiskusi dalam kelompok budidaya dan berbagi pengalaman, serta kiat-kiat

sukses dalam menjalankan usahatani budidaya ikan lele.

b. Peran pemerintah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ikan

lele di Desa Bara Kecamatan Woja adalah dengan mendampingi kelompok

budidaya ikan lele dalam penerapan teknologi baru dalam budidaya ikan lele,

dan merangsang munculnya pembudidaya ikan lele yang handal di Desa Bara

Kecamatan Woja agar produksi ikan lele di Desa Bara Kecamatan Woja dapat

ditingkatkan sehingga tingkat pendapatan masyarakat desa bara terus

bertambah.
44

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, (2011), Psikologi Sosial, Rineka Cipta, Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

AT. Mosher, Menggerakkan dan Membangun Pertanian, terjemahan Ir. Krisnandhi.

CV. Yasa Guna ,Jakarta 2009.

Bungin, M. Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Bogdan, R.C dan Taylor. 2011. Pengantar Metode Penelitian Kuantitatif Suatu

Pendekatan Fenomenologis terhadap Ilmu-Ilmu Sosial. Surabaya: Usaha

Nasional.

Hernanto. 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hikmat, R. Harry. 2009. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora

Utama Press (HUP).

Kusnadi. 2010. Masalah, Kerjasama, Konflik, dan Konerja. Tanada. Malang.

Kusnadi. Pendampingan Masyarakat, PT. Erlangga, 2010. Jakarta

Kusnadi. Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate). Prinsip, Prosedur, dan

Metode. Universitas Brawijaya. Malang. 2009.

Mahyuddin, Kholish. 2011. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Moleong, Lexy. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja

Rosdakarya.
45

Mubyarto 2009, Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta : Edisi Ke-tiga, LP3S

Sadono Sukirno. 2010. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta:

Rajagrafindo Persada

Sajogyo, Pudjiwati Sajogyo. 2009. Sosiologi Pedesaan : Kumpulan Bacaan,

Yogyakarta Gajah Mada University Press.

Straus dan Corbin,(2009) Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Jogjakarta

Soekartawi. 2009.Teori Ekonomi Produksi: Dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb

Douglas. Rajawali Pers: Jakarta.

Soekartawi. 2009. Analisis Usaha Tani.Jakarta : Universitas Indonesia (UI- Press).

Soekartawi. 2010. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasi. Jakarta :

Raja Grafindo Persada.

Taylor dan Bogdan. (2011). introducing to Qualitatife methods

phenomenologika.New York: A Wlley.

Tuanakotta M. Theodorus, 2010. Teori Akuntansi, Edisi Kedelapan, Buku Dua,

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2010.

Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai