) UNTUK
PERTUMBUHAN BAKTERI ASAM LAKTAT DAN
MENEKAN PERTUMBUHAN PATOGEN
Oleh:
AMANDA SURYADJAJA
F 24101090
2005
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Amanda Suryadjaja. F 24101090. Potensi Ubi Jalar Putih dan Merah (Ipomoea
batatas L.) Untuk Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat dan Menekan Pertumbuhan
Patogen. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi. dan Dr. Ir. Lilis
Nuraida, MSc.
RINGKASAN
SUMMARY
POTENSI UBI JALAR PUTIH DAN MERAH (Ipomoea batatas L.) UNTUK
PERTUMBUHAN BAKTERI ASAM LAKTAT DAN
MENEKAN PERTUMBUHAN PATOGEN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat meraih gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
AMANDA SURYADJAJA
F 24101090
2005
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
POTENSI UBI JALAR PUTIH DAN MERAH (Ipomoea batatas L.) UNTUK
PERTUMBUHAN BAKTERI ASAM LAKTAT DAN
MENEKAN PERTUMBUHAN PATOGEN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat meraih gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
AMANDA SURYADJAJA
F 24101090
Disetujui
Bogor, 15 Desember 2005
Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi. Dr. Ir. Lilis Nuraida, MSc.
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2
Mengetahui
_______________________
Amanda Suryadjaja
RIWAYAT HIDUP
Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
rahmat, berkat dan penyertaan-Nya dalam penelitian dan penulisan skripsi yang
berjudul Potensi Ubi Jalar Putih dan Merah (Ipomoea batatas L.) Untuk
Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat dan Menekan Pertumbuhan Patogen. Tugas
akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dan penulisan tugas
akhir ini juga memperoleh dana penelitian sepenuhnya dari Bogasari Nugraha
Award 2004 dan dilaksanakan di laboratorium-laboratorium di Departemen Ilmu
dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor dari Februari sampai dengan
September 2005.
Penulis sadar bahwa selama proses penelitian sampai pembuatan karya ini,
tidak sepenuhnya dilakukan sendiri, akan tetapi merupakan hasil kerja kolektif
dari beberapa pihak yang selama ini dekat dengan penulis. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi. selaku dosen pembimbing akademik
pertama dan Dr. Ir. Lilis Nuraida, MSc. selaku dosen pembimbing
akademik kedua yang telah memberi pengarahan, bimbingan, bantuan, dan
saran selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi kepada
penulis.
2. Prof. Dr. Ir. Fransiska R. Zakaria, MSc. atas saran dan masukan perbaikan
dalam penyusunan skripsi ini.
3. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk.: Bogasari Flour Mill selaku pihak
yang telah mendanai sepenuhnya penelitian dan penulisan skripsi ini
melalui Bogasari Nugraha Award 2004.
4. Dr. Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi, MSi. atas ijinnya untuk menggunakan
Bakteri Asam Laktat Galur F1 dan G3 dalam penelitian ini.
5. Bapak Koko dan Bapak Asep dari International Potato Center: East,
Southeast Asia and Pacific Region (CIP-ESEAP), Bogor atas bantuannya
dalam menyediakan ubi jalar putih dan merah.
6. Kedua orang tuaku atas segala dukungan moril, doa dan penyertaannya
yang tiada henti-hentinya.
7. Tim ubi jalar Bogasari (Novi dan Hadie), Putri dan Aya atas segala
kerjasama dan bantuan serta dukungannya dalam suka dan duka selama
penelitian ini.
8. Para laboran di laboratorium-laboratorium Departemen ITP dan Mbak Ari
(Laboratorium Mikrobiologi, PAU) yang selalu memberi bantuannya.
9. Nifar Siahaan atas cinta kasih, kasih sayang dan dukungan serta
penyertaannya selama ini baik dalam suka maupun duka serta dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
10. Dewi Damayanti untuk kesetian 4 tahun menjadi teman sebelah kamar di
kost, teman curhat, gosip dan penjagaku.
11. Keluarga tercinta-ku: Hana, Fajar, Diana, Endi, Fanny, Mohung dan
Devi atas segala kasih sayang, dukungan dan pengalaman selama 4 tahun
di IPB.
12. Kelompok C5: (Anita, Christina, Sidharta), Indria, Bobby, Ivan, Christian
untuk gosip-gosip penghibur dan kerepotan-kerepotan selama praktikum.
13. Anak-anak kost di Perwira 45, Ineke, Midawati, Bunga, Yana, Ajeng,
Shinta, Pretty, Steisi, Joanna yang telah menjadi keluarga baruku atas
bantuan-bantuannya.
14. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Pada akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi yang
memerlukannya dan dapat dilakukan pengembangan sehingga dapat didapat hasil
yang lebih baik lagi.
Penulis
Bogor, November 2005
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ........................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 3
A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) ............................................ 3
B. Oligosakarida ....................................................................... 6
1. Definisi dan Klasifikasi Oligosakarida ............................. 6
2. Isolasi Oligosakarida ......................................................... 7
C. Prebiotik ............................................................................... 9
D. Bakteri Asam Laktat ............................................................ 12
1. Definisi, Karakteristik dan Klasifikasi .............................. 12
2. Fungsi BAL Bagi Kesehatan ............................................ 14
3. Lactobacillus sp. ............................................................... 15
4. Bakteri F1 ......................................................................... 17
5. Bakteri G3 ......................................................................... 17
III. BAHAN DAN METODE PERCOBAAN ............................... 18
A. Bahan dan Alat .................................................................... 18
B. Metode Percobaan ............................................................... 18
1. Pembuatan Tepung Ubi Jalar ........................................... 18
2. Ekstraksi Oligosakarida ................................................... 19
3. Separasi Oligosakarida .................................................... 20
a. Kromatografi Kertas .................................................... 20
b. HPLC ........................................................................... 21
4. Pengukuran Total Padatan Terlarut (TPT) ...................... 22
5. Penyegaran Kultur Bakteri Asam Laktat ......................... 22
6. Uji Potensi Prebiotik Secara In Vitro:
Stimulasi Bakteri Asam Laktat (BAL) ............................. 23
7. Uji Potensi Prebiotik Secara In Vivo ................................ 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 31
A. Pembuatan Tepung ............................................................. 31
B. Analisa Kadar Oligosakarida ............................................. 32
C. Stimulasi Pertumbuhan Bakteri Asam
Laktat (BAL) ..................................................................... 37
D. Pengujian In Vivo ............................................................... 39
1. Keadaan Tikus Selama Percobaan ................................. 40
2. Analisis Total Mikroba di Feses .................................... 41
3. Analisis Jumlah BAL di Feses ....................................... 45
4. Analisis Total E. coli dan Salmonella di Feses .............. 48
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 52
A. Kesimpulan ........................................................................ 52
B. Saran ................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 50
LAMPIRAN .................................................................................... 54
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Karakteristik Ubi Jalar Putih Varietas Sukuh
dan Jago ....................................................................... 5
Tabel 2.2. Komposisi Proksimat Ubi Jalar Mentah
per 100 gram ............................................................... 10
Tabel 2.3. Komposisi Gula Terlarut di Dalam Ubi Jalar
yang Telah Masak ....................................................... 10
Tabel 2.4. Pembagian Lactobacillus Berdasarkan
Karakteristik Fisiologis ............................................... 16
Tabel 4.1. Rendemen Ubi Jalar Mentah dan Kukus
Dari Ketiga Varietas .................................................... 31
Tabel 4.2. TPT Ekstrak Oligosakarida Ubi Jalar Mentah
Dari Ketiga Varietas ................................................... 32
Tabel 4.3. Kadar Rafinosa Ekstrak Oligosakarida
Ubi Jalar Mentah Dari Ketiga Varietas ...................... 33
Tabel 4.4. Kadar Berbagai Jenis Oligosakarida di
Dalam Ekstrak Sukuh Mentah dan Kukus .................. 35
Tabel 4.5. Identifikasi Komponen Oligosakarida
Ekstrak Sukuh Mentah ................................................ 35
Tabel 4.6. Identifikasi Komponen Oligosakarida
Ekstrak Sukuh Kukus ................................................. 36
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Struktur Kimia Rafinosa (Pazur di dalam
Pigman dan Horton, 1970) ...................................... 11
Gambar 3.1. Diagram Alir Tahap Pembuatan Tepung
Ubi Jalar .................................................................. 19
Gambar 3.2. Diagram Alir Tahap Ekstraksi Oligosakarida
Ubi Jalar .................................................................. 20
Gambar 3.3. Diagram Alir Tahap Separasi Oligosakarida
dan Pengukuran Kadar TPT .................................... 22
Gambar 3.4. Diagram Alir Tahap Stimulasi BAL
Secara In Vitro ........................................................ 24
Gambar 3.5. Diagram Alir Tahap Uji Potensi Prebiotik
Ekstrak Oligosakarida Secara In Vivo .................. 26
Gambar 4.1. Penampakkan Ubi Jalar Putih dan Merah ............... 31
Gambar 4.2. Hasil Kromatografi Kertas Ekstrak Oligosakarida
Ketiga Varietas Ubi Jalar Mentah ........................... 34
Gambar 4.3. Hasil Analisis HPLC Ekstrak Oligosakarida
Sukuh Mentah ......................................................... 36
Gambar 4.4. Hasil Analisis HPLC Ekstrak Oligosakarida
Sukuh Kukus ........................................................... 36
Gambar 4.5. Hasil Pengukuran Nilai Absorbansi
Stimulasi BAL ........................................................ 38
Gambar 4.6. Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley ............. 40
Gambar 4.7. Perubahan Berat Badan Tikus Setiap Kelompok
Selama Masa In Vivo .............................................. 40
Gambar 4.8. Grafik Jumlah Total Mikroba di Feses .................. 42
Gambar 4.9. Grafik Jumlah BAL di Feses .................................. 45
Gambar 4.10. Grafik Jumlah E. coli di Feses .............................. 49
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Produksi Ubi Jalar di Indonesia, Luas Panen dan
Hasil Panen per Hektar Tahun 1998-2004 ............. 59
Lampiran 2. Rendemen Ubi Jalar Mentah dan Kukus .............. 60
Lampiran 3. Nilai TPT ketiga jenis varietas ubi jalar ............... 62
Lampiran 4a. Hasil Analisis HPLC Dari Laboratorium ............. 63
Lampiran 4b. Hasil Analisis HPLC Ekstrak Oligosakarida
Sukuh Mentah ....................................................... 64
Lampiran 4c. Hasil Analisis HPLC Ekstrak Oligosakarida
Sukuh Kukus ......................................................... 65
Lampiran 4d. Hasil Analisis HPLC Standar Rafinosa
dan Maltotriosa ..................................................... 66
Lampiran 4e. Hasil Analisis HPLC Standar Sukrosa
dan Maltosa ........................................................... 67
Lampiran 5a. Hasil Pengukuran Absorbansi Stimulasi BAL
(L. casei Rhamnosus) ............................................ 68
Lampiran 5b. Hasil Pengukuran Absorbansi Stimulasi BAL
(L. casei Shirota) ................................................... 70
Lampiran 5c. Hasil Pengukuran Absorbansi Stimulasi BAL (F1) 72
Lampiran 5d. Hasil Pengukuran Absorbansi Stimulasi BAL (G3) 74
Lampiran 6. Perhitungan Komposisi Ransum Standar ............. 76
Lampiran 7. Perhitungan Volume Ekstrak Steril, Kultur BAL
dan Sinbiotik Untuk In Vivo .................................. 77
Lampiran 8a. Konsumsi Ransum dan Berat Badan Tikus
Selama Masa Adaptasi (Kelompok Kontrol) ........ 78
Lampiran 8b. Konsumsi Ransum dan Berat Badan Tikus
Selama Masa Adaptasi (Kelompok Prebiotik) .... 79
Lampiran 8c. Konsumsi Ransum dan Berat Badan Tikus
Selama Masa Adaptasi (Kelompok Probiotik) ..... 80
Lampiran 8d. Konsumsi Ransum dan Berat Badan Tikus
Selama Masa Adaptasi (Kelompok Sinbiotik) ..... 81
Lampiran 8e. Konsumsi Ransum dan Berat Badan Tikus
Selama Masa Perlakuan (Kelompok Kontrol) ...... 82
Lampiran 8f. Konsumsi Ransum dan Berat Badan Tikus
Selama Masa Perlakuan (Kelompok Prebiotik) .... 83
Lampiran 8g. Konsumsi Ransum dan Berat Badan Tikus
Selama Masa Perlakuan (Kelompok Probiotik) ... 84
Lampiran 8h. Konsumsi Ransum dan Berat Badan Tikus
Selama Masa Perlakuan (Kelompok Sinbiotik) .... 85
Lampiran 8i. Konsumsi Ransum dan Berat Badan Tikus
Setelah Masa Perlakuan (Kelompok Kontrol) ...... 86
Lampiran 8j. Konsumsi Ransum dan Berat Badan Tikus
Setelah Masa Perlakuan (Kelompok Prebiotik) .... 87
Lampiran 8k. Konsumsi Ransum dan Berat Badan Tikus
Setelah Masa Perlakuan (Kelompok Probiotik) ... 88
Lampiran 8l. Konsumsi Ransum dan Berat Badan Tikus
Setelah Masa Perlakuan (Kelompok Sinbiotik) .... 89
Lampiran 9a. Perhitungan Jumlah Total Mikroba di Feses
Masa Perlakuan ..................................................... 90
Lampiran 9b. Perhitungan Jumlah Total Mikroba di Feses
Pasca Perlakuan .................................................... 92
Lampiran 10a.Perhitungan Jumlah Koloni BAL di Feses
Masa Perlakuan ..................................................... 94
Lampiran 10b.Perhitungan Jumlah Koloni BAL di Feses
Pasca Perlakuan .................................................... 96
Lampiran 11a.Perhitungan Jumlah Koloni E. coli di Feses
Masa Perlakuan ..................................................... 98
Lampiran 11b.Perhitungan Jumlah Koloni E. coli di Feses
Pasca Perlakuan .................................................... 100
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki potensi sangat besar di bidang
pertanian. Berbagai jenis tanaman yang sangat bervariasi merupakan sumber
daya alam yang potensial yang harus dihargai dan dimanfaatkan sebaik-
baiknya. Hal ini menjadi salah satu dasar pemerintah untuk mengupayakan dan
mensosialisasikan diversifikasi bahan pangan. Bahan pangan yang diangkat
adalah pangan berkarbohidrat selain beras yang merupakan bahan pangan
pokok penduduk Indonesia. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk mengurangi
ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras, mempromosikan bahan
pangan tersebut agar pengetahuan masyarakat menjadi lebih luas dan menggali
potensinya yang menguntungkan terutama pengaruhnya terhadap kesehatan.
Salah satu jenis tanaman pangan alternatif berkabohidrat yang cukup populer
saat ini adalah ubi jalar (Ipomoea batatas L.).
Ubi jalar mudah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini
dikarenakan ubi jalar dapat tumbuh sepanjang tahun di dataran rendah maupun
di pegunungan sampai pada ketinggian 1000 meter. Tidak seperti tanaman
palawija lainnya, ubi jalar tidak memerlukan tanah yang subur karena pada
tanah yang subur yang tumbuh lebat hanya daun dan batangnya (Soemartono,
1984). Selain itu, ubi jalar merupakan salah satu tanaman tropis yang paling
penting peranannya dalam produksi tanaman pangan sedunia karena lebih dari
90% produksi dunia terdapat di Asia (Bradburry, 1989).
Saluran pencernaan manusia termasuk organ yang memiliki peranan
sangat penting dalam metabolisme tubuh. Hal ini dikarenakan peranannya
sebagai tempat pencernaan makanan yang disantap dan penyerapan zat-zat gizi.
Saluran pencernaan manusia, khususnya usus halus dan besar, dihuni oleh
mikroflora-mikroflora alami. Mikroflora alami usus ada yang bersifat
menguntungkan, contohnya bakteri asam laktat (BAL) dan ada yang bersifat
merugikan, contohnya patogen. Beberapa genus BAL dapat dikategorikan
sebagai probiotik yang dapat memberikan pengaruh positif bagi kesehatan
saluran pencernaan. Keseimbangan ekologi mikroflora usus tersebut sangat
perlu dijaga untuk mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang dapat
menimbulkan infeksi maupun gangguan pencernaan dengan cara mengontrol
pertumbuhan bakteri patogen yang potensial (Forestier et al., 2001).
Pertumbuhan BAL di usus manusia dapat distimulasi dengan cara
memberikan substrat-substrat yang dapat dicerna oleh bakteri tersebut sehingga
populasinya meningkat dan dapat melawan bakteri patogen. Substrat-substrat
yang dapat digunakan oleh BAL untuk menstimulasi pertumbuhannya dikenal
dengan nama prebiotik. Beberapa contoh prebiotik adalah oligosakarida
(rafinosa, fruktooligosakarida, verbaskosa) dan serat pangan (dietary fiber).
Ubi jalar merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang banyak
dikenal dan cukup sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Ubi ini
mengandung oligosakarida yang berpotensi sebagai prebiotik, salah satunya
adalah rafinosa (Palmer, 1982). Namun demikian, penelitian mengenai
efektivitas rafinosa sebagai prebiotik dan sinbiotik secara in vitro dan in vivo
belum dilakukan.
B. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi dan menganalisa kandungan rafinosa di dalam ubi
jalar putih jenis Sukuh, Jago dan ubi jalar merah klon BB 00105.10.
2. Menganalisa potensi prebiotik rafinosa tersebut terhadap pertumbuhan
Lactobacillus casei Rhamnosus, Lactobacillus casei Shirota, BAL
galur F1 dan G3 serta menekan pertumbuhan bakteri patogen secara
in vitro dan in vivo.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.1. Karakteristik ubi jalar putih varietas Sukuh dan Jago
Karakteristik Sukuh Jago
Klon AB 94001-8 B 0053-9
Tahun rilis 2000 2000
Warna kulit Kuning Kuning muda
Warna daging Putih Putih
Total padatan kering (%) 35.0 33.0
Kadar serat (%) 0.85 1.09
Kadar protein (%) 1.62 1.50
Total gula (%) 4.56 4.26
Vitamin C (mg / 100 g) 19.21 20.65
Beta karoten (mg / 100 g) 36.59 84.99
Rendemen segar (ton / ha) 25-30 25-30
Spesifikasi Rendemen tinggi, Rendemen tinggi,
total padatan kering total padatan kering
tinggi, cocok untuk tinggi, cocok untuk
tepung atau pati tepung atau pati
Sumber : Jusuf (2003)
Nama Sukuh diambil dari nama sebuah candi umat Hindu yang
didirikan pada abad ke-15 dan terletak di dekat Karanganyar, Jawa Tengah
dimana daerah tersebut merupakan pusat utama produksi ubi jalar
(Tjintokohadi et al., 2001). Candi Sukuh dibangun dengan konstruksi
piramida bertingkat yang menyerupai dengan kuil-kuil suku Maya di
Amerika Tengah, yang juga merupakan pusat dari ubi jalar. Sukuh memiliki
rendemen yang tinggi dengan kandungan pati tinggi (total padatan kering
>35%) dan sangat cocok untuk bahan pangan ataupun bahan baku proses
produk pertanian sehingga dapat dibuat tepung (Tjintokohadi et al., 2001).
2. Ubi jalar putih varietas Jago
Jago merupakan hasil polinasi terbuka dari klon B0053 (BIS 183)
yang merupakan induk asli Indonesia dan salah satu klon yang
disumbangkan oleh Bogor Research Institute for Food Crops (BORIF) pada
bulan Juli 1990 (Tjintokohadi et al., 2001). Ubi ini tidak memiliki umbi
yang kembar pada satu tanaman, tidak memiliki alat kelamin, merupakan
tipe tanaman kompak dengan panjang 75-150 cm dan memiliki daun yang
secara umum berbentuk cuping. Tanamannya dapat beradaptasi terhadap
berbagai keadaan tanah namun tipe tanah yang terbaik untuk tumbuh adalah
tanah liat berpasir. Masa panen yang ideal adalah sekitar hari ke-120 setelah
penanaman (di dataran rendah) dan hari ke-150 (di dataran tinggi).
Nama Jago juga diambil dari nama sebuah candi Hindu yang
dibangun pada abad ke-13 selama periode pemerintahan Majapahit. Candi
tersebut berlokasi di dekat Malang, Jawa Timur dan merupakan lokasi dari
Indonesia Research Institute for Legumes and Root Crops (RILET). RILET
adalah rekan kerja CIP untuk penelitian dan pemilihan bibit ubi jalar di
Indonesia. Ubi jenis ini memiliki rendemen tinggi dan sangat diterima oleh
konsumen sebagai bahan pangan sehingga dapat dibuat tepung.
B. Oligosakarida
2. Isolasi oligosakarida
Isolasi oligosakarida dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu
berdasarkan tingkat kemurniannya di dalam larutan atau media tertentu
menggunakan prinsip presipitasi dan ekstraksi, pemisahan kromatografi serta
konsentrasi dan kristalisasi (Pazur, 1970). Namun, metode yang paling dasar
dan masih relevan untuk berbagai jenis oligosakarida sampai saat ini adalah
kromatografi. Beberapa metode kromatografi yang dapat digunakan untuk
isolasi adalah kromatografi kolom, filtrasi gel, lapis tipis dan kertas. Metode
yang digunakan di dalam penelitian ini adalah kromatografi kertas dan HPLC
untuk mengkonfirmasi hasil kromatografi kertas.
Kromatografi kertas merupakan satu-satunya cara yang tersedia
sampai saat ini untuk mendapatkan komponen-komponen oligosakarida dalam
bentuk murni (Pazur, 1970). Prinsip kerjanya hampir sama dengan
kromatografi kolom, yaitu berdasarkan perbedaan koefisien partisi (Rf)
berbagai macam jenis oligosakarida di dalam berbagai macam jenis pelarut.
Horowitz (1980) menyatakan bahwa nilai Rf sebuah komponen didefinisikan
sebagai rasio jarak yang ditempuh oleh komponen dengan jarak yang
ditempuh fase pelarut.
Ada dua macam fase di dalam teknik ini, yaitu fase stasioner atau
diam dan fase bergerak. Komponen yang akan dikromatografi harus
didistribusikan diantara kedua fase tersebut, Fase yang kaya air umumnya
akan tetap diam sedangkan fase yang kaya pelarut organik akan bergerak dan
membawa komponen yang dipisahkan tersebut. Sampel ditaruh pada garis
dasar yang digambar di salah satu sisi kertas kromatografi (bentuk sampel
dapat berupa lingkaran kecil atau garis panjang) dan pelarut organik akan
memisahkan komponen-komponen oligosakarida di dalam sampel tersebut
berdasarkan prinsip kapilaritas. Chamber kromatografi harus ditutup untuk
mempertahankan suhu ruangan yang stabil. Arah gerak pelarut yang sering
digunakan adalah ke arah atas atau menurun. Komponen-komponen dengan
nilai koefisien partisi hampir sama akan sulit terpisah sedangkan komponen-
komponen yang memiliki selisih nilai koefisien partisi besar akan lebih mudah
dipisahkan.
Nilai Rf gula akan meningkat seiring dengan meningkatnya
kandungan air di fase bergerak (Horowitz, 1980). Hal ini dikarenakan gula
sangat mudah terhidrasi di dalam larutan aqueous. Horowitz (1980) juga
menyatakan bahwa nilai Rf sangat dipengaruhi oleh konfigurasi gugus
hidroksil gula. Nilai Rf berhubungan dengan interaksi antara gugus hidroksil
dari gula melalui ikatan hidrogennya dengan air sebagai fase diam. Jumlah
gugus hidroksil ekuatorial yang semakin tinggi akan menghasilkan nilai Rf
gula yang semakin kecil. Hal ini dikarenakan rendahnya kelarutan gula di
dalam pelarut organik sebagai fase bergerak. Dua jenis kombinasi sistem
pelarut yang dapat digunakan untuk mengisolasi oligosakarida dengan
kromatografi kertas adalah: 1) butil alkohol piridin benzena air (5:3:1:3);
dan 2) propil alkohol - etil asetat - air (7:1:2) (Horowitz, 1980).
C. Prebiotik
Saluran pencernaan manusia dihuni oleh bakteri dalam jumlah tinggi,
yaitu sekitar 1012 per gram berat kering dari kandungan mikroflora di saluran
pencernaan (Salminen et al., 1998). Karbon dan energi, yang diperlukan untuk
mempertahankan koloni bakteri yang besar tersebut, diambil dari karbohidrat
yang disekresikan inangnya atau dari karbohidrat yang dimakan inangnya dan
tidak dicerna di usus kecil. Bifidobakteria dan laktobasili adalah contoh
bakteri anaerobik anggota mikroflora kolon yang dapat memberikan efek
menguntungkan bagi inangnya.
Gibson dan Roberfroid (1995) menyatakan bahwa prebiotik adalah
bahan makanan yang tidak dapat dicerna dan menguntungkan inangnya dan
menstimulasi secara selektif pertumbuhan dan atau aktivitas dari satu atau
sejumlah bakteri di kolon sehingga dapat meningkatkan kesehatan. Sebuah
bahan makanan agar dapat dikategorikan sebagai prebiotik harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Bahan makanan harus tidak dapat dihidrolisasi atau diserap di bagian atas
saluran gastrointestinal.
2. Bahan makanan harus dapat menstimulasi secara selektif pertumbuhan
bakteri yang menguntungkan di kolon.
3. Bahan makanan dapat menekan pertumbuhan patogen dan virus,
menginduksi efek sistemik sehingga dapat memberikan pengaruh baik bagi
kesehatan manusia.
Tabel 2.2. Komposisi proksimat ubi jalar mentah per 100 gram
Komponen Komposisi
Energi 118 Kkal
Air 69.60 gram
Karbohidrat 27.89 gram
Total lemak 0.17 gram
Protein 1.53 gram
Serat 4.1 gram
Ampas 0.82 gram
Sumber: Riana (2000)
Tabel 2.3. Komposisi gula terlarut dalam ubi jalar yang telah dimasak
Jenis Gula (karbohidrat) % (berat basah)
Maltosa 5.5
Sukrosa 4.4
Fruktosa 0.9
Glukosa 0.8
Rafinosa 0.5
Total 12.1
Sumber: Palmer (1982)
3. Lactobacillus sp.
Lactobacillus adalah genus BAL dengan jumlah anggota terbesar
yang sangat beragam karakteristik fenotip, biokimia dan fisiologisnya.
Karakteristik umum bakteri ini adalah berbentuk bulat, dapat memproduksi
CO2 dari glukosa (dapat bersifat homofermentatif dan heterofermentatif),
dapat tumbuh pada suhu 10oC, 6.5% NaCl dan pH 4.4 namun tidak dapat
tumbuh pada 18% NaCl dan pH 9.6 (Axelsson, 1998). BAL anggota genus ini
juga dapat dibedakan berdasarkan karakteristik fisiologisnya, yaitu produk
akhir metabolisme gula, yang dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Lactobacillus banyak menghuni saluran gastrointestinal bagian atas
dan dapat mengkolonisasi permukaan mukosa usus. Jumlah Lactobacillus
tergolong sangat sedikit, yaitu jarang mencapai >103/ml/g, namun jumlahnya
di usus dan kolon dilaporkan mengandung 102-105 dan 104-109 per ml atau per
gram secara berurutan (Gorbach et al. 1967; Drasar dan Hill, 1974).
Lactobacillus dapat tahan terhadap asam lambung dan dapat melewatinya
sehingga dapat mencapai usus halus dan kolon. Bakteri jenis ini dapat
bertahan pada kondisi dengan pH 4 selama beberapa minggu in vitro (Lambert
dan Hull, 1996). Bakteri genus ini dikategorikan sebagai GRAS (Generally
Recognized as Safe) sehingga dapat digunakan dalam produk pembuatan
produk fermentasi dan aman dikonsumsi.
4. Bakteri F1
Bakteri F1 adalah isolat klinis BAL yang diisolasi oleh Evanikastri
(2003) dari feses bayi-bayi. Bakteri ini bersifat Gram postif, katalase negatif,
berbentuk batang pendek, tidak memproduksi NH3 dan CO2 dari glukosa,
tumbuh optimum pada suhu 37oC dan dan terkadang pada suhu 45oC dan
diduga spesies Lactobacillus acidophilus. Namun, bakteri ini belum dirilis
secara resmi karena masih berupa isolat klinis yang dianalisis di laboratorium.
5. Bakteri G3
Bakteri G3 juga merupakan isolat klinis BAL yang diisolasi oleh
Evanikastri (2003) dari feses bayi-bayi. Bakteri ini berbentuk batang, tidak
memproduksi NH3 dan CO2 dari glukosa dan tumbuh optimum pada suhu
37oC dan 45oC. Bakteri ini juga diduga spesies Lactobacillus acidophillus dan
belum dirilis secara resmi karena masih berupa isolat klinis yang dianalisis,
sama seperti bakteri F1.
III. BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
B. Metode Percobaan
1. Pembuatan tepung ubi jalar
Setiap jenis ubi jalar putih varietas Sukuh, Jago dan ubi jalar merah
klon BB 00105.10 yang berasal dari International Center Potato (CIP)
Bogor dibagi menjadi dua bagian yang sama besar. Bagian pertama
dibiarkan tetap mentah sedangkan bagian kedua dikukus pada suhu 103-
105oC selama 20 menit. Ubi mentah dikupas kulitnya kemudian diiris
setebal 2 mm dengan slicer sedangkan ubi kukus dikupas kulitnya
kemudian diiris dengan pisau. Irisan-irisan ubi mentah maupun kukus
dikeringkan dengan oven tray bersuhu 70oC selama 2 hari atau sampai
kering kemudian ditepungkan dengan Willey Mill sehingga dihasilkan tepung
ubi berukuran 60 mesh. Rendemen tepung didapatkan dari hasil pembagian
antara berat ubi segar setelah dicuci dengan berat tepung. Diagram alir tahap
pembuatan tepung ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Dikukus 103-105oC,
Dikupas, diiris dengan slicer 20 menit
Ekstrak oligosakarida
3. Separasi oligosakarida
a. Kromatografi kertas (Apriyantono et al., 1989)
Tujuan tahap analisa ini adalah mengetahui jenisjenis dan konsentrasi
komponen oligosakarida yang terdapat di ketiga jenis ekstrak ubi jalar
dengan cara dibandingkan dengan standar gula. Campuran pelarut yang
digunakan untuk kromatografi kertas adalah 2-propanol, etil asetat, akuades
(7:1:2), gelas ukur 2 Liter bertutup sebagai chamber kromatografi dan kertas
Whatman no. 1. Setiap jenis ekstrak oligosakarida ubi jalar diteteskan ke
atas kertas Whatman no. 1 sebanyak 30 L membentuk spot lingkaran kecil
atau garis tipis. Standar rafinosa 25%, maltosa 25%, glukosa 25%, sukrosa
25% dan fruktosa 25% juga diteteskan masing-masing sebanyak 10 L ke
atas kertas. Kertas kromatografi, yang telah diteteskan ekstrak sampel dan
standar gula, dimasukkan ke dalam gelas ukur sehingga sisi kertas yang
terdapat spot sampel dan standar gula terendam eluen setinggi 1 cm.
Setelah itu, gelas ukur ditutup rapat dan didiamkan selama 48 jam.
Area-area spot komponen oligosakarida, yang telah terpisah dari
ekstrak ubi jalar dan standar gula, disemprot dengan larutan pewarna berupa
campuran difenilamin, anilin dan aseton kemudian dipanaskan dengan oven
100oC sehingga muncul warna biru kehijauan. Area komponen
oligosakarida dari ekstrak dan standar gula tersebut dipotong dengan luasan
tertentu yang sama besar kemudian ditimbang beratnya dan dihitung
konsentrasinya.
Ekstrak oligosakarida
Dianalisa jenis dan Dianalisa jenis dan kadar Dianalisa kadar TPT
kadar oligosakarida oligosakarida dengan dengan metode oven
dengan HPLC kromatografi kertas vakum
Gambar 3.3. Diagram alir separasi oligosakarida dan pengukuran kadar TPT
Gambar 3.5. Diagram alir uji potensi prebiotik ekstrak oligosakarida secara in
vivo
Persiapan Hewan Percobaan dan Pembuatan Ransum Standar
Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur
Sprague-Dawley berumur 2 bulan sebanyak 24 ekor, yang dibagi menjadi 4
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Setiap ekor tikus
memiliki kandang masing-masing. Sekali sehari setiap hari selama 31 hari
seluruh tikus diberikan ransum standar sebanyak 20 gram/ekor dan air
minum sebanyak 50 ml secara ad libitum. Berat badan setiap tikus ditimbang
dan kandang dibersihkan setiap 2 hari sekali. Ransum standar yang diberikan
terdiri dari kasein, minyak jagung, vitamin, mineral mixture, selulosa,
akuades dan maizena (AOAC, 1984).
Ekstrak oligosakarida steril, yang memiliki TPT 14.68%, diencerkan
sehingga volumenya menjadi 1 ml dan diberikan kepada setiap tikus
kelompok prebiotik setiap hari sekali sehari selama 10 hari perlakuan.
Jumlah sel BAL sebanyak 6.5 x 108 log cfu/ml diberikan kepada setiap tikus
kelompok probiotik satu kali per hari setiap hari selama 10 hari perlakuan.
Kultur BAL tersebut disegarkan dahulu dengan MRSB selama 2 hari pada
suhu 37oC kemudian sel bakterinya diendapkan dengan cara disentrifuse,
diambil selnya dan dilarutkan dengan larutan fisiologis NaCl. Setiap tikus
diberikan 1 ml larutan NaCl yang berisi sel BAL.
Campuran sinbiotik terbuat dari sel BAL (6.5 x 108 log cfu/ml) yang
ditambahkan ke dalam ekstrak oligosakarida Sukuh mentah steril (TPT:
14.68%). Setelah itu, sebanyak 1 ml campuran sinbiotik tersebut diberikan
kepada setiap ekor tikus kelompok sinbiotik satu kali per hari setiap sehari
selama 10 hari perlakuan. Pemberian ekstrak steril, kultur BAL dan
campuran sinbiotik kepada tikus dilakukan dengan cara disonde.
A. Pembuatan Tepung
Ubi jalar putih varietas Sukuh, Jago dan ubi jalar merah klon BB
00105.10 yang berasal dari International Center Potato (CIP) Ciapus, Bogor
dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama tetap dibiarkan mentah dan
langsung dibuat tepungnya sedangkan bagian kedua dikukus dahulu kemudian
dibuat tepungnya. Pengukusan dilakukan untuk mengetahui efek pemanasan
terhadap kandungan oligosakaridanya. Penampakkan luar ubi jalar putih dan
merah dapat dilihat pada Gambar 4.1.
A B C
Gambar 4.1. Ubi jalar putih varietas Sukuh mentah (A), Jago mentah (B) dan
merah mentah (C)
Tabel 4.1. Rendemen ubi jalar mentah dan kukus dari ketiga varietas
Jenis ubi Tepung ubi mentah (%) Tepung ubi kukus (%)
Sukuh 29.59 25.82
Jago 28.71 24.87
Merah 16.73 13.54
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rendemen ketiga varietas
menurun setelah dikukus. Ubi varietas Sukuh mentah memiliki rendemen
tertinggi dibandingkan kedua varietas lainnya, yaitu 29.59% sedangkan ubi
varietas Jago berada di peringkat kedua dengan nilai rendemen tidak jauh
berbeda, yaitu 28.71% dan ubi jalar merah di peringkat ketiga. Hal ini sesuai
dengan spesifikasi karakteristik kedua varietas menurut Jusuf (2003) yang
menyatakan bahwa kedua varietas memiliki rendemen tinggi dan total padatan
kering tinggi, yaitu 35.0% untuk Sukuh dan 33.0% untuk Jago sedangkan
spesifikasi karakteristik ubi jalar merah belum dirilis. Selain itu, nilai
rendemen yang tinggi disebabkan oleh struktur daging umbi dari ubi mentah
yang masih kompak sehingga saat pengupasan dan pengirisan tidak banyak
yang terbuang. Nilai rendemen ubi kukus mengalami penurunan karena
daging umbi melunak setelah dikukus sehingga sangat mudah ikut terbuang
saat pengupasan kulit dan mudah menjadi remah-remah. Ubi kukus yang
memiliki rendemen tertinggi adalah varietas Sukuh, yaitu 25.82%.