Anda di halaman 1dari 3

DISKUSI

Pencelupan serat poliester oleh zat warna dispersi maupun kationik menghasilkan efek
yang berbeda pada ketuaan warna maupun kerataan warna. Serat poliester dihasilkan
dari kopolimerisasi etilena glikol dan asam tereftalat. Oleh karena itu serat poliester
dapat dicelup dengan zat warna dispersi dan atau dengan zat warna kationik.

Berdasarkan data praktikum pencelupan di atas didapatkan beberapa hasil. Untuk


variasi 1 dan 2 merupakan variasi metode pencelupan standar dan carrier pada zat
warna dispersi. Untuk variasi 2 dan 4 merupakan cariasi zat warna dispersi dan kationik
pada metode carrier. Sedangkan yang terakhir untuk variasi 3, 4, dan 5 merupakan
variasi metode standar, carrier, dan arrest temperature system dengan zat warna
kationik.

Hasil pencelupan variasi 1 dan 2, pencelupan zat warna dispersi pada kain poliester
menghasilkan ketuaan warna yang lebih tinggi dengan menggunakan metode standar.
Hal ini ditunjukkan pada nilai ketuaan warna masing-masing adalah 3.564053 dan
1.956492. Kondisi ini dikarenakan struktur serat poliester yang tidak terlalu rapat
sehingga tidak perlu digunakan carrier untuk membuka pori-pori serat poliester. Karena
penggunaan zat pengemban membuat serat semakin terbuka dan menyebabkan zat
warna dispersi yang bermolekul kecil menjadi keluar masuk. Hal tersebut menyebabkan
zat warna yang terfiksasi menjadi sedikit. Sedangkan pada metode standar, zat warna
dispersi dapat masuk kedalam serat tanpa migrasi keluar serat lagi sehingga zat warna
banyak yang masuk. Semakin banyak zat warna yang terfiksasi, maka ketuaan warna
pun semakin tinggi.

Untuk kerataan warnanya sendiri, hasil yang paling baik adalah dengan pencelupan
variasi 2 yaitu dengan metode standar. Nilai dari standar deviasi variasi 1 dan 2 masing-
masing adalah 0.014244 dan 0.017036. Hal ini dikarenakan, ukuran molekul zat warna
dispersi yang kecil sehingga dapat larut monomolekuler dan bermigrasi ke dalam serat
poliester yang strukturnya relatif rapat pada metode standar. Semakin kecil ukuran zat
warna maka semakin besar pula kerataan warnanya. Sebaliknya, dengan penambahan
carrier maka zat warna dispersi pun akan keluar masuk ke dalam serat. Selain itu juga
bermigrasi di dalam serat sehingga terpusat di daerah tertentu sehingga hasilnya kurang
rata.

Untuk variasi 2 dan 4, ketuaan warna tertinggi dihasilkan oleh pencelupan dengan zat
warna dispersi. Nilai dari ketuaan warnanya masing-masing adalah 1.956492 dan
1.031576. Hal ini dikarenakan struktur molekul zat warna dispersi yang relatif kecil
sehingga lebih mudah untuk memasuki struktur serat poliester yang rapat. Selain itu
metode carrier juga memungkinkan zat warna dispersi yang terfiksasi semakin banyak
karena dapat membuka pori-pori serat poliester sehingga zat warna lebih mudah masuk
ke dalam serat poliester. Sedangkan zat warna kationik ukuran molekulnya lebih besar
sehingga zat warna cenderung sukar masuk ke dalam serat poliester sehingga hanya
sedikit yang terfiksasi. Semakin banyak zat warna yang terfiksasi, maka semakin tua
pula ketuaan warnanya.
Untuk kerataan warnanya sendiri, hasil yang paling baik tetap dengan metode carrier
dengan zat warna dispersi. Adapun nilai standar deviasi variasi 2 dan 4 masing-masing
adalah 0.017036 dan 0.029285. ukuran molekul zat warna dispersi yang kecil sehingga
dapat larut monomolekuler dan bermigrasi ke dalam serat poliester yang strukturnya
rapat. Dengan penambahan carrier maka zat warna dispersi pun semakin terdistribusi
secara merata pada bahan poliester. Semakin kecil ukuran zat warna maka semakin
besar pula kerataan warnanya. Sedangkan zat warna kationik hanya terdapat di daerah
tertentu bahkan kebanyakan tertahan di permukaan karena tidak bisa bermigrasi ke
dalam serat poliester. Hal ini mengakibatkan kerataan warnanya jauh lebih kecil
daripada pencelupan serat poliester dengan zat warna dispersi.

Untuk variasi 3, 4, dan 5, hasil yang paling baik ketuaan warnanya adalah variasi 3
dengan nilai 2.351826. Sedangkan untuk nilai ketuaan warna pada variasi 4 dan 5
masing-masing adalah 1.031576 dan 0.963189. Kondisi ini menyebabkan zat warna
kationik yang bermolekul besar lebih mudah terfiksasi pada metode standar karena
strukur serat yang relatif rapat dengan pengaturan suhu dan waktu yang sesuai
sehingga molekul zat warna yang besar tersebut berpeluang banyak untuk masuk dan
terfiksasi. Sedangkan pada metode carrier dan arrest temperature system, zat warna
akan keluar masuk karena serat sangat terbuka pada metode carrier serta cenderung
tertahan di permukaan karena serat poliester yang rapat dan molekul zat warna kationik
yang besar pada arrest temperature system. Dengan demikian, semakin banyak zat
warna yang terfiksasi maka semakin tua pula ketuaan warnanya.

Untuk kerataan warnanya sendiri, hasil yang paling baik justru dengan metode arrest
temperature system. Adapun nilai standar deviasi variasi 3, 4, dan 5 masing-masing
adalah 0.125869, 0.028285, dan 0.0222702. Hal ini dikarenakan pada metode ini zat
warna kationik akan masuk kedalam serat sedikit demi sedikit karena terjadi pengaturan
suhu. Kondisi ini mengakibatkan zat warna lebih terdistribusi merata dalam serat
poliester sehingga secara perlahan sehingga kerataan warnanya pun juga lebih tinggi.
Sedangkan pada metode standar, hasilnya mendekati metode arrest temperature
system. Pada metode carrier, kondisi serat yang agak terbuka menyebabkan migrasi zat
warna yang lebih besar sehingga pada saat di dalam serat, zat warna kationik tersebut
akan berpindah posisi dan menyebabkan belang.

Untuk pengujian tahan gosok baik kering maupun basah dan tahan cuci pada
pencelupan zat warna dispersi dan kationik dengan poliester secara keseluruhan
nilainya adalah 4,5 sampai 5. Nilai tersebut mengindikasikan tahan gosok basah
maupun kering, tahan cuci yang tinggi. Untuk tahan gosok basah maupun kering tinggi
dikarenakan hampir semua zat warna terfiksasi dalam serat poliamida sehingga sedikit
sekali yang tertinggal di permukaan. Hal ini menyebabkan tahan gosoknya baik. Untuk
tahan cuci juga cukup tinggi. Hal ini dikarenakan struktur dari seratnya dan zat warnanya
yang hidrofobik sehingga saat dicuci dengan air tidak akan ikut larut.

KESIMPULAN

Berdasarkan data percobaan dan diskusi di atas dapat disimpulkan bahwa pencelupan
zat warna dispersi dan kationik dengan kain poliester:
0 Variasi metode pada zat warna dispersi didapatkan ketuaan warna terbaik pada
variasi 1 yaitu metode standar dengan nilai K/S 3.564053 dan kerataan warna
terbaik dengan nilai standar deviasi 0.014244.
1 Variasi zat warna pada metode carrier didapatkan ketuaan warna terbaik pada
variasi 2 yaitu zat warna dispersi dengan nilai K/S 1.956429 dan kerataan warna
terbaik dengan nilai standar deviasi 0.017036.
2 Variasi metode pada zat warna kationik didapatkan ketuaan warna terbaik pada
variasi 3 yaitu metode carrier dengan nilai K/S 2.351826 dan kerataan warna
terbaik pada variasi 5 yaitu metode arrest temperature system dengan nilai
standar deviasi 0.0222702.
3 Secara keseluruhan nilai tahan gosok basah maupun kering serta tahan cuci
sangat tinggi dengan nilai sebesar 4,5 sampai 5.

Anda mungkin juga menyukai