Psap 04
Psap 04
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
C. Deskripsi Singkat
D. Metode Pembelajaran
Untuk itu, pada tahap awal, instruktur akan memberi pemaparan teori
yang terutama dikaitkan dengan PSAP 04 beserta ilustrasi yang terkait.
Pemaparan teori dan ilustrasi ini diharapkan dapat membuka pembahasan
aktif atas berbagai permasalahan aktual baik yang berasal dari instruktur
maupun yang berasal dari penglaman peserta pendidikan.
BAB III
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN YANG MEMADAI
Salah satu praktik pemberian sinyal (signalling) yang baik ini adalah
dengan memberikan pengungkapan yang memadai (full disclosure).
Catatan atas laporan Keuangan menemui arti pentingnya di sini, karena
seperti pada pelaporan keuangan sektor komersial, ia adalah tak ubahnya
seperti Management Discussion Analysis. Pada bagian MDA inilah
manajemen dapat memaparkan segala hal menyangkut manajemennya
yang akan memengaruhi apresiasi pengguna laporan keuangan terhadap
informasi keuangan yang diberikan. Diharapkan, dengan pemaparan ini,
manajemen akan mendapat apresiasi yang lebih baik dari pengguna
laporan keuangans ebagai insentifnya.
Salah satu faktor yang memengaruhi risiko tidak sistematis ini adalah
struktur permodalan negara, pola manajemen keuangan negara, hingga
berbagai kebijakan fiskal dan moneter. Banyak hal dari faktor ini tidak
dapat dimuat secara semantik di dalam Laporan Keuangan konvensional
seperti Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus KAs.
Apa pun hasil dari realisasi anggaran, apa pun kondisi posisi keuangan
negara, dan bagaimanapun pola penerimaan dan pengeluaran kas negara
yang dilaporkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas, satu hal adalah pasti,
semua itu merupakan hasil dari suatu sistem akuntansi pemerintah. Jika
sistem akuntansi pemerintah adalah black box, maka ada banyak hal di
dalam sistem tersebut dan di sekitar sistem tersebut yang masih
memerlukan klarifikasi. Klarifikasi inilah yang diupayakan untuk
diungkapkan secara memadai di dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Beberapa hal pokok yang seyogyanya dimuat dalam Catatan atas Laporan
Keuangan secara memadai adalah mencakup tetapi tidak terbatas pada
hal-hal berikut:
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENYAJIAN
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
A. KETENTUAN UMUM
12. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci
atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan
atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan
dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta
pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian
yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan
komitmen- komitmen lainnya.
Bab I Pendahuluan
1.1. Maksud dan Tujuan penyusunan laporan keuangan
1.2. Landasan Hukum penyusunan laporan keuangan
1.3. Sistematika penyajian Catatan atas Llporan Keuangan
I. Pendahuluan
I.1 Dasar Hukum
I.2 Kebijakan Fiskal/Keuangan dan Ekonomi Makro
I.3 Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
I.4 Kebijakan Akuntansi
V. Lampiran
Tampak bahwa dari segi jumlah Bab saja kedua struktur CaLK di atas
sudah berbeda. Perbedaan utamanya adalah bahwa pada CaLK versi
Permendagri 13/2006, terdapat bab IV yang memuat Ikhtisar
pencapaian kinerja program entitas pelapor, yang sejalan dengan
Peraturan Pemerintah 8/2006 yang tidak terdapat dalam struktur CaLK
versi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2005. Selain
perbedaan antarBab di atas, pada masing-masing Bab yang
bersesuaian pun pada tataran rincinya terdapat perbedaan. Misalnya,
Bab I tentang Pendahuluan. Di dalam Bab ini Pemerintah Pusat
memasukkan Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan sedangkan
di Permendagri 13/2006 hal ini tidak dimasukkan. Dalam kekinian
perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah, yang ditandai oleh
kekurangmampuan para pelaksana penyusunan Laporan Keuangan,
pendekatan tersebut akan sangat menolong memberi pengertian
kepada pembaca laporan tentang arus data dan kaitan antarlembaga
pemerintahan yang ada untuk menjadi suatu laporan pemerintah
secara menyeluruh.
Bab I Pendahuluan
1.1 Maksud dan Tujuan penyusunan laporan keuangan
1.2 Landasan Hukum penyusunan laporan keuangan
1.3 Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
1.4. Sistematika penyajian Catatan atas Laporan Keuangan
Lampiran
Seluruh penjelasan rinci tentang ini dapat dimuat dalam Bab III juga.
Selain memuat dasar hukum, standar ini juga dapat menjadi dasar
bagi pemuatan uraian mengenai pendekatan penyusunan Laporan
Keuangan. Bagaimanapun, prosedur dan arus data akuntansi di dalam
lingkungan pemerintah pusat yang memiliki banyak entitas akuntansi
dan entitas pelaporan seperti kementerian dan lembaga-lembaga
pemerintah non departemen memang memerlukan penjelasan. Uraian
mengenai pendekatan ini dapat dimuat dalam bagian pendahuluan Bab
I sebagai Bagian 1.2.
19. Kebijakan fiskal yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan adalah kebijakan-kebijakan pemerintah dalam peningkatan
pendapatan, efisiensi belanja dan penentuan sumber atau penggunaan
pembiayaan. Misalnya penjabaran rencana strategis dalam kebijakan
penyusunan APBN/APBD, sasaran, program dan prioritas anggaran,
kebijakan intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan, pengembangan pasar
surat utang negara.
20. Kondisi ekonomi makro yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan adalah asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang
digunakan dalam penyusunan APBN/APBD berikut tingkat capaiannya.
Indikator ekonomi makro tersebut antara lain Produk Domestik
Bruto/Produk Domestik Regional Bruto, pertumbuhan ekonomi, tingkat
inflasi, nilai tukar, harga minyak, tingkat suku bunga dan neraca
pembayaran.
Audit Kinerja - n
- Laporan Hasil Audit
Asistensi SAP -
- Jumlah Asistensi
Inventarisasi BMKN -
Jumlah
Inventarisasi
Untuk melengkapi ikhtisar yang disajikan dalam Bab III bagian 3.1.
ini, analisis atas pencapaian kinerja dituangkan dalam Bagian 3.2.
Analisis ini dapat diisi dengan uraian mengenai faktor pendukung dan
penghambat pencapaian kinerja.
Penjelasan ini dimuat dalam Bab I bagian 1.2 dari struktur CaLK
alternatif.
Kebijakan Akuntansi
43. Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu
disesuaikan dengan kondisi entitas pelaporan. Sasaran pilihan
kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas
ekonomi entitas pelaporan secara tepat dalam bentuk keadaan
keuangan dan kegiatan.
jam kerja alat transportasi dipakai lebih banyak pada awal masa awal
manfaat alat transportasi, hal itu akan sesuai dengan kemungkinan
penurunan kapasitas teknis alat transportasi. Akan tetapi, jika Pemda
menggunakan kendaraan alat transportasi operasional secara merata
selama masa manfaatnya, Pemda mungkin akan memilih kebijakan
penyusutan berdasarkan metode penyusutan garis lurus yang
dianggap secara proporsional dan material menunjukkan penurunan
nilai bersama berlalunya waktu.
Mengenai basis pengukuran ini dijelaskan dalam Bagian 5.3 dari Bab V
Struktur CaLK alternatif ini. Isinya lebih merupakan sorotan-sorotan
tertentu atas berbagai pengukuran yang mungkin tidak lazim karena
berbagai keadaan yang terkait atas elemen Laporan Akuntansi.
A. PENDAPATAN
A.1. Realisasi Pendapatan
B. BELANJA
B.1. Pelaksanan Realisasi Belanja
Tabel.1
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Satuan Kerja
<Nama Kementerian Negara/Lembaga>
<Tahun Anggaran>
Tabel.2
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja
Kode Anggaran
Uraian Jenis Realisasi
Jenis Setelah Persentase
Belanja Belanja
Bel. Revisi
2 3 4 5=(4/3)x1
1
00%
51 Belanja Pegawai Rp. Rp. .%
52 Belanja Barang Rp. Rp. .%
53 Belanja Modal Rp. Rp. .%
57 Belanja Bantuan Rp. Rp. .%
Sosial
Dst Dst Rp. Rp. .%
Jumlah Rp Rp .%
Tabel.3
Kode Anggaran
Realisasi Persenta
Jenis Uraian Jenis Belanja Setelah
Belanja se
Bel. Revisi
2 3 4 5=(4/3)x
1
100%
XX <Isi dengan uraian Rp. Rp.
jenis bel.>
Jumlah Rp Rp
Tabel.4
Rincian Realisasi Belanja Modal
Anggaran
Kode Uraian Belanja Realisasi Persentas
Setelah
MAK. Modal(BM) Belanja e
Revisi
2 3 4 5=(4/3)x
1
100%
53111 BM Tanah Rp. Rp. .%
1
53211 BM Peralatan dan Mesin Rp. Rp. .%
1
53311 BM Gedung dan Rp. Rp. .%
1 Bangunan
53411 BM Jalan dan Jembatan Rp. Rp. .%
1
53411 BM Irigasi Rp. Rp. .%
2
53411 BM Jaringan Rp. Rp. .%
3
53511 BM Fisik Lainnya Rp. Rp. .%
1
Jumlah Rp Rp .%
Tabel.5
Rincian Realisasi Pengembalian Belanja per Jenis Belanja
Tabel. 6
Daftar Kas Bendahara Pengeluaran
1 Rp.
2
Rp.
Jumlah
(rincian seperti di atas diuraikan secara lengkap terutama untuk
periode akhir tahun anggaran, jika setelah tanggal 31 Desember
200x saldo kas di bendaharawan telah disetorkan, diungkapkan
Eselon I yang telah melakukan penyetoran).
Tabel. 7
Daftar Kas Bendahara Penerimaan
1 2 3
1 Rp
2
3
Rp.
Jumlah
Tabel.8
Rincian Saldo Kas di Bendahara Penerimaan
No.
Kode MAP Uraian Jumlah Rupiah
1 2 3 4
Rp.
Jumlah Rp.
*) kode MAP diisi berdasarkan perkiraan pendapatan yang
belum disetorkan ke kas negara.
(Diungkapkan juga alasan mengapa pendapatan tersebut belum
disetor.)
C. PIUTANG
Piutang adalah semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang,
barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan
pada tanggal neraca, yang diharapkan dapat diterima dalam jangka
waktu tidak lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca.
Tabel.9
Rincian Piutang Pajak menurut Wilayah
Kode
No. Uraian Wilayah Jumlah Rupiah
Wilayah
1 2 3 4
Rp.
Jumlah Rp.
(Diisi untuk kanwil yang mempunyai Piutang Pajak beserta
jumlahnya).
Tabel.10
Rincian Piutang PNBP menurut Eselon I
Kode
No. Uraian Eselon I Jumlah Rupiah
Eselon I
1 2 3 4
Rp.
Jumlah Rp.
Tabel.11
Rincian Piutang PNBP
Kode
Perkiraa
No. Uraian Piutang Jumlah Rupiah
n
Piutang
1 2 3 4
Rp.
Jumlah Rp.
(Kode perkiraan piutang dapat dilihat dari PMK No.13/PML.06/2005
yang diisi berdasarkan perkiraan pendapatan)
dalam tahun anggaran 2007 yang berasal dari penjualan <uraikan jenis
penjualan angsuran>.
D. PERSEDIAAN
E. ASET TETAP
Tabel.12
Daftar Aset Tetap
Mutasi Saldo
Saldo
Nama Aset Tetap Akhir
Awal Tambah Kurang
1 2 3 4 5
Tanah
- Peralatan dan Mesin
- Gedung dan Bangunan
- Jalan, Irigasi dan
Jaringan
- Aset Tetap Lainnya
Jumlah
Jalan Rp.
Irigasi dan Jaringan Rp.
Aset Tetap Lainnya Rp.
< ungkapkan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan KDP>
(Pada sesi ini diungkapkan pula aset-aset pada satuan kerja yang
masih mengalami permasalahan sehingga belum bisa dimasukkan
dalam Neraca. Contoh aset seperti ini adalah tanah-tanah yang
dikuasai Kementerian Negara/Lembaga tetapi dalam status sengketa,
aset-aset yang secara faktual diperoleh dari hibah namun belum
dapat dibukukan karena belum ada berita acara serah terimanya,
penambahan nilai gedung tempat kerja bukan milik sendiri yang
nilainya memenuhi syarat kapitalisasi dsb.)
Tabel.13
DAFTAR ASET BERSEJARAH
G. ASET LAINNYA
Uang muka dari KPPN merupakan akun penyeimbang dari akun Kas
di Bendahara Pengeluaran. Nilai rupiah pada akun ini
merepresentasikan uang persediaan yang belum dipergunakan
A. Informasi Tambahan
(Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait
dengan laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi
sebelumnya, misalnya bila kementerian negara/lembaga memiliki
Badan Layanan Umum agar dijelaskan pada sesi ini. Berikut adalah
contohnya:)
Bersama ini kami lampirkan laporan keuangan Badan Layanan Umum
yang berada lingkup <Nama Kementerian Negara/Lembaga> :
Badan X
Unit Y
Rumah Sakit Z
Dst.
B. Pengungkapan Lainnya
(Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait
dengan laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi
sebelumnya, contoh yaitu :)
Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya
SUSUNAN 1
DAFTAR BACAAN