Anda di halaman 1dari 54

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan pemerintah disusun untuk tujuan umum dan tujuan


khusus. Laporan bertujuan umum karena laporan tersebut dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi akuntansi
keuangan yang lazim. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pengguna
adalah masyarakat, legislatif, lembaga pengawas, pemeriksa, pihak yang
memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman,
serta
pemerintah. Adapun laporan keuangan pemerintah sendiri meliputi
laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari laporan
keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan
tahunan.

Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat


mempunyai potensi kesalahpahaman di antara pembacanya.
Kesalahpahaman ini dapat saja disebabkan oleh persepsi dari pembaca
laporan keuangan. Pembaca yang terbiasa dengan orientasi anggaran
mempunyai potensi kesalahpahaman dalam memahami konsep akuntansi
akrual. Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor komersial
cenderung melihat laporan keuangan pemerintah seperti laporan
keuangan perusahaan. Untuk itu, diperlukan pembahasan umum dan
referensi ke pos-pos laporan keuangan menjadi penting bagi pembaca
laporan keuangan. Untuk menghindari kesalahpahaman, laporan
keuangan harus disertai dengan Catatan atas Laporan Keuangan yang
berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami Laporan
Keuangan.

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci


atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan
atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan
dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 04.

B. Tujuan Pembelajaran

Dengan mempelajari modul ini, diharapkan peserta pendidikan dan


pelatihan akan dapat memperoleh pemahaman umum dan pemahaman
khusus sekaitan dengan Catatan atas Laporan Keuangan.

Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembelajaran ini adalah memberi peserta


pendidikan dan pelatihan pemahaman akan:

1) Arti penting pelaporan yang memadai bagi pengambilan keputusan

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 1


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

2) Relevansi Catatan atas Laporan Keuangan sebagai sumber


informasi tambahan atas Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan
Laporan Arus Kas

Tujuan Khusus

Tujuan umum dari pembelajaran ini adalah memberi peserta


pendidikan dan pelatihan pemahaman tentang informasi yang
berkaitan dengan:

1) kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target


Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan
yang dihadapi dalam pencapaian target;
2) ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
3) dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi
dan kejadian-kejadian penting lainnya;
4) informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan;
5) pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan
penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;
6) informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,
yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

C. Deskripsi Singkat

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan salah satu dari komponen


Laporan Keuangan di samping Laporan Arus Kas, Neraca, dan Laporan
Arus Kas. Secara awam, Catatan ini merupakan bentuk Laporan yang
paling tidak terstruktur, sehingga cara pembacaannya pun sangat akrab
dengan cara pembacaan yang dikuasai oleh kaum awam. Oleh karena itu,
jika Catatan atas laporan Keuangan ini dapat memuat aspek-aspek yang
memadai dan lengkap, bisa jadi ia akan menjadi suatu sumber informasi
yang sangat relevan bagi pengambilan keputusan bagi pengguna umum.

Mengingat sistem akuntansi pemerintah berkaitan dengan transaksi


keuangan pemerintah, maka cakupan isi Catatan ini sudah pasti akan
sangat berkaitan dengan seputar penganggaran dan realisasi anggaran.
Pada intinya, isi Catatan ini adalah menguraikan berbagai hal yang
dianggap penting yang telah memengaruhi penyajian Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas yang apabila tidak dijelaskan
akan dapat menyensatkan pembaca laporan keuangan pemerintah.

D. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara


pembelajran andragogi. Oleh karena itu, suatu sesi interaktif antara

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 2


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

instruktur dengan peserta pendidikan dan pelatihan akan sangat


membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Untuk itu, pada tahap awal, instruktur akan memberi pemaparan teori
yang terutama dikaitkan dengan PSAP 04 beserta ilustrasi yang terkait.
Pemaparan teori dan ilustrasi ini diharapkan dapat membuka pembahasan
aktif atas berbagai permasalahan aktual baik yang berasal dari instruktur
maupun yang berasal dari penglaman peserta pendidikan.

Diskusi topik Catatan atas Laporan Keuangan diupayakan tetap terfokus


pada pengertian berbagai aspek, cara penyajian, dan berbagai
permasalahan teoretis maupun praktis yang dihadapi guna mendapatkan
pemecahan secara bersama-sama.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 3


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB III
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN YANG MEMADAI

A. Asimetri Informasi Keuangan Negara

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah entitas yang memunyai


aset yang signifikan dibandingkan dengan entitas ekonomi lain dalam
suatu negara. Oleh karena itu, dinamika ekonomi dalam suatu negara
pasti sangat dipengaruhi oleh dinamika perubahan dalam posisi keuangan,
operasi, dan arus kas suatu entitas pemerintahan. Seluruh perubahan ini
saat ini sudah dicoba digambarkan dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Laporan Arus Kas. Keberadaan standar akuntansi pemerintah
yang mengatur pengakuan, penilaian, pencatatan, dan pengungkapan
seluruh transaksi yang memengaruhi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
dan Laporan Arus Kas diharapkan sudah dapat menjembatani antara
persepsi para penyaji laporan keuangan dengan para pengguna yang
diandaikan berada dalam suatu asimetri informassi. Artinya, kompleksitas
permasalahan, kompleksitas semantika, dan kompleksitas struktur
informasi yang dicoba dikomunikasikan oleh pemerintah kepada para
investor, kreditor, dan masyarakat pada umumnya diharapkan sudah
dapat dijabarkan dalam standar akuntansi mengenai penyajian Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas.

Akan tetapi, bagaimanapun komprehensifnya standar ini, kenyataan


bahwa para pengguna bervariasi dalam hal kemampuan memaknai
berbagai hal yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
dan Laporan Arus Kas tetap membuka kemungkinan adanya
kesalahpahaman. Struktur laporan dan semantika yang ada di dalam
laporan ini mungkin tidak sepenuhnya mampu ditanggapi secara
pragmatis oleh para pengguna yang pasti memenuhi ekstrim naif di satu
pihak dengan ekstrim canggih di lain pihak.

Di samping itu, kenyataan bahwa para pengguna laporan keuangan yang


tidak hadir dalam pengurusan transaksi dan pencatatan sehari-hari
memungkinkan asimetri informasi yang terjadi antara penyaji dan
pengguna berakibat pada dua kemungkinan negatif. Pertama,
kesempatan bagi sebagian pihak yang menguasai informasi untuk
mengambil keuntungan dari pihak lain yang kurang memperoleh
informasi. Kedua, aji mumpung bagi bagi sebagian pihak yang menguasai
informasi untuk bagi sebagian pihak yang menguasai informasi untuk
memantau atau mengupayakan informasi yang akan bermanfaat bagi
pencapaian tujuannya sendiri sementara pihak lain yang tidak menguasai
informasi tidak memilikin peluang yang sama untuk melakukannya Scott
(2006).

Kemungkinan adanya dua perilaku negatif dalam kaitannya dengan


pelaporan keuangan pemerintah mungkin dapat dikesampingkan jika
formalisme governance di sektor publik dapat dianggap keniscayaan yang
melekatkan pemerintah pada perilaku etis. Dalam asumsi begini,
penggunaan standar sebagai perangkat penghukum mungkin tidak
relevan.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 4


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Akan tetapi, penggunaan standar sebagai perangkat insentif akan sangat


relevan bagi pemerintah untuk memberi sinyal yang tentang kebaikan
pengelolaan keuangannya. Bagaimanapun, saat ini untuk menambah
kapasitas fiskal negara, pemerintah pusat dan pemerintah daerah sudah
semakin bebas memasuki pasar unang untuk menjual berbagai instrumen
keuangan. Berbagai jenis obligasi yang ditawarkan ke pasar uang,
bagaimanapun akan harus mengikuti segenap dinamika pengambilan
keputusan yang berlaku pada tataran komersial. Di sinilai pemberian
sinyal yang baik akan memungkinkan pemerintah mendapat kesempatan
melakukan penetrasi pasar yang efektif.

Salah satu praktik pemberian sinyal (signalling) yang baik ini adalah
dengan memberikan pengungkapan yang memadai (full disclosure).
Catatan atas laporan Keuangan menemui arti pentingnya di sini, karena
seperti pada pelaporan keuangan sektor komersial, ia adalah tak ubahnya
seperti Management Discussion Analysis. Pada bagian MDA inilah
manajemen dapat memaparkan segala hal menyangkut manajemennya
yang akan memengaruhi apresiasi pengguna laporan keuangan terhadap
informasi keuangan yang diberikan. Diharapkan, dengan pemaparan ini,
manajemen akan mendapat apresiasi yang lebih baik dari pengguna
laporan keuangans ebagai insentifnya.

B. Insentif bagi Penyajian Laporan Keuangan yang Memadai

Penganggaran pemerintah dewasa ini tidak lagi dapat dipisahkan dari


sistem kapitalisme yang bertumpu pada pasar modal dan pasar uang.
Dalam kasus Indonesia, tekanan defisit anggaran demi pembangunan
telah membuat skema pembaiayaan anggaran harus ditempuh dengan
berbagai cara, yang didominasi oleh penjualan berbagai surat berharga
kepada publik dalam bentuk berbagai macam obligasi dan surat utang
negara. Bagi investor, kelayakan harga pasar semua surat berharga ini
pasti sangat terkait dengan risiko sistematis maupun risiko yang tidak
sistematis.

Salah satu faktor yang memengaruhi risiko tidak sistematis ini adalah
struktur permodalan negara, pola manajemen keuangan negara, hingga
berbagai kebijakan fiskal dan moneter. Banyak hal dari faktor ini tidak
dapat dimuat secara semantik di dalam Laporan Keuangan konvensional
seperti Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus KAs.

Oleh akrena itu, sebagai pengambil keputusan yang canggih, investor


diandaikan membutuhkan informasi yang lengkap. Tanpa informasi
tersebut, dikhawatirkan investor akan menghargai surat berharga negara
secara tidak efisien dalam artian harga yang ditetapkan jauh lebih rendah
daripada harga pasar wajarnya. Informasi yang memadai diharapkan akan
dapat memasok bahan pertimbangan bagi investor dalam mengambil
keputusannya.

Harga yang wajar yang diperoleh dari hasil pertimabngan informasional


oleh investor inilah yang menjadi insentif ekonomis utama yang dapat

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 5


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

diperoleh dari pemberian Catatan atas laporan Keuangan. Bagaimanapun,


ketika fundamental ekonomi, baik fiskal mupun moneter tidak dapat
diungkap dengan memadai hanya oleh Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Laporan Arus Kas, adalah logis jika pemerintah mengeliarkan
Catatan atas Laporan Keuangan. Manfaat yang diperoleh terlalu besar
untuk tidak diupayakan melalui pemberian informasi yang memadai.

Di samping itu, Catatan atas laporan Keuangan pun pasti lebih


bersesuaian dengan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dan partisipasi
sebagai bagian dari good governance. Berbagai informasi kualitatif akan
lebih mungkin mengungkapkan kebijakan pemerintah dalam
penganggaran, pengelolaan aset dan kewajiban, dan bahkan penggunaan
ekuitas dana yang gtersedia secara terbuka. Selain itu, di dalam bagian
inilah juga kinerja dari realisasi kebijakan tersebut dapat dilaporkan
sebagai bagian dari akuntabilitas keuangan dalam bahasa yang lebih
mudah dicerna oleh lebih banyak pengguna laporan keuangan. Tentu,
dengan pemahaman yang semakin meluas ini, diharapkan masyarakat
dapat lebih berpartisipasi dalam menyikapi kondisi keunagan neagra yang
dilaporkan secara lebih pragmatis.

C. Catatan atas Laporan Keuangan sebagai Wujud Penyajian


Laporan Keuangan yang Memadai

Apa pun hasil dari realisasi anggaran, apa pun kondisi posisi keuangan
negara, dan bagaimanapun pola penerimaan dan pengeluaran kas negara
yang dilaporkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas, satu hal adalah pasti,
semua itu merupakan hasil dari suatu sistem akuntansi pemerintah. Jika
sistem akuntansi pemerintah adalah black box, maka ada banyak hal di
dalam sistem tersebut dan di sekitar sistem tersebut yang masih
memerlukan klarifikasi. Klarifikasi inilah yang diupayakan untuk
diungkapkan secara memadai di dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Beberapa hal pokok yang seyogyanya dimuat dalam Catatan atas Laporan
Keuangan secara memadai adalah mencakup tetapi tidak terbatas pada
hal-hal berikut:

1) Perubahan anggaran yang penting selama periode berjalan


dibandingkan dengan anggaran yang pertama kali disahkan oleh
DPR/DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian
target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya yang dianggap
perlu oleh manajemen entitas pelaporan untuk diketahui pembaca
laporan keuangan.
2) Kinerja keuangan entitas pelaporan dalam Laporan Realisasi
Anggaran dan ikhtisar indikator dan pencapaian kinerja kegiatan
operasional yang berdimensi keuangan dalam suatu periode
pelaporan
3) dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakan akuntansi.
4) Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu yang
mendasari penyusunan laporan keuangan,

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 6


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

5) Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi yang


disesuaikan dengan kondisi entitas pelaporan yang dimaksudkan
untuk menggambarkan realitas ekonomi entitas pelaporan secara
tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan kegiatan. 38
6) informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan lainnya serta pengungkapan-
pengungkapan lain yang diperlukan untuk penyajian wajar atas
laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-
komitmen lain.
7) informasi lain yang belum disajikan dalam bagian lain laporan
keuangan. 14
8) informasi yang bila tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi
pembaca laporan.

Untuk memudahkan pembaca laporan, pengungkapan pada Catatan atas


Laporan Keuangan dapat disajikan secara naratif, dilengkapi dengan
bagan, grafik, daftar dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang
mengikhtisarkan secara ringkas dan padat kondisi dan posisi keuangan
entitas pelaporan. Apapun caranya, Catatan atas Laporan Keuangan harus
dapat membantu pembacanya untuk dapat emahami:
kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan secara keseluruhan.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 7


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENYAJIAN
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

A. KETENTUAN UMUM

7. Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan


atas Laporan Keuangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
laporan keuangan untuk tujuan umum.

Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan


dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk
pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Oleh karena itu,
Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat
mempunyai potensi kesalahpahaman di antara pembacanya. Untuk
menghindari kesalahpahaman, laporan keuangan harus dibuat Catatan
atas Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan
pengguna dalam memahami Laporan Keuangan.

Pembaca tertentu seperti akademisi, praktisi bisnis, atau ahli


keuangan apalagi akuntan dalam wacana akuntansi kerap
diasosiasikan sebagai pengguna yang canggih (sophisticated user).
Mereka boleh dianggap kalangan yang melek akuntansi sehingga
dapat diyakini mampu memahami secara pragmatik, semantik dan
bahkan logik, seluruh makna yang disampaikan lewat bahasa
akuntansi dalam bentuknya yang terstruktur seperti dalam Laporan
realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas baik seara sendiri-
sendiri mapun dalam kaitan satu sama lain.

Calon Investor, misalnya, akan dapat diharapkan memahami bahwa


ketika Laporan Arus Kas suatu tahun menunjukkan penurunan karena
pengeluaran pembiayaan membesar sementara porsi kewajiban
jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun berikutnya juga
membesar sedangkan pihutang pajak tidak bertambah secara
material, kondisi fiskal tahun berikutnya akan cenderung tertekan oleh
defisit. Maka ia akan segera dapat memahami posisi kewajiban, entah
itu yang ditampilkan dalam Surat utang Negara atau Hedge Bonds
sebagai suatu sinyal yang menunjukkan kapasitas fiskal negara.
Kapasitas ini;lah yang akan menuntunnya untuk memeutuskan apakah
akan menambah investasinya dalam SUN atau Bonds atau malah
menjual investasinya yang sudah ada.

Akan tetapi, ketika seorang ibu rumah tangga, atau insinyur


perkapalan yang bekerja di pertambangan offshore, atau seorang
dokter yang membaca Laporan Realisasi Anggaran, atau Neraca, atau
Laporan Arus Kas, maka jangankan berharap bahwa mereka
memahami ketiga Laporan secara komprehensif, bahkan memahami
satu elemen Neraca saja mungkin mereka tidak mampu. Seandainya
mereka ingin menjalankan haknya untuk menilai akuntabilitas
pemerintah atas penggunaan pajak yang mereka bayar, dan ingin

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 8


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

mengetahui kekayaan negara, maka mereka mungkin akan tidak


memahami apa yang dimaksud dengan investasi permanen atau
mengapa nilai aset tetap harus berkurang oleh karena adanya
penyusutan yang mungkin juga tidak diketahui apa esensinya. Ketika
ia melihat realisasi anggaran menunjukkan pertambahan penghasilan
pajak tetapi ia melihat kontradiksi penurunan nilai aset tetap, maka
kesalahan pemahaman yang mungkin timbul dari pengguna awam
seperti ini adalah bahwa ia menilai pemerintah tidak bijaksana dalam
mengunakan penghasilan pajak.

Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh persepsi dari pembaca


laporan keuangan. Pembaca yang terbiasa dengan orientasi anggaran
mempunyai potensi kesalahpahaman dalam memahami konsep akuntansi
akrual. Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor komersial
cenderung melihat laporan keuangan pemerintah seperti laporan
keuangan perusahaan.

Sumber kesalahpahaman utama yang berkaitan dengan orientasi ini


mungkin dapat dilihat pada pemaknaan pendapatan atau belanja.
Pengguna yang berorientasi anggaran dan mengethui bahwa anggaran
sekarang adalah berbasis kas mungkin akan tidak mengerti mengapa
di Neraca bisa timbul pihutang pajak atau hutang belanja. Ia mungkin
tidak akan mengerti bahwa asas akuntansi pemerintah berupa asas
kas menuju akrual memang diwujudkan dalam suatu penyesuaian
periodikal, tepatnya di akhir tahun, yang berusaha mengakrualkan
transaksi yang seharusnya hanya diakui, dicatat, dan dilaporkan ketika
transaksi itu langsung memengaruhi kas negara atau kas daerah.
Lebih jauh lagi, bisa jadi ia akan mengartikan pencatatan hutang
belanja sebagai suatu justifikasi akuntansi secara diam-diam atas
adanya Sisa Anggaran Pembangunan (SIAP) yang boleh diluncurkan
penggunaannya pada tahun setelah tahun pelaporan.

Sebaliknya pihak yang berorientasi akrual akan merasakan bahwa


Laporan Realisasi Anggaran kurang membukukan pendapatan atau
belanja ketika mereka melihat bahwa pertambahan pihutang dan
hutang yang tercatat di Neraca tidak diimbangi dengan pertambahan
pendapatan dan belanja melainkan dengan pendapatan yang
ditangguhkan dan Kas di Bendahara Pengeluaran. Mereka tidak dapat
mengerti bahwa asas kas dalam akuntansi pemerintahan
mengharuskan bahwa pendapatan dan belanja hanya dapat diakui jika
sudah ada kas yang masuk ke atau keluar dari Kas Negara/Daerah.

Untuk itu, diperlukan pembahasan umum dan referensi ke pos-pos


laporan keuangan menjadi penting bagi pembaca laporan keuangan.
Selain itu, pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan akuntansi yang
diterapkan akan membantu pembaca untuk dapat menghindari
kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 9


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

B. STRUKTUR ALTERNATIF CALK

11. Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara


sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan
informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

12. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci
atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan
atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan
dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta
pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian
yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan
komitmen- komitmen lainnya.

Penjelasan paragraf 11 dan 12 di atas lebih merupakan penekanan


tentang isi pokok dari CaLK. Mengenai struktur penyajiannya sendiri
sebenarnya PSAP 07 ini belum eksplisit mengaturnya. Oleh karena
informasi yang dimuat dalam CaLK banyak yang bersifat kualitatif dan
berkaitan dengan kejadian yang insidental, tentu subjektivitas dalam
menentukan seberapa banyak informasi yang dianggap cukup atau
memadai dan bagaimana pembabakan penyajiannya menjadi subjektif
pula. Oleh karena itu, suatu penetapan kebijakan tentang struktur
penyajian CaLK secara unik bagi suatu entitas pelaporan menjadi
diperlukan.

Saat ini, struktur penyajian CaLK di lingkungan entitas pelaporan


berupa Pemerintah Daerah memang sudah ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Di Pemerintah Pusat sendiri,
walaupun tidak dituangkan dalam suatu ketetapan, praktik pelaporan
keuangan pada tahun 2004 dan 2005 setidaknya sudah dapat
dijadikan konvensi.

Permendagri 13/2006 menetapkan bahwa daftar isi dari CaLK adalah


sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan
1.1. Maksud dan Tujuan penyusunan laporan keuangan
1.2. Landasan Hukum penyusunan laporan keuangan
1.3. Sistematika penyajian Catatan atas Llporan Keuangan

Bab II Ekonomi Makro


2.1. Ekonomi makro
2.2. Kebijakan keuangan
2.3. Indikator pencapaian kinerja fiskal dan moneter
2.4. Indikator pencapaian kinerja program entitas pelapor

Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja fiskal dan moneter


3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja fiskal dan
moneter

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 10


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

3.2. Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja

Bab IV Ikhtisar pencapaian kinerja program entitas pelapor


4.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja program entitas
pelapor
4.2. Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja

Bab V Kebijakan Akuntansi


5.1. Entitas pelaporan
5.2. Basis Akuntansi yang mendasari peyusunan laporan
keuangan
5.3 Basis pengukuran yang mendasari peyusunan laporan
keuangan
5.4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan rekening-
rekening akuntansi

Bab VI. Penjelasan rekening-rekening Laporan Keuangan


6.1 Rincian dan penjelasan masing-msing rekening Laporan
Keuangan
6.1.1 Pendapatan
6.1.2 Belanja
6.1.3 Pembiayaan
6.1.4 Aset
6.1.5 Kewajiban
6.1.6 Ekuitas Dana
6.1.7 Komponen-komponen Arus kas

6.2. Pengungkapan atas pos-pos set dan kewajiban ang timbul


sehubungan dengan penrapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerpaan basis kas, untuk
entitas pelaporan yang menggunakan akuntansi berbasis akrual
penuh.

Bab VII Penjelasan atas informasi non keuangan

Bab VIII Penutup

Berbeda dari struktur penyajian di atas, pada tahun 2005, misalnya,


Pemerintah Pusat telah menyusun CaLK dengan struktur penyajian
sebagai mana dituangkan dalam Daftar Isi sebagai berikut:

I. Pendahuluan
I.1 Dasar Hukum
I.2 Kebijakan Fiskal/Keuangan dan Ekonomi Makro
I.3 Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
I.4 Kebijakan Akuntansi

II. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran


II.1 Penjelasan Umum Laporan Realisasi Anggaran
II.2 Penjelasan Per Pos Laporan Realisasi Anggaran

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 11


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

III. Penjelasan atas Pos-pos Neraca


III.1 Posisi Keuangan Secara Umum
III.2 Penjelasan Per Pos Neraca
III.3 Kejadian Penting setelah Tanggal Neraac
III.4 Catatan Penting Lainnya

IV. Informasi Tambahan dan Pengungkapan Lainnya


IV.1 Ikhtisar Laporan Arus kas
IV.2 Penjelasan Per Pos Laporan Arus Kas

V. Lampiran

Tampak bahwa dari segi jumlah Bab saja kedua struktur CaLK di atas
sudah berbeda. Perbedaan utamanya adalah bahwa pada CaLK versi
Permendagri 13/2006, terdapat bab IV yang memuat Ikhtisar
pencapaian kinerja program entitas pelapor, yang sejalan dengan
Peraturan Pemerintah 8/2006 yang tidak terdapat dalam struktur CaLK
versi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2005. Selain
perbedaan antarBab di atas, pada masing-masing Bab yang
bersesuaian pun pada tataran rincinya terdapat perbedaan. Misalnya,
Bab I tentang Pendahuluan. Di dalam Bab ini Pemerintah Pusat
memasukkan Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan sedangkan
di Permendagri 13/2006 hal ini tidak dimasukkan. Dalam kekinian
perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah, yang ditandai oleh
kekurangmampuan para pelaksana penyusunan Laporan Keuangan,
pendekatan tersebut akan sangat menolong memberi pengertian
kepada pembaca laporan tentang arus data dan kaitan antarlembaga
pemerintahan yang ada untuk menjadi suatu laporan pemerintah
secara menyeluruh.

Perbedaan-perbedaan lain juga terlihat dari kedua versi CaLK di atas.


Oleh karena itu, suatu struktur CaLK minimal mestinya dapat
ditetapkan dengan mengkombinasikan kelebihan-kelebihan masing-
masing versi. Sebagai contoh, struktur CalK yang memakai Struktur
versi Permendagri 13/2006 sebagai dasar yang ditambahi dengan
aspek-aspek tertentu dari versi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
tahun 2005 kiranya dapat dijadikan alternatif. Dengan alternatif ini, di
samping memuat bab tentang uraian atas Ikhtisar pencapaian kinerja
program entitas pelapor, CaLK pun tetap mempertahankan perlunya
penjelasan tentang pendekatan penyusunan laporan keuangan.
Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan
Laporan Arus kas yang disajikan dalam Bab tersendiri (II, III, dan IV)
di dalam CaLK versi Pemerintah Pusat, tetap diakomodasi meskipun
dipadatkan dalam satu bab, yaitu bab VI. Di samping itu,
kemungkinan banyaknya hal-hal insidental yang tidak menyangkut
keuangan juga diakomodasi dalam bab sebelum bab penutup. Untuk
mengatasi penyajian yang panjang lebar dalam tubuh CaLK, maka
pemuatan lampiran dalam CaLK versi Pemerintah pusat perlu
ditambahkan juga ke dalam versi Permendagri 13/2006. Dengan
demikian, pengungkapan memadai yang ingin dicapai dengan CaLK ini
dapat lebih terjamin.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 12


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Dengan struktur alternatif di atas, maka uraian rinci atas masing


masing bab dalam CaLK dapat didekati dengan memperhatikan
standar berikut.

Bab I Pendahuluan
1.1 Maksud dan Tujuan penyusunan laporan keuangan
1.2 Landasan Hukum penyusunan laporan keuangan
1.3 Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
1.4. Sistematika penyajian Catatan atas Laporan Keuangan

Bab II Ekonomi Makro


2.1. Ekonomi makro
2.2. Kebijakan keuangan
2.3. Indikator pencapaian kinerja fiskal dan moneter
2.4. Indikator pencapaian kinerja program entitas pelapor

Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja fiskal dan moneter


3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja fiskal dan moneter
3.2. Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja

Bab IV Ikhtisar pencapaian kinerja program entitas pelapor


4.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja program entitas
pelapor
4.2. Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja

Bab V Kebijakan Akuntansi


5.1. Entitas pelaporan
5.2. Basis Akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
5.3 Basis pengukuran yang mendasari peyusunan laporan keuangan
5.4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan rekening-rekening
akuntansi

Bab VI. Penjelasan rekening-rekening Laporan Keuangan


6.1 Rincian dan penjelasan masing-masing rekening Laporan
Keuangan
6.1.1 Pendapatan
6.1.2 Belanja
6.1.3 Pembiayaan
6.1.4 Aset
6.1.5 Kewajiban
6.1.6 Ekuitas Dana
6.1.7 Komponen-komponen Arus kas

6.2. Pengungkapan atas pos-pos set dan kewajiban yang timbul


sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerpaan basis kas, untuk entitas
pelaporan yang menggunakan akuntansi berbasis akrual penuh.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 13


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Bab VII Penjelasan atas informasi non keuangan

Bab VIII Penutup

Lampiran

C. Langkah Penyusunan CALK berdasarkan Pragaraf PSAP 04

13. Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang


penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka
pengungkapan yang memadai, antara lain:

(a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan,


ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang
APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang
dihadapi dalam pencapaian target;

Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro ini,


misalnya, dapat diisi dengan berbagai penjelasan mengenai faktor-
faktor yang memengaruhi penyusunan APBN/APBD seperti asumsi
makro yang meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar rupiah
dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 3 bulan dan hal yang
paling memengaruhi anggaran pendapatan dan belanja secara
material. Bagian ini juga dapat mencakup penjelasan mengenai
perubahan-perubahan pada indikator ekonomi yang kemudian
memengaruhi penyusunan APBN/APBD perubahan.

Bagian kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro ini dapat


dituangkan dalam Bab II Bagian 2.1. Pencapaian target Undang-
undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang
dihadapi dalam pencapaian targetdapat disajikan sebagai bagian 3.1
dan 3.2 dari Bab III

(b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama


tahun pelaporan;

Ikhtisar keuangan selama setahun adalah ringkasan terpenting dan


material dari realisasi APBN/D. Bagian ini bisa memakan halaman yang
cukup banyak, mengingat berbagai pengungkapan berupa angka
absolut atau grafik perkembangan pos-pos anggaran seperti
penerimanan negara, belanja, defisit anggaran, pembiayaan yang
mencakup penerimaan pembiayaan luar negeri atau pembayaran
cicilan pokok utang Luar Negeri akan memerlukan pejelasan yang
cukup panjang.

Seluruh penjelasan rinci tentang ini dapat dimuat dalam Bab III juga.

(c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan


keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 14


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-


kejadian penting lainnya;

Dasar penyusunan laporan keuangan diisi dengan berbagai rujukan


berupa pasal-pasal dari atau seluruh peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan pengelolaan keuangan negara pada umumnya dan
akuntansi pemerintahan pada khususnya. Dengan demikian pembaca
mengetahui bahwa secara formal Entitas Pelapor memang terikat pada
peraturan perundangan tertentu yang berkaitan dengan penerapan
sistem keuangan negara, terutama yang berkaitan dengan sistem
akuntansi pemerintahan dan pelaporan akuntabilitas kinerja program
pemerintah.

Bagian rinci dari penjelasan ini dituangkan dalam Bab V.

Selain memuat dasar hukum, standar ini juga dapat menjadi dasar
bagi pemuatan uraian mengenai pendekatan penyusunan Laporan
Keuangan. Bagaimanapun, prosedur dan arus data akuntansi di dalam
lingkungan pemerintah pusat yang memiliki banyak entitas akuntansi
dan entitas pelaporan seperti kementerian dan lembaga-lembaga
pemerintah non departemen memang memerlukan penjelasan. Uraian
mengenai pendekatan ini dapat dimuat dalam bagian pendahuluan Bab
I sebagai Bagian 1.2.

Adapun mengenai kebijakan akuntansi harus disajikan secara lebih


rinci agar setiap kebijakan pada suatu elemen pelaporan tertentu
dapat memberi konteks penerapannya masing-masing dalam ruang
teoretis dan praktisnya. Kebijakan ini nantinya akan dirinci dalam Bab
V.

(d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan


Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan;

Banyak hal tidak dapat diungkapkan dalam lembar muka lapaoran


keuangan. Pertama, hal ini disebabkan lembar muka merupakan
media bahasa akuntansi yang sangat terstruktur dengan simbol-simbol
yang sangat kuantitatif. Akan tetapi, sebagian besar informasi
keuangan lain nya yang relevan seringkali hanya bisa mengungkapkan
makna pragmatis, semantik dan logiknya jika disimbolkan dalam
bahasa yang naratif. Sebagai contoh, hutang obligasi secara kuantitatif
mungkin sudah dimuat dalam Neraca tetapi bagaimana seluk-beluk
jenis dan persyaratan hutang obligasi ini hanya mungkin diuraikan
secara naratif.

Penjelasan naratif serupa hal-hal di atas dijabarkan dalam penjelasan


yang dapat dimuat dalam Bab V, VI, atau VII, tergantung pada aspek
yang hendak diijelaskan.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 15


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

(e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban


yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas
pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan
basis kas;

Mengingat kerangka konseptual mengijinkan entitas pelaporan yang


mampu untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual penuh, maka
terdapat kemungkinan adanya pos-pos aset dan kewajiban yang
diakui, dicatat dan dilaporkan secara akrual terkait dengan pengakuan
dan pencatatn pendapatan dan belanja tertentu. Misalnya, suatu
Pemda yang telah menerapkan pendapatan berbasis akrual penuh
akan mungkin mencatat sejumlah pihutang atas ketetapan pajak yang
belum menghasilkan kas bagi kas negara /daerah pada tahun berjalan.
Praktik ini jelas tidak serupa dengan praktik yang mungkin akan dianut
sebagian besar pengguna akuntansi pemerintah ini, yang mhanya
mencatatkan pendapatan pajak saat SKP sudah disertai dengan Surat
Setoran Pajak ke Kas Negara. Dengan demikian penyimpangan ini
sebisa mungkin diungkapkan. Pengungkapan ini dapat dilakukan dalam
Bab VI bagian 6.2.

(f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk


penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan.

14. Pengungkapan untuk masing-masing pos pada laporan keuangan


mengikuti standar berlaku yang mengatur tentang pengungkapan untuk
pos-pos yang berhubungan. Misalnya, Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan tentang Persediaan mengharuskan pengungkapan
kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan.

Paragraf ini sejalan dengan paragraf 13 c. Jadi, uraian mengani


paragraf (f) dan 14 ini pun harus dirinci dalam BabV bagian 5.4.

15. Untuk memudahkan pembaca laporan, pengungkapan pada Catatan


atas Laporan Keuangan dapat disajikan secara narasi, bagan, grafik,
daftar dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang mengikhtisarkan
secara ringkas dan padat kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan.

Contoh-contoh narasi dapat disajikan untuk menguraikan hal-hal yang


dipandang perlu sepanjang tetap mengingat proporsi panjangnya
narasi dengan keseluruhan CaLK. Grafik dapat disajikan dalam
berbahai bentuk, untuk memperingkas perbandingan dan uraian data
serial sehingga Laporan Keuangan dapat tampil lebih menarik.

Selain menggantungkan kemudahan ini pada format penyajian, CaLK


pun harus dapat secara sistematis menginformasikan kepada
pengguna tentang pendekatan penyusunan Laporan Keuangan dan
Sistematika penyajian CaLK sendiri. Penjelasan mengenai pendekatan
penyusunan Laporan Keuangan dimuat dalam Bab I bagian 1.3 dan
penjelasan mengenai Sistematika pada Bab I bagian 1.4.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 16


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Pada Bagian 1.3, Penjelasan mengenai pendekatan penyusunan


Laporan Keuangan diawali dengan memperkenalkan Entitas Pelapor
yang sedikitnya mengungkapkan kedudukan entitas secaraa legal
disertai dengan lingkup kegiatan dan pencatatan yang menjadi lingkup
pelaporan. Di daerah, ini berarti mengungkapkan kedudukan suatu
Pemerintah Provinsi, Kabupaten atau Kota disertai dengan berbagai
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi entitas akuntansinya.
Penjelasan entitas ini di pusat, dapat diungkapkan dalam contoh
berikut:

Pemerintah Pusat merupakan gabungan seluruh kementerian


negar/lembaga beserta jenjang struktural di bawahnya seperti eselon
I, kantor wilayah, serta satuan kerja yang bertanggung jawab atas
otorisasi kredit anggaran yang diberikan kepadanya. Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), karenanya adalah laporan
yangmencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh seluruh
entitas terkait. Penjelasan ini dimuat dalam Bab I bagian 1.3 sebagai
pengantar bagi penjelasan tentang Pendekatan Penyusunan Laporan
Keuangan

Selanjutnya Bagian 1.3 menjelaskan Pendekatan Penyusunan Laporan


Keuangan. Pada pemerintah pusat, penjelasan ini mungkin dapat
mengambil contoh berikut.

LKPP disusun berdasarkan kompilasi dari laporan keuangan entitas


pelaporan tingkat kementerian negara/lembaga, laporan keuangan
Bendahara UmumNegara dan data lainnya dari unit-unit yang terkait.
Unit-unit terkait ini sedapatnya dirinci secara lengkap.

Setelah memperjelas entitas pelaporan terkait, bagian 1.3 ini


kemudian dapat dilanjutkan dengan menjelaskan teknis penyusunan,
misalnya tentang cara pengkompilasian data keuangan hingga
menghasilkan laporan keuangan pemerintah pusat atau pemerintah
daerah.

Apabila secara teknis penyusunan laporan keuangan ini menggunakan


berbagai sistem akuntansi maka bagian ini pun menguraikan kaitan
antara sub-sub sistem akuntansi yang dipakai. Akhirnya dari sistem
akuntansi yang dipakai, bagian ini menguraikan ringkasan pengertian
akan komponen-komponen Laporan Keuangan yang mencakup
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ Daerah,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan

Sebagai contoh, bagian ini mungkin berisi keterangan bahwa Laporan


Keuangan Pemerintah Pusat dihasilkan melalui Sistem Akuntansi
Pemerintah Pusat (SAPP), yang terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat
(SiAP) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Kementerian
negara/lembaga membukukan melalui SAI baik transaksi anggaran
(Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran/DIPA), pendapatan maupun
belanja. Sedangkan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
membukukan transaksi melalui SIAP.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 17


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Mengenai Neraca, pendekatan yang dijelaskan, bisa jadi bahwa Neraca


Pemerintah Pusat disusun berdasarkan data yang dikelola oleh
Departemen Keuangan, Kementerian Negara BUMN dan unit register.
Data mengenai Kas Umum Negara dan Non Anggaran, investasi jangka
panjang, dan kewajiban didasarkan pada data Departemen Keuangan,
sedangkan data Penyertaan Modal Pemerintah berasal dari
Kementerian Negara BUMN. Selain itu, Neraca pemerintah juga
disusun berdasarkan neraca kementerian negara/lembaga terutama
untuk kas di Bendahara Penerimaan, Kas di bendahara Pengeluaran,
Piutang, Persediaan, Aset tetap, dan Aset lainnya. Neraca kementerian
negara/lembaga disusun melaluui Sistem Akuntansi Instansi.

Beralih ke Bagian 1.4 tentang penjelasan mengenai Sistematika


penyusunan CaLK, uraian akan lebih banyak menyoroti pembababkan
seluruh CaLK. Berbeda dari Daftar Isi, bagian ini akan meringkas isi
terpenting dari tiap-tiap bab sehingga dapat mengarahkan pengguna
untuk menemukan di mana tempatnya dalam CaLK ini informasi
tertentu yang paling dibutuhkannya.

Penyajian Informasi tentang Kebijakan Fiskal/ Keuangan,


Ekonomi Makro, Pencapaian Target Undang- Undang
APBN/Peraturan Daerah APBD, Berikut Kendala dan Hambatan
yang Dihadapi dalam Pencapaian Target

16. Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat membantu


pembacanya untuk dapat memahami kondisi dan posisi keuangan
entitas pelaporan secara keseluruhan.

Kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan secara keseluruhan


sangat bergantung pada efektivitas pengelolaan anggaran dan
pencatatanya. Kondisi keuangan akan menunjukkan kualitas dalam
bentuk surplus aatau defisit anggaran, likwiditas, solvabilitas, atau
kelancaran arus kas. Adapun posisi keuangan lebih merupakan
keadaan harta, hutang dan ekuitas dana suatu entitas pelaporan pada
suatu titik waktu, yang lazim ditunjukkan dalam Neraca. Jadi, semua
ini, walaupun secara implisit sudah dapat dianalisis dari dalam data
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas, untuk
lebih membantu pengguna umum sebaiknya dijelaskan lagi dalam
CaLK dalam bahasa yang lebih naratif dan ilustratif.

17. Untuk membantu pembaca Laporan Keuangan, Catatan atas Laporan


Keuangan harus menyajikan informasi yang dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan seperti bagaimana perkembangan posisi dan kondisi
keuangan/fiskal entitas pelaporan serta bagaimana hal tersebut tercapai.

Penjelasan naratif dan ilustratif yang dimaksud dalam Paragrapf 16 di


atas, sebisanya mengeksplisitkan bagaimana perkembangan posisi dan
kondisi keuangan/fiskal entitas pelaporan serta bagaimana hal
tersebut tercapai. Sebagai contoh, jika surplus anggaran dalam
Laporan Realisasi Anggaran cukup besar, CaLK diharapkan dapat

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 18


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

memberi penjelasan tentang apa yang membuat pendapatan menjadi


jauh lebih besar daripada anggaran atau sebaliknya yang membuat
belanja jauh lebih kecil daripada anggaran.

18. Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, entitas


pelaporan harus menyajikan informasi mengenai perbedaan yang penting
posisi dan kondisi keuangan/fiskal periode berjalan bila dibandingkan
dengan periode sebelumnya, dibandingkan dengan anggaran, dan dengan
rencana lainnya sehubungan dengan realisasi anggaran. Termasuk dalam
penjelasan perbedaan adalah perbedaan asumsi ekonomi makro yang
digunakan dalam penyusunan anggaran dibandingkan dengan
realisasinya.

Jadi, jelaslah bahwa untuk dapat mengungkapkan perkembangan


keadaan ekonomi makro dan keuangan pemerintah, diperlukan suatu
kriteria. Kriteria ini dituangkan sebagai data mengenai kebijakan
ekonomi makro dan kebijakan keuangan. Sebagai kriteria, kebijakan-
kebijakan ini dituangkan dalam Bab II Bagian 2.1. dan Bagian 2.2.

Bagian 2.1 yang memuat kriteria ekonomi makro, misalnya dapat


ditunjukkan dengan uraian naratif mengenai kebijakan fiskal dan
moneter serta prognosa kondisi ekonomi makro yang diharapkan.
Dalam lingkungan Pemda, hal ini bisa disamakan dengan Kebijakan
Umum Anggaran (KUA).

Uraian berikut ini kiranya dapat menjadi contoh kebijakan ekonomi


makro.

APBN/D 2005 disusun dengan tujuan menjaga kelangsungan fiskal,


namun tetap memberikan fleksibilitas yang cukup bagi pemerintahan
baru untuk membuat kebijakan moneter dan prioritas anggaran dan
fiskal yang baru. Adapaun penyusunan APBN /D 2005 diarahkan
sejalan dengan agenda pembangunan, yaitu untuk mempercepat
reformasi, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Semua ini
dilakukan dengan prinsip kehati-hatian yang mencegah gerak ekonomi
yang terlampau cepat memanas yang berakibat pada kenaikan tingkat
inflasi yang amat tinggi. Diupayakan tingkat inflasi ditekan hingga
tidak mencapai dua digit sedangkan untuk menggalakkan investasi
pelonggaran tingkat bunga SBI akan diupayak pada saat yang tepat.
Tekanan terhadap kurs rupiah akan dicoba diatasi dengan
memanfaatkan segenap dana yang masih terparkir dalam berbagai
rekening pemerintah di Bank Indonesia.

19. Kebijakan fiskal yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan adalah kebijakan-kebijakan pemerintah dalam peningkatan
pendapatan, efisiensi belanja dan penentuan sumber atau penggunaan
pembiayaan. Misalnya penjabaran rencana strategis dalam kebijakan
penyusunan APBN/APBD, sasaran, program dan prioritas anggaran,
kebijakan intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan, pengembangan pasar
surat utang negara.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 19


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Bagian 2.2 misalnya dapat menguraikan kriteria peningkatan


pendapatan seperti tercapainya rasio pajak tertentu. Efisiensi belanja
misalnya dapat diuraikan dengan kriteria berupa tekad meminimalkan
kebocoran sedangkan penentuan sumber dan penggunaan
pembaiayaan misalnya dapat dijabarkan dalam bentuk sasaran
penjualan aset negara atau perolehan pinjaman luar dan dalam nageri.
Contoh di bawah ini bisa dipertimbangkan sebagai uraian mengenai
kebijakan keuangan yang menjadi isi Bagian 2.2.

Untuk tahun 2005, upaya kesinambungan fiskal dimaksud antara lain


meliputi langkah-langkah penurunan defisit APBN secara bertahap dan
administrasi manajemen pembiayaan anggaran yang optimal, efisien
dan efektif. Untuk menghadapi beban kewajiban pembayaran pokook
uatng yang besar, baik utang dalam negeri maupun utang dalam
negeri, diperlukan strategi kebijakan fiskal yang konsisten dalam
upaya mendorong peningkatan penerimaan negara, pengendalian dan
efisiensi belanja negara, serta optimaslisasi pemanfaatan siumber-
sumber pembiayaan anggaran.

Sedangkan penjabaran rencana strategis dalam kebijakan penyusunan


APBN/APBD, sasaran, program yang dipersyaratkan oleh paragraf ini
dapat diungkapkan dalam bentuk komitmen untuk mengikuti anggaran
berbasis kinerja. Adapun indikator kinerja programnya sendiri dapat
dituangkan dalam Bagian tersendiri, yang dalam alternatif struktur
CaLK ini adalah pada Bagian 2.4.

20. Kondisi ekonomi makro yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan adalah asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang
digunakan dalam penyusunan APBN/APBD berikut tingkat capaiannya.
Indikator ekonomi makro tersebut antara lain Produk Domestik
Bruto/Produk Domestik Regional Bruto, pertumbuhan ekonomi, tingkat
inflasi, nilai tukar, harga minyak, tingkat suku bunga dan neraca
pembayaran.

Paragraf ini mengharuskan CaLK memuat indikator kebijakan ekonomi makro


baik dalam tataran fiskal maupun moneter yang perlu dituangkan dalam Bab II
Bagian 2.3. Untuk itu, dua tabel di bawah ini diharapkan dapat menjadi contoh
bagi pengungkapan masing-masing indikator kinerja ekonomi makro dari sudut
kebijakan moneter dan indikator kinerja ekonomi dari sudut kebijakan fiskal.
Indikator Kebijakan Ekonomi Makro (Moneter)
(dalam jutaan rupiah)
Uraian APBN/D
(UU No/ tahun
Perda No/ tahun)
Pertumbuhan Ekonomi (Persen) 5,4
Tingkat Inflasi (persen) 5,5
Nilai Tukar rupiah (Rp/US$) 8.600
Suku Bunga SBI-3 Bulan (Persen) 6,5
Harga Minyak (US$ / barel) 24,0
Produksi Minyak (juta barel/hari) 1.125

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 20


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Adapun Kriteria kebijakan keuangan dari sudut fiskal yang akan


dimasukkan ke dalam Bagian 2.3, tabel data dengan berbagai variabel
terkait sebagai berikut dapat dipertimbangkan.

Indikator Kebijakan Keuangan (Fiskal)


(dalam jutaan rupiah)
Uraian APBN/D
(UU No/ tahun
Perda No/ tahun)
Penerimaan Perpajakan 297,844,130
Penerimaan Negara Bukan Pajak 81,783,001
Penerimaan Hibah 750,000
Jumlah Anggaran Pendapatan 380,377,131
Negara/Daerah dan Hibah
Belanja Pemerintah Pusat/Daerah 266,220,255
Belanja untuk Daerah 131,549,055
Jumah Anggaran Belanja Negara/Daerah 397,769,310
Defisit Anggaran 17,392,179

Dengan adanya data pada tabel kebijakan keuangan di atas, pada


saatnya, jika APBN/D berubah, perubahan tersebut dapat segera
dibandingkan.

Selanjutnya pada Bagian 2.4, CaLK sebisanya memuat ringkasan


indikator kinerja program hingga ke sasarannya. Format seperti dalam
Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 2006 tentang LKKIP dapat
dipertimbangkan sebagai format yang komprehensif tetapi cukup
ringkas dalam mengakomodasi rencana stratejik suatu entitas
pelaporan.

Sebagai contoh, Bagian 2.4 dapat ditampilkan sebagai berikut:

Instansi: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan


Fungsi: Pelayanan Umum

No Program Indikator Satuan Sasara


- Kegiatan Hasil n
- Keluaran
1 Peningkatan Peningkatan nilai % 2%
Pengawasan Aparatur temuan dari tahun
Negara lalu Instansi 10
Jumlah Instansi
yang Laporan
Keuangannya Laporan 312
- sesuai SAP Laporan 3.119
Audit Keuangan - Laporan 112
- Laporan Hasil Audit Kejadia 27
Audit Operasional - n 5
- Laporan Hasil Audit Kejadia

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 21


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Audit Kinerja - n
- Laporan Hasil Audit
Asistensi SAP -
- Jumlah Asistensi
Inventarisasi BMKN -
Jumlah
Inventarisasi

21. Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat menjelaskan


perubahan anggaran yang penting selama periode berjalan
dibandingkan dengan anggaran yang pertama kali disahkan oleh
DPR/DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian
target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya yang
dianggap perlu oleh manajemen entitas pelaporan untuk diketahui
pembaca laporan keuangan.

22. Dalam satu periode pelaporan, dikarenakan alasan dan kondisi


tertentu, entitas pelaporan mungkin melakukan perubahan anggaran
dengan persetujuan DPR/DPRD. Agar pembaca laporan keuangan dapat
mengikuti kondisi dan perkembangan anggaran, penjelasan atas
perubahan-perubahan yang ada, yang disahkan oleh DPR/DPRD,
dibandingkan dengan anggaran pertama kali disahkan akan membantu
pembaca dalam memahami kondisi anggaran dan keuangan entitas
pelaporan.

Paragraf 21 dan 22 mempersyaratkan agar CaLK memuat penjelasan


mengenai perubahan anggaran. Perubahan anggaran dimaksud dapat
disajikan dalam CaLK pada Bab III Bagian 3.1 sebagaimana tertera
dalam tabel berikut ini.

Asumsi Penyusunan Perubahan Anggaran


(dalam jutaan rupiah)
Uraian APBN/D APBN/D - P Beda
(UU No/ (UU No/ (%)
tahun tahun
Perda No/ Perda No/
tahun) tahun)
Penerimaan Perpajakan 297,844,130 351,973,630 18.17%
Penerimaan Negara 81,783,001 180,697,391 120.95%
Bukan Pajak
Penerimaan Hibah 750,000 7,455,088 894.01%
Jumlah Anggaran 380,377,131 540,126,109 42.00%
Pendapatan
Negara/Daerah dan
Hibah
Belanja Pemerintah 266,220,255 411,667,571 54.63%
Pusat/Daerah
Belanja untuk Daerah 131,549,055 153,402,251 16.61%
Jumah Angagran Belanja 397,769,310 565,069,822 42.06%
Negara/Daerah

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 22


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Defisit Anggaran 17,392,179 24,943,713 43.42%

23. Dalam kondisi tertentu, entitas pelaporan belum dapat mencapai


target yang telah ditetapkan, misalnya jumlah unit pembangunan
bangunan sekolah dasar. Penjelasan mengenai hambatan dan kendala
yang ada, misalnya kurangnya ketersediaan lahan, perlu dijelaskan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.

Paragraf 23 di atas pada intinya menuntut penjelasan tentang kinerja


pemerintah dalam merealisasi anggarannya.Dalam hal ini, yang
disoroti untuk dijelaskan adalah varians realisasi jumlah uang sebagai
input program yang dikeluarkan. Dalam contoh Paragraf 21 dan 22
sebelumnya,walaupun Bagian 3.1 sudah menunjukkan tabel
perubahan APBN, tetapi contoh tersebut belum menjelaskan alasan
perubahan tersebut.

Untuk menguraikan alasan perubahan anggaran, Bab III bagian 3.2


dapat menguraikan faktor pendukung dan penghambat sebagai contoh
berikut ini:

Perubahan pada perkiraan pendapatan negara dan hibah didasarkan


oleh adanya perubahan pada harga rata-rata minyak mentah
Indonesia di pasar dunia yang membaik dan nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika Serikat yang melemah.Kedua faktor
perubahan in diperkirakan akan meningkatkan pemnerimaan migas
dalam jumlah yang signifikan. Namun pada saat yang sama, beban
subsidi bahan bakar minyak (BBM) akan membengkak

Perubahan harga minyak dan nilai tukar juga akan memengaruhi


penerimaan pajak. Di samping itu, adanya penetapan kebijakan
perpajakan yang lebih baik serta perbaikan sistem dan prosedur
administrasi perpajakan, kepabeanan dan cukai akan mendorong
peningkatan pada penerimaan perpajakan.

24. Untuk membantu pembaca laporan keuangan, manajemen entitas


pelaporan mungkin merasa perlu untuk memberikan informasi keuangan
lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui pembaca, misalnya
kewajiban yang memerlukan ketersediaan dana dalam anggaran periode
mendatang.

Keadaan darurat seperti bencana di Nias dan Aceh, dapat menjadi


contoh bagi penjelasan paragraf 24 ini. Uraian selengkapnya tentang
hal ini misalnya adalah:
Bencana alam yang melanda Nias dan Aceh juga memengaruhi pos
pembiayaan dengan cukup signifikan dengan diperolehnya tawaran
penundaan pembayaran hutang luar negeri Indonesia yang jatuh
tempo dalam tahun 2005 (debt moratorium) dari negara-negara yang
bergabung dalam Paris Club, dan diberikannya pinjaman proyek dalam
rangka rehabilitasi dan rekonstruksi Nias dan Aceh.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 23


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Penyajian Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan Selama Tahun


Pelaporan

25. Kinerja keuangan entitas pelaporan dalam Laporan Realisasi


Anggaran harus mengikhtisarkan indikator dan pencapaian
kinerja kegiatan operasional yang berdimensi keuangan dalam
suatu periode pelaporan.

26. Kebutuhan pengguna laporan keuangan pemerintah berbeda dengan


pengguna laporan keuangan nonpemerintah. Kebutuhan pengguna
laporan keuangan pemerintah tidak hanya melihat entitas pelaporan dari
sisi perubahan aset bersih saja, namun lebih dari itu, pengguna laporan
keuangan pemerintah sangat tertarik dengan kinerja pemerintah bila
dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan.

27. Pencapaian kinerja keuangan yang telah ditetapkan dijelaskan secara


obyektif dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Keberhasilan pencapaian
kinerja dapat diketahui berdasarkan tingkat efisiensi dan efektivitas suatu
program. Efisiensi dapat diukur dengan membandingkan keluaran
(output) dengan masukan (input). Sedangkan efektivitas diukur dengan
membandingkan hasil (outcome) dengan target yang ditetapkan.

28. Pembahasan mengenai kinerja keuangan harus dihubungkan


dengan tujuan dan sasaran dari rencana strategis pemerintah dan
indikator sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang
berlaku. Ikhtisar pembahasan kinerja keuangan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan harus:
(a) Menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan;
(b) Memberikan gambaran yang jelas atas realisasi dan rencana
kinerja keuangan dalam satu entitas pelaporan; dan
(c) Menguraikan prosedur yang telah disusun dan dijalankan oleh
manajemen untuk dapat memberikan keyakinan yang
beralasan bahwa informasi kinerja keuangan yang dilaporkan
adalah relevan dan andal;

Seluruh paragraf 25 sampai dengan 28 adalah penjelasan yang sangat


terkait dengan sistem akuntabilits kinerja sebagaimana dulu dikenal
dalam pelaporan Laporan Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) yang dikenal dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999. Hal ini
terutama ditafsirkand ari kenyataan bahwa pada paragraf 27, CaLK
dituntut untuk mengukur efisiensi dengan membandingkan keluaran
(output) dengan masukan (input). Sedangkan efektivitas diukur
dengan membandingkan hasil (outcome) dengan target yang
ditetapkan. Jelas output dan ooutcome yang dimaksud di sini adalah
keluaran dan hasil yang dimuat dalam Rencana Stratejik. Keterkaitan
pelaporan CaLK ini dengan Renstra pun tegas terlihat pada paragaraf
28 yang menyatakan bahwa pembahasan mengenai kinerja keuangan
harus dihubungkan dengan tujuan dan sasaran dari rencana strategis
pemerintah dan indikator.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 24


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Dengan demikian, uraian mengenai pencapaian kinerja ouput dan


outcome program ini, menurut Struktur CaLK alternatif ini, dapat
dituangkan dalam Bab IV, Bagian 4.1. Lalu, dengan diberlakukannya
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Laporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah, seluruh uraian yang diminta oleh
paragaraf 25 sampai dengan 28 dapat dituangkan dalam tabel yang
dipersyaratkan oleh PP 8/2006 ini. Intinya tabel ini harus dapat
memuat secara ringkas Program dan kegiatan serta indikator output
dan outcome yang diminta dikaitkan dengan realisasi belanjanya. Hal
ini hampir sama dengan penyiapan LAKIP yang diminta oleh Inpres 7
tahun 1999.

Instansi: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan


Fungsi: Pelayanan Umum

N Program Indikator Satuan Sasaran Belanja


o - Kegiatan Hasil (Rp juta)
- Keluaran
Ren- Real Ren Real
cana - - -
isas can isasi
i a
1 Peningkata Peningkatan % 2% 3%
n nilai temuan
Pengawasa dari tahun
n Aparatur lalu Instansi 10 2
Negara Jumlah
Instansi
yang
Laporan
Keuanganny
a sesuai SAP Laporan 312 221 2.8 1.8
- 76 87
Audit Laporan 3.11 3.2
Keuanga - 9 00 1.9 2.2
n Laporan Laporan 92 21
- Hasil Audit 112 112
Audit - Kejadian 900 877
Operasio Laporan 27 40
nal Hasil Audit Kejadian 450 435
- - 5 3
Audit Laporan 3.1 2.9
Kinerja Hasil Audit 22 98
- -
Asistensi Jumlah
SAP Asistensi
- -
Inventarisa Jumlah
si BMKN Inventaris
asi

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 25


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Selain tabel, seluruh perbedaaan signifikan dari capaian per program


dapat diuraikan secara naratif untuk menjelaskan faktor pendukung
dan penghambat. Uraian ini dimuat dalam Bab IV Bagian 4.2. Sebagai
contoh, atas pencapaian kinerja di atas, dapat diuraikan penjelasan
sebagai berikut.

Pada tahun 2005 BPKP dapat menghasilkan temuan dari pemeriksaan


sebesar 3% dari nilai temuan tahun lalu tetapi dari 10 instansi yang
disasar untuk menyajikan Laporan Keuangan sesuai Standar Akuntansi
Pemerintah, hanya dua yang sudah berhasil. Pencapaian 3% nilai
temuan disebabakna bahwa risiko salah urus dalam manajemen
keuangan pemerintahan masih cukup besar sedangkan jumlah instansi
yang mampu menyusun Laporan Keuangan sesuai SAP karena
sebagian besar asistensi masih berlangsung dan hasilnya baru terukur
pada tahun-tahun berikutnya.

Output dari lima kegiatan sebagian tercapai sebagaian lagi tidak.


Demikian pula realisasi belanja pun ada yang melebihi anggaran ada
yang kurang. Perbedaan ini hampir berlansgung linear dalam artian
bahwa ketika output yang dicapai rendah maka realisasi belanjanya
pun rendah.

29. Pembahasan mengenai kinerja keuangan harus:


(a) Meliputi baik hasil yang positif maupun negatif;
(b) Menyajikan data historis yang relevan;
(c) Membandingkan hasil yang dicapai dengan tujuan dan rencana
yang telah ditetapkan;
(d) Menyajikan informasi penjelasan lainnya yang diyakini oleh
manajemen akan dibutuhkan oleh pembaca laporan keuangan
untuk dapat memahami indikator, hasil, dan perbedaan yang
ada dengan tujuan atau rencana.

30. Untuk lebih meningkatkan kegunaan informasi, penjelasan entitas


pelaporan harus juga meliputi penjelasan mengenai apa yang semestinya
dilakukan dan rencana untuk meningkatkan kinerja program.
31. Keterbatasan dan kesulitan yang penting sehubungan dengan
pengukuran dan pelaporan kinerja keuangan harus diungkapkan sesuai
dengan relevansinya atas indikator kinerja yang diuraikan pada Catatan
atas Laporan Keuangan. Keterbatasan yang relevan akan beragam dari
satu program ke program lainnya, namun biasanya faktor yang dibahas
termasuk, antara lain:
(a) Kinerja biasanya tidak dapat diungkapkan secara utuh dengan hanya
menggunakan satu indikator saja;
(b) Indikator kinerja tidak dapat memperlihatkan alasan mengapa kinerja
berada pada tingkat yang dilaporkan; dan
(c) Melihat indikator kuantitatif secara eksklusif sering kali menghasilkan
konsekuensi yang tidak diinginkan.
32. Oleh karena itu, indikator kinerja harus dilengkapi dengan informasi
penjelasan yang sesuai. Informasi penjelasan ini akan membantu
pengguna memahami indikator yang dilaporkan, mendapat gambaran
mengenai kinerja keuangan entitas pelaporan, dan mengevaluasi

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 26


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

pentingnya faktor yang mendasari yang mungkin mempengaruhi kinerja


keuangan yang
dilaporkan.
33. Informasi penjelasan mungkin termasuk, sebagai contoh, informasi
mengenai faktor yang substansial yang berada di luar kendali entitas, dan
informasi mengenai faktor-faktor yang membuat entitas mempunyai
pengaruh penting.

Kinerja keuangan yang dimaksud dalam paragraf 29 sampai dengan


33 di atas, selain berupa posisi aset, kewajiban dan ekuitas dana juga
berupa berbagai kinerja lain yang berdimensi keuangan seperti
realisasi penerimaan dan belanja. Dalam struktur CaLK alternatif,
penjelasan kinerja keuangan seperti ini dimasukkan dalam tambahan
Bab III, Bagian 3.1.

Sebagai contoh, penerimaan dapat dijelaskan dalam grafik di bawah


ini.

Selain penerimaan, ikhtisar kinerja keuangan dapat pula menguraikan


realisasi belanja negara/daerah. Penjelasan ini dapat berupa uraian
varians realisasi per jenis belanja pegawai, barang, modal dan lain-lain
dibandingkan dengan anggaran atau porsi penggunaan anggaran
terbesar oleh berbagai Pengguna Anggaran seperti Satuan Kerja
Pemerintah Daerah atau Kementerian/Lembaga. Uraian realisasi
belanja juga dapat menyoroti realisasi belanja per fungsi atau jenis
belanjdalam bentuk grafik berikut.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 27


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Untuk melengkapi ikhtisar yang disajikan dalam Bab III bagian 3.1.
ini, analisis atas pencapaian kinerja dituangkan dalam Bagian 3.2.
Analisis ini dapat diisi dengan uraian mengenai faktor pendukung dan
penghambat pencapaian kinerja.

Atas realisasi belanja, misalnya, Bagian 3.2 CaLK dapat menguraikan


faktor penghambat yang menyebabkan pencairan anggaran lambat.
Sebagai contoh, dapat diuraikan di sini bahwa pada tahun anggaran
2005 merupakan tahun anggaran pertama pelaksanaan sistem
anggaran terpadu (unified budget), di mana belanja pemerintah pusat
tidak dibedakan lagi menjadi belanhja rutin dan belanja pembangunan.
Pelaksanaan sistem baru ini memerlukan penyesuaian-penyesuaian,
dan salah satu akibatnya adalah terlambatnya pengesahan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Terlambatnya pengesahan DIPA
ini mengakibatkan realisasi belanja negara jauh di bawah yang
dianggarkan dalam APBN TA 2005.

Contoh lain dari pengungkapan kendala adalah sebagai berikut.

Dari target yang telah ditentukan disebabkan, antara lain: (berikut


adalah contoh penyebab tidak tercapainya target penerimaan
perpajakan)
- tertundanya implementasi dari beberapa kebijakan perpajakan
- musibah banjir dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah
- rendahnya tingkat transaksi perekonomian pada periode ini

Tidak tercapainya sasaran Pendapatan Negara Bukan Pajak pada


periode ini antara lain disebabkan:
terdapat beberapa pihak yang belum/tidak menyetor angsuran
tuntutan ganti rugi sebagaimana seharusnya,
realisasi pada jenis pendapatan penjualan, sewa, jasa dan
bunga pada periode ini tidak sesuai dengan target pada
anggarannya.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 28


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Dari contoh yang sudah diberikan di atas, misalnya belum tampak


uraian mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah dalam peningkatan
pendapatan, efisiensi belanja dan penentuan sumber atau penggunaan
pembiayaan. Misalnya penjabaran rencana strategis dalam kebijakan
penyusunan APBN/APBD, sasaran, program dan prioritas anggaran,
kebijakan intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan, pengembangan pasar
surat utang negara.

Hambatan dan Kendala mengenai realiasi belanja misalnya dapat


diuraikan dengan menjelaskan dan menguraikan penyebab realisasi
belanja melebihi/jauh dibawah anggaran dan hambatan-hambatan
yang terjadi dalam pelaksanaan realisasi belanja baik berupa
hambatan dari internal maupun dari eksternal. Misalnya, terlambatnya
pelaksanaan kegiatan pembangunan gedung disebabkan proses lelang
yang lama dan baru mulai dilaksanakan pada akhir tahun anggaran
sehingga dana yang terserap baru Rp. xxx.xxx.xxx atau xx% dari
anggaran.
Dasar Penyajian Laporan Keuangan dan Pengungkapan Kebijakan
Akuntansi Keuangan

Seluruh paragraf 34 hingga 54 adalah penjelasan yang perlu dimuat


dalam CaLK Bab V

34. Dalam menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan, entitas


pelaporan harus mengungkapkan dasar penyajian laporan
keuangan dan kebijakan akuntansi.

Beberapa rujukan yang paling umum dan karenanya paling mengikat


sebagai dasar hukum penyajian laporan keuangan adalah, antara lain
tetapi tidak terbatas pada:
1) Pasal 23 ayat (1) UUD 1945
2) Pasal 30 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17
tahun 2003 tentang Keuangan Negara
3) Pasal yang mengangkut pertanggungjawaban dari Undang-undang
tentang APBN dan Perda APBD
4) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
5) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat
6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Penjelasan ini dimuat dalam Bab I bagian 1.2 dari struktur CaLK
alternatif.

Asumsi Dasar Akuntansi


35. Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu mendasari
penyusunan laporan keuangan, biasanya tidak diungkapkan
secara spesifik. Pengungkapan diperlukan jika tidak mengikuti
asumsi atau konsep tersebut disertai alasan dan penjelasan.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 29


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

36. Sesuai dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, asumsi


dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah
anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan
agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:
(a) Asumsi kemandirian entitas;
(b) Asumsi kesinambungan entitas; dan
(c) Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).
37. Asumsi kemandirian entitas berarti bahwa setiap unit organisasi
dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk
menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit
instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi
terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk
menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab
penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber
daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya,
termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya
dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat keputusan entitas, serta
terlaksana tidaknya program yang telah ditetapkan.
38. Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan
akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah
diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan
dalam jangka pendek.
39. Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap
kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini
diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran
dalam akuntansi.

Dengan mencantumkan secara eksplisit ketiga asumsi dalam paragaraf


36 sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 37 sampai dengan 39
maka diharapkan para pembaca akan dapat melihat seluruh informasi
keuangan dalam bingkai konseptual yangmendasarinya.

Pengguna Laporan Keuangan

40. Laporan keuangan mengandung informasi bagi pemakai yang


berbeda-beda, seperti anggota legislatif, kreditor dan karyawan. Pemakai
penting lain meliputi pemasok, pelanggan, organisasi perdagangan, analis
keuangan, calon investor, penjamin, ahli statistik, ahli ekonomi, dan pihak
yang berwenang membuat peraturan.
41. Terkait pada paragraf 34 di atas, para pemakai laporan keuangan
membutuhkan keterangan kebijakan akuntansi terpilih sebagai bagian
dari informasi yang dibutuhkan, untuk membuat penilaian, dan keputusan
keuangan dan keperluan lain. Mereka tidak dapat membuat penilaian
secara andal jika laporan keuangan tidak mengungkapkan dengan jelas
kebijakan akuntansi terpilih yang penting dalam penyusunan laporan
keuangan.

42. Pengungkapan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan


dimaksudkan agar laporan keuangan tersebut dapat dimengerti.
Pengungkapan kebijakan tersebut merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan keuangan yang sangat membantu pemakai

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 30


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

laporan keuangan, karena kadang-kadang perlakuan yang tidak tepat


atau salah digunakan untuk suatu komponen laporan realisasi anggaran,
neraca, laporan arus kas, atau laporan lainnya terbias dari pengungkapan
kebijakan terpilih.

Kebijakan Akuntansi
43. Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu
disesuaikan dengan kondisi entitas pelaporan. Sasaran pilihan
kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas
ekonomi entitas pelaporan secara tepat dalam bentuk keadaan
keuangan dan kegiatan.

Tidak perlu ada suatu kebijakan akuntansi yang seragam di antara


entitas pelaporan. Hal ini memang bukan suatu keadaan yang
konsekuen dengan maksud utama pelaporan yang terstandarkan, yaitu
adanya lapoan keuangan yang memunyai daya banding yang kuat.
Akan tetapi, kenyataan bahwa realitas ekonomi dan kondisi entitas
pelaporan berbeda satu sama lain sedangkan standar akuntansi sendiri
memang tidak mampu memecahkan berbagai konsep yang dikotomis
seperti antara relevan dengan terpercaya, nilai pasar dengan nilai
historis, pengungkapan yang dapat dimengerti dengan yang hemat,
pemilihan kebijakan menjadi tak terhindarkan. Kegunaan standar lebih
merupakan suatu kerangka acuan yang mewajibkan entitas untuk
mengungkapkan pilihan kebijakannya secara transparan dan
menerapkannya sekonsisten mungkin.

44. Tiga pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi


yang paling tepat dan penyiapan laporan keuangan oleh manajemen:
(a) Pertimbangan Sehat
Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut seharusnya
diakui dalam penyusunan laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak
membenarkan penciptaan cadangan rahasia atau disembunyikan.
(b) Substansi Mengungguli Bentuk Formal
Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan
disajikan sesuai dengan hakekat transaksi dan realita kejadian, tidak
semata-mata mengacu bentuk hukum transaksi atau kejadian.
(c) Materialitas
Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang
cukup material yang mempengaruhi evaluasi atau keputusan-
keputusan.

Kondisi dan realitas ekonomi entitas pelaporan seperti Departemen


Perhubungan, misalnya, tentu berbeda dari entitas seperti Kabupaten
Serdang Bedagei. Yang pertama sebagai regulator pusat memiliki aset
teap berupa kendaraan yang mungkin lebih banyak daripada entitas
kedua. Selain itu, entitas pertama mungkin lebih mengorientasikan
penggunaan kendaraannya sebagai alat eksploitasi guna menghasilkan
pendapatan sedangkan yang kedua lebih sebagai fasilitas transportasi
operasional. Akibatnya, dengan mempertimbangkan materialitas
penurunan nilai kendaraan sebagai akibat pengeksploitasian,
Departemen Perhubungan mungkin akan memilih kebijakan
penyusutan berdasarkan metode unit produksi dengan anggapan jika

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 31


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

jam kerja alat transportasi dipakai lebih banyak pada awal masa awal
manfaat alat transportasi, hal itu akan sesuai dengan kemungkinan
penurunan kapasitas teknis alat transportasi. Akan tetapi, jika Pemda
menggunakan kendaraan alat transportasi operasional secara merata
selama masa manfaatnya, Pemda mungkin akan memilih kebijakan
penyusutan berdasarkan metode penyusutan garis lurus yang
dianggap secara proporsional dan material menunjukkan penurunan
nilai bersama berlalunya waktu.

Isi Kebijakan Akuntansi


45. Pengungkapan kebijakan akuntansi harus mengidentifikasikan
dan menjelaskan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh
entitas pelaporan dan metode-metode penerapannya yang secara
material mempengaruhi penyajian Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Laporan Arus Kas. Pengungkapan juga harus meliputi
pertimbangan-pertimbangan penting yang diambil dalam memilih
prinsip-prinsip yang sesuai.

Isi kebijakan akuntansi ini merupakan hal-hal yang harus dimuat


dalam Bab V Struktur CaLK alternatif ini.

46. Secara umum, kebijakan akuntansi pada Catatan atas Laporan


Keuangan menjelaskan hal-hal berikut ini:
(a) Entitas pelaporan;
(b) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan
keuangan;
(c) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan;
(d) sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang
berkaitan dengan ketentuan-ketentuan masa transisi
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan oleh
suatu entitas pelaporan;
(e) setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk
memahami laporan keuangan.

47. Pengungkapan entitas pelaporan yang membentuk suatu laporan


keuangan untuk tujuan umum akan sangat membantu pembaca laporan
untuk dapat memahami informasi keuangan yang disajikan pada laporan
keuangan. Pembaca laporan akan mempunyai kerangka dalam
menganalisis informasi yang ada. Ketiadaan informasi mengenai entitas
pelaporan dan komponennya mempunyai potensi kesalahpahaman
pembaca dalam mengidentifikasi permasalahan yang ada.

Walaupun sudah disinggung dalam Bagian 1.3, uraian ringkas


mengenai entitas pelaporan dapat diulang pada Bagian awal dari Bab V
ini. Dengan bagian 5.1 akan lebih memperjelas domisili dan bentuk
hukum suatu entitas dan jurisdiksi tempat entitas tersebut berada
serta seluruh unit kerja yang terkait dalam penyajian laporan
keuangan yang diuraikan dalam CaLK ini.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 32


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

48. Walaupun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan telah


menyarankan penggunaan basis akuntansi tertentu untuk
penyusunan laporan keuangan pemerintah, pernyataan
penggunaan basis akuntansi yang mendasari laporan keuangan
pemerintah semestinya diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan. Pernyataan tersebut juga termasuk pernyataan
kesesuaiannya dengan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan. Hal ini akan memudahkan pembaca laporan tanpa
harus melihat kembali basis akuntansi yang tertera pada
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.

Khusus mengenai basis akuntansi, Struktur CaLK alternatif ini


memberi ruang bagi penjelasannya di dalam Bab V bagian 5.2.
Mengingat secara umum PP 24 tahun 2005 menganjurkan pemakaian
basis akuntansi kas menuju akrual maka bagian ini akan berisi uraian
mengenai penerapan basis kas dan basis akrual. Akan tetapi, bagian
ini pun akan menjadi tempat bagi penjelasan tentang pemakaian basis
akrual penuh, jika memang hal itu sudah diterapkan.

Sebagai contoh, penjelasan mengenai basis akuntansi ini adalah


sebagai berikut.

a) Basis akuntansi dalam pencatatan realisasi APBN/D yaitu basis


kas,
b) Basis akuntansi dalam pencatatan dan penyajian Neraca, dalam hal
ini aset, kewajiban, dan ekuitas dana, yaitu basis akrual.

49. Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui basisbasis


pengukuran yang digunakan sebagai landasan dalam penyajian laporan
keuangan. Apabila lebih dari satu basis pengukuran digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan, maka informasi yang disajikan harus
cukup memadai untuk dapat mengindikasikan aset dan kewajiban yang
menggunakan basis pengukuran tersebut.

Mengenai basis pengukuran ini dijelaskan dalam Bagian 5.3 dari Bab V
Struktur CaLK alternatif ini. Isinya lebih merupakan sorotan-sorotan
tertentu atas berbagai pengukuran yang mungkin tidak lazim karena
berbagai keadaan yang terkait atas elemen Laporan Akuntansi.

Sebagai contoh, kenyataan bahwa pemerintah Indonesia baru memulai


penertiban sistem akuntansinya sementara aset yang dikuasai
pemerintah ada yang sudah diperoleh sejak zaman penjajahan
memungkinkan hilangnya referensi mengenai nilai aset. Oleh karena
itu, akan terdapat kemungkinan pada bab ini penjelasan mengenai
berbagai metode pengukuran nilai aset yang dilaporkan. Penjelasan
berikut in mungkin akan dapat dijadikan contoh tentang basis
pengukuran:

Aset tetap yang sudah tidak terdapat bukti pendukung perolehannya


diukur dengan nilai wajar sedangkan aset tetap yang masih terdapat
bukti pendukung perolehannya diukur dengan nilai perolehannya.
Sementara penetapan nilai ini masih berlangsung, terhadap aset-aset

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 33


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

yang sudah teridinetifikasi tetapi belum selesai dinilai, untuk


kepentingan pelaporan keberadaan aset tersebut, nilainya ditetapkan
sebesar Rp1.

50. Dalam menentukan perlu tidaknya suatu kebijakan akuntansi


diungkapkan, manajemen harus mempertimbangkan manfaat
pengungkapan tersebut dalam membantu pengguna untuk memahami
setiap transaksi yang tercermin dalam laporan keuangan. Pertimbangan
dalam paragraf 44 dapat dijadikan pedoman dalam mempertimbangkan
kebijakan akuntasi yang perlu diungkapkan. Kebijakan-kebijakan
akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk disajikan meliputi, tetapi
tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:
(a) Pengakuan pendapatan;
(b) Pengakuan belanja;
(c) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
(d) investasi;
(e) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak
berwujud; 21
(f) Kontrak-kontrak konstruksi;
(g) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
(h) Kemitraan dengan pihak ketiga;
(i) Biaya penelitian dan pengembangan;
(j) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;

Dalam hal menguraikan kebijakan akuntansi tentang aset lancar,


khususnya Pesediaan, misalnya, bagian ini dapat berisikan uraian
sebagai berikut:

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang ataui


perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan
oeprasional pemerintah, dan barang-barang dimaksdukan untuk dijual
dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Persediaan dicatat di neraca berdasarkan:


- harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan
pembelian,
- harga standar apabila diperoleh dengan memprodukdsi
sendiri,
- harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila
diperoleh dengan cara lain seperti donasi/rampasan.

(k) Pembentukan dana cadangan;


(l) Pembentukan dana kesejahteraan pegawai;
(m) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.

Pada dasarnya seluruh kebijakan akuntansi dijelaskan dalam bagian


5.2 dari Bab V Struktur CaLK alternatif ini. Penjelasannya pun tidak
dapat dipisahkan dari persyaratan yang diatur dalam paragraf 51 dan
52 di bawah ini.

51. Setiap entitas perlu mempertimbangkan jenis kegiatan- kegiatan dan


kebijakan-kebijakan yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 34


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk pengakuan


pendapatan pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib,
Kurs.

52. Kebijakan akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai


pos-pos yang disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya
tidak material. Selain itu, perlu pula diungkapkan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam
Pernyataan Standar ini.

Uraian mengenai kebijakan akuntansi yang penting, sedapat mungkin


menjelaskan berbagai kebijakan akuntansi atas elemen-elemen utama
laporan keuangan seperti pendapatan, belanja, aset, kewajiban, dan
ekuitas dana. Dimuat dalam bagian 5.4 dari CaLK alternatif, kebijakan
akuntansi yang hendak dijelaskan pada intinya adalah penjelasan
mengenai basis dan kebijakan akuntansi yang mendasari pelaksanaan
akuntansi pemerintahan yang menghasilkan Laporan Keuangan.
Kebijakan akuntansi yang perlu dijelaskan adalah kebijakan-kebijakan
yang diterapkan dalam mengakui, mencatat dan melaporkan seluruh
hal yang terkait dalam Laporan Keuangan.

Contoh penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang


mencakuppendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban dan
ekuitas dana adalah sebagai berikut:
a) Pengakuan Pendapatan pada saat kas diterima pada Kas Umum
Negara/Daerah
b) Pengakuan Belanja pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum
Negara/Daerah
c) Pengakuan Pembiayaan pada saat kas diterima pada/ keluar dari
Kas Umum Negara/Daerah
d) Jenis-jenis sumber daya/kekayaan yang dapat dikelompokkan
sebagai aset secara umum dan aset secara khusus yang terdiri
dari aset lancar, investasi, aset tetap, dana cadangan. Selain itu,
dalam bagian ini pun diuraikan cara penilaiannya.

Tentang Aset Tetap misalnya, bagian ini menguraikan bahwa Aset


tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah
maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun. Aset tetap dilaporkan berdasarkan neraca
kementerian negara/lembaga per 31 Desember tahun 200x pada
harga perolehan.

Pengakuan aset tetap yang perolehannya setelah tanggal 1 Januari


tahun 200x didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi,
yaitu:
(a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan
peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari
Rp300.000 (tiga ratus rupiah), dan
(b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya
sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta
rupiah)

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 35


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum


kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali
pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap
lainnya. Seluruh aset tidak didepresiasi.

e) Jenis-jenis kewajiban yang dapat dikelompokkan kewajiban jangka


pendek dan kewajiban jangka panjang. Mengingat instrumen
keuangan yang berkaitan dengan kewajiban jangka panjang
mengandung kompleksitas yang masih belum banyak diketahui
awam, bagian ini perlu ditambahi dengan penjelasan mengenai
aspek-aspek khusus yang berkaitan dengan berbagai instrumen
hutang jangka panjang seperti obligasi dan lain-lain.

Penjelasan mengenai Kewajiban jangka panjang , misalnya, dapat


mengulas tentang Fixed rate Bonds-FR, atau Hedge bonds-HB, atau
surat utang.

Fixed rate bonds-FR adalah obligasi yangmemeiliki tongkat kupon


yang ditetapkan pada saat penerbitan, dan dibayarkan secara
periodik setiap enam bulan. Tingkat kupon obligasi jenis FR
berkisar antara 10 persen sampai 16,5 persen, yang terdiri dari 23
seri, dengan masa jatuh tempo berkisar antara tahun 2005 sampai
2014 (posisi per akhir tahun 200x

Hedge bonds-HB adalah obligasi lindung nilai yang berbunga


mengambang, dan terdiri dari enam seri. Tingkat bunga per tahun
obligasi jenis ini adalahs ebesar SIBOR (Singapore Interbank
Offered rate) ditambah dua persen, dihitung atas jumlah nominal
yang telah disesuaikan terhadap perubahan kurs rupiah terhadap
USD, dan dibayarkan empat kali dalam setahun (quarterly). Pada
saat jatuh tempo, sebagimana terms and condition-nya, HB dapat
diganti dengan obligasi lain.

SRB-1/MK/2003 adalah surat utang yang diterbitkan pemerintah


pada tanggal 7 Agustus 200x sebagai pengganti SU-001 dan SU-
003, dalam rangka penyelesaian likuuiditas BI (BLBI).

f) Penjelasan mengenai Ekuitas Dana harus meyakinkan bahwa


ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih
antara aset dengan utang pemerintah. Selanjutnya dijelaskan
bahwa Ekuitas Dana lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan ekuitas
Dana Cadangan.

53. Laporan keuangan seharusnya menunjukkan hubungan angka-angka


dengan periode sebelumnya. Jika perubahan kebijakan akuntansi
berpengaruh material, perubahan kebijakan dan dampak perubahan
secara kuantitatif harus diungkapkan.

Penjelasan yang dituntut oleh paragraf 53 ini harus dipenuhi jika


misalnya entitas pelaporan mengubah metode penyusutan dari garis
lurus ke menurun berganda. Jelas, dalam metode garis lurus, jumlah

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 36


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

akumulasi penyusutan sampai pada suatu tahun akan lebih sedikit


daripada jika menggunakan metode menurun berganda. Selish
perhitungan ini, jika cukup, material harus diungkapkan sehingga
diharapkan pengguna akan tahun alasan mengapa saldo pos
Diinevastasikan dalam Aset Tetap dikurangi secara material sebagai
akibat pengubahan metode penyusutan ini dan sebaliknya pos
Akumulasi Penyusutan ditambah sejumlah yang sama.

54. Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai


pengaruh material dalam tahun perubahan juga harus
diungkapkan jika berpengaruh secara material terhadap tahun-
tahun yang akan datang. Pengungkapan Informasi yang
diharuskan oleh pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan

Sekiranya entitas pelapor yakin bahwa pada akhirsuatu tahun seluruh


penilaian aset tetap yang tidak disertai dengan bukti pendukung akan
selesai, maka CaLK dapat mengingatkan pengguna bahwa ketika
revaluasi dilaksanakan maka nilai aset pemerintah akan bertambahs
secara material dari sekedar sejumlah aset yang bernilai Rp1 menjadi
aset yang cukup bernilai. Dalam tahun-tahun berikutnya, hal ini akan
membawa akibat adanya perhitungan penyusutan dalam jumlah
material pula.

55. Catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan informasi


yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan lainnya serta pengungkapan-
pengungkapan lain yang diperlukan untuk penyajian wajar atas
laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-
komitmen lain. Pengungkapan informasi dalam Catatan atas
Laporan Keuangan harus dapat memberikan informasi lain yang
belum disajikan dalam bagian lain laporan keuangan.

Pengungkapan-pengungkapan lain yang paling perlu diuraikan dalam


CaLK adalah penjelasan mengenai rekening-rekening atau pos-pos
akuntansi. Penjelasan ini bisa jadi merupakan bagian yang paling
panjang dibandingkan dengan yang lain. Dalam Struktur CaLK
alternatif, pengungkapan penjelasan-penjelasan per pos atau rekening
akuntansi ini dimuat dalam Bab VI.

Selengkapnya, contoh pengungkapan penjelasan per pos tersebut


adalah sebagai berikut:

I. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI


ANGGARAN

A. PENDAPATAN
A.1. Realisasi Pendapatan

(Pada bagian ini diuraikan jenis pendapatan yang masuk ke kas


negara melalui satke-satker Kementerian Negara/Lembaga, berikut

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 37


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

penyebab terlampuinya anggaran atau tidak tercapainya target, jika


ada. Berikut adalah contoh pengungkapan pendapatan pada
Kementerian yang menerima pendapatan perpajakan dan
pendapatan nonpajak).

Pendapatan terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan


negara bukan pajak.
- Penerimaan pajak selama periode ini adalah sebesar Rp <total
capaian penerimaan perpajakan selama periode pelaporan> atau
<persentase capaian>% dari anggarannya. Realisasi penerimaan
pajak yang berada <di atas/di bawah>(pilih salah satu sesuai
dengan kondisi yang ada).

- Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga memberikan


kontribusi bagi pendapatan negara. Realisasi PNBP pada
<semester/tahun> (periode laporan) sebesar Rp<total capaian
PNBP> atau <persentase capaian>% dari anggarannya. (Berikut
adalah contoh penyebab tidak tercapainya target PNBP yang
dianggarkan).

- Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga berasal dari


pengembalian belanja atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-
anggaran-yang-lalu sebesar Rp<nilai pengembalian atas belanja-
yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu> dibukukan sebagai
pendapatan lain-lain.

Selain pendapatan pajak dan PNBP, juga terdapat pendapatan yang


berasal dari hibah, dengan realisasi sebesar Rp<total nilai capaian
penerimaan hibah selama periode pelaporan> atau <persentase
capaian>% dari anggarannya yang berjumlah Rp <total pagu
penerimaan hibah untuk periode pelaporan>.

Dari total pendapatan yang telah dijelaskan di atas, terdapat


pengembalian pendapatan sebesar Rp<total nilai pengembalian
pendapatan> dimana sebesar Rp<total nilai pengembalian atas
pendapatan-tahun-anggaran-sebelumnya> merupakan pengembalian
atas pendapatan tahun anggaran tahun anggaran yang lalu, dan
sisanya sebesar Rp<total nilai pengembalian atas pendapatan-tahun-
anggaran-berjalan> merupakan pengembalian atas pendapatan-
yang-diterima-pada-tahun-anggaran berjalan. Karena kedua jenis
pengembalian pendapatan ini bersifat normal dan berulang
(recurring), maka dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada
periode terjadinya pengembalian.

B. BELANJA
B.1. Pelaksanan Realisasi Belanja

Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip


penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya
kegiatan-kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 38


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga. Belanja <Nama


Kementerian Negara/Lembaga> meliputi belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal dan belanja bantuan sosial (disebutkan sesuai
dengan jenis belanja yang ada di satuan kerja yang ada dalam
lingkup Kementerian Negara/Lembaga). Perincian Anggaran dan
realisasi belanja dapat dilihat dari tabel-tabel berikut ini :

Tabel.1
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Satuan Kerja
<Nama Kementerian Negara/Lembaga>
<Tahun Anggaran>

Anggaran Anggaran Realisasi


Uraian Persentase
Semula Setelah Revisi Belanja
2 3 4 5=(4/3)x1
1
00%
Satuan Kerja Rp. Rp. Rp. .%
Pusat dan
Daerah
Dekonsentrasi Rp. Rp. Rp. .%
Tugas Rp. Rp. Rp. .%
Pembantuan
Jumlah Rp Rp Rp .%

Tabel.2
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja

Kode Anggaran
Uraian Jenis Realisasi
Jenis Setelah Persentase
Belanja Belanja
Bel. Revisi
2 3 4 5=(4/3)x1
1
00%
51 Belanja Pegawai Rp. Rp. .%
52 Belanja Barang Rp. Rp. .%
53 Belanja Modal Rp. Rp. .%
57 Belanja Bantuan Rp. Rp. .%
Sosial
Dst Dst Rp. Rp. .%
Jumlah Rp Rp .%

<Format seperti di atas disesuaikan dengan jenis belanja yang


terdapat pada kementerian negara/lembaga>

Dari realisasi anggaran tersebut di atas, untuk realisasi DIPA


Luncuran adalah sebagai berikut :

Tabel.3

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 39


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja DIPA


Luncuran

Kode Anggaran
Realisasi Persenta
Jenis Uraian Jenis Belanja Setelah
Belanja se
Bel. Revisi
2 3 4 5=(4/3)x
1
100%
XX <Isi dengan uraian Rp. Rp.
jenis bel.>

Jumlah Rp Rp

Realisasi tersebut berasal dari......<angka jumlah> satuan kerja


dalam lingkup UAPA yang tersebar di .......Eselon 1.

Tabel.4
Rincian Realisasi Belanja Modal

Anggaran
Kode Uraian Belanja Realisasi Persentas
Setelah
MAK. Modal(BM) Belanja e
Revisi
2 3 4 5=(4/3)x
1
100%
53111 BM Tanah Rp. Rp. .%
1
53211 BM Peralatan dan Mesin Rp. Rp. .%
1
53311 BM Gedung dan Rp. Rp. .%
1 Bangunan
53411 BM Jalan dan Jembatan Rp. Rp. .%
1
53411 BM Irigasi Rp. Rp. .%
2
53411 BM Jaringan Rp. Rp. .%
3
53511 BM Fisik Lainnya Rp. Rp. .%
1
Jumlah Rp Rp .%

Pengembalian belanja (penerimaan kembali belanja) atas belanja-


yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-berjalan sebesar Rp<nilai
pengembalian atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-
berjalan>dibukukan sebagai kontra pos belanja pada periode
pelaporan. Sedangkan pengembalian belanja atas belanja-yang-
terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu sebesar Rp<nilai
pengembalian atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 40


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

yang-lalu> dibukukan sebagai pendapatan lain-lain.

Tabel.5
Rincian Realisasi Pengembalian Belanja per Jenis Belanja

Kode Realisasi Pengembalian


Uraian Jenis Belanja
Jenis Bel. Belanja
1 2 4
51 Belanja Pegawai Rp.
52 Belanja Barang Rp.
53 Belanja Modal Rp.
57 Belanja Bantuan Sosial Rp.
Dst Dst Rp.
Jumlah Rp

II. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA

A. KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN

Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada <Nama Kementerian


Negara/Lembaga> per <tanggal neraca> sebesar Rp<nilai kas
di bendaharawan pembayar> merupakan saldo kas pada
bendahara pengeluaran. Jumlah di atas merupakan saldo
kas/bank dari penerimaan uang persediaan yang belum
dipertanggungjawabkan secara definitif kepada Kas Negara pada
tanggal neraca. Terdiri dari :

Tabel. 6
Daftar Kas Bendahara Pengeluaran

No. Uraian Eselon I Jumlah

1 Rp.
2
Rp.
Jumlah
(rincian seperti di atas diuraikan secara lengkap terutama untuk
periode akhir tahun anggaran, jika setelah tanggal 31 Desember
200x saldo kas di bendaharawan telah disetorkan, diungkapkan
Eselon I yang telah melakukan penyetoran).

B. KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN

Saldo Kas di Bendahara Penerimaan pada <Nama Kementerian


Negara/Lembaga>per <tanggal neraca> sebesar Rp<nilai kas di
bendaharawan penerimaan> merupakan saldo kas pada bendahara
penerimaan.
Kas di Bendahara Penerimaan adalah penerimaan Pendapatan

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 41


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Negara Bukan Pajak (PNBP) yang belum disetor ke Kas Negara


pada tanggal neraca. Terdiri dari :

Tabel. 7
Daftar Kas Bendahara Penerimaan

No. Uraian Eselon I Jumlah

1 2 3
1 Rp
2
3
Rp.
Jumlah

Tabel.8
Rincian Saldo Kas di Bendahara Penerimaan

No.
Kode MAP Uraian Jumlah Rupiah
1 2 3 4
Rp.

Jumlah Rp.
*) kode MAP diisi berdasarkan perkiraan pendapatan yang
belum disetorkan ke kas negara.
(Diungkapkan juga alasan mengapa pendapatan tersebut belum
disetor.)

C. PIUTANG

Piutang adalah semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang,
barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan
pada tanggal neraca, yang diharapkan dapat diterima dalam jangka
waktu tidak lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca.

(data-data piutang di bawah ini merupakan hasil rekapitulasi dari


eselon I).

C.1. Piutang Pajak

Piutang Pajak sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan tagihan pajak


yang telah telah mempunyai surat ketetapan yang dapat dijadikan
kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan
dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.
Dengan rincian sebagai berikut :

Tabel.9
Rincian Piutang Pajak menurut Wilayah

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 42


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Kode
No. Uraian Wilayah Jumlah Rupiah
Wilayah
1 2 3 4
Rp.

Jumlah Rp.
(Diisi untuk kanwil yang mempunyai Piutang Pajak beserta
jumlahnya).

C.2. Piutang PNBP

Piutang Bukan Pajak sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan


piutang penerimaan negara bukan pajak, yaitu semua hak atau klaim
terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan
kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan
dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.

Piutang tersebut terdiri dari :

Tabel.10
Rincian Piutang PNBP menurut Eselon I

Kode
No. Uraian Eselon I Jumlah Rupiah
Eselon I
1 2 3 4
Rp.

Jumlah Rp.

Tabel.11
Rincian Piutang PNBP

Kode
Perkiraa
No. Uraian Piutang Jumlah Rupiah
n
Piutang
1 2 3 4
Rp.

Jumlah Rp.
(Kode perkiraan piutang dapat dilihat dari PMK No.13/PML.06/2005
yang diisi berdasarkan perkiraan pendapatan)

C.3. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran


Jumlah Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) sebesar
Rp.<jumlah rupiah> merupakan saldo TPA yang akan jatuh tempo

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 43


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

dalam tahun anggaran 2007 yang berasal dari penjualan <uraikan jenis
penjualan angsuran>.

C.4. Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi


Jumlah Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) sebesar
Rp<jumlah rupiah> merupakan saldo Tagihan TGR yang akan jatuh
tempo dalam tahun anggaran 2007.

C.5. Piutang Bukan Pajak Lainnya


Piutang Lain-lain sebesar Rp<jumlah rupiah> merupakan piutang
yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu kategori
piutang sebagaimana telah dijelaskan di atas yang diharapkan
diterima pada tahun 2007.

D. PERSEDIAAN

Persediaan merupakan jenis aset dalam bentuk barang atau


perlengkapan (supplies) pada tanggal neraca, yang diperoleh dengan
maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan
barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Terdapat Persediaan pada tanggal <tanggal neraca> sebesar Rp


<nilai persediaan pada tanggal neraca> yang diperoleh dari hasil
inventarisasi, yang terdiri dari <uraian jenis persediaan sesui dengan
klasifikasi pada bagan perkiraan standar dan nilai rupiah masing-
masing>.

E. ASET TETAP

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat


lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan
atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Nilai aset tetap per <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai total aset
tetap> dengan perincian sebagai berikut:

Tabel.12
Daftar Aset Tetap

Mutasi Saldo
Saldo
Nama Aset Tetap Akhir
Awal Tambah Kurang
1 2 3 4 5
Tanah
- Peralatan dan Mesin
- Gedung dan Bangunan
- Jalan, Irigasi dan

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 44


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Jaringan
- Aset Tetap Lainnya
Jumlah

Mutasi tambah aset tetap terdiri dari:


Pembelian Rp.
Penyelesaian Pembangunan Rp.
Transfer dari unit lain Rp.
Hibah (masuk) Rp.
dst
< ungkapkan penyebab mutasi tambah lainnya beserta jumlahnya>

Mutasi kurang aset tetap terdiri dari :


Penghapusan Rp.
Transfer ke unit lain Rp
Koreksi Pencatatan Rp
Hibah (keluar) Rp.
dst
< ungkapkan penyebab mutasi kurang lainnya beserta jumlahnya>

Pada periode semester/tahunan 200x (pilih salah satu sesuai cakupan


laporan keuangan yang disajikan), realisasi belanja untuk pengadaan
aset tetap melalui pembangunan yang belum selesai pengerjaannya
pada <tanggal neraca> adalah sebesar Rp........................
Konstruksi dalam Pengerjaan tersebut terdiri dari :
Tanah Rp.
Peralatan dan Mesin Rp.
Gedung dan Bangunan Rp.

Jalan Rp.
Irigasi dan Jaringan Rp.
Aset Tetap Lainnya Rp.
< ungkapkan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan KDP>

(Pada sesi ini diungkapkan pula aset-aset pada satuan kerja yang
masih mengalami permasalahan sehingga belum bisa dimasukkan
dalam Neraca. Contoh aset seperti ini adalah tanah-tanah yang
dikuasai Kementerian Negara/Lembaga tetapi dalam status sengketa,
aset-aset yang secara faktual diperoleh dari hibah namun belum
dapat dibukukan karena belum ada berita acara serah terimanya,
penambahan nilai gedung tempat kerja bukan milik sendiri yang
nilainya memenuhi syarat kapitalisasi dsb.)

F. ASET BERSEJARAH (HERITAGE ASSETS)


(Hanya diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga menguasai
aset bersejarah)
Aset bersejarah (heritage assets) tidak disajikan di neraca namun
aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Aset bersejarah diharapkan untuk dipertahankan dalam

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 45


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

waktu yang tak terbatas. Aset bersejarah dibuktikan dengan


peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pada semester/tahun 200x realisasi belanja untuk Aset Bersejerah
berupa belanja untuk < jelaskan penggunaan belanja tersebut
misalnya untuk perolehan/ konstruksi/ peningkatan/ rekonstruksi>
yang berasal dari belanja <barang/modal> adalah sebesar
Rp.<jumlah total belanja>.

Tabel.13
DAFTAR ASET BERSEJARAH

Saldo Awal Mutasi Mutasi Saldo Akhir


Periode Bertambah Berkurang Periode
Nama Aset (dalam (dalam (dalam (dalam
satuan satuan satuan satuan
kuantitas) kuantitas) kuantitas) kuantitas)

G. ASET LAINNYA

(Diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga memiliki aset


dengan jenis ini)
Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
aset lancar, investasi permanen dan aset tetap pada tanggal neraca.
Aset Lainnya terdiri atas:

- Tagihan Penjualan Angsuran Rp<nilai TPA yang jatuh temponya


lebih dari 12 bulan setelah tanggal
neraca>

- Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Rp<nilai TGR yang jatuh temponya


lebih dari 12 bulan setelah tanggal
neraca>

Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp. <nilai kemitraan dgn


pihak ketiga>
Kemitraan dengan Pihak Ketiga berupa <uraian bentuk kemitraan
tersebut>

H. UANG MUKA DARI KPPN

Uang muka dari KPPN merupakan akun penyeimbang dari akun Kas
di Bendahara Pengeluaran. Nilai rupiah pada akun ini
merepresentasikan uang persediaan yang belum dipergunakan

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 46


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

dan/atau yang belum dipertanggungjawabkan sebagai pengeluaran


definitif.
(Dapat diungkapkan nilai Uang Muka dari KPPN untuk setiap wilayah
dan diakhir tahun diungkapkan alasan mengapa uang persediaan ini
masih ada nilainya).

I. PENDAPATAN YANG DITANGGUHKAN

Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan akun penyeimbang dari


akun Kas di Bendahara Penerimaan. Nilai rupiah pada akun ini
merepresentasikan pendapatan negara bukan pajak yang sudah
dipungut tetapi belum disetor ke kas negara pada tanggal pelaporan.

J. EKUITAS DANA LANCAR

Ekuitas Dana Lancar adalah kekayaan bersih pemerintah yang


merupakan selisih antara nilai aset lancar dengan kewajiban lancar /
jangka pendek, yang terdiri atas:
- Cadangan Piutang Rp<nilai rupiah akun Piutang>
- Cadangan Persediaan Rp<nilai rupiah akun Persediaan>

(Cadangan Piutang merupakan akun penyeimbang dari akun Piutang,


sedangkan Cadangan Persediaan adalah akun penyeimbang dari akun
Persediaan).

K. EKUITAS DANA INVESTASI

Ekuitas dana investasi adalah dana yang diinvestasikan dalam aset


tetap dan aset lainnya. Ekuitas dana investasi pada tanggal <tanggal
neraca>, terdiri atas:
- Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp<jumlah nilai rupiah total
pos Aset Tetap>
- Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp<jumlah nilai rupiah total
pos Aset Lainnya>
(Diinvestasikan Dalam Aset Tetap merupakan akun penyeimbang
dari pos Aset Tetap, sedangkan Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya
adalah akun penyeimbang dari pos Aset Tetap Lainnya)

III. INFORMASI TAMBAHAN DAN PENGUNGKAPAN LAINNYA

A. Informasi Tambahan
(Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait
dengan laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi
sebelumnya, misalnya bila kementerian negara/lembaga memiliki
Badan Layanan Umum agar dijelaskan pada sesi ini. Berikut adalah
contohnya:)
Bersama ini kami lampirkan laporan keuangan Badan Layanan Umum
yang berada lingkup <Nama Kementerian Negara/Lembaga> :
Badan X
Unit Y
Rumah Sakit Z

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 47


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Dst.

B. Pengungkapan Lainnya
(Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait
dengan laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi
sebelumnya, contoh yaitu :)

1. Domisili tempat satuan kerja tersebut berada;


2. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan
pokoknya;
3. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan
kegiatan operasionalnya.
4. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan
kejadian-kejadian penting selama periode pelaporan, seperti:
a. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun
berjalan;
b. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh
manajemen baru;
c. Piutang yang tidak dapat tertagih,
d. Peristiwa yang sedang terjadi yang akan dapat
berpengaruhi terhadap Neraca pada masa yang akan
datang yang tidak dapat disajikan pada Neraca, contohnya
adanya proses pengadilan yang akan dapat mempengaruhi
nilai neraca;
e. Penggabungan/pemecahan entitas tahun berjalan.
f. Satuan Kerja/wilayah yang realisasi anggarannya belum
diterima.
5. Hambatan dan kendala lainnya dalam penyusunan laporan
Keuangan Tahun Anggaran 200x termasuk dalam penyusunan
Laporan Barang baik yang disebabkan oleh masalah intern
maupun ekstern. Transaksi-transaksi yang belum/tidak dapat
terinput dalam Sistem Akuntansi Instansi (keuangan dan
barang).

56. Karena keterbatasan asumsi dan metode pengukuran yang digunakan,


beberapa transaksi atas peristiwa yang diyakini akan mempunyai dampak
penting bagi entitas pelaporan tidak dapat disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan, seperti kewajiban kontijensi. Untuk dapat memberikan
gambaran yang lebih lengkap, pembaca laporan perlu diingatkan
kemungkinan akan terjadinya suatu peritiwa yang dapat mempengaruhi
kondisi keuangan entitas pelaporan pada periode yang akan datang.

57. Pengungkapan informasi dalam catatan atas laporan keuangan harus


menyajikan informasi yang tidak mengulang rincian (misalnya rincian
persediaan, rincian aset tetap, atau rincian pengeluaran belanja) dari
seperti yang telah ditampilkan pada lembar muka laporan keuangan.
Dalam beberapa kasus, pengungkapan kebijakan akuntansi, untuk dapat

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 48


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

meningkatkan pemahaman pembaca, harus merujuk ke rincian yang


disajikan pada tempat lain di laporan keuangan.

Pengungkapan Informasi untuk Pos-pos aset dan kewajiban yang


timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas
pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan
basis kas

Seluruh penjelasan yang dituntut oleh Paragraf 58 sampai dengan 61


ini dituangkan dalam Struktur CaLK alternatif dalam Bab VI bagian
6.2.

58. Entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan berbasis


akrual atas pendapatan dan belanja harus mengungkapkan pos-
pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan
penerapan basis akrual dan menyajikan rekonsiliasinya dengan
penerapan basis kas.

Pada entitas pelaporan yang sudah menggunakan asas akrual murni,


suatu proses pengadaan yang belum tuntas sampai pada pengeluaran
seluruh belanja dari kas negara dan penerimaan Berita Acara Serah
Terima Barang mungkin sudah membukukan komitmen kontrak yang
ditandatangani sebagai dasar pencatatan aset tetap dengan nilai
sebesar nilai kontrak. Di pihak lain, entitas yang menggunakan asas
kas menuju akrual mungkin baru mencatat aset tetap dalam pos
Konstruksi dalam Pengerjaan dengan nilai sebesar nilai yang
tercantum dalam Berita Acara Kemajuan Pekerjaan. Perbedaan ini
akan dapat lebih dimaklumi jika entitas yang menggunakan asas
akrual murni menyajikan rekonsiliasinya dengan basis kas menuju
akrual.

59. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan pada paragraf 26 dan


76 memungkinkan entitas pelaporan menyusun laporan keuangannya
dengan basis akrual untuk pendapatan dan belanja. Entitas pelaporan
tersebut harus menyediakan informasi tambahan termasuk rincian
mengenai output entitas dan outcome dalam bentuk indikator kinerja
keuangan, laporan kinerja keuangan, tinjauan program dan laporan lain
mengenai pencapaian kinerja keuangan entitas selama periode pelaporan.
Hal ini dimaksudkan agar pembaca laporan dapat memahami pos-pos aset
dan kewajiban yang timbul dikarenakan penerapan basis akrual pada pos-
pos pendapatan dan belanja, seperti pendapatan yang diterima di muka,
biaya dibayar di muka, dan biaya penyusutan/depresiasi. Pos-pos aset
dan kewajiban tersebut merupakan akibat dari penerapan basis akrual
atas pos-pos pendapatan dan belanja.

Dengan kasus yang diuraikan alam paragraf 58 maka rekonsiliasi yang


diharapkan akan dapat menunjukkan bahwa pengguna basis akrual
murni akan mencatatkan kewajiban dan akumulasi penyusutan yang
lebih besar daripada yang menggunakan basis kas menuju akrual,
terutama jika rekonsiliasi terjadi pada tahun berjalan jika aset sudah
dicatat sebagai aset tetap.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 49


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

60. Tujuan dari rekonsiliasi adalah untuk menyajikan hubungan antara


Laporan Kinerja Keuangan dengan Laporan Realisasi Anggaran. Laporan
rekonsiliasi dimulai dari penambahan/penurunan ekuitas yang berasal dari
Laporan Kinerja Keuangan yang disusun berdasarkan basis akrual. Nilai
tersebut selanjutnya disesuaikan dengan transaksi penambahan dan
pengurangan aset bersih dikarenakan penggunaan basis akrual yang
kemudian menghasilkan nilai yang sama dengan nilai akhir pada Laporan
Realisasi Anggaran.

Oleh karena pada akuntansi berbasis akrual penuh digunakan Laporan


Kinerja Keuangan sebagai laporan yang menunjukkan hasil operasi
anggaran, maka rekonsiliasi dapat dimulai dari catatan yang
tercantum pada Laporan Kinerja Keuangan. Dengan kasus pada
paragraf 58, rekonsiliasi tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan asumsi data keuangan sebagai berikut:

Transaksi Catatan dengan Basis Catatan dengan Basis


Akrual Penuh Kas Menuju Akrual
Tanggal 31 Des: Laporan Kinerja Laporan Realisasi
Kontrak Keuangan: Anggaran:
pengerjaan
bangunan senilai (Db) Belanja Modal (Db) Belanja Modal
Rp3 milyar, Rp3 M Rp1,5 M
menurut Berita
Acara Kemajuan Neraca: Neraca:
Pekerjaan baru
selesai 60% dan (Kr) Kas Rp 1,5 M (Kr) Kas Rp 1,5 M
baru dibayar Rp1,5 (Kr) Hutang Rp1,5 M (Db) Konstruksi dalam
milyar (Db) Bangunan Rp 3 M Pengerjaan Rp1,8 M
(Kr) Diinvestasikan (Kr) Hutang Rp300
dalam Aset Tetap Rp3 juta
M (Kr) Diinvestasikan
dalam Aset Tetap
Rp1,5 M

Dengan data di atas, maka rekonsiliasi antara kedua basis adalah


sebagaimana jurnal rekonsiliasi berikut:

Diinvestasikan dalam Aktiva Tetap Rp 1,500 juta


Hutang 1,200 juta
Konstruksi dalam Pengerjaan 1,800 juta
Bangunan Rp3,000 juta
Belanja Modal 1,500 juta

Dengan jurnal di atas, maka catatan di dalam Laporan Kinerja


Keuangan dan neraca entitas berbasis akrual penuh akan sama
dengan catatan seandainya ia mencatat dengan basis kas menuju
akrual.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 50


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

61. Untuk memudahkan pengguna daftar rekonsiliasi dan penjelasan atas


kondisi yang ada pada paragraf 59 dan 60, harus disajikan sebagai bagian
dari Catatan atas Laporan Keuangan.

Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya

Seluruh pengungkapan yang dituntut oleh paragraf 62 sampai dengan


65 ini dimuat dalam Struktur CaLK alternatif ini dalam Bab VII.

62. Catatan atas Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan


informasi yang bila tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi
pembaca laporan.
63. Suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut ini apabila
belum diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan keuangan,
yaitu:
(a) domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat
entitas tersebut berada;
(b) penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;
(c) ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan
operasionalnya.

64. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian-


kejadian penting selama tahun pelaporan, seperti:
(a) Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
(b) Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh
manajemen baru;
(c) Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca;
dan
(d) Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.
(e) Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya
pemogokan yang harus ditanggulangi pemerintah.

Komitmen atau kejadian kontinjensi yang perlu disajikan adalah


berbagai kejadian, yang umumnya berkaitan dengan litigasi atau
penuntutan atau penggugatan yang menjadikan pemerintah sebagai
pihak tergugat. Keberatan atas ketetapan pajak, tuntutan restitusi
pajak, atau aksi masal untuk menuntut ganti rugi, adalah contoh-
contoh populer untuk kejadian kontinjensi. Sepanjang tuntutan ini
belum mampu menghasilkan kemungkinan nilai restitusi atau ganti
rugi yang harus dibayar oleh negara secara meyakinkan maka
kejadian ini cukup diungkapkan secara naratif dengan atau tanpa
menyebut potensi kerugian yang ditimbulkan.

Kejadian kontinjensi yang berkemungkinan mendatangkan keuntungan


bagi pemerintah, atas dasar kehati-hatian tidak perlu dicatatkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.

65. Pengungkapan yang diwajibkan dalam tiap standar berlaku sebagai


pelengkap standar ini.

SUSUNAN 1

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 51


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

66. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan


membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan
atas Laporan Keuangan biasanya disajikan dengan susunan sebagai
berikut:
(a) Kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target
Undang- Undang APBN/Perda APBD;
(b) Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan;
(c) Kebijakan akuntansi yang penting:
i. Entitas pelaporan;
ii. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;
iii. Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan;
iv. Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan
ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
oleh suatu entitas pelaporan;
v. Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk
memahami laporan keuangan.
(d) Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:
i. Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan;
ii. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
Laporan Keuangan.
(e) Pengungkapan pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan
dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan
yang menggunakan basis akrual;
(f) Informasi tambahan lainnya, yang diperlukan seperti gambaran umum
daerah.

Sebagaimana sudah diuraikan pada bagian awal, Susunan atau


Struktur CaLK yang dimaksud dalam Bagian Susunan ini sudah dicoba
dilengkapi secara lebih rinci dengan memakai Struktur atau Susunan
alternatif. Selain untuk mencoba lebih menyesuaikannya dengan
aturan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Struktur alternatif ini juga
diharapkan akan dapat lebih lengkap dan sistematis.

Apabila masih ada informasi yang dianggap perlu dikemukakan demi


memenuhi suatu prinsip pengungkapan yang memadai, tetapi belum
termuat dalam Bab I sampai dengan VI, maka informasi tersebut
dapat dimuat dalam Lampiran

Sebagai contoh, Lamppiran dapat memuat antara lain hal-hal sebagai


berikut:
1) Laporan realisasi anggaran pendapatan negara dan hibah
menurut unit kerja dan kode rekening serta belanja pemerintah
menurut unit kerja dan kode program
2) Laporan realisasi belanja pemerintah menurut fungsi dan
subfungsi
3) Laporan realisasi belanja pemerintah menurut jenis belanja
4) DIPA/DPA Luncuran tahun anggaran per bagian anggaran
5) Laporan realisasi dana perimbangan
6) Laporan realisasi dana otonomi khusus dan penyesuaian

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 52


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

7) Laporan realisasi pengembalian belanja


8) Saldo kas di KPPN per daerah
9) Saldo rekening pemerintah di bank-bank
10) Saldo kas di bendahara pengeluaran
11) Dan lain lain

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 53


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

DAFTAR BACAAN

1. UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara;


2. UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
4. UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
5. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;
6. UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah;
7. PP No. 14/2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah,
sebagaimana telah diubah dengan PP No. 33/2006;
8. PP No. 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;
9. PP No. 21/2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/ Lembaga;
10. PP No. 23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU;
11. PP No. 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
12. PP No. 54/2005 tentang Pinjaman Daerah;
13. PP No. 55/2005 tentang Perimbangan Daerah;
14. PP No. 56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah;
15. PP No. 57/2005 tentang Hibah Kepada Daerah;
16. PP No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
17. PP No. 65/2005 tentang Peraturan Pemerintah tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
18. PP No. 2/2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan
Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;
19. PP No. 6/2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
20. PP No. 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
21. PP No. 3/2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat
22. PP No. 8/2007 tentang Investasi Pemerintah;
PP No. 39/2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah;

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04 54

Anda mungkin juga menyukai