Anda di halaman 1dari 7

Pengertian nation and character building

Nation and character building merupakan pembangunan karakter dan bangsa. Ernest Renan
berpendapat, nation atau bangsa ialah suatu solidaritas besar, yang terbentuk karena adanya kesadaran
akan pentingnya berkorban dan hidup bersama-sama di tengah perbedaan, dan mereka dipersatukan
oleh adanya visi bersama. Sedangkan arti karakter itu sendiri berkaitan dengan kekuatan moral,
berkonotasi positif, bukan netral. Jadi, orang berkarakter adalah orang punya kualitas moral
(tertentu) yang positif. Dengan demikian, pembangunan karakter, secara implisit mengandung arti
membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif
atau yang baik, bukan yang negatif atau yang buruk, khususnya disini bangsa yakni dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Latar Belakang
Pancasila sebagai sebuah ideologi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia,
semestinya diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi landasan nilai dan prinsip yang
terus mengalir bagi setiap generasi. Namun dalam perjalanannya, pembangunan karakter bangsa
Indonesia yang telah dilaksanakan sejak lama sering mengalami hambatan-hambatan dengan adanya
sejumlah kasus yang melibatkan kehidupan antar umat beragama sekaligus masih banyaknya kekerasan
atas nama golongan dan kelompok tertentu di Indonesia. Terlepas dari masalah tersebut, penulis melihat
bahwa pancasila masih memiliki relavansi dan kesaktian sebagai landasan pembangunan karakter
bangsa Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa mandiri di era globalisasi.
Penulis menggunakan globalisasi sebagai acuan untuk mengkaji pembangunan karakter bangsa
terutama bagi generasi muda Indonesia menuju pada kemandirian bangsa dengan berlandaskan pada
pancasila untuk menghadapi derasnya arus globalisasi. Dalam proses membangun karakter suatu
bangsa, salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah pendidikan baik itu secara formal
maupun non formal sehingga pengaruh negatif dari globalisasi dapat dikurangi terutama bagi generasi
muda sebagai generasi penerus bangsa yang menentukan masa depan. Generasi muda sekaligus sebagai
generasi yang paling rentan terkena dampak negatif dari globalisasi sehingga peran pendidikan karakter
bangsa serta pembangunan karakter bangsa dengan berlandaskan pancasila menjadi suatu hal yang
sangat penting untuk menjadikan bangsa Indonesia mandiri di era globalisasi.

PEMBAHASAN
Pembangunan karakter suatu bangsa tidak cukup dalam esensi pembangunan fisik saja tetapi
dibutuhkan suatu orientasi yang lebih kuat yaitu suatu landasan dasar atau pondasi pembangunan
karakter bangsa tersebut. Sehingga esensi fisik dari pembangunan berawal pada internalisasi nilai-nilai
untuk menuju pada pembangunan tata nilai atau sebaliknya pembangunan yang berorientasi pada
tatanan fisik tersebut dijiwai oleh semangat peningkatan tata nilai sosio-kemasyarakatan dan budaya.
Dalam hal ini Indonesia memiliki landasan pancasila sebagai dasar untuk melakukan pembangunan
karakter bangsa Indonesia.
2.1 Pembinaan Karakter Bangsa
Sebuah pernyataan retorik tentang pembinaan karakter suatu bangsa yang diungkapkan oleh
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Sri Dr. Mahathir Muhammad. Sebagai berikut:
Ketika suatu bangsa mulai membangun, maka yang pertama kali menjadi korban adalah kelembagaan
keluarga berikut seluruh tatanan nilai kekeluargaan yang ada di dalamnya.
Maksud dari penyataan diatas adalah pembangunan yang dilakukan oleh suatu bangsa seringkali
membutuhkan pengorbanan yang sangat besar termasuk mengorbankan keluarga atau bahkan
kebersamaan dalam keluarga. Bukti nyata yang dapat kita lihat terutama berada di negara - negara
industri maju, dimana fenomena hilangnya kohesivitas keluarga terlihat sangat jelas sejalan dengan
semakin meningkatnya modernisasi di negara-negara maju tersebut.
Menurut Michael Porter (1999), dalam bukunya Daya Saing sebuah Bangsa (The Competitiveness of
A Nation), pemahaman daya saing sebagai salah satu keunggulan yang dimiliki suatu entitas
dibandingkan dengan entitas lainnya. Keunggulan yang dimaksud dapat berkembang ke berbagai
pengertian maupun penerapan. Keunggulan tersebut dapat diartikan sebagai keunggulan ekonomi,
keunggulan politik, keunggulan militer dan lain-lain. Sedangkan, daya saing pada esensinya dapat
diartikan sebagai sebuah rantai dari suatu nilai proses yang dapat dikendalikan dengan proses
pembelajaran kontinyu atau continuous learning. Sehingga, arti dan makna pembinaan karakter bangsa
di era globalisasi yang sarat dengan daya saing adalah menyangkut tiga hal pokok yaitu:
1. Artikulasi karakter bangsa adalah mengacu pada tingkat peningkatan kapasitas pengetahuan dari
bangsa tersebut untuk terus melakukan pembelajaran agar semakin meningkat daya saingnya di era
globalisasi.
2. Pembinaan karakter bangsa akan diarahkan agar kapasitas pengetahuan yang terbangun dapat
meningkatkan daya saing suatu bangsa, dengan kondisi dimana daya saing tersebut akan
memungkinkan adanya kemajuan kolektif atau kemajuan bersama bagi bangsa Indonesia.
3. Pemaknaan dari karakter positif bangsa seharusnya diarahkan untuk mencapai dua hal pokok di atas.

2.2 Pancasila sebagai Landasan Pembangunan


Pancasila sebagai landasan pembangunan berarti nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi
dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di
Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi logis terhadap pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.
Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia termasuk
dalam melaksanakan pembangunan karakter bangsa. Nilai-nilai dasar Pancasila dikembangkan atas
dasar hakikat manusia.
Sedangkan Pembangunan nasional Indonesia diarahkan pada upaya peningkattan harkat dan martabat
manusia yang meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Sehingga, pembangunan
nasional bangsa Indonesia dapat dimaknai sebagai upaya peningkatan harkat dan martabat manusia
secara total atau menyeluruh berdasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam pancasila.
Dalam melaksanakan pembangunan sosial berdasarkan pancasila maka pembangunan sosial tersebut
harus bertujuan untuk mengembangkan harkat dan martabat manusia secara total. Oleh karena itu,
pembangunan yang berdasarkan pancasila harus dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan dengan berlandaskan pada pancasila tersebut meliputi
bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Penulis akan dijelaskan mengenai
pancasila sebagai landasan pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sesuai dengan
aspek-aspek yang telah disebutkan sebelumnya pada pembahasan berikutnya.
2.3 Pancasila Sebagai Landasan Pembangunan Politik Indonesia
Pembangunan politik yang berdasarkan pada pancasila harus dapat meningkatkan harkat dan martabat
bangsa Indonesia dan meningkatkan harkat dan martabat manusia tersebut adalah dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia. Sehingga, sistem politik Indonesia harus mampu menempatkan kekuasaan
tertinggi pada rakyat yang sesuai dengan pancasila yaitu sistem politik demokrasi (kekuasaan adalah
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat). Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia
dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan
moral keadilan.
Sebagai konsekuensi logis dari sistem politik demokrasi yang berlandaskan pada moral pancasila maka
perilaku politik, baik perilaku politik warga negara maupun penyelenggara negara dikembangkan atas
dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral.
2.4 Pancasila Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Sistem dan pembangunan ekonomi yang sesuai dengan pancasila yaitu berlandaskan pada nilai moral
dari pancasila itu sendiri. Secara khusus, sistem ekonomi pancasila harus didasari oleh moralitas
ketuhanan dan kemanusiaan. Sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas dan kemanusiaan
(humanistis) akan menghasilkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan.
Sistem ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik sebagai makhluk individu, sosial, makhluk
pribadi maupun makhluk Tuhan adalah sistem ekonomi pancasila. Sistem ekonomi pancasila harus
dikembangkan menjadi sistem dan pembangunan ekonomi yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat
secara keseluruhan.
Sistem ekonomi yang berdasar pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan yang berasaskan
kekeluargaan. Sistem ekonomi Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral
kemanusiaan. Pembangunan ekonomi bangsa Indonesia harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-
bentuk persaingan bebas, monopoli dan bentuk lainnya yang hanya akan menimbulkan penindasan,
ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan bagi rakyat Indonesia.
Globalisasi yang semakin semarak diseluruh dunia, lebih-lebih setelah bangkrutnya Uni soviet 1990,
tidak saja ditolak meskipun bisa mengancam ekonomi nasional, tetapi bahkan dijadikan sebagai
peluang emas bagi dunia bisnis Indonesia. Pemerintah dan masyarakat memilih mengambil sikap
positif terhadap globalisasi dengan pernyataan presiden yang terkenal bahwa, suka tidak suka, siap
tidak siap, kita harus ikut globaliasi, karena, sudah berada didalamnya. Inilah salah satu alasan kuat
Indonesia justru bertindak menjadi tuan rumah KTT-APEC ke-2 diBogor tahun 1994.
Ekonomi pancasila merupakan ilmu ekonomi kelembagaan (instructional economics) yang
menjungjung tinggi nilai-nilai kelembagaan Pancasila sebagai idiologi Negara yang kelima silanya,
secara utuh maupun sendiri-sendiri, menjadi rujukan setiap orang Indonesia. Jika Pancasila
mengandung 5 asas, maka semua substansi sila Pancasila (1) etika, (2) kemanusiaan, (3) nasionalisme,
(4) kerakyatan/demokrasi, dan (5) keadilan social, harus di pertimbangkan dalam model ekonomi yang
disusun. Kalau sila pertama dan kedua adalah dasarnya, sedangkan sila ketiga dan keempat sebagai
caranya, maka sila kelima Pancasila adalah tujuan dari Ekonomi Pancasila.

2.5 Pancasila Sebagai Landasan Pembangunan Sosial Budaya


Pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu menjadi
manusia yang berbudaya dan beradab. Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus
mampu meningkatkan derajat kemanusiaannya. Berdasarkan sila persatuan Indonesia, pembangunan
sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya di seluruh
Indonesia menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa Indonesia. Dengan kata lain,
pembangunan sosial budaya berdasarkan pada pancasila tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan,
diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.
2.6 Pancasila Sebagai Landasan Pembangunan Pertahanan Keamanan Indonesia
Sistem pertahanan dan keamanan sesuai pancasila adalah mengikut sertakan seluruh komponen bangsa
untuk melindungi seluruh tumpah darah Indonesia. Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan
Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata).
Sistem pertahanan yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya
nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total
terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga
negara, serta keyakinan pada kekuatan bangsa sendiri. Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-
nilai pancasila, di mana pemerintahan dari rakyat memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
masalah pertahanan negara dan bela negara.
UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara sangat sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Dalam
undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah dan
pandangan hidup bangsa Indonesia untuk menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2.7 Pembangun Kemandirian Bangsa
The core of any army is its soldiers, no matter how sophisticated its equipment, its performance is
solely dependent on its soldiers. -Douglas MacArthur, General, US Army, 1945-.
Penggalan kalimat ini diambil dari ungkapan salah seorang komandan militer yaitu Jendral MacArthur.
Seorang Jendral AS yang pernah menjadi panglima mandala Pasukan Sekutu di Pasifik pada era Perang
Dunia ke-2 (1941-1945) dan selanjutnya menjadi panglima mandala Pasukan Gabungan PBB semasa
Perang Korea (1951-1955).
Penggalan kalimat di atas memberikan esensi pada peran Sumber Daya Manusia sebagai unsur yang
paling kritis dalam setiap proses pengembangan suatu entitas tertentu. Penggalan kalimat tersebut ikut
menekankan pentingnya faktor manusia atau SDM sebagai komponen terpenting dalam setiap proses
atau rantai nilai apapun juga. Dalam kasus pembangunan karakter bangsa Indonesia, Sumber Daya
Manusia terutama generasi muda Indonesia juga merupakan komponen penting bagi keberhasilan
pembangunan karakter bangsa itu sendiri dengan mengngimplementasikan rantai nilai dari pancasila.
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu hal yang sangat krusial, sekaligus potensi bangsa yang
paling strategis yang harus dimobilisir dan dikembangkan. Ralph S. Larsen (2004), CEO dari Johnson
& Johnson mengatakan bahwa, tingkat kedewasaan suatu organisasi ditentukan dari persepsinya
terhadap Sumber Daya Manusia yang dimilikinya.
Permasalahan utama bagi pembangunan karakter bangsa Indonesia adalah bagaimana mendorong agar
pengembangan sumber daya manusia tersebut dapat menghasilkan suatu pencapaian yaitu tingkat
kemandirian yang berkesinambungan. Era globalisasi menuntut adanya parameter daya saing sebagai
satu hal penting untuk menjamin suatu kemandirian bangsa. Sehingga, pembinaan karakter yang
menuju pada mentalitas daya saing juga menuntut adanya sejumlah prasyarat pokok yang harus
dijadikan acuan dalam setiap proses pembangunan sesuai dengan rantai nilai dalam pancasila.
Sejalan dengan hal tersebut, maka unsur pokok pembangunan kemandirian bangsa terfokus pada tiga
aspek penting yaitu:
1. Peran kritis sumber daya manusia sebagai sumber daya yang terus terbarukan untuk melakukan
pembangunan bangsa yang berkesinambungan.
2. Peningkatan daya saing dari sumber daya manusia tersebut, sebagai jaminan dari kemandirian bangsa
yang berkesinambungan.
3. Pemahaman mengenai pentingnya mencetak mentalitas daya saing yang berdasarkan pada suatu
rantai nilai (pancasila) dengan tatanan dan urutan tertentu. Sehingga keberhasilan pembangunannya
tergantung dari tingkat pemenuhan kriteria dan persyaratan tersebut.
Ketiga aspek pembangunan kemandirian bangsa tersebut tentu membutuhkan suatu agentsyang dapat
mengimplementasikan hal tersebut diatas. Dan agents itu adalah generasi muda yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia. Generasi muda yang umumnya masih berusia produktif diharapkan dapat memiliki
kemampuan yang tanggap khususnya dalam mengakselerasi proses internalisasi pengetahuan dan
menjadi motor penggerak perubahan atau generator of change sesuai dengan cita-cita pembangunan
berdasarkan pada pancasila.
2.8 Peran Generasi Muda dalam Pembangunan Bangsa Mandiri
Pembentukan karakter generasi muda bangsa merupakan hal yang sangat penting bagi suatu bangsa dan
bahkan menentukan nasib bangsa itu di masa depan termasuk juga Indonesia. Namun pada
kenyataannya, di era globalisasi yang telah menempatkan generasi muda Indonesia pada derasnya arus
informasi yang semakin bebas, sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi
sebagai akibat dari globalisasi.
Akibat dari globalisasi tersebut, nilai-nilai asing secara disadari maupun tidak disadari telah memberi
pengaruh langsung maupun tidak langsung kepada generasi muda Indonesia.
Sehingga upaya strategis yang harus dilakukan oleh generasi muda Indonesia untuk menghadapi
globalisasi adalah dengan melakukan sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan yang
diarahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan bangsa terhadap segenap upaya nihilisasi
dari pihak luar terhadap nilai-nilai budaya bangsa. Berikut 3 peran penting generasi muda dalam
melaksanakan koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan:
1. Generasi muda sebagai pembangun-kembali karakter bangsa (character builder). Di era globalisasi
ini, peran generasi muda adalah membangun kembali karakter positif bangsa seperti misalnya
meningkatkan dan melestarikan karakter bangsa yang positif sehingga pembangunan kemandirian
bangsa sesuai pancasila dapat tercapai sekaligus dapat bertahan ditengah hantaman globalisasi.
2. Generasi muda sebagai pemberdaya karakter (character enabler). Pembangunan kembali karakter
bangsa tentu tidak cukup, jika tidak dilakukan pemberdayaan secara terus menerus. Sehingga generasi
muda juga dituntut untuk mengambil peran sebagai pemberdaya karakter atau character enabler.
Misalnya dengan kemauan yang kuat dan semangat juang dari generasi muda untuk menjadi role model
dari pengembangan dan pembangunan karakter bangsa Indonesia yang positif di masa depan agar
menjadi bangsa yang mandiri.
3. Generasi muda sebagai perekayasa karakter (character engineer) sejalan dengan dibutuhkannya
adaptifitas daya saing generasi muda untuk memperkuat ketahanan bangsa Indonesia. Character
engineer menuntut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran. Pengembangan dan
pembangunan karakter positif generasi muda bangsa juga menuntut adanya modifikasi dan rekayasa
yang sesuai dengan perkembangan dunia. Contohnya adalah karakter pejuang dan patriotism yang tidak
harus diartikulasikan dalam konteks fisik, tetapi dapat dalam konteks lainnya yang bersifat non-fisik.
Esensinya adalah peran genarasi muda dalam pemberdayaan karakter tersebut.
Generasi muda Indonesia memiliki tugas yang berat untuk dapat melaksanakan ketiga peran tersebut
secara simultan dan interaktif. Tetapi hal tersebut bukan suatu hal yang tidak mungkin sebab generasi
muda mendapatkan dukungan dan bantuan dari pemerintah dan seluruh komponen bangsa lainnya untuk
mrngaktualisasikan peran tersebut di era globalisasi ini.
2.9 Pola Pelaksanaan Pancasila Dalam Pembentukan Karakter Bangsa
Untuk melaksanakan Pancasila perlu usaha yang dilakukan secara berencana dan terarah berdasarkan
suatu pola. Tujuannya adalah agar Pancasila sungguh-sungguh dihayati dan diamalkan oleh segenap
warga Negara, baik dalam kehidupan orang seorang maupun dalam kehidupan kemasyarakatan.
Berdasarkan pola itu diharapkan lebih terarah usaha-usaha. Pembinaan manusia Indonesia agar menjadi
insan pancasila. Pembangunan bangsa untuk mewujudkan masyarakat pancasila
Kedua hal tersebut di atas, tidaklah dapat dipisahkan satu sama lain, melainkan saling mempengaruhi
dan saling mendukung. Masalah pembinaan insan Pancasila lebih banyak menyangkut bidang
pendidikan. Lewat kegiatan pendidikan diharapkan peserta didik menyerap nila-nilai moral Pancasila.
Penyerapan nilai-nilai moral Pancasila diarahkan berjalan secara manusiawi dan alamiah tidak saja
lewat pengalaman secara pribadi. Nilai-nilai moral Pancasila tidak untuk sekadar dipahami melainkan
untuk dihayati, oleh karena itu penyerapan nilai-nilai- moral Pancasila bukan lewat proses indoktrinasi.
Sasaran pelaksanaan Pancasila adalah perorangan, keluarga dan masyarakat, baik di lingkunga tempat
tinggal masing-masing maupun di lingkungan tempat kerja. Langkah pertama adalah dengan
perantaraan pegawai Republik Indonesia, karena mereka adalah abdi Negara dan abdi masyarakat yang
pertama-tama harus menghayati dan mengamalkan Pancasila. Langkah selanjutnya ialah
menyebarluaskanya kepada seluruh lapisan masyarakat dengan menggunakan berbagai jalur dan
penciptaan suasana yang menunjang. Adapun jalur yang digunaka adalah:

2.9.1 Jalur Pendidkan.


Dalam melaksakan Pancasila, maka peranan pendidikan sangat penting, baik pendidikan di sekolah
(formal) maupun pendidikan di luar sekolah (non formal) yang terletak didlam keluarga, dan lingkungan
masyarakat.
2.9.2 Jalur media massa.
Walaupaun pola pelaksanaan Pancasila melalui jalur medua massa dapat pula digolongkan sebagai
salah satu aspek jalur pendidikan dalam arti luas, namun peranan media massa sedemikian pentingnya
sehingga perlu mendapat penonjolanya sebagai jalur tersendiri. Dalam hubunganya dengan ini,
ditekankan pula pentingnya media tradisional seperti pewayangan serta bentuk-bnetuk seni rakyat
lainya, di samping media modern seperti pers, radio dan televisi. Dalam menggunakan komunikasi
modern ini perlu dijaga agar terhindar dari siaran yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan
pancasila.
2.9.3 Jalur organisai sosial politik, organisasi sosial kemasyarakatan, dan prangkat sosial.
Sesuai dengan tekad untuk menjunjung tinggi demokrasi dan menegakan kehidupan konstitusional,
maka kiranya semua anggota maupun kader-kader politik, serta organisasi kemasyarakatan, lembaga
swadaya masyarakat, lembaga keagamaan, lembaga kebudayaan, dan dunia usaha, hendaklah berusaha
sekuat tenaga ikut serta dalam melaksanakna Pancasila, sehingga Pancasila itu lestari di Republik
indionesia.
2.9.4 Pendidikan Pancasila Di Sekolah Dasar
Sebagaimana kita mengetahui bahwa Pancasila sebagai dasar Negara, sebagai ideologi Negara, dan
sebagai pandangan hidup bangsa adalah sumber dari pada ajaran-ajaran moral karena di dalamnya
terkandung nilai-nilai luhur. Oleh karena Pancasila sarat dengan nilai-nilai luhur dan ajaran-ajaran
moral, sudah sepantasnya pancasila dijadikan mata pelajaran di sekolah-sekolah baik di SD, SMP, dan
SMA dan bahkan sampai Perguruan Tinggi.
Pendidikan Pancasila merupakan salah satu mata pelajaran pendukung pengembangan karakter
manusia. Pendidikan Pancasila di sekolah dasar sangat penting artinya, karena merupakan proses awal
pembentukan karakter bagi manusia di mana akan berlanjut samapai manusia itu menemui ajalnya.
Para peserta didik di Sekolah Dasar akan memiliki perilaku dan tingkah laku yang terpuji, jika di dalam
dirinya tertanam nilai-nilai luhur dan ajaran-ajaran moral yang kesemuanya itu ada dalam Pancasila
Peserta didik di Sekolah Dasar merupakan calon generasi penerus sekaligus alon pemimpin masa depan
bangsa Indonesia. Oleh karena itu materi tentang Pancasila sudah menjadi sebuah kewajiban untuk
diajarkan di Sekolah Dasar sebagai awal pemebentukna karakter.Selain sebagai pemebntukan karakter
manusia juga merupakan upaya untuk melestarikan nila-nilai Pancasila.
Sudah menjadi kenyataan bahwa ketika anak-anak selesai dari Sekolah Dasar, tidak semua dari mereka
melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi ada yang di rumah saja, dan secara tidak
sengaja langsung bergabung dengan anggota masyarakat sekitarnya, sehingga konsekunsinya saling
berinteraksi antar sesama.
Bagi si Anak tidak akan mengalami kesulitan dalam bergaul dengan anggota masyarakat lainya,
demikina pun masyarakat tidak akan mengalami kesulitan dalam menerima si Anak, jika di dalam diri
si Anak sudah tertanam nilai-nilai luhur pancasila yang merupakan penjelmaan dari karakter bangsa
Indonesia. Makalah PKn Pancasila Sebaliknya, tidak dapat diperkirakan apa yang akan terjadi ketika
si Anak bergabung dengan masyarakat yang di dalam dirinya tidak dibekali ajaran-ajaran moral
pancasila. Melihat kenyataan ini pelajaran pancasila memilik peranan penting di dunia pendidikan
terutama di Sekolah Dasar karena awal dari proses pembentukan karakter manusia.
Kadang kala nilai-nilai luhur yang ada dalam Pancasila yang merupakan penjelmaan dari seluruh
bangsa Indonesia tidak dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari, tetaipi diabaikan sehingga akibat dari
itu nilai-nila luhur tersebut dengan sendirinya akan hilang.
Menyadari bahwa untuk kelestarian nilai-nilai Pancasila itu perlu diusahakan secara nyata dan terus-
menerus pengahayatan dan pengamalan nila-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, oleh sebab itu
setiap warga Negara Indonesia, penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah harus sama-sama mengamalkan nilai-nilai Pancasila
demi kelestarianya. Oleh karena itu sebagai upaya nyata demi kelestarian nilai-nilai luhur Pancasila,
perlu ditanamkan dan atau perlu ada pemahaman kepada generasi penerus bangsa, salah satunya lewat
pendidikan pancasila di sekolah dasar.

KESIMPULAN
Demarkasi atau garis pembatas yang tegas untuk menghadapi dampak globalisasi adalah daya saing
bangsa (national competitiveness) yang kuat untuk menjadi bangsa yang mandiri dengan berlandaskan
pada pancasila. Pembangunan berdasarkan pancasila yang dilakukan oleh bangsa Indonesia melalui
pembangunan di bidang ekonomi, politik, sosial-budaya dan pertahanan-keamanan dimaksudkan untuk
meningkatkan daya saing bangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi. Namun untuk mencapai
daya saing yang kuat tersebut dibutuhkan upaya besar dan peran aktif seluruh komponen bangsa
Indonesia beserta pemerintah.
Salah satu komponen yang berperan penting dalam upaya besar tersebut adalah pembinaan karakter
generasi muda bangsa Indonesia sesuai dengan pancasila, khususnya karakter positif bangsa yang harus
terus ditumbuh-kembangkan untuk memperkuat kemampuan adaptif dari daya saing bangsa sehingga
dapat menjadi bangsa yang mandiri di era globalisasi.
Dalam upaya untuk mengaktualisasikan kemandirian tersebut, maka dituntut peran penting dari
generasi muda Indonesia sebagai character enabler, character builders dan character engineer.
Meskipun untuk menjalankan ketiga peran tersebut, generasi muda masih membutuhkan dukungan serta
bantuan dari seluruh elemen bangsa termasuk pemerintah, namun esensi utama dari pembangunan
karakter bangsa Indonesia menuju bangsa mandiri adalah pentingnya peran generasi muda sebagai
komponen bangsa yang paling strategis posisinya dalam memainkan proses transformasi karakter dan
tata nilai pancasila di era globalisasi.

Anda mungkin juga menyukai