Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal
kita tahu hal ini sangat berpengaruh di dalam pelayanan, hal ini terbukti dengan di dalam
keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-benar
dapat disamakan dengan agama). Tapi kali ini dari kelompok kami hanya ingin membagi
ide atau pemikiran kami, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual, tetapi yang
berhubungan dengan pendidikan agama bagi keperawatan. Agama tetap penting untuk
diajarkan, karena untuk menekankan aspek tertentu bagi masyarakat kita. Peran a gama
sangat besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu dibenahi. Bila mata kuliah
agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak mengena dengan
kehidupan profesional, maka menurut kami dari kelompok sembilan tidak ada gunanya
dan jadinya hanya formalitas mengajarkan,agama karena tidak mau disebut sebagai
institusi yang tidak mengajarkan akhlak pada mahasiswa. Dalam kehidupan profesional
tiap cabang ilmu keperawatan sudah mempunyai patokan tentang apa yang harus
dilakukan ataupun tidak ,tentang hal yang baik dan buruk. Selain itu juga ada mata etika
kuliah keperawatan yang akan membuat seorang perawat mempunyai akhlak yang baik
dan terampil menjadi perawat profesional.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian agama?


2. Bagaiman peran keperawatan dalam masing-masing agama?
3. Apa kaidah dan etika agama dindonesia yang berhubungan dengan kesehatan?
4. Apa pelayanan dan aplikasi agama dalam keperawatan?

C. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini agar mahasiswa keperawatan dapat mengerti definisi
agama dalam keperawatan . bagaimana menerapkan ilmu keperawatan pada masing-
masing agama yang berbeda dan mendapat perlakuan yang tidak sama.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama
Agama adalah keyakinan yang dianut oleh individu dalam pedoman hidup mereka yang
dianggap benar. Agama sangat menghargai seorang petugas kesehatan karena petugas ini
adalah petugas Kemanusiaan yang sangat mulia. Dalam Ensiklopedi Indonesia dijelaskan
pula tentang agama sebagai berikut. Agama (umum), manusia mengakui dalam agama
adanya Yang Suci; Manusia itu insyaf bahwa ada suatu kekuasaan yang memungkinkan
dan melebihi segala yang ada. Kekuasaan inilah yang dianggap sebagai asal atau Khalik
segala yang ada. Maka Tuhan dianggap oleh manusia sebagai tenaga gaib di seluruh
dunia dan dalam unsur-unsurnya atau sebagai khalik rohani. Pengertian agama dalam
konsep Sosiologi adalah: kepercayaan terhadap hal-hal yang spiritual; perangkat
kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri; dan
ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural. Dalam konsepsi ini, agama
memiliki peranan yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan
sosial, keberadaan lembaga agamasangat mempengaruhi perilaku manusia. Dengan
agama manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Demikian pula definisi tentang religion, berkaitan dengan kepercayaan dan aktivitas
manusia yang biasanya dikenal seperti: kebaktian, pemisahan antara yang sakral dengan
yang profan, kepercayaan terhadap jiwa, kepercayaan terhadap dewa-dewa atau Tuhan,
penerimaan atas wahyu yang supranatural dan pencarian keselamatan. Dari beberapa
definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa agama, religion (religi) din,
maupun agama masing-masing mempunyai riwayat dan sejarahnya sendiri. Namun dalam
arti terminologis dan teknis, ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang
sama, religion (bahasa Inggris), religie (bahasa Belanda), din (bahasa Arab), dan agama
(bahasa Indonesia).Mengenai arti kepercayaan , disamping berdimensi berpikir, maka
manusia berdimensi percaya. Percaya adalah sifat dan sikap membenarkan sesuatu, atau
menganggap sesuatu sebagai kebenaran. Menurut Prof. Pudjawijatna ada kemungkinan
seseorang mempunyai keyakinan akan kebenaran bukan karena penyelidikan sendiri,
melainkan atas pemberitahuan pihak lain. Bila seorang ahli astronomi mengatakan bahwa
pada tanggal tertentu akan terjadi gempa bumi, kita yakin bahwa pemberitahuan itu
benar, dan setelah diberitahu tentang hal itu, maka kita tahu akan adanya kebenaran.
Pengetahuan yang demikian disebut kebenaran.
Pengertian agama atau definisi agama dalam jagad pemikiran Barat, telah mengundang
perdebatan dan polemik tak berkesudahan. Baik dibidang filsafat agama, teologi,
sosiologi, antropologi, maupun ilmu perbandingan agama. Sehinggga sangat sulit bahkan
nyaris mustahil untuk mendapatkan definisi agama yang bisa disepakati dan diterima
semua pihak. Wilfred Cantwell Smith misalnya menyatakan: terminologi (agama)
luarbiasa sulitnya didefinisikan. paling tidak dalam beberapa dasawarsa terakhir ini
terdapat beragam definisi yang membingungkan dan tak dapat diterima secara
luas.....Oleh karenanya, istilah ini harus dibuang dan ditinggalkan untuk selamanya."
(Wilfred cantwell smith: The meaning and end of Religion (London, spk[1962] 1978)
Pandangan Smith, jelas berlebihan, karena istilah ini masih terus digunakan sampai hari
ini. Lalu bagaimanakah pengertian agama yang sebenarnya? Menurut Dr. Anis malik
Thoha, untuk mendefinisikan agama, para ahli menggunakan setidaknya tiga pendekatan.
yakni pendekatan fungsi, institusi dan substansi. Para pakar sosiologi dan antropologi
cenderung mendefinisikan agama dari sudut fungsi sosialnya. Sebagaimana yang
dilakukan Durkheim, Robert N. Bellah, Thomas Luckemann, dan Clifortz Geertz. Para
ahli sejarah sosial (social history) cenderung mendefinisikan agama sebagai sebuah
institusi historis. Yakni suatu pandangan hidup yang institutionalized, dengan melihat
latar belakang kelahiran agama yang kemudian semakin karakteristik mengikuti alur
kesejarahan. Sedang kebanyakan pakar teologi, fenomenologi dan sejarah agama
cenderung melihat dari aspek substansinya yang sangat asasi, yakni sesuatu yang sakral,
mengenai hubungan Tuhan dengan makhluknya.Bila dikaji lebih dalam, tiga pendekatan
di atas adalah saling melengkapi untuk mendapatkan definisi atau pengertian agama yang
utuh sebagaimana definisi agama menurut Islam yang diambil dari Hadist "Jibril".
Dimana Jibril As. mendatangi Muhammad saw yang sedang bersama para sahabatnya. Jibril
bertanya tentang iman, Islam dan ihsan. Dan Muhammad Saw. menjawab semua
pertanyaan itu dengan benar berupa apa yang dikenal sebagai rukun iman, rukun islam,
dan ihsan. Setelah Jibril berlalu, Muhammad Saw berkata
Itu adalah Jibril yang mengajarkan manusia tentang din (agama) mereka.. ( HR Bukhari
dan Muslim )
Dari hadis itu, dapat diambil kesimpulan bahwa agama (din) adalah sistem pengabdian pada
Tuhan yang meliputi iman (substansi), seperangkat hukum Tuhan/syariat (institusi) dan
ihsan/akhlak (fungsi). Sebuah pengertian agama yang solid dan komprehensif.

B. Peran Keperawatan

1. Peran Keperawatan dalam Islam


Islam adalah salah satu agama yang diakui keberadaaannya di Indonesia. Jumlah
penganut agama Islam di Indonesia sangat banyak dibandingan penganut agama non
Islam. Islam adalah agama yang benar disisi Allah dan hamba-hambanya, sehingga Allah
menurunkan Al-Quran untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia(muslim) khusus
untuk umat Nabi Muhammad Saw. Didalam Al-Quran ada ayat yang menerangkan
bahwa salah satu tujuan diturunkannya Al-Quran adalah sebagai obat dan rohmat bagi
orang orang mukmin. Misalnya dengan ilmu8 kesehatan, ilmu ini zaman nabi pun ada
tapi belum semaju sekarang karena adanya pengaruh globalisasi. Tokoh Islam yang
terkenal di dunia kesehatan salah satunya yaitu Ibnu Sina.Islam sangat menyarankan
untuk selalu menjaga kesehatan karena dengan jiwa yang sehat akan mempermudah sekali
kita untuk beribadah kepada Allah karena tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah
kapada-Nya.Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan
keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan
merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya.
Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan
halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah
satu penentu sehat tidaknya seseorang.
"Wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik
yang Kami rezekikan kepadamu" (QS al-Baqarah: l68, l72).
Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi juga
makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya maupun
ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun belum tentu
baik bagi kesehatan.Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut,
sehingga apa saja isi perut kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah
satu resep sehat Nabi Muhammad SAW adalah memelihara makanan dan ketika makan,
porsinya harus proporsional, yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara
(HR. Turmudzi dan al-Hakim)..Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan
obsesi Islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal
kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam
sangat melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan
sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya tidak
mengalir dan sejenisnya. Islam sangat menekankan kesucian (al-thaharah), yaitu
kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan
semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit seringkali berasal dari
lingkungan yang kotor.
Islam juga sangat menganjurkan kehati-hatian dalam bepergian dan menjalankan pekerjaan,
dengan selalu mengucapkan basmalah dan berdoa. Agama sangat melarang perilaku
nekad dan ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa alat pengaman atau ngebut di jalan raya
yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan (al-Baqarah:: l95).
Hal ini karena sumber penyakit dan kesakitan, tidak jarang juga berasal dari pekerjaan dan
risiko perjalanan. Sekarang ini kecelakaan kerja masih besar disebabkan kurangnya
pengamanan dan perlindungan kerja. Lalu lintas jalan raya; darat, laut dan udara juga
seringkali diwarnai kecelakaan, sehingga kesakitan dan kematian karena kecelakaan lalu
lintas ini tergolong besar setelah wabah penyakit dan peperangan.Jadi walaupun
seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, risiko kesakitan masih besar,
disebabkan faktor eksternal yang di luar kemampuannya menghindari. Termasuk di sini
karena faktor alam berupa rusaknya ekosistem, polusi di darat, laut dan udara dan
pengaruh global yang semakin menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia. Karena itu
Islam memberi peringatan antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan jangan
abaikan kesehatan, karena kesehatan itu tergolong paling banyak diabaikan orang. Orang
baru sadar arti sehat setelah ia merasakan sakit.

2. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen


Agama Kristen juga memiliki peranan yang sangat penting dalam keperawatan dimana
agama merupakan bagian utama yang tidak bias dipisahkan dari kehidupan seseorang.
Dalam hal ini baik yang merawat maupun yang dirawat. Agama Kristen memandang
bahwa seseorang yang sakit itu sebagai bentuk dari pertobatan. Maka dari itu dalam
merawat seseorang harus memiliki iman yang kuat dalam niatnya.Tindakan medis dalam
dunia keperawatan tidak menyertakan tuhan maka tindakan-tindakan yang dilakukan
menjadi tidak terarah dan tidak akan tercapai sesuai dengan harapan yang kita inginkan.

3. Perkembangan keperawatan dalam Agama Budha


Agama budha mengajarkan kepada semua umatnya untuk menghargai makhluk hidup
tanpa terkecuali dari sudut pandang itulah pemberian askep harus sesuai ajaran agama
budha. Karena apabila tidak terpenuhi maka klien merasa tidak puas atas pelayanan
perawat.

4. Perkembangan Keperawatan dalam Agama hindu


Dalam ajaran agama hindhu terdapat upacara manusia yajna. Upacara tersebut untuk
membersihkn diri lahir batin serta memelihara secara rohaniah hidup manusia. Jika umat
hindhu ada yang sakit dilakukan tradisi melukat sebagai sarana pembersihan diri dan
pikiran untuk membuang sial biasanya juga diikuti mandi kelaut.

C. Kaidah dan Etika Agama yang Berhubungan dengan Kesehatan

a. Islam
Keinginan tersebut semakin menguat setelah penulis membaca buah pikir seorang intelektual
terkemuka dan kontroversial asal Mesir, Hassan Hanafi yang menjelaskan, bahwa
peradaban Barat yang kini berdiri kokoh memiliki dua sumber kesadaran yang
disembunyikannya dan tak terekspos. Salah satu penyebab disembunyikannya sumber-
sumber tak terekspos adalah rasialisme yang terpendam dalam kesadaran Barat.
Rasialisme inilah yang menjadikan Barat enggan mengakui eksistensi orang lain. Barat
diklaim sebagai pusat dan menempati puncak kekuatan serta menjadi pioner di dunia.
Sikap rasial ini terlihat jelas dalam ideologi yang diusung oleh Barat beberapa dasawarsa
yang lalu seperti nasionalisme, nazisme, fasisme, dan zionisme. Namun demikian,
terungkaplah bahwa sumber-sumber kesadaran Barat berasal dari Cina (Nedham), India
(Nakamura), Islam (Garaudy), dan Timur Lama (Toynbee) (Hassan Hanafi, 2000).Selama
seribu tahun, peradaban Islam telah membentang dari Andalusia, Spanyol hingga ke
Selatan Cina. Dari abad ke-7 dan seterusnya, para sarjana telah membangun ilmu
pengetahuan dari tradisi-tradisi umat manusia sebelumnya. Pergulatan mereka dengan
pengetahuan kuno orang Mesir, Yunani dan Roma, pada gilirannya membuat terobosan
besar yang membuka jalan bagi gerakan Renaissance di Barat pada abad
selanjutnyaSelain pasien mendapatkan obat-obatan secara gratis dan diperlakukan dengan
baik. Di rumah sakit Ahmad ibn Thulun ini didirikan pula sebuah perpustakaan medis
besar yang lengkap, sarana kebersihan seperti kamar mandi dibuat secara terpisah antara
laki-laki dan wanita. Begitu pula dengan pasien yang mengalami gangguan mental (gila)
ditempatkan dalam ruang yang terpisah dari pasien lainnya, dimana hal ini menunjukkan
bahwa pada saat itu para sarjana muslim telah menaruh perhatian yang cukup besar pada
perkembangan ilmu jiwa.Selama ini pula perawat Indonesia khususnya lebih mengenal
Florence Nightingale sebagai tokoh keperawatan, yang mungkin saja lebih dikarenakan
konsep keperawatan modern yang mengadopsi litelature barat.Sejarah islam juga
mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu Ammara,
Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita muslim
yang terkenal sebagai perawat adalah : Ku'ayibat, Aminah binti Abi Qays Al Ghifari,
Ummu Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka'ab Al Maziniyat 6). Litelatur lain
menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat saat masa Nabi Muhammad
SAW saat perang dan damai adalah : Rufaidah binti Sa'ad Al Aslamiyyat, Aminah binti
Qays al Ghifariyat, Ummu Atiyah Al Anasaiyat, Nusaibat binti Ka'ab Al Amziniyat,
Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata.Tugas seorang
perawat, menurut H. Afif, menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi
menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup lagi. "Pernyataan tidak
memiliki harapan hidup untuk seorang muslim tidak dapat dibenarkan. Meski secara
medis tidak lagi bisa menanganinya, tapi kalau Allah bisa saja menyembuhkannya
dengan mengabaikan hukum sebab akibat," katanya. Perawat juga memandu pasiennya
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya semakin saleh yang bisa
mendatangkan "manjurnya" doa.Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu politik,
pendidikan atau seni. Semoga muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya
mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan
penulis berharap akan datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu
keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para
pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di institusi pendidikan
atau pada level pemerintah.Di negara-negara timur tengah, konteks keperawatan sendiri
banyak dipengaruhi oleh sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di
Arab, keyakinan akan kesehatan dari sudut pandang islam (Islamic health belief), dan
nilai-nilai profesional yang diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti
pandangan keperawatan di negara barat, keyakinan akan spiritual islam tercermin dalam
budaya mereka.Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana
keperawatan dan islam dapat berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan
asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit, perkembangan tehnologi kesehatan dan
informatika kesehatan. Agar tetap mengenang dan menteladani sejarah perkembangan
keperawatan yang di mulai oleh Rufaida binti Sa'ad.

b. Kristen Protestan dan Katolik


Kaidah dan etika agama yang berhubungan dengan kesehatan pada prinsipnya memiliki
persamaan walaupun agama yang dijadikan kepercayaan tersebut memiliki
perbedaan.Pada hakikatnya setiap agama akan mendapatkan asuhan keperawatan dan
pelayanan yang sama.Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia.
Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan optimal. Karena
menyadari akan pentingnya kesehatan, sejak dulu gereja telah secara aktif mengambil
bagian dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat.Dari situ kemudian muncullah
keinginan untuk membentuk suatu forum yang dapat menyatukan langkah bersama.
Setelah melalui tiga pertemuan pimpinan lembaga pelayanan kesehatan Kristen, pada
tahun 1983, terbentuklah Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia
(PELKESI) di Balige, Sumatera Utara. Untuk saat ini, Sekretariat PELKESI berada di RS
PGI Cikini, Jakarta.PELKESI memiliki visi mewujudkan pelayanan kesehatan di
Indonesia yang mendatangkan damai sejahtera Allah bagi semua orang. Sedangkan
misinya, melaksanakan pelayanan kesehatan yang utuh dan menyeluruh (holistik).
Pelayananan secara holistik meliputi fisik, sosial, ekonomi dan spiritual.

c. Hindu
Menurut Prof. Dr. IGN Nala, pakar pengobatan tradisional, dalam tulisannya pernah
menyampaikan bahwa kitab-kitab umat Hindu memuat berbagai macam jenis penyakit
dan teknik pengobatan. Dicontohkan penyakit kencing Manis (diabetes mellitius).
Penyakit ini, menurut Nala, sudah ditemukan sekitar 3.000 tahun yang lalu. Ini
dibuktikan dengan disebutkannya penyakit ini dalam kitab Ayur Veda. Kitab Ini
merupakan bagian dari kelompok kitab Upa Veda.Sementara kitab Upa Veda ini sendiri
termasuk dalam kitab suci umat Hindu, yakni kitab Veda Smerti. Kitab Ayur Veda, kata
Nala, sering dikelirukan dengan kitab suci Yajur Veda, salah satu dari kitab suci Catur
Veda Sruti. Padahal, lanjut Nala, isi dari kitab Ayur Veda hampir tidak ada hubungannya
dengan kitab Yajur Veda yang mengupas masalah yadnya atau upacara serta upakara
keagamaan.Sementara itu, menurut Gede Suwindia, dosen STAHN Denpasar, dalam
agama Hindu dikenal adanya konsep keseimbangan. Karena itulah, dalam Upanisad
disebutkan bahwa keberadaan berbagai tanaman yang ada di dunia ini memiliki guna dan
fungsi yang sangat vital bagi manusia. Ada banyak tanaman di muka bumi ini yang
memiliki kegunaan bagi manusia, terutama dalam penyembuhan penyakit. ''Di sini
diwajibkan bagi manusia untuk menghargai alam terutama tumbuh-tumbuhan,'' kata
Suwindia.
d. Budha
Buddha Dhamma berperan besar dalam memecahkan kesulitan para ahli tentang
kesehatan mental, Buddha menunjukkan bahwa setiap orang secara terus-menerus
mendengarkan suatu suara dalam dirinya dan menafsirkan apa yang sedang dirasakannya.
Keseluruhan terapi Buddhis menjadi suatu pedoman yang disebut dengan jalan utama
beruas delapan, yang merupakan terapi penolong dan terapi yang sebenarnya, terapi ini
mencakup prilaku setiap hari dari disiplin mental serta pengenalan terhadap teori filsafat
Buddha Dharma, terapi yang sebenarnya adalah adalah Meditasi (Dhyana) dalam terapi
Buddhis dalam melenyapkan kekacuaan mental memiliki beberapa kesamaan seperti test
wawancara dan diskusi, meditasi mirip dengan teknik terapi perilaku karena
bagaimanapun terdapat beberapa aspek meditasi yang merupakan keunggulan dalam
terapi Buddhis, hal yang penting dalam meditasi adalah perhatian, sempurna dalam
perilaku, suci dalam cara hidup, sempurna dalam sila, terjaga pintu indriya, memiliki
perhatian murni dan pengertian yang jelas. Terapi Buddhis mengatakan bahwa penyebab
tubuh ini menjadi sakit dan sehat adalah karena adanya melalui perasaan jasmani (rasa
sakit) dan keadaan pikiran (emosi-emosi) yang mempengaruhinya. Dengan begitu apabila
tubuh ini ingin tetap sehat hendaknya menyadari segala bentuk-bentuk pikiran emosi-
emosi yang timbul dalam diri. Yang dimaksud dengan bentuk pikiran yang menyebabkan
penderitaan karena mempunyai beberapa hal yaitu : (1). Keserakahan, (2). Harga diri
yang terluka, (3). Iri hati, (4). Kebencian, (5). Kekuatiran (Ruth Walshe, alih bahasa Upi.
Ksantidewi).Tri Ratna adalah obyek penghormatan tertinggi dalam agama Buddha yang
merujuk pada Buddha (sebagai pendiri agama Buddha), Dhamma (ajaran-ajaran Buddha),
dan Sangha (siswa Buddha yang telah memahami dan mendapatkan manfaat dari ajaran
Buddha).

e. Kong Hu Cu
Secara teori ajaran agama untuk kesehatan bersumber pada : Inti Taoisme pencapaian
hidup abadi/bersatu dengan alam semesta. Inti Konfusianisme/Konghucu : moralisme,
menjaga hubungan antar manusia serta manusia dengan langit.Kalau ditanya mengapa
ada patung Buddha di sana selain yang disebutkan oleh saudara Jingkhe mungkin
disebabkan karena inti dari konfusianisme itu sendiri yaitu menjaga hubungan antar
sesama (dengan agama lain) dan dengan langit (Buddha).Pada abad ke-10 sampai ke-12
masayarakat China sendiri berpendapat 3 ajaran adalah satu adanya maka sering terdapat
Buddha, Lao zi, dan Konghucu dalam 1 gambar. Dan klenteng dianggap sebagai tempat
ibadah umat Tridharma tersebut. Agama Khonghucu di Indonesia: Mengangkat
Konfusius sebagai salah satu nabi .

D. Pelayanan Dan Aplikasi Keperawatan Dalam Agama

1. Definisi Pelayanan Keperawatan


Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan
efektif, efisien dan tepat sasaran.
2. Sistem Pelayanan Kesehatan
Keberhasilan sistem pelayanan keehatan tergantung dari berbagai komponen yang masuk
dalam pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan
dan saling mempengaruhi. Sistem terdiri dari: input, proses, output, dampak, umpan balik
dan lingkungan.
a. Input
Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah
sistem. Input pelayanan kesehatan meliputi: potensi masyarakat, tenaga dan sarana
kesehatan, dan sebagainya.
b. Proses
Merupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang diharapkan
dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan meliputi berbagai kegiatan dalam
pelayanan kesehatan.
c. Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan kesehatan dapat
berupa pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga masyarakat sembuh dan
sehat.
d. Dampak
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu yang relatif
lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka kesakitan dan
kematian menurun.
e. Umpan balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari sebuah sistem yang
saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam pelayanan kesehatan
dapat berupa kualitas tenaga kesehatan.
f. Lingkungan
Adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan.
E. Aplikasi Agama dalam Pelayanan Keperawatan.

Keperawatan saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang tampaknya belum akan
segera berakhir. Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan sangat didasari
oleh mother instinct naluri keibuan, mengalami perubahan atau pergeseran yang sangat
mendasar atas konsep dan proses, menuju keperawatan sebagai profesi. Perubahan ini
terjadi karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan secara umum, perkembangan IPTEK dan perkembangan profesi keperawatan
sendiri.Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang
menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara rasionaletis, serta
kematangan untuk bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai direct human care harus
dapat menjawab mengapa seseorang membutuhkan keperawatan, domain keperawatan
dan keterbatasan lingkup pengetahuan serta lingkup garapan praktek keperawatan, basis
konsep dari teori dan struktur substantif setiap konsep menyiapkan substansi dari ilmu
keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk melihat wujud konkrit permasalahan
pada situasi kehidupan manusia dimana perawat atau keperawatan diperlukan
keberadaannya. Secara mendasar, keperawatan sebagai profesi dapat terwujud bila para
profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir analitis, kritis dan logis
terhadap fenomena yang dihadapinya, bertindak secara rasional-etis, serta bersikap
tanggap atau peka terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna jasanya. Sehingga perlu
dikaitkan atau dipahami dengan filsafat untuk mencari kebenaran tentang ilmu
keperawatan guna memajukan ilmu keperawatan.Pengaplikasian Agama dalam pelayanan
keperawatan sangatlah penting dimana dalam memberiakan pelayanan keperawatan yang
dapat memberikan hasil yang maksimal.

F.Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Perilaku Proses Kesehatan


Prospek pengembangan pelayanan kesehatan yang berdasarkan pada perkembangan social
budaya khusunya keperawat sangat cerah pada masa mendatang ditinjau dari kekayaan
budaya di indonesia. Namun dapat menimbulkan masalah dalam penerapan pelayanan
kesehatan ketika budaya tidak sesuai dengan penerapan asuahan keperawatn. Antara
faktor penyokongnya tersedianya sumber kekayaan alam Indonesia dengan
keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia, sejarah pengobatan tradisional yang telah
dikenal lama oleh nenek moyang dan diamalkan secara turun temurun sehingga menjadi
warisan budaya bangsa, isu global back to nature sehingga meningkatkan pasar produk
herbal termasuk Indonesia, krisis moneter menyebabkan pengobatan tradisional menjadi
pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat dan kebijakan pemerintah.
Social budaya erat kaitannya dengan pendekatan ilmu antropoligi yaitu Kata Antropologi
berasal dari bahasa Yunani, anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos
berarti pikiran atau ilmu. Secara sederhana, Antropologi dapat dikatakan sebagai ilmu
yang mempelajari manusia. Tentunya kita akan semakin bertanya-tanya, begitu banyak
ilmu yang mempelajari manusia.
Menurut William A. Haviland, seorang antropologi Amerika, Antropologi adalah ilrnu
pengetahuan yang mempelajari keanekaragaman manusia dan kebudayaannya. Dengan
mempelajari kedua hal tersebut, Antropologi adalah studi yang berusaha menjelaskan
tentang berbagai macam bentuk perbedaan dan persamaan dalam aneka ragam
kebudayaan manusia.
Berusaha mencapai sebuah pemahaman tentang manusia secara fisik, manusia dalam
masyarakatnya, dan manusia dengan kebudayaannya. Secara praktis, Antropologi
berusaha membangun suatu pandangan bahwa perbedaan manusia dan kebudayaannya
merupakan suatu hal yang harus dapat diterima, bukan sebagai sumber konflik tetapi
sebagai sumber pemahaman baru, agar secara terus-menerus manusia dapat
merefleksikan dirinya. Secara praktis, kajian ilmu Antropologi dapat digunakan untuk
membangun masyarakat dan kebudayaannya tanpa harus membuat masyarakat dan
kebudayaan itu, kehilangan identitas atau tersingkir dari peradaban.
Dengan demikian jelas bahwa prospek social budaya dalam pelayanan kesehatan khususnya
keperawatan adalah untuk menerapkan pendekatan antropologi yang berorintasi pada
keaneka ragaman budaya baik antar budaya maupaun lintas budaya terhadap asuhan
keperawatan yang tidak membedakan perbedaan budaya dan melaksanakan sesuai dengan
hati nurari dan sesuai dengan standar penerapan tanpa membedakan suku, ras, budaya,
dan lain-lian
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk
tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan
adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan,
menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat
dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori
keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory,
midle range theory dan practice theory.Salah satu teori yang diungkapkan pada midle
range theory adalah Transcultural Nursing
Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep. keperawatan yang didasari oleh pemahaman
tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger
beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-
nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh
perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan danbeberapa mengalami
disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang
mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara diperbolehkan seseorang untuk
mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat
memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau
menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis
atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau
memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu
pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada
penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.

1. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan /
mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah / mengganti
budaya klien (Leininger, 1991).yang prospeknya terdiri dari :
Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang
relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi

Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien se
dang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti denga
n sumber protein hewani yang lain.
Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi
tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan
sesuai dengan keyakinan yang dianut
2. Proses keperawatan
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model). Geisser (1991). menyatakan bahwa proses keperawatan ini
digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap
masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan
dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
klien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian
dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :
1. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi
sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang
harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang
klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur
dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang
dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai
sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995).
Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk
klien yang dirawat
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga
7. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga
tidak terulang kembali.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995) Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih
strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai
denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang
ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan
dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance

1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat


2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

b. Cultural care accomodation/negotiation


1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.

c. Cultual care repartening/reconstruction

1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang


diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing- masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya
akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien
maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat
dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankn
budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui
evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya
klien.

G. Konsep Sehat dan Sakit Menurut Budaya Masyarakat

Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor
faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya.
Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami
dalam konteks pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu
pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit
ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses
yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan
lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau
gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu.
Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia
tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit.
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai
masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social
budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan
masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan
resultante dari 4 faktor yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological
balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif,
dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling
besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -
faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan
yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut
dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, social dan pengertian profesional yang
beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan
kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat
dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek. WHO mendefinisikan
pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun
kesejahteraan social seseorang. Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna
jasmaninya?
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin biobudaya yang
memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku
manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah
kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri
ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa
seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar.
Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern,
mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit
adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya
seperti panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu,
dan badan lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam
masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan
sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih ada di
beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah
sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka tinggal
terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik
penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.
Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain
akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan
muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa
hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum dan
dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana
dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib,
roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya. Pada sebagian
penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram
air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun dan pemuka
masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Peran agama di dunia keperawatan itu sangat penting, untuk menjadikan seorang perawat
profesional akhlak yang baik dan terampil menangani pasien. Dengan memiliki etika dan
khlak yang baik perawat profesional dapat membedakan antara yang baik dan buruk.
Peran keperawatan dalam setiap agama berbeda , jadi sebagai seseorang perawat
profesional kita harus memahami agama masing-masing, bagaimana kebiasaan mereka.
Agar kita dapat menerapkan keahlian dengan posisi yang benar tanpa membedakan
agama. Kaidah dan etika agama dalam kesehatan berbeda-berbeda tergantung
kepercayaaan dari agama masing-masing.

B. Saran

Kami para penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca makalah ini.
Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat mengaplikasikanya nanti. dapat
mengetahui bagaimana system medis menurut kepercayaan atau agama dan system medis
tradisional ,apalagi sisi positif dan negatif dari pengobatan system medis menurut
kepercayaan dan system medis tradisional.

Anda mungkin juga menyukai