Anda di halaman 1dari 36

BAB I

TINJAUAN TEORI
A. BBLR
1. Definisi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).
(Sarwono Prawirohardjo, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
2004)
BBLR adalah kelainan berat badan bayi yang bisa disebabkan karena
prematuritas ataupun dismaturitas
(Perawatan bayi resiko tinggi, hal 46, EGC, 2006)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
(Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah.
Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta :
2004 ; 307-313)

2. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan
Ismawati, 2010) :
a. Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500
gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang
dari 1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 1


biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
(NKB-SMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK).

3. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati
dan Ismawati, 2010).
a. Faktor ibu
1) Penyakit
Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia <
20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
Aktivitas fisik yang berlebihan
Perkawinan yang tidak sah
b. Faktor Janin

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 2


Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor Plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

4. Tanda Gejala BBLR


Karena beratnya kurang dari 2500 gram, bayi baru lahir dengan berat lahir
rendah, kurus dan lemak di bawah kulitnya sangat sedikit.
a. Tanda-tanda Bayi Prematur
Kulit tipis dan mengkilap
Tulang rawan telinga sangat lunak
Lanugo banyak terutama pada punggung
Jaringan payudara belum terlihat, puting berupa titik
Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora
Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang
belum turun
Kadang disertai dengan Pernapasan tidak teratur
Aktifitas dan tangisanya lemah
Menghisap dan menelan tidak efektif
b. Tanda-tanda Bayi KMK
Umur janin umumnya cukup tetapi beratnya kurang dari 2500 gram
Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat
Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
Mengisap cukup kuat

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 3


Umur bayi dalam kandungan tidak selamanya diketahui. Semakin
muda umur bayi dalam kandungan atau semakin kecil bayi maka
risiko mengalami masalah semakin besar
Secara Umum Tanda gejalanya adalah sebagai berikut :
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badat sama dengan atau kurang dari 2500 gram
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
e. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
f. Lingkar kepala kurang dari atau sama dengan 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.
j. Tumit mengilap, telapak kaki halus
k. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan
klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora.
l. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang matang, mengakibatkan refleks
isap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya
lemah.
m. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak
(Perawatan bayi Resiko Tinggi, hal 32, EGC, 2006)

5. Komplikasi Pada BBLR


BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan
yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang
belum stabil (Surasmi, dkk., 2002).
a. Ketidakstabilan suhu tubuh

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 4


Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36C- 37C
dan segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang
umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada
kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan
untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi
panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
memadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan,
produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai,
belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas
permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga
mudah kehilangan panas.
b. Gangguan pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi
yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu
lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko
terjadinya aspirasi.
c. Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui
plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi
kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan.
Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi terganggu.
Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan
seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.
d. Masalah gastrointestinal dan nutrisi
Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang menurun,
lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut dalam
lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus, menurunnya
cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh,
meningkatnya resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). Hal ini
menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat dan penurunan berat badan bayi.
e. Imaturitas hati

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 5


Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan
timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi
perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi
bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan
dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.
f. Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah
ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan
terhentinya pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat
mempertahankan kadar gula darah selama 72 jam pertama dalam kadar
40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.
Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena stress
dingin akan direspon bayi dengan melepaskan noreepinefrin yang
menyebabkan vasokonstriksi paru. Efektifitas ventilasi paru menurun
sehingga kadar oksigen darah berkurang. Hal ini menghambat
metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang berakibat
pada penghilangan glikogen lebih banyak sehingga terjadi hipoglikemi.
Nutrisi yang tak adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori yang
rendah juga dapat memicu timbulnya hipoglikemi.

6. Penatalaksanaan BBLR
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan
bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus
diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan yang
dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis.
Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) :
a. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen
dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 6


beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang
pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan
tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi
yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan
penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema
paru dan retinopathy of prematurity.
b. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya
respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan
panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas
merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular,
neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan
yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan
pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu aksilar
optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5C 37,5C, sedangkan menurut
Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7C 37,3C.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat
dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
1) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi
dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain
sebagai penggantinya.
2) Pemancar pemanas
3) Ruangan yang hangat
4) Inkubator
Tabel 2.1 Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat
BERAT SUHU INKUBATOR (C) MENURUT UMUR
BAYI 35C 34C 33C 32C
<1500 gr 1-10 hari 11 hari- 3 minggu 3-5 minggu >5 minggu
1500-2000 gr 1-10 hari 11 hari-4 minggu >4 minggu
2100-2500 gr 1-2 hari 3 hari- 3 minggu >3 minggu
>2500 gr 1-2 hari >2 hari

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 7


Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator 1C setiap
perbedaan suhu 7C antara suhu ruang dan incubator
c. Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua
bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR
imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan denan
penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi
antara lain :
1) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus
melakukan cuci tangan terlebih dahulu.
2) Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara
teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
3) Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki
ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau
disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker ataupun
sarung tangan untuk mencegah penularan.
d. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting
pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi
(70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini
dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik
diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang
sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.
e. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR
tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka
karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum
sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi
ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui
parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 8


Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran
dalam pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme
oral-faring dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu
cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi
kapasitas mereka dalam menerima makanan. Toleransi yang berhubungan
dengan kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada evaluasi status
respirasi, denyut jantung, saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi
normal dapat menunjukkan stress dan keletihan.
Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap,
menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan
penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan
menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung.
Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami
distensi abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan. Kapasitas
lambung berdasarkan umur dapat diukur sebagai berikut (Jones, dkk.,
2005) :
Tabel 2.2 Kapasitas lambung berdasarkan umur
Umur Kapasitas (ml)
Bayi baru lahir 10-20
1 minggu 30-90
2-3 mingu 75-100
1 bulan 90-150
3 bulan 150-200
1 tahun 210-360

f. Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah
menghemat energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin.
Bayi yang dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian ,
tetapi hanya membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan
melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu,
observasi dapat dilakukan tanpa harus membuka pakaian.

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 9


Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas
bernafas, minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat
kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu terang
meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat
beristirahat lebih banyak.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan
menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan,
pola tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik
dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup.
PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi sehingga waktu
tidur bayi akan lebih lama dan mengurangi stress pada bayi sehingga
mengurangi penggunaan energi oleh bayi.
g. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang
khusus. Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang
diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual.
Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang
bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara
yang paling baik adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter,
perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan, menggendong,
atau membelai memberikan rangsang sentuhan.
Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama
PMK karena selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap
dengan lembut punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan
memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori
motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea.
h. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak
diharapkan dan membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi.
Orang tua biasanya memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya,

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 10


apalagi perawatan bayi di unit perawatan khusus mengharuskan bayi
dirawat terpisah dari ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga
merasa bersalah terhadap kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan
marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi memerlukan dukungan dari
perawat.
Perawat dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam
menghadapi krisis emosional, antara lain dengan memberi kesempatan
pada orang tua untuk melihat, menyentuh, dan terlibat dalam perawatan
bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui metode kanguru karena melalui
kontak kulit antara bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa lebih
nyaman dan percaya diri dalam merawat bayinya. Dukungan lain yang
dapat diberikan perawat adalah dengan menginformasikan kepada orang
tua mengenai kondisi bayi secara rutin untuk meyakinkan orang tua
bahwa bayinya memperoleh perawatan yang terbaik dan orang tua selalu
mendapat informasi yang tepat mengenai kondisi bayinya.

7. Pertumbuhan Fisik BBLR


a. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran yang terjadi pada individu
yang lebih muda pada semua spesies (Jones, dkk., 2005).
Pertumbuhan adalah perubahan besar, jumlah , ukuran atau dimensi
sel, organ maupun individu yang diukur dengan ukuran berat, ukuran
panjang, umur tulang, dan keseimbangan metabolik (Chamley, dkk.,
2005).
b. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam
(dari bayi sendiri) maupun dari luar, antara lain (Jones, dkk., 2005) :
1) Asupan nutrisi yang tidak adekuat
Pada periode awal setelah kelahiran, metabolisme yang belum
stabil dapat menganggu penyerapan nutrisi yang mengakibatkan
kegagalan pada tahap awal pertumbuhan. Asupan nutrisi dapat pula

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 11


terganggu karena beberapa hal, termasuk adanya intoleransi makanan,
dugaan NEC (Necrotizing Enterocolitis), atau gastro-oesophageal
reflux yang parah.
2) Ketidakmatangan pencernaan dan penyerapan nutrisi
Pada minggu pertama setelah kelahiran, BBLR yang menerima
nutrisi enteral menunjukkan pertumbuhan yang kurang oleh karena
fungsi pencernaan yang belum matang dan penyerapan lemak yang
kurang baik.
3) Pembatasan cairan
Pembatasan cairan mungkin diperlukan pada beberapa kondisi,
akan tetapi dapat berakibat pada pertumbuhan bayi. Pertumbuhan
menjadi terhambat, dan hal ini terjadi pada waktu pertumbuhan
seharusnya sangatlah pesat. Oleh karena itu, pembatasan cairan harus
dipertimbangkan dengan benar.
4) Peningkatan kebutuhan energi
Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan
kebutuhan energi, misalnya kedinginan atau stress fisik karena
ketidaknyamanan yang dirasakan oleh bayi. Bayi dengan kondisi
jantung tertentu dan beberapa penyakit paru kronis mengalami
peningkatan penggunaan energi.
Kontak kulit secara langsung antara bayi dengan ibunya
melalui PMK dapat mencegah bayi terjadi hipotermi karena terjadi
perpindahan panas dari tubuh ibu ke bayinya sehingga suhu bayi
selalu stabil. Selain itu, PMK akan membuat bayi menjadi lebih
nyaman dan tidak stress serta meningkatkan kemampuan dan
kepercayaan diri ibu dalam merawat dan menyusui bayi. Hal ini dapat
meminimalkan penggunaan energi oleh bayi sehingga energi yang ada
dapat digunakan untuk pertumbuhannya. Bayi yang mengalami stress
fisik dapat berakibat peningkatan denyut jantung dan pernafasan bayi
sehingga meningkatkan kebutuhan tubuh akan oksigen dan energi.

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 12


Bohnhorst dan Heyne (2001) meneliti tentang manfaat PMK
terhadap pernafasan dan termoregulasi pada 22 bayi BBLR dengan
usia gestasi antara 24-31 minggu didapatkan hasil pada pengukuran
suhu rektal terdapat peningkatan suhu setelah dilakukan PMK dari
36,2-37,4C menjadi 36,6-38,6C.
5) Penggantian sodium yang tidak adekuat
Bayi prematur mempunyai kebutuhan sodium yang tinggi
karena fungsi ginjal yang belum matang sehingga memerlukan jumlah
sodium yang lebih banyak untuk mempertahankan sodium serum tetap
normal.
6) Kurang lemak susu
Cara menyusui yang kurang benar, yaitu menyusui tetapi tidak
sampai payudara kosong dapat mengakibatkan asupan lemak susu
berkurang karena kandungan ASI yang paling kaya akan lemak adalah
ASI yang terakhir keluar. Melalui PMK ibu juga diajarkan cara
menyusui yang benar sehingga ibu dapat menyusui dengan benar dan
lebih percaya diri.
7) Pemberian steroid pasca lahir
Pemberian steroid atau dexamethasone dapat mempengaruhi
pertambahan berat dan panjang badan. Hal ini disebabkan obat
meningkatkan katabolisme sehingga pemecahan protein dipercepat.
Pada kondisi ini peningkatan asupan protein tidak terlalu bermanfaat
karena dapat memicu stress metabolik.
8) Kurang aktivitas
Kurang aktivitas dalam jangka waktu lama mempengaruhi
pertambahan berat badan dan pertumbuhan tulang. Aktivitas ini bukan
hanya aktivitas aktif tetapi juga pasif. Peran perawat sangat diperlukan
dalam mengupayakan aktivitas pasif pada bayi, misalnya dengan
mengubah posisi dan memberi pijatan ringan pada bayi.
Pemberian aktivitas pasif pada bayi dapat dilakukan melalui
PMK karena selama aktivitas ini ibu dianjurkan untuk memberikan

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 13


sentuhan fisik secara lembut kepada bayi untuk merangsang
psikomotor bayi. Penelitian yang dilakukan oleh Feldman dan
Eidelman (2002) pada 73 bayi preterm yang dilakukan PMK secara
termitten dan diikuti perkembangannya selama 6 bulan, memberikan
dampak positif pada perkembangan neurophysiological, kognitif, dan
perkembangan motorik serta proses parenting.
c. Penilaian pertumbuhan Fisik
Indikator pertumbuhan fisik dapat dinilai dari berat badan, panjang
badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan lipatan kulit. Akan tetapi
pengukuran yang paling mudah dan sering digunakan pada bayi untuk
memantau dan menilai pertumbuhannya adalah kenaikan berat badan
(Kosim Sholeh, 2005).
Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir 1500 gr dan 15% untuk bayi dengan berat
lahir < 1500 gr ). Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari
kecuali apabila terjadi komplikasi. Setelah berat lahir tercapai kembali,
kenaikan berat badan selama tiga bulan seharusnya :
1) 150-200 gr seminggu untuk bayi < 1500 gr ( misalnya 20-30 gr/hr)
2) 200-250 gr seminggu untuk bayi 1500-2500 gr ( misalnya 30-35
gr/hari)
d. Cara mengukur berat badan BBLR
Pengukuran berat badan bertujuan untuk menilai apakah pemberian
nutrisi dan cairan sudah adekuat, mengidentifikasi masalah yang masalah
yang berhubungan dengan BBLR, memantau pertumbuhan, serta
menghitung dosis obat dan jumlah cairan.
Pengukuran dilakukan dua kali seminggu (kecuali kalau diperlukan
lebih sering) sampai berat badan meningkat pada tiga kali penilaian
berturut-turut dan kemudian dinilai seminggu sekali selama bayi masih
dirawat di rumah sakit. Kenaikan berat badan minimum 15 gr/kgBB/hari
selama tiga hari.

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 14


Peralatan yang digunakan adalah timbangan dengan ketepatan 5-10
gr yang dibuat khusus untuk menimbang bayi. Alat timbangan harus
ditera sesuai petunjuk,atau lakukan peneraan sekali seminggu atau setiap
kali alat dipindahkan tempatnya jika buku petunjuk tidak ada.
Cara penimbangan adalah : sebelumnya beri alas kain yang bersih
di atas papan timbangan, letakkan bayi dalam keadaan telanjang dengan
hati-hati di atas alas, tunggu sampai bayi tenang untuk ditimbang,
selanjutnya baca skala berat badan sampai 5-10 gr terdekat. Catat berat
badan dan hitung kenaikan/penurunan berat badan.

B. PERAWATAN METODE KANGGURU (PMK)


1. Definisi
Perawatan metode kanguru merupakan suatu cara khusus dalam merawat
bayi BBLR dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan
kulit ibu yang berguna untuk membantu perkembangan kesehatan bayi
melalui peningkatan kontrol suhu, menyusui, pencegahan infeksi, dan
kontak ibu dengan bayi (KMC India Network, 2004).
Depkes RI (2004) mendefinisikan perawatan metode kanguru sebagai
suatu cara perawatan untuk bayi BBLR terutama dengan berat lahir <
2000 gram melalui kontak kulit dengan kulit antara ibu dengan bayinya
dimulai di tempat perawatanditeruskan di rumah, dikombinasi dengan
pemberian ASI yang bertujuan agar bayi tetap hangat.

2. Manfaat Perawatan Metode Kanguru


Perawatan metode kanguru memberikan manfaat tidak hanya untuk
perkembangan kesehatan bayi tetapi juga bagi penyembuhan psikologis ibu
sehubungan dengan kelahiran preterm dan memperoleh kembali peran
keibuan. Adapun manfaat perawatan metode kanguru sebagai berikut
(Depkes RI, 2008; WHO, 2003) :
a. Manfaat pada bayi

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 15


1) Mempertahankan suhu tubuh, denyut jantung, dan frekuensi
pernapasan relatif terdapat dalam batas normal.
2) Memperkuat sistem imun bayi sehingga menurunkan kejadian
infeksi nosokomial, penyakit berat, atau infeksi saluran pernafasan
bawah.
3) Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan sehingga
menurunkan stress pada bayi.
4) Menurunkan respon nyeri fisiologis dan perilaku
5) Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat dan memperbaiki
pertumbuhan pada bayi prematur.
6) Meningkatkan ikatan ibu dan bayi.
7) Memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan perkembangan
kognitif bayi.
8) Waktu tidur bayi menjadi lebih lama.
9) Memperpendek masa rawat.
10) Menurunkan resiko kematian dini pada bayi.
11) Mencegah kolik pada bayi.
12) Meningkatkan perkembangan motorik bayi.
13) Mempertahankan homeostasis.
b. Manfaat bagi ibu
Berdasarkan beberapa penelitian, PMK memberikan manfaat pada ibu
antara lain :
1) Mempermudah pemberian ASI
2) Ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi.
3) Hubungan lekat antara ibu dan bayi lebih baik.
4) Ibu lebih sayang pada bayinya.
5) Memberikan pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu.
6) Meningkatkan produksi ASI.
7) Meningkatkan lama menyusui dan kesuksesan dalam menyusui.
c. Manfaat bagi petugas kesehatan

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 16


Memberikan manfaat dari segi efisiensi tenaga, karena ibu lebih banyak
merawat bayinya sendiri. Dengan demikian beban kerja petugas akan
berkurang.
d. Manfaat bagi institusi kesehatan
Ada tiga manfaat bagi fasilitas pelayanan kesehatan melalui penerapan
PMK yaitu:
1) Lama perawatan lebih pendek, sehingga tempat perawatan dapat
digunakan bagi pasien lain yang memerlukan
2) Pengurangan penggunaan fasilitas (listrik, inkubator, alat canggih
lain)
3) Efisiensi anggaran
e. Manfaat bagi negara
Peningkatan penggunaan ASI jika dilakukan dalam skala makro dapat
menghemat devisa negara ( import susu formula )

3. Kriteria pelaksanaan PMK


Pada umumnya bayi yang memenuhi kriteria untuk dilakukan PMK
adalah bayi BBLR dengan berat lahir 1800 gram, tidak ada kegawatan
pernafasan dan sirkulasi, tidak ada kelainan kongenital yang berat,dan
mampu bernafas sendiri. PMK dapat ditunda hingga kondisi kesehatan bayi
stabil dan ibu siap untuk melakukannnya
Pada bayi yang masih dirawat di NICU atau masih memerlukan
pemantauan kardiopulmonal, oksimetri, pemberian oksigen tambahan atau
pemberian ventilasi dengan tekanan positif (CPAP), infus intra vena, dan
pemantauan lain, hal tersebut tidak mencegah pelaksanaan PMK melalui
pengawasan dari petugas kesehatan.

4. Persyaratan PMK
Persiapan yang dilakukan tidak hanya meliputi persiapan bayinya saja tetapi
juga kesiapan ibu dan keluarga, petugas kesehatan, dan lingkungan yang
mendukung (Depkes RI, 2008; WHO, 2003).

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 17


1) Formulasi dari kebijakan
Penerapan PMK dan berbagai petunjuk pelaksanaannya harus difasilitasi
oleh pembuat kebijakan kesehatan yang mendukung disemua tingkat
pelayanan. Adapun kebijakan nasional diperlukan untuk menjamin
integrasi yang efektif dari sistem kesehatan, pendidikan, serta pelatihan
yang ada.
2) Organisasi pelayanan dan tindak lanjut
Setiap fasilitas kesehatan yang menerapkan PMK harus memiliki
kebijakan dan petunjuk tertulis yang disesuaikan dengan kondisi dan
budaya lokal tetapi tetap mengacu pada petunjuk nasional maupun
internasional. Tindak lanjut dilakukan oleh petugas kesehatan terlatih
yang tinggal berdekatan dengan tempat tinggal ibu.
3) Petugas kesehatan yang terlatih
Petugas kesehatan yang ada seperti dokter dan perawat harus memiliki
pelatihan dasar tentang pemberian ASI dan pelaksanaan PMK serta
berpengalaman dalam memberikan PMK.
4) Peralatan dan perlengkapan
a. Tersedianya peralatan emergency (oksigen, isap lendir, stetoskop, alat
resusitasi, termometer, oksimetri)
b. Timbangan bayi
c. Kursi yang nyaman untuk PMK (ada sandaran punggung dan tangan)
atau tempat tidur

Gambar Kursi untuk PMK

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 18


d. Lingkungan ruangan yang nyaman dilengkapi ruang konseling,
wastafel, dan kamar mandi
e. Baju kanguru atau kain panjang, pakaian ibu atau jas
pelindung/kimono, topi, kaus kaki, dan sarung tangan bayi

Gambar Macam baju kanguru


5) Kesiapan ibu dan keluarganya
Kesiapan ibu meliputi komunikasi, edukasi, adaptasi, personal hygiene
baik. Jika ibu baru saja merokok, mintalah untuk mandi sebelum PMK
dan berhenti merokok selama beberapa waktu sebelum melakukan PMK.
6) Kesiapan bayi
Kesiapan bayi meliputi kondisi bayi telah stabil dan hemodinamik stabil
(frekuensi jantung, pefusi jaringan, pulse oksimetri, frekuensi nafas, suhu
tubuh, aktifitas).

5. Memulai Perawatan Metode Kanguru


Perawatan metode kanguru pada BBLR dapat dilakukan dalam dua cara :
a. PMK intermitten
PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu
mengunjungi bayinya yang masih dalam perawatan di inkubator dengan
durasi minimal 1 jam secara terus menerus dalam 1 hari. Metode ini
dilakukan di fasilitas unit perawatan khusus ( level 2) dan intensif ( level
3).

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 19


b. PMK kontinu
PMK yang diberikan sepanjang waktu yang dapat dilakukan di unit rawat
gabung.

6. Komponen Perawatan Metode Kanguru


Empat komponen yang terdapat dalam PMK meliputi :
a. Kangarooo position (posisi)
Bayi diletakkan diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi
menempel ke dada ibu. Posisi ini disebut juga dengan kontak kulit ke
kulit antara ibu dengan bayinya. Posisi bayi diamankan dengan
menggunakan baju kanguru atau kain panjang. Kepala bayi dipalingkan
ke sisi kanan atau kiri dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Posisi
kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran nafas bayi tetap
terbuka dan memberi peluang terjadinya kontak mata antara ibu dan bayi.
Hindari posisi kepala terlalu fleksi atau ekstensi. Tungkai bayi haruslah
dalam posisi kodok (frog position), tangan harus dalam posisi fleksi.
Ikatkan dengan kuat kain/baju kanguru agar bayi tidak terjatuh.
Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya berada di sekitar
epigastrium ibu sehingga bayi dapat melakukan pernapasan perut. Napas
ibu akan merangsang bayi. Setelah bayi menempel pada ibu, pakaikan
ibu baju kimono atau hem besar agar kehangatan bayi tetap terjaga.
Berikut adalah cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari baju
kanguru :
1) Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan di belakang leher sampai
punggung bayi.
2) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya agar kepala bayi tidak tertekuk dan tak menutupi saluran
napas ketika bayi berada pada posisi tegak.
3) Tempatkan tangan lainnya di bawah pantat bayi.

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 20


Gambar Memposisikan bayi untuk PMK

Gambar Ibu memakai baju kimono/hem besar

b. Kangaroo nutrition (nutrisi)


Posisi kangaru sangat ideal bagi proses menyusui, melalui PMK
proses menyusui menjadi lebih berhasil dan sebagian besar bayi yang
dipulangkan memperoleh ASI. Untuk pertama kali menyusui, ambil bayi
tersebut dari baju kanguru lalu bungkus atau diberi pakaian,lalu tunjukan
pada ibu cara menyusui yang benar. Kemudian letakan bayi dalam posisi
kanguru dan beritahu ibu agar bayi dalam posisi melekat yang benar.

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 21


Biarkan bayi menghisap selama ia mau. Meskipun bayi belum dapat
menghisap dengan baik dan lama, anjurkan menyusui terlebih dahulu,
kemudian gunakan metode minum yang lain.
Bayi pada kehamilan kurang dari 30 sampai 32 minggu biasanya
perlu diberi minum melalui pipa lambung. Pemberian minum melalui
pipa dapat dilakukan saat bayi berada dalam posisi kanguru. Pada bayi
dengan masa kehamilan 32 sampai 34 minggu dapat diberi minum
melalui gelas kecil. Pemberian minum dapat diberikan 1 atau 2 kali
sehari saat bayi masih diberi minum melalui pipa lambung. Jika bayi
dapat minum melalui gelas dengan baik maka pemberian minum melalui
pipa dapat dikurangi. Pada saat minum melalui gelas, maka bayi
dikeluarkan dari posisi kanguru.
Pada bayi dengan usia kehamilan 32 minggu atau lebih biasanya
sudah dapat mulai menyusu pada ibu. Bayi sudah bisa menelan tetapi
belum dapat nenghisap secara kuat. Pada bayi dengan usia kehamilan 34
sampai 36 minggu atau lebih dapat memenuhi semua kebutuhannya
langsung dari ASI. Reflek hisap yang efektif baru timbul pada bayi degan
usia kehamilan 34 minggu.
c. Kangaroo support (dukungan)
Bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik maupun
emosional. Dukungan dapat diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh
anggota keluarga, ibu, dan masyarakat.
1) Dukungan emosional
Ibu memerlukan dukungan dari keluarga untuk melakukan PMK.
2) Dukungan fisik
Istirahat dan tidur yang cukup sangat penting bagi ibu agar dapat
melakukan PMK.
3) Dukungan edukasi
Pemberian informasi yang dibutuhkan sangat penting bagi ibu dan
keluarganya agar dapat memahami seluruh proses PMK dan
manfaatnya. Hal ini menentukan keberhasilan ibu dalam melakukan

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 22


PMK baik di rumah sakit ataupun di rumah. Melaksanakan PMK
sebaiknya keputusan sendiri dari ibu setelah memahami PMK dan
bukan dianggap suatu kewajiban.
d. Kangaroo discharge (pemulangan)
Bayi diperbolehkan pulang dengan tetap dilakukan PMK dirumahnya.
Lingkungan keluarga sangat penting untuk kesuksesan PMK. Bayi dapat
dipulangkan dari rumah sakit ketika telah memenuhi kriteria :
1) Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik, tidak ada
apneu atau infeksi.
2) Bayi dapat minum dengan baik (menyusui atau menggunakan gelas).
3) Berat bayi telah kembali ke berat awal dan selalu bertambah (kurang
lebih 15 gram/kg/hr) selama 3 hari berturut-turut.
4) Ibu mampu merawat bayi dapat datang secara teratur untuk
melakukan follow-up.

7. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan PMK


Ada 10 langkah menuju keberhasilan perawatan metode kanguru yaitu
(Haksari, 2010) :
a. Mempunyai kebijakan tertulis tentang kangaroo mother care / PMK yang
dikomunikasikan secara rutin pada staf yang merawat bayi baru lahir.
b. Melatih seluruh staf terkait bayi baru lahir tentang ketrampilan yang
diperlukan untuk melaksanakan kebijakan yang sesuai.
c. Menginformasikan keuntungan dan tata laksana PMK pada seluruh ibu
hamil
d. Membantu ibu dengan bayi cukup bulan sehat untuk memulai PMK.
Membantu ibu dengan sesar dan kurang bulan, bayi sakit untuk PMK
sesegera mungkin dan memonitor bayi untuk memastikan toleransi tanpa
gangguan fisiologis dan perilaku.
e. Menunjukkan pada ibu cara memposisikan bayi untuk pemindahan yang
aman dan PMK yang aman (kepala tegak di tengah, tidak fleksi atau

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 23


hiperekstended, bayi dalam keadaan aman dan tidak akan jatuh atau
keluar dari posisi PMK).
f. Lakukan 24/7 kangaroo care, menganjurkan ibu dan bayinya untuk
melakukan kontak kulit dengan kulit selama 24 jam perhari, 7 hari
seminggu sampai pemulangan.
g. Berikan bayi baru lahir dan bayi sedikitnya 1 jam PMK setiap pemberian,
jika PMK 24/7 tidak dapat dilakukan.
h. Mendorong dilakukannya PMK untuk kebutuhan bayi akan kehangatan
dan kenyamanan.
i. Berikan isolasi panas yang adekuat (tutup kepala, selimut hangat, atau
kain penutup penghangat yang dibutuhkan)
j. Bantu berkembangnya dukungan PMK bagi ibu melalui poster, buku
yang berisi tentang artikel PMK, dokumen pasien yang dilakukan PMK,
dan kelompok pendukung yang dapat membantu tetap dilakukannya
PMK setelah pemulangan.

8. Penerapan PMK
PMK terutama digunakan pada perawatan BBLR/ prematur di beberapa
rumah sakit dengan katagori sebagai berikut:
a. Rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas untuk merawat bayi BBLR.
Pada keadaan ini PMK merukan satu-satunya pilihan perawatan karena
jumlah inkubator dan perawat tidak memadai.
b. Rumah sakit yang memiliki tenaga dan fasilitas tetapi terbatas dan tidak
mampu merawat semua bayi BBLR. PMK menjadi pilihan jika
dibandingkan dengan perawatan konvensional dengan menggunakan
inkubator.
c. Rumah sakit yang memiliki tenaga dan fasilitas yang memadai disini
PMK bermanfaat untuk meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi,
mengurangi resiko infeksi, meningkatkan ASI, dan mempersingkat lama
perawatan di rumah sakit.

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 24


9. Cheklist Metode Kangguru dengan Menggunakan Selendang
Kangguru
Petunjuk Penilaian

0 (Tidak dikerjakan) : Langkah/ kegiatan yang seharusnya dilakukan


tidak dilakukan.
Nilai 1 (Perlu perbaikan) : Langkah/ kegiatan belum dikerjakan secara baik
dan benar, dan beberapa langkah tidak dilakukan.
Nilai 2 (Baik) : Langkah/ kegiatan dikerjakan dengan baik dan
benar, tetapi tidak sesuai urutannya
Nilai 3 (Sangat baik) : Langkah/ kegiatan dikerjakan dengan baik dan
benar serta sesuai dengan urutannya.

Beri tanda () dalam kolom yang tersedia disebelah kanan sesuai dengan
tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa.

SKOR
NO KEGIATAN
0 1 2 3
1. Menyiapkan alat alat
1. Kain Gendongan kanguru
2. Washlap 2
3. Baskom 2
4. Air hangat
5. Handuk besar 2
6. Handuk kecil 1
7. Sketsel
8. Baju bayi
9. Popok bayi 2
10. Topi bayi
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai prosedur
yang akan dilakukan.
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai
prosedur / tindakan yang akan dilakukan maka
ibu biasanya lebih mudah diajak untuk
bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun
dan air mengalir, lalu mengeringkannya.

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 25


Untuk pencegahan infeksi sebelum
melaksanakan tindakan, lepaskan perhiasan
dari lengan dan tangan
5. Melepaskan pakaian Ibu bagian atas. Lalu
membersihkan bagian dada ibu dengan washlap
dengan di tutup handuk dan mengeringkannya
dengan handuk
6 Melepaskan pakaian bayi, bayi hanya memakai
popok, topi. Bila bayi BAB atau BAK segera
ganti popok.
7. Meletakkan bayi dalam posisi vertikal, dapat
ditengah payudara atau sedikit kesamping kanan
/ kiri sesuai dengan kenyamanan bayi dan ibu.
Jaga posisi tetap vertikal dan usahakan bayi
kontak langsung dengan kulit ibu. Jaga nafas
bayi jangan sampai tertutup
8. Memakaikan kain gendongan kanguru dan
ikatkan kain untuk mengendong bayi.
Pastikan ikatan kuat
10. Memakaikan baju kepada Ibu, agar ibu merasa
nyaman. Dan pakaikan tutup kepala bayi.
11. Periksa suhu tubuh bayi ketika bayi masih
berada dalam dekapan ibu. Kemudian catat
hasilnya.
12. Memeriksa ulang ikatan.
Pastikan keamanan bayi agar tidak
tergelincir
13. Ibu memakai selendang kangguru secara terus
menerus agar bayi selalu dalam keadaan hangat.
Pantau keadaan bayi : suhu, warna kulit,
pernafasan, gerak, kuatnya menetek dan beri
ASI sesering mungkin
14. Jika suhu diukur sudah stabil atau normal maka
lepaskan bayi dari dekapan ibu dan letakkan

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 26


bayi dalam tempat yang mempunyai suhu
hangat untuk tetap mempertahankan suhu tubuh
bayi yang stabil tadi. Jangan sampai bayi dalam
keadaan tubuh terbuka.
15. Rapikan peralatan yang sudah digunakan.
Setelah selesai, cuci tangan kembali.
Total Nilai

10. Checklist Metode Kangguru Dengan Menggunakan Baju Kangguru

Petunjuk Penilaian

0 (Tidak dikerjakan) : Langkah/ kegiatan yang seharusnya dilakukan


tidak dilakukan.
Nilai 1 (Perlu perbaikan) : Langkah/ kegiatan belum dikerjakan secara baik
dan benar, dan beberapa langkah tidak dilakukan.
Nilai 2 (Baik) : Langkah/ kegiatan dikerjakan dengan baik dan
benar, tetapi tidak sesuai urutannya
Nilai 3 (Sangat baik) : Langkah/ kegiatan dikerjakan dengan baik dan
benar serta sesuai dengan urutannya.

Beri tanda () dalam kolom yang tersedia disebelah kanan sesuai dengan
tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa.

SKALA
NO KEGIATAN
0 1 2 3
1. Menyiapkan alat alat
1. Baju kanguru
2. Washlap 2
3. Baskom 2
4. Air hangat
5. Handuk besar 2
6. Handuk kecil 1
7. Sketsel
8. Baju bayi
9. Popok bayi 2
10. Topi bayi

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 27


2. Menjelaskan kepada ibu mengenai prosedur
yang akan dilakukan.
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai
prosedur / tindakan yang akan dilakukan
maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk
bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun
dan air mengalir, lalu mengeringkannya.
Untuk pencegahan infeksi sebelum
melaksanakan tindakan, lepaskan perhiasan
dari lengan dan tangan
5. Melepaskan pakaian Ibu bagian atas. Lalu
membersihkan bagian dada ibu dengan
washlap dengan di tutup handuk dan
mengeringkannya dengan handuk
6 Melepaskan pakaian bayi, bayi hanya
memakai popok, topi. Bila bayi BAB atau
BAK segera ganti popok.
7. Memakaikan baju kangguru ke ibu atau baju
dengan bahan yang dapat renggang (bahan
kaos) dan berukuran longgar
8. Meletakkan bayi di dalam baju kangguru
dengan posisi vertikal, dapat ditengah
payudara atau sedikit kesamping kanan / kiri
sesuai dengan kenyamanan bayi dan ibu.
Pegang bayi dengan hati-hati agar bayi tidak
jatuh.
Jaga posisi tetap vertikal dan usahakan bayi
kontak langsung dengan kulit ibu. Jaga nafas
bayi jangan sampai tertutup
9. Mengikat bagian bawah bayi di perut ibu
dengan selendang kain
10. Menggendong bayi di luar baju kangguru,

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 28


pastikan bayi senyaman mungkin dan pakaikan
tutup kepala bayi
11. Memeriksa ulang ikatan.
Pastikan keamanan bayi agar tidak
tergelincir
12. Ibu memakai baju kangguru secara terus
menerus agar bayi selalu dalam keadaan
hangat.
Pantau keadaan bayi : suhu, warna kulit,
pernafasan, gerak, kuatnya menetek dan beri
ASI sesering mungkin
13. Setelah selesai, cuci tangan kembali.
Total Nilai

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 29


BAB II
KONSEP ASKEB
A. DATA SUBYEKTIF
1. BIODATA
a. Identitas Bayi Baru Lahir
Nama
Untuk mengetahui identitas bayi dan memastikan bahwa yang
diperiksa benar-benar bayi yang dimaksud.
Tanggal lahir
Untuk mengetahui kapan bayi lahir disesuaikan dengan hari perkiraan
lahir
Jenis Kelamin
Anak ke
b. Identitas Orang Tua (Ibu & Ayah)
Nama
Untuk mengetahui identitas orang tua bayi
Umur
Umur Ibu yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dapat
menyebabkan bayi BBLR (Surasmi, 2003)
Suku Bangsa

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 30


Untuk mengetahui faktor pembawaan ras
Agama
Untuk memberikan motivasi kepada keluarganya sesuai dengan
agamanya
Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu yang nantinya penting
dalam memberikan KIE perawatan bayi
Pekerjaan
Faktor bekerja terlalu berat bisa mengakibatkan bayi BBLR (Surasmi,
2003).
Penghasilan
Untuk mengetahui gambaran keadaan sosial ekonomi berhubungan
dengan kemampuan dalam mencukupi kebutuhan nutrisi(Nursalam,
2001).
Alamat Rumah
Untuk mendapatkan gambaran tentang tempat dimana pasien tinggal.

2. ANAMNESIS
a. Keluhan utama
Keluhan yang harus dinyatakan dengan singkat dan menggunakan
bahasa yang dipakai oleh pemberi keterangan.
b. Riwayat Antenatal:
Untuk mengetahu riwayat ANC teratur atau tidak, ada keluhan atau
tidak, penyuluhan apa yang pernah didapat, imunisasi TT berapa kali,
HPHT, HPL, golongan darah ayah dan golongan darah Ibu (Varney,
2004).
c. Riwayat penyakit selama kehamilan
Untuk mengetahui adanya penyakit yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan janinn, misalnya Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit
jantung, preeklampsia, eklampsia, hipertensi, TBC, diabetes mellitus,
ginjal dan asma (Saifuddin, 2002). Karena Ibu dengan penyakit

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 31


pereeklampsia/eklampsia, hipertensi, jantung risiko terjadi bayi
dengan BBLR (Surasmi, 2003).
d. Kebiasaan Ibu waktu hamil
Untuk mengetahui obat-obatan apa yang dikonsumsi Ibu dan apakah
Ibu mempunyai kebiasaan merokok (Prawirohardjo, 2006). Ibu
dengan kebiasaan merokok akan terjadi risiko bayi dengan BBLR
(Surasmi, 2003)

e. Persalinan
Untuk mengetahui jenis persalinan, penolong persalinan, lama
persalinan dari kala I sampai kala IV, keadaan anak, jumlah air
ketuban dan komplikasi persalinan (Varney, 2004).

B. DATA OBYEKTIF
1. Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum bayi meliputi tingkat kesadaran (sadar
penuh, apatis, gelisah, koma) gerakan ekstrim dan ketegangan otot
(Saifuddin, 2002).
a. Suhu Tubuh
Suhu tubuh normal bayi baru lahir berkisar 36,50C 37,50C
(Saifuddin, 2002). Pada bayi dengan BBLR suhu tubuh berkisar 340 C
- 370 C (Wiknjosastro, 2005).
b. Berat lahir
Untuk mengetahui pertambahan berat badan bayi normal 2500 gram
sampai 4000 gram. Pada kasus BBLR biasanya berat badan bayi
kurang dari 2500 gram (Surasmi, 2003).
c. Panjang badan

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 32


Untuk mengetahui pertambahan panjang badan bayi normal 45 cm
sampai 55 cm (Bobak, 2004). Pada kasus BBLR biasanya panjang
badan kurang dari 45 cm (Surasmi, 2003).
d. Pola Eliminasi
Untuk mengetahui fungsi sistem pencernaan dan metabolisme tubuh
meliputi BAB dan BAK.
2. Skor Apgar
Dilakukan dengan menghitung nilai Apgar Score pada menit pertama,
kelima dan kesepuluh. Bahan penilaian adalah frekuensi denyut jantung,
usaha nafas, tonus otot, warna kulit dan reaksi terhadap rangsang
(Wiknjosastro, 2005).

3. Penilaian Downes Skor


4. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala
Yang perlu dikaji rambut tipis dan halus, sutura tengkorak dan
fontanel melebar : penonjolan fontanel karena ketidakadekuatan
pertumbuhan tulang mungkin terlihat. Cacat bawaan (mycrocephalus,
hydrocephalus, dan lain-lain). Kepala kecil dengan dahi menonjol
kemungkinan ditemukan caput suksedaneum atau cephal hematoma,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial (Sarwono, 2002). Batas dahi dan
rambut kepala tidak jelas. Lingkar kepala normal pada BBL antara
3335 cm (Hidayat, 2005). Pada kasus BBLR lingkar kepala < 33cm
(Kosim, 2003).
b. Mata
Pada BBLR kelopak mata masih tertutup. Pelebaran tampilan mata
(dihubungkan dengan hipoksia in utero kronis), kemungkinan cacat
bawaan (mikroftalmia, katarak, dan lain-lain). Warna konjungtiva
anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding konjungtiva (Sarwono,
2002).

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 33


c. Wajah
Adanya kelainan bentuk, kelainan letak, trauma (Sarwono, 2002).
d. Telinga
Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.
e. Dada
Pada BBLR lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
Bentuk pembesaran dada, frekuensi bunyi jantung, adakah kelainan
(Markum, 2001).
f. Payudara
Jaringan payudara belum terlihat, puting berupa titik, dan areola datar.
g. Abdomen
Adakah pembesaran pada hepar, lien dan ginjal (Markum, 2001).
h. Genetalia
Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang,testis belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan
klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora.
i. Anus
Adakah lubang atau saluran genitourinasi (Varney, 2004)
j. Ekstremitas
Adakah kelainan seperti polidaktili atau sinidaktili, adakah sianosis
pada ekstremitas atas dan bawah.
k. Kulit
Pada BBLR kulit terlihat tipis dan vena terlihat. Lanugo banyak
terutama pada punggung.
l. Refleks:
Rooting reflek : bayi menoleh kearah benda yang
menyentuh pipi. respon yang lemah atau tidak ada pada kasus
BBLR.
Sucking reflek : reflek menghisap pada bayi. Respon yang
lemah pada BBLR, muntah, batuk atau regurgitasi akan dapat

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 34


terjadi kemungkinan berhubungan dengan sianosis sekunder
karena prematuritas.
Moro reflek : rangsangan mendadak yang menyebabkan
lengan terangkat keatas dan kebawah terkejut dan relaksasi
dengan cepat. Respon asimetris terlihat pada cidera saraf perifer
yang berat.
Swallowwing reflek : reflek menelan pada bayi

C. DATA PENUNJANG
Data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium pada Bayi Berat Lahir
Rendah dengan pemeriksaan golongan darah, test Hemoglobin (Hb) dan
Ultrasonografi (USG) (Doengoes, 2001).

D. POHON MASALAH

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 35


DAFTAR PUSTAKA
Markum.2001.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta:FK UI
Kosim, S.2003.Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Panduan Untuk
Dokter, Bidan dan Perawat di Rumah Sakit.Jakarta:EGC
Doengoes,M.E.2001.Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan.Jakarta:EGC
Surasmi, Asrining.2003.Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta:EGC
Varney,Hellen.2004.Varneys Midwifery (Terjemahan).Boston:Jones and Barlett
publisher

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan BBLR| 36

Anda mungkin juga menyukai