Anda di halaman 1dari 9

5.

KINETIKA OBAT

1. TUJUAN

Tujuan praktikum ini adalah mampu memperkirakan masa kadaluarsa zat aktif
yang diberikan.

2. PRINSIP
Berdasarkan pada peruraian zat aktif farmasi yang disebabkan kenaikan suhu.

3. TEORI

Kadaluarsa obat adalah berakhirnya batas aktif dari obat yang


memungkinkan obat menjadi kurang aktif atau menjadi toksik (beracun).
Kadaluarsa obat juga diartikan sebagai batas waktu dimana produsen obat
menyatakan bahwa suatu produk dijamin stabil dan mengandung kadar zat sesuai
dengan yang tercantum dalam kemasannya pada penyimpanan sesuai dengan
anjuran. Dalam penggunaan obat dikenal istilah medication error, yaitu
pemakaian obat yang tidak tepat dan menimbulkan kerugian pada pasien,
walaupun pengobatan tersebut berada dalam pengawasan profesional kesehatan,
pasien dan konsumen. Salah satu komponen penting dalam medication error
adalah deteriorated drug error, yaitu penggunaan obat yang telah kadaluarsa atau
integritas secara fisik dan kimia telah menurun.
Untuk menentukan kecepatan dekomposis suatu obat, digunakan metode
elevated, terurainya obat tersebut dipercepat dengan memanaskannya pada
temperature yang lebih tinggi. Log K versus 1/T dinyatakan dalam grafik dengan
menentukan persamaan garis regresi linear akan didapatkan harga K pada
temperature kamar untuk menetukan waktu kadaluarsa obat. Metode ini dikenal
sebagai studi stabilitas dipercepat.
Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandang dari segi kimia.
Stabilitas obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama
penyimpanan. Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paro suatu obat. Waktu
paro suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran
kecepatan terurainya obat atau kecepatan degradasi kimiawinya. Panas, asam-
asam, alkali-alkali, oksigen, cahaya, kelembaban dan faktor-faktor lain dapat
menyebabkan rusaknya obat. Ada dua hal yang menyebabkan ketidakstabilan obat,
yang pertama adalah labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk
struktur kimia masing-masing bahan dan sifat kimia fisika dari masing-masing
bahan. Yang kedua adalah faktor-faktor luar, seperti suhu, cahaya, kelembaban,
dan udara, yang mampu menginduksi atau mempercepat reaksi degradasi bahan.
Skala kualitas yang penting untuk menilai kestabilan suatu bahan obat adalah
kandungan bahan aktif, keadaan galenik, termasuk sifat yang terlihat secara
sensorik, secara miktobiologis, toksikologis, dan aktivitas terapetis bahan itu
sendiri. Skala perubahan yang diijinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar
dalam farmakope. Kandungan bahan aktif yang bersangkutan secara internasional
ditolerir suatu penurunan sebanyak 10% dari kandungan sebenarnya (Voight, R.,
1994).
Kestabilan dari suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam
membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya
biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga memrlukan waktu yang
lama untuk sampai ketangan pasien yang membutuhkannya. Oabt yang disimpan
dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan
hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahaykan jiwa
pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat
tersebut optimum. Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik dan tersendiri dengan
bahan bahan dari formulasi yang merupakan kriteria paling penting untuk
menentukan suatu stabilitas kimia dan farmasi serta mempersatukannya sebelum
memformulasikan menjadi bentuk-bentuk sediaan.
Beberapa obat cukup stabil, meskipun demikian beberapa obat yang
mempunyai gugus fungsional tertentu seperti ester dan lactam yang akan mudah
mengalami degradasi dengn jalur reaksi hidrolisis. Tipe degradasi obat yang paling
umum adalah reaksi degradasi obat orde 0 dan orde 1
1. Degradasi orde 0
Tipe degradasi tipe ini merupakan tipe degradasi hidrolisis obat pada
sediaan suspense atau tablet yang mana obat pada awalnya berapa dalam
bentuk padat lalu secara perlahan- lahan melarut. Oleh karena itu kecepatan
degradasinya kurang lebih sama dengan degradasi dalam larutan bebas
karena konsentrasi obat pada keadaan setimbang adalah konstan
2. Degradasi orde 1
Reaksi degradasi orde satu merupakan tipikal reaksi hidrolisis obat
dalam larutan. Reaksi orde semu merupaka reaksi degradasi sejenis reaksi
orde 1 yang melibatkan air. Karena air dalam jumlah berlebih sehingga
dianggap konstan.
Kestabilan dari suatu z,at merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam
membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya
biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga memrlukan waktu yang
lama untuk sampai ketangan pasien yang membutuhkannya. Oabt yang disimpan
dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan
hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahaykan jiwa
pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat
tersebut optimum. (Anonim, 2004).
Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik dan trsendiri dengan bahan
bahan dari formulasi yang merupakan kriteria paling penting untuk menentukan
suatu stabilitas kimia dan farmasi serta mempersatukannya sebelum
memformulasikan menjadi bentuk-bentuk sediaan. (Ansel, 1989).
Untuk obat-obat tertentu 1 bentuk kristal atau polimorf mungkin lebih stabil
dari pada lainnya, hal ini penting supaya obat dipastikan murni sebelum
diprakarsai percobaan uji stabilitasnya dan suatu ketidakmurnian mungkin
merupakan katalisator pada kerusakan obat atau mungkin menjadikan dirinya tidak
akan stabil dalam mengubah penampilan fisik bahan obat. (Parrot, 1968).
Kestabilan suatu sediaan farmasi dapat dievaluasi dengan test stabilitas
dipercepat dengan mengamati perubahan kosentrasi pada suhu yang tinggi.
(Lachman, 1994).
Kestabilan suatu obat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktore antara lain
panas, cahaya, oksigen, kelembaban, pengaruh pH dan mikroorganisme. Disini
kestabilan suatu obat dapat dipercepat dengan meningkatkan suhunya. Dengan
demikian batas waktu kadaluarsa dari suatu obat dapat diketahui dengan tepat.
(Anonim, 2004).
Interkonversi bentuk hidr\at dan anhidrat dari ampicilin dapat memiliki efek
yang berkaitan pada laju pelarutan dari formulasi berarti berkaitan dengan
ketersediaan hayati. Bentuk dari anhidrat lebih larut dibandingkan dengan berat
murni kelarutannya pada suhu 37o C telah ditentikan bagian fungsi dari pil untuk
ke suatu bentuk kristal. (A.C. Kenneth, 1991).
Perbedaan bahan obat karena susunan kimianya masing-masing
memasukkan pengaruhnya dalam sistem biologi. Beberapa bulan dihubungkan
dengan lainnya secara kimiawi dan memasukkan pengaruh yang sama. Modifikasi
bahan obat yang ada secara kimia dapat menghasilkan senyawa baru dengan
kelebihan-kelebihan terapeutiknya dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang
paten. Jadi suatu ciri senyawa mungkin diolah secara sintesis dari suatu susunan
aktifitas dasar farmakologi untuk mendapatkan bahan-bahan obat yang lebih baik
dalam satu kelompok senyawa . senyawa-senyawa yang mempunyai kelebihan
terhadap lainnya akan didahulukan pengembangan & pemakaian.(Ansel, 1989)
Kinetika reaksi adalah studi tentang laju perubahan kimia dan bagaimana
tingkat ini dipengaruhi oleh kondisi seperti konsentrasi reaktan dan produk,
pelarut, kekuatan ionik dan suhu. Yang berkaitan dalam proses kinetika reaksi
1. Stabilitas dan ketidaktercampuran
Perlu diperhatikan ketidak aktifan obat karena penguraian obat dan
hilangnya khasiat obat karena perubahan bentuk fisik dan kimia.
2. Disolusi
Perlu diperhatikan kecepatan berubahnya obat dalam sediaan padat
menjadi bentuk larutan molekuler.
3. Proses absorbsi, distribusi dan eliminasi
Laju reaksi mempengaruhi laju absorbsi, distribusi dan eliminasi obat
dengan berbagai faktor seperti metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh
lemak dan jalur-jalur pelepasan.
4. Kerja obat pada tingkat molecular
Obat dapat dibuat dalam bentuk yang tepat dengan menganggap bahwa
timbulnya respon dari obat merupakan suatu proses laju.
Percobaan ini akan memperlihatkan proses peruraian sediaan farmasi, yang
disebabkan oleh kenaikan suhu dan dapat digunakan untuk memperkirakan waktu
simpan suatu sediaan obat, walaupun dalam percobaan ini hanya akan dibahas
mengenai shelf life sediaan berupa larutan, tetapi diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan dan mengaplikasikan pula prinsip percobaan pada modul praktikum
ini.
Salah satu kekurangan dari bentuk sediaan larutan/liquida adalah masa
simpannya yang relative pendek dibandingkan dengan bentuk solida/ padat. Hal
ini disebabkan oleh proses penguraian yang mudah terjadi pada larutan akibat
pengaruh kondisi lingkungan,diantaranya adalah suhu dan cahaya.
Pengaruh suhu dijelaskan melalui persamaan Arrhenius:
1
K= / atau log K= A-
2,303

Keterangan :
K = Laju reaksi spesifik
A = Tetapan spesifik yang disebut factor frekuensi
Ea = Energy aktivasi (J mol-1)
R = Tetapan gas= 1.987 kal/derajat mol
T = Suhu (k)
Berdasarkan persamaan diatas maka plot 1/T terhadap log k akan
memberikan kecuraman (slope) adalah Ea/2.303 R dan konstanta persamaan
tersebut akan menunjukan nilai log A. dengan demikian, nilai Ea/2.303 R dan log
A akan diketahui.

4. ALAT DAN BAHAN


4.1. Alat yang digunakan
1. Spektrofotometer uv-vis
2. Gelas ukur
3. Labu ukur
4. Vial
5. Incubator/oven
6. Bunsen
7. Pipet volum
8. Pipet tetes
9. Kuvet

4.2. Bahan yang digunakan


1. KMNO4
2. Aquadest

5. PROSEDUR KERJA
5.1. pembuatan spektum absorbansi
1. Dibuat larutan induk zat aktif dengan konsentrasi yang telah
ditentukan terlebih dahulu (A 0.2-0.8)
2. Ukur panjang gelombang maksimum zat aktif menggunakan
spektrofotometer Uv-Vis
5.2. Pembuatan kurva baku
1. Buat 6 seri larutan dengan variasi kosentrasi dari larutan induk yang
telah dibuat diatas.
2. Hitung absorbansi masing-masinglarutan pada panjang gelombang
maksimumnya.
3. Buat kurva antara absorbansi terhadap konsentrasi
5.3. Penentuan kinetika
1. Laju uji stabilitas dipercepat pada suhu 60, 70, dan 80C
2. Siapkan 7 vial untuk masing-masing suhu, isi tiap vial dengan larutan
induk zat aktif sebanyak 5ml kemudian panaskan vial tersebut pada
suhu yang telah ditetapkan diatas.
3. Ambil 1 vial dari masing-masing suhu sebelum pemanasan, kemudian
lakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang maksimum
dan tentukan konsentrasinya. Konsentrasi ini merupakan konsentrasi
awal untuk tiap-tiap suhu.
4. Lakukan pengukuran seperti diatas tersebut pada (t)= 5,10,20,25 dan
30 menit. Waktu dihitung setelah pengambilan awal.
5. Tentukan konsentrasi masing-masing waktu (t) dengan memasukan
harga absorbansi ke persamaan kurva kalibrasi.
6. Buat kurva konsentrasi terhadap waktu masing-masing suhu.
5.4. Penentuan wadah kadaluarsa
1. Tentukan tingkat reaksi penguraian berdasarkan kurva konsentrasi
terhadap waktu.
2. Hitung besar energy aktivasi dengan persamaan Arrhenius.
3. Tentukan waktu kadaluarsa pada suhu kamar.

6. DATA PENGAMATAN

7. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang akan dibahas yaitu mengenai kinetika obat
dengan tujuan dapat memperkirakan masa kadaluarsa zat aktif yang diberikan.
Untuk menetapkan kecepatan dekomposisi suatu zat/ obat dapat digunakan metode
accelerated, yaitu terurainya zatdipercepatdengan pemanasan pada temperature
yang tinggi. Zat yang digunakan pada praktikum ini yaitu KMNO4 dengan
konsentrasi 500ppm.
Yang pertama dilakukan yaitu membuat larutan baku KMNO4 500ppm atau
sebanyak 25mg KMNO4 dalam 500ml aquadest, dalam praktikum kali ini semua
alat (vial, labu ukur 10ml 500ml) harus serba ditutup dengan plastic hitam, untuk
menghindari reaksi oksidasi jika terkena cahaya (sifat KMNO4 yang dapat
bereaksi dengan cahaya). Sedangkan fungsi dari pemanasan pada beberapa suhu
(70, 80 dan 90C) dengan waktu yang berbeda pula (10,20,30 dan 40 menit) akan
memperlihatkan proses peruraian sediaan farmasi, yang disebabkan oleh kenaikan
suhu dan dapat digunakan untuk memperkirakan waktu simpan suatu sediaan obat
dan untuk mengetahui pada suhu dan pada waktu berapa lama KMNO4 akan
rusak atau terdekomposisi.
Jika larutan dalam vial telah dipanaskan dengan waktu tertentu maka
larutan tersebut didinginkan di air mengalir lalu diukur konsentrasi dan
absorbannya menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada 525nm. Untuk
pembacaan absorbansi mula-mula digunakan blanko dalam kuvet menggunakan
aquadest. Setelah itu baru diukur absorbansi sampel. Semakin lama pemanasan
dan semakin tinggi temperature tersebut maka KMNO4 tersebut semakin cepat
terdekomposisi dan absorbansinya semakin kecil. Itu dapat dilihat pada warna
KMNO4 dalam vial, pada suhu 70c selama 10 menit warna KMNO4 yaitu warna
ungu sedangkan pada suhu 90 selama 40 menit warna KMNO4 yaitu warna
kuning keunguan.
Waktu kadaluarsa( 90 ) yaitu waktu yang diperlukan untuk mengetahui
kerusakan obat hingga 10%. Tenaga aktivasi (Ea) yaitu tenaga yang dibutuhkan
agar suatu molekul dapat bereaksi, dimana berdasarkan pada suatu tetapan yang
berhubungan dengan frekuensi tabrakan diantara reaktan-reaktan. Faktor-faktor
yang mempercepat kadaluarsa obat meliputi factor internal yaitu proses peruraian
obat itu sendiri dan karena factor eksternal yaitu oksigen, temperature, cahaya
dan kelembapan. Perubahan konsentrasi mula-mula dijadikan acuan untuk
mengetahui kecepatan dekomposisi obat atau waktu paruh obat, yang dinyatakan
dengan tetapan laju reaksi (k).

8. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2012.Penuntun Praktikum Kimia Farmasi Fisika. Unhalu,Kendari.


Endang.2007. Kinetika Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia,FMIPA UNY.
Martin, Alfred, et all. 1993. Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik
Fisik. UI-Press. Jakarta.
Martin, Alfred, dkk. 1983. Farmasi Fisika. UI-press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai