Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan suatu ekosistem natural yang telah mencapai keseimbangan kilmaks dan
merupakan komunitas tumbuhan paling besar yang berkemampuan untuk pulih kembali dari
kerusakan-kerusakan yang dideritanya, sejauh hal tersebut tidak melampaui batas-batas yang
dapat ditoleransi (Arief, 1994).

Hutan salah satu bentuk tata guna lahan yang lazim dijumpai dimana-mana, didaerah tropis
maupun di daerah yang beriklim dingin, di negara yang sudah maju maupun di negara yang
sedang berkembang, di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi pegunungan dan dipulau
kecil sampai benua yang sangat luas. Bahkan di daerah-daerah yang beriklim kering, hutan masih
di jumpai.

Keanekaragaman formasi vegetasi yang ada di dunia dan bertambahnya data yang tersedia
tentang kondisi lingkungan tempat setiap formasi berkembang, mendorong usaha besar-besaran
unutk memahami dan menetapkan hubungan sebab akibat antara tumbuhan dan lingkungannya
dalam hal suhu dan kelembaban.

Kenampakan yang khas suatu tipe vegetasi merupakan produk dari kombinasi faktor-faktor
abiotik dominan (iklim, tanah dan topografi). Faktor-faktor tersebut tidak hanya mempengaruhi
kondisi ekologi vegetasi yang tumbuh di atasnya, tetapi juga mempengaruhi proses terjadinya
suksesi untuk mencapai bentuk hutan klimaks. Faktor-faktor iklim, tanah dan topografi sering
juga dipakai untuk mengklasifikasikan hutan berdasarakan ciri-ciri yang terdapat pada ketiga
faktor tersebut.

Hutan mempunyai karakter yang sangat bervariasi karena proses pembentukannya di pengaruhi
oleh banyak faktor. Oleh karena itu untuk berbagai kepentingan diperlukan adanya suatu
klasifikasi hutan yang dipisahkan menurut masing-masing faktor tersebut, antara lain :

1. Menurut asal dibedakan menjadi hutan dataran tinggi, hutan dataran rendah dan hutan
dataran sedang.

2. Menurut cara permudaan, dibedakan menjadi :hutan permudaan alami, permudaan


buatan dan permudaan campuran.

3. Menurut komposisi jenis, dibedakan menjadi hutan homogen dan hutan heterogen.
4. Menurut umur, dibedakan menjadi hutan seumur dan hutan tidak seumur.

5. Menurut ketinggian tempat, dibedakan menjadi hutan mangrove, hutan payau, hutan
pantai, hutan rawa, hutan gambut, hutan dataran rendah hutan dataran tinggi dan hutan
pegunungan.

6. Menurut kepemilikan, dibedakan menjadi hutan rakyat dan hutan negara

1.2 Tujuan

1. Mengenal ekosisitem hutan dataran rendah

2. Mahasiswa dapat mengamati struktur dan komposisi jenis vegetasi hutan dataran rendah.

3. Memahami perbedaan vegetasi hutan pegunungan dataran rendah dan hutan pegunungah
dataran tinggi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Ford Robinson (1971) dalam Daniel, Helms and Baker (1995), hutan didefinisikan
sebagai suatu ekosistem yang dicirikan oleh penutup pohon yang kurang lebih rapat dan luas.
Dengler (1944) dalam Daniel (1995) juga menyatakan bahwa kumpulan poho ndisebut hutan
hanya bila cukup rapat menutup areal yang cukup luas untuk menimbulkan suatu kondisi iklim
dan ekologis yang berbeda dengan kondisi luarnya. Untuk itu harus terdapat perubahan nyata
dalam suhu, kelebaban, cahaya, angin, flora, dan fauna, dan juga sifat tanah lapisan atas.

Menurut Simon (1988), hutan dataran rendah adalah hutan yang tumbuh di tempat yang kering
(tidak mengalami genangan air) sampai ketinggian tertentu diatas permukaan laut. Batas
ketinggian ini ada yang mengatakan 700 m diatas permukaan laut, tetapi adapula yang membuat
batasan atas hutan dataran rendah kurang dari 1000 m dpl. Yaitu terletak pada ketinggian 1000-
2000 mdpl dinamakan hutan dataran tinggi.
Hutan dataran rendah merupakan bagian terbesar dari kawasan di permukaan bumi, tetapi
sebagian besar telah di konversi menjadi daerah pertanian, perkebunan, tempat permukiman
dan industri. Biasanya kawasan hutan ini tanah yang subur dan kondisi lingkungan yang paling
menguntungkan untuk kehidupan, sebgai jenis tumbuhan di daerah ini lebih beraneka ragam.
Hutan dataran rendah karena jumlahnya yang besar, sering dibedakan dalam beberapa tipe
sesuai dengan keadaan iklim dimana hutan tersebut berada, khususnya pengaruh dari curah
hujan.

Menurut Suryanegara dan Indrawan (1977) dalam Kadri (1992), terdapat keragaman yang besar
dalam vegetasi hutan di Indonesia, baik dari segi keadaan lingkungan dan tempat tumbuhnya,
maupun dari segi susunan floristiknya, sehingga pada waktu ini masih belum mungkin untuk
menyusun klasifikasi vegetasi di Indonesia yang lengkap.

Menurut Odum (1983), dari segi biologi komponen ekosistem adalah :

1. Bahan organic (C, N, CO2, H2O, dll)

2. Senyawa organic (protein, karbohidrat, lipid, bahan humus dan lain-lain)

3. Udara, air, dan substrat llingkungan. Termasuk kondisi klimat dan factor fisik lain.

4. Produser (organisme autotrofik, tumbuhan hijau yang dapat mengolah makanan dari bahan
anorganik sederhana)

5. Makrokonsumer atau phrops (oraganisme heterotrofik)

6. mikrikonsumer / saprotrop (decomposer atau osmotrop, organisme heterotrofik, bakteri


dan jamur yang mendapatakan energi dengan merombak jaringan mati atau dengan menyerap
bahan organic yang telah hancur.

Menurut Simon (1988), dalam ilmu kehutanan pada umumnya hutan dapat di pisahkan
bagian-bagiannya yaitu bagian diatas tanah, bagian di permukaan tanah dan bagian di dalam
tanah. Bagian di atas tanah dibedakan antara tajuk pohon-pohonan, batang kayu dan tumbuhan
bawah. Di dalam hutanh alam tajuk pohon tersusun atas beberapa lapisan. Bagian permukaan
tanah di dalam hutan (ground cover), terdiri atas semak, rumput-rumputan dan seresah. Lapisan
seresah (frorest floor, merupakan tumpukan daun, ranting, bunga dan buah, mempunyai
peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan humus dan untuk menjaga kondisi
ekologi kehidupan organisme mikro.

Tajuk hutan dapat sedemikian rapat, sehingga terdapat sedikit saja perkembangan vegetasi
bawah (undergrowth) dan tumbuhan penutup tanah, sehingga batang-batang pokok tampak
menonjol dalam keremangan cahaya, sebagai tiang-tiang raksasa. Batang itu sering menunjukkan
akar-akar banir (buttress), dimana terdapat vegetasi tanah dalam jumlah yang sedang, (Polunin,
1994).
Menurut Suryanegara dan Indrawan (1977) dalam Kadri (1992), hutan yang terlalu rapat,
pertumbuhannya akan lambat, karena persaingan yang keras terhadap sinar matahari, air dan
zat hara mineral. Kemacetan pertumbuhan akan terjadi.Tetapi tidak lama, persaingan di antara
pohon-pohon akan mematikan yang lemah dan penguasaan oleh yang kuat.

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat

Hari / Tanggal : Sabtu / 17 Januari 2004

Tempat : Hutan dataran rendah Taba Penanjung

3.2 Bahan Dan Alat

Bahan : Tegakan pohon hutan dataran rendah

Alat :

Alat ukur altitude (altimeter)

Alat penunjuk arah (kompas)

Alat dokumentasi (kamera)

Alat ukjur diameter (phiband)

Alat ukur tinggi (haga, Kristen meter)

Tali raffia

Alat tulis
3.3 Cara Kerja :

1. Mengamati vegetasi pohon, liana, perdu, ephypit dan tumbuhan bawah lainnya di sekitar
hutan dataran rendah Taba Penanjung.

2. Menentukan sudut azimut tempat pembuatan plot dari titik nol.

3. Membuat plot pengamatan dengan ukuran 20 x 20 m untuk pohon, 10 x 10 m untuk sapling


dan 5 x 5 m untuk semai.

4. Mencatat potensi pohon pada plot 20 x 20 m meliputi jenis, diameter dan tinggi.

5. Mencatat potensi sapling pada plot 10 x 10 m meliputi jenis, diameter dan tinggi.

6. Mencatat potensi semai pada plot 5 x 5 m meliputi jenis dan jumlahnya.

7. Menentukan stukrtur dan tekstur tanah, kelerengan, dan drainase.

8. Membuat profil tegakan pohon, baik vertical maupun horizontal.

9. Membuat dokumentasi dari ekosistem hutan dataran rendah..

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Plot 20 x 20 m (Pohon)

No

Spesies

Tinggi total

Tinggi bebas cabang

Diameter

1.

Dipeterocarpaceae
23 m

15 m

28,3 cm

2.

Fagaceae

18 m

13 m

30,6 cm

3.

Arthocarpus sp

20 m

15 m

30 cm

4.

Arthocarpus sp

18 m

13 m

36 cm

5.

Dipterocarpaceae

25 m

18 m

73 cm

6.
Spesies A

13 m

8m

21 cm

Plot 5 x 5 m (Sapling)

No

Spesies

Tinggi total

Diameter

1.

Dipterocarpaceae

6,5 m

7,3 cm

2.

Dipterocarpaceae

8m

8 cm

3.

Spesies B

5m

6,5 cm
Plot 1 x 1 m (Anakan)

No

Spesies

Jumlah Anakan

1.

Arthocarpus

2.

Spesies C

Deskripsi Ekosistem :

Ketinggian 750 m dpl

Kemiringan + 20 0

Azimut 3300

Banyak terdapat ephypit seperti Asplenium nidus, anggrek, lumut, dll, yang terdapat di dahan-
dahan pohon. Juga tumbuhan perambat dan pencekik

Terdapat beberapa lapisan tajuk.

Jenis lebih beragam sehingga tidak terdapat zonasi-zonasi


Terdapat lapisan bahan organik dan lapisan seresah yang tebal.
4.2. Pembahasan

Dari pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa hutan dataran rendah ini memiliki
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, terlihat banyak jenis tumbuhan yang berada pada
lokasi pengamatan.

Hutan dataran rendah ini memiliki komposisi dengan jumlah dan keragaman jenis yang tinggi. Ini
merupakan ciri hutan tropik karena curah hujan yang tinggi mencapai 2000 mm/tahun,
kelembaban 80% dan terjadi sepanjang tahun yang mengakibatkan produktifitasnya tinggi dan
terdapat tumbuhan efipit, baik yang merambat maupun yang menempel pada cabang-cabang
pohon. Pohon di hutan ini dapat mencapai tinggi 45 m dan diameter diatas 60 cm, strata kanopi
lengkap.

Hutan dataran rendah ini mempunyai beberapa lapisan strata tajuk yang berkaitan dengan jenis
pohonnya. Pohon-pohon dominan tumbuh menjulang tinggi untuk mendapatkan cukup cahaya.
Pohon ini tergolong dalam tumbuhan intoleran. Lapisan strata berikutnya dihuni oleh tumbuhan
toleran yang dapat hidup di bawah naungan.

Horizon organik yang merupakan lantai hutan lebih tebal dan berwarna lebih hitam bila
dibandingkan dengan hutan mangrove, hutan pantai. Tebalnya lapisan organik ini merupakan
akibat yang ditimbulkan dari jumlah seresah yang ada lebih cepat dan lebih banyak
terdekomposisi.

Laju dekomposisi yang tinggi sangat dipengaruhi dari adanya aktivitas mikroorganisme tanah,
pengaruh iklim mikro yang relatif stabil, baik suhu maupun kelembabannya. Hasil dekomposisi
ini membentuk bahan anorganik yang kaya akan unsur hara yang nantinya unsur ini sangat
dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Kejadian ini sering kita sebut dengan "Siklus Hara Tertutup".

Vegetasi yang menempati daerah ini mempunyai tajuk yang tinggi, berlapis-lapis dan tampak
tidak rata, keadaan ini terlihat di seluruh tempat. Bila ditinjau dari karakteristik vegetasi,
umumnya pada tingkat pohon memiliki tinggi bebas cabang yang sangat tinggi, akibat kerapatan
yang tinggi sehingga menimbulkan persaingan dalam perolehan cahaya matahari. Karena lapisan
tajuk yang rapat ini, maka cahaya matahari sangat sedikit bahkan ada daerah lantai hutan yang
tidak mendapat cahaya matahari. Hal ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan vegetasi
bawah.

Keadaan daunnya lebih luas dan tipis serta berujung penetes untuk membuat agar proses
evapotranspirasi yang terjadi lebih banyak karena pada daerah ini memiliki kelembaban dan
kadar air yang tinggi, juga untuk menghindari terjadinya pencucian hara (keadaan daun Drip-tip)
pada daun saat terjadi hujan.

Pohon memiliki banir tinggi dan besar yang secara mekanik berguna untuk adaptasi terhadap
kelerengan dan tingginya batang. Buah dari vegetasi yang ada banyak terdapat pada batang dan
cabang, sehingga penyebaran atau regenerasinya sering dibantu oleh hewan yang berada disana.

Selain dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi dan kelembaban hutan ini juga di dukung kondisi
sebagai berikut:

1. Kesuburan tanah yang baik

2. Adanya siklus hara terututup

3. Intensitas cahaya matahari yang cukup

4. Tekstur tanah yang baik

5. Ketebalan horizon yang besar

6. Kadar bahan organik yang tinggi

1. Mikro organisme yang bersimbiosis seperti mikoriza.

Pada permukaan tanah hutan dataran rendah ditutupi dengan serasah yang cukup tebal
dibanding pada hutan pantai dan hutan mangrove dan tipe subtrat yang terbentuk dari berdagai
jenis serasah yang sangat beragam sehingga mutu tanah sangat baik.

Penyebaran vegetasi hutan dataran rendah ini juga dipengaruhi oleh topografi, aliran air, angin
dan hewan vektor dalam penyebaran biji ketempat yang lebih jauh.
BAB V

KESIMPULAN

Dari pengamatan yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa :

1. Hutan hutan dataran rendah adalah hutan yang tumbuh di tempat yang kering (tidak
mengalami genangan air) sampai ketinggian tertentu diatas permukaan laut. Batas ketinggian ini
ada yang mengatakan 700 m diatas permukaan laut, tetapi adapula yang membuat batasan atas
hutan dataran rendah kurang dari 1000 m dpl. Yaitu terletak pada ketinggian 1000-2000 mdpl
dinamakan hutan dataran tinggi.

2. Hutan dataran rendah ini memiliki komposisi dengan jumlah dan keragaman jenis yang
tinggi.

3. Pertumbuhan pohon pada daerah ini pada keadaan maksimal karena di dukung oleh
factor-faktor , seperti kandungan air tanah, unsure hara dan mineral, cahaya matahari, suhu,
kelembaban dan lainnya.

4. Adanya kompetisi dalam hal mendapatkan cahaya menyebabkan pohon-pohon


intoleran tumbuh tingggi sehingga terdapat berbagai lapisan strata tajuk .

5. Ephypyt pada daerah ini terdpat dalam jumlah yang besar karena factor kelembaban
yang tinggi

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, A. 1994. Hutan, Hakekat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta
Departemen Kehutanan. 1988. Forest Research Bulletin. Penerbit Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan. Bogor

Simon, H. 1985. Pengantar Ilmu Kehutanan. Bagian Penerbitan Fakultas Kehutanan Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta

Sugiarto, Ir. MS dan Willy Ekariyono, Drs. 1996. Penghijauan Pantai. PT Penebar Swadaya. Jakarta

Daniel,Helms and Bakers. 1995.Prinsip-prisip Silvikultur Edisi Kedua. Gadjah Mada Univercity
Press

Tim Penyusun.1992..Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

Zulfikar.2000. Struktur Dan Pola Zonasi Hutan Mangrove di Kawasan Suaka Alam Sungai
Baheuwo Pulau Enggano. Skripsi.Jurusan Kehutanan .Faperta. UNIB (tidak di publikasikan)

EKOSISTEM HUTAN DATARAN TINGGI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan merupakan suatu ekosisitem natural yang telah mencapai keseimbangan klimaks dan
merupakan komunitas tumbuh-tumbuhan paling besar yang berkemampuan untuk pulih kembali
dari perubahan-perubahan yang dideritanya, sejauh hal tersebut tidak melampaui batas-batas
yangdapat ditolerir. Hutan memberikan pengaruh pada sumebr alam lain melalui 3 faktor yang
berhubungan : iklim, tanah, dan pengadaan air.

Hutan juga dapat berpengaruh terhadap struktur tanah, erosi, dan pengadaan air di lereng-
lereng. Secara umum, adanya hutan dapat mengurangi banjir karena hutan mampu menyimpan
dan menahan air dalam tanah, mempertahankannya serta memperbaiki permebilitas tanah dan
ruang pori-pori (aerasi) tanah.
Hutan pegunungan menurut Soerianegara dan Indrawan (1998), adalah suatu bentuk hutan di
daerah huitan hujan tropis yang merupakan zone hutan hujan tengah dengan ketinggian 1000-
3000 m dpl dan hutan hujan atas 3000-4000 m dpl. Struktur hutan merupakan sebaran idividu
tumbuhan dalam suatu tegakan, baik dalam sebaran kelas diameter maupun dalam berbagai
lapisan tajuk.

Keanekaragaman hayati di Indonesia mempunyai pola penyebaran yang sangat spesifik


berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut, dari hutan pantai hingga dataran tinggi dan
hutan pegunungan. Setiap formasi hutan memiliki perbedaan baik dari perbedaan jenis
penyusunnya, kondisi lingkungan yang ada, struktur hutan, keragaman atau kekayaan jenis, jenis
dominan dan variabel lainya.

1.2. Tujuan

1. Mengenal ekosisitem hutan pegunungan dataran tinggi.

2. Mahasiswa dapat mengamati struktur dan komposisi jenis vegetasi hutan pegunungan.

3. Memahami perbedaan vegetasi hutan pegunungan dataran rendah dan hutan pegunungah
dataran tinggi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Arief (1994) hutan pegunungan adalah hutan yang tumbuh didaerah ketinggian
diatas 2000 mdpl. Umumnya daerah ini dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :

a. Daerah ketinggian 700 1000 mdpl, disebut Mountain Rain Forest

b. Daerah ketinggian 1000 2500 mdpl disebut High Mountain Rain Forest

c. Daerah ketinggian 2500 4000 mdpl disebut Sub Alpine Rain Forest

d. Daerah ketinggian 4000 mdpl disebut High Mountain Rain Forest

Simon (1985) juga menyatakan bahwa hutan dataran tinggi atau pegunungan adalah hutan yang
tumbuh pada ketinggian tempat antara 1.000 - 2.000 m di atas permukaan laut. Dataran ini
biasanya mempunyai curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hutan dataran rendah,
serta mempunyai topografi yang lebih curam. Oleh karena itu sebagian besar dari hutan dataran
tinggi merupakan hutan lindung.

Menuru Arief (1994), daerah pegunungan ini sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim yang
berbeda-beda sesuai dengan ketinggiannya. Jenis pepohonanan yang tumbuh sangat miskin
akan spesies tetapi kaya akan epifit, misalnya lumut daun dan lumut hati yang menyelimuti
tanah serta cabang dan batang-batang pohon. Pola ini mempunyai satu stratum, dimana
semakin tinggi dari permukaan laut maka semakin rendah pohon-pohon yang dijumpai.

Pada daerah tingkatan tertinggi ini tumbuh pepohonan yang hidupnya membelit, bercabang
banyak dan sisi daunnya kecil. Disamping itu, seperti pada daerah dibawahnya, tumbuhan yang
ada diantaranya adalah lumut daun dan lumut hati, namun lebih tebal dan berjuntaian. Paku-
pakuan dan bunga juga tumbuh disini. Karena banyak lumut tebal, maka daerah ini juga
dinamakan hutan lumut. Semakin tinggi daerah ini semakin banyak pula jenis-jenis tumbuhan
yang mirip dengan tumbuhan yang hidup di daerah hutan sedang, seperti Ranumculaceae dan
Veroniceae. Hutan pegunungan dengan ketinggian sekitar 1000 mdpl banyak ditumbuhi pohon-
pohon dari famili Fagaceae, Magnoliaceae, Eracaceae dan hama Melidoceae serta Conivereae
yakni Alvinea.

Menurut Simon ( 1988) jenis-jenis yang terdapat di daerah dataran tinggi ini misalnya Casuarina
Montana, Casuarina junghuniana, Podocarpus spp, Schima noronhae, Schima walihii, Pinus
merkusii, Toona sureni dan Altingia exelsa.

Dalam jenis susunan pohonnya, hutan ini juga berbeda dengan hutan dataran rendah peralihan
antar zona ini terdapat pada ketinggian 700 1000 mdpl. Disamping itu masih banyak ditemui
pula jenis pohon-pohon pada 700 m keatas.

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat

Hari / tanggal : Minggu /27 Januari 2008

Tempat : Hutan pegunungan dataran tinggi Bukit Kaba

3.2 Bahan Dan Alat

Bahan : Tegakan pohon hutan pegunungan dataran tinggi

Alat :

Alat ukur altitude (altimeter)

Alat Ukur PH ( PH Meter )

Meteran
Alat penunjuk arah (kompas)

Alat dokumentasi (kamera)

Alat tulis

3.3 Cara Kerja :

1. Mengamati vegetasi pohon, liana, perdu, ephypit dan tumbuhan bawah lainnya di sekitar
hutan dataran tinggi pegunungan pada ketinggian 1.200 m dpl.

2. Mengamati vegetasi pohon, liana, perdu, ephypit dan tumbuhan bawah lainnya di sekitar
hutan dataran tinggi pegunungan pada ketinggian 1.300 m dpl.

3. Mengamati vegetasi pohon, liana, perdu, ephypit dan tumbuhan bawah lainnya di sekitar
hutan dataran tinggi pegunungan pada ketinggian 1.550 m dpl.(ketinggian puncak 1.610 m dpl)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Dari beberapa pengamatan pada setiap ketinggian, yaitu : 1.200 - 1600 m dpl di peroleh
data, sebagai berikut :

Ketinggian ( m dpl )

Vegetasi yang ada

Kondisi lingkungan

1.200

Pteridophyta

Ephypyt

Liana

Tegakan Dipterocarpaceae

Myrtaceae
Fagaceae

Ketinggian pohon masih relatif baik, yaitu 15 20 m dpl yang berada di tengah-tengah hutan
pada stratum A dan C dengan tajuk yang tebal . Keadaan tanahnya liat berpasir yang
menunjukkan tingkat kesuburan tanah.

1.300

Bamboosa

Pteridophyta

Ephypyt

Liana

Lumut / lichenes

Zingeberaceae

o Masih ada pteridophyta

o Tumbuh bambu

o Banyak tumbuhan bawah

o Lapisan organic menipis

o Seresah menebal

o Kondensasi lebih cepat

o Porositas tanah berkurang

o Pada daun trerdapat bulu

o Kedaan tanah liat berpasir

o Struktur vulkanik lebih besar

o Ukuran pohon berkurang

1500

Pandanus

Bamboosa

Terminalia cattapa
Paku-pakuan

Lumut

Liana

o Insecta berkurang

o Perubahan kecepatan angin sangat tinggi

o Daya adaptasi tinggi

o Tingkat kelapukan masih rendah

o Perubahan suhu tinggi

o Stratum c lebih besar

1610

Pandanus

liana

Lumut

Melastoma

Pakis resam

Krityu

o Vegetasi tegakan tidak memungkinkan

o Aluminium berkurang

o Banyak vegetasi semak belukar

o Stratum C sudah ditemukan

o Pelapukan rendah

o Di dominasi oleh Pandanus

o Kelarutan sulfid tinggi

o Fisik tanah : Soil fisik nutrient cycle

o Hydrogen terikat dengan senyawa logam


4.2. Pembahasan

Dari hasil pengamatan dari kaki hingga ke puncak Bukit Kaba, terlihat cukup jelas
perdedaan karakteristik dan kenampakan fisik pada setiap kenaikan 100 m.

Pada vegetasi hutan dataran tinggi, memiliki tingkat keragaman yang besar antara stratum a, b
dan c, karena pada setiap ketinggian memiliki spesies tanaman yang berbeda. Seperti pada :

1. Ketinggian 1200 mdpl.

Pada ketinggian ini stratum a dan c sangat mendominasi, yaitu tumbuhan atas dan tumbuhan
bawah, kerena pada ketinggian tersebut ketinggian pohon kurang lebih 15 20 m serta epifit
dan liana banyak dijumpai.

2. Ketinggian 1300 mdpl.

Ketinggian pohon berkurang, hal ini disebabkan tiap ketinggian 100 m tekanan udara berkurang
sebanyak 1 atm, sehingga muncul vegetasi Pterodophyta, lumut dan tumbuhan bawah. Pada
kondisi ini tingkat vulkanik sudah dapat dijumpai, ukuran buah kecil, tekanan angin rendah dan
stratifikasi tajuk lebih rendah.

3. Ketinggian 1550 1610 mdpl.

Vegetasi paku-pakuan, Pandanus, Bamboosa, Terminalia cattapa, Lichenes dan tumbuhan bawah
sangat mendominasi. Hal ini disebabkan perubahan suhu yang sangat besar dan tingkat
pelapukan rendah.

Kondisi fisik vegetasi hutan dataran tinggi batang pohonya bengkok/tidak lurus, tinggi bebas
cabang rendah seiring kenaikan ketinggian dari permukaan laut dan untuk bertahan dari suhu
dingin mempunyai daun yang tebal dan kecil-kecil.ada sedikit kemiripan antara kondisi hutan
dataran tinggi dan hutan pantai yaitu terdapat jenis pandan-pandanan mengapa seperti itu
mungki terdapat persamaan media tumbuh yaitu tanah berpasir.

Secara umum, hutan dataran tinggi menunjukkan beberapa perbedaan dibandingkan hutan
dataran rendah, antara lain:

Liana lebih banyak


Tekstur tanah lempung berpasir

Tanaman bawah lebih banyak

Seresah lebih banyak

Stratifikasi tajuk lebih kecil

Dari penjelasan di atas sangat memungkinkan bahwa vegetasi hutan dataran tinggi memiliki
tingkat suksesi yang tinggi. Hal ini karena adanya frekuensi adaptasi pada setiap ketinggian
benar-benar terlihat jelas, baik dari perubahan bentuk daun buah, serta warna tumbuhan
pegunungan.

BAB V

KESIMPULAN

Dari penyusunan data pada vegetasi hutan pegunungan dapat ditarik beberapa kesimpulan:

1. Terjadinya perubahan suhu setiap ketyinggian 100 mdpl sebesar 1 atm

2. Adanya tingkat suksesi pada setiap ketinggian tempat di atas permukaan laut pada hutan
pegunungan

3. Pada ketinggia diatas 1000 mdpl didominasi oleh tumbuh-tumbuhan bawah seperti : lumut,
liana, epifit dan pandan.

Hutan pegunungan bagian atas umumnya ditandai oleh tumbuhnya bangsa Coniferae terutama
pohon buntut tikus (Dacricarpus imbricatus), suku Ericaceae, dan Mirtaceae. Pada puncak-
puncak punggung bukit dan daerah lebih atas dari hutan pegunungan bagian atas keadaannya
cukup kering. Ephipit yang pakling umum dan menonjol di daerah ini adalah lumut janggut dan
lumut kerak.

Anda mungkin juga menyukai