k3 Kesehatan Dan Keselamatan Tenaga Kerja
k3 Kesehatan Dan Keselamatan Tenaga Kerja
2
kegiatan manuver peralatan instalasi listrik sudah menjadi kegiatan rutin bagi
operator gardu induk bersama sama dengan Unit Pengatur Beban / Dispatcher
SCADA.
Rutinitas yang sudah berlangsung lama dan bersifat monoton ini
cenderung memberi peluang terjadinya kesalahan manuver atau kesalahan
prosedur pelaksanaan pekerjaan yang pada akhirnya juga dapat menimbulkan
kecelakaan kerja.perubahan organisasi PT. PLN (Persero) yang secara umum
menuntut agar perusahaan dikelola secara lebih profesional, efektif, efisien dan
andal, maka dalam upaya meningkatkan keandalan dan keselamatan kerja serta
pelayanan kepada konsumen, perlu adany suatu prosedur dalam melaksanakan
pekerjaan pada instalasi tegangan tinggi, khususnya yang menyangkut
keselamatan kerja. Dengan menerapkan prosedur ini secara benar dan sungguh
sungguh, disertai rasa kesadaran yang tinggi diharapkan akan didapat suatu zero
accident.
3
Kepala Transmisi dan Gardu Penyelia Menengah
Induk
Penyelia Dasar
Gardu Induk
Teknisi Transmisi
Juru Administrasi
Pengusahaan Transmisi
dan GI
Teknisi Gardu
Induk
Juru Satuan
Pengamatan
Keterangan :
4
Gambar 1 Struktur Organisasi Unit Transmisi dan Gardu Induk
3 Tugas Pokok Unit transmisi dan Gardu Induk
Unit Transmisi dan Gardu Induk mempunyai tugas pokok melaksanakan
operasi dan pemeliharaan transmisi dan gardu induk. Untuk melaksanakan tugas
pokok sebagai unsur pelaksana, Unit transmisi dan Gardu Induk mempunyai
fungsi :
a. pengoperasian transmisi tenaga listrik dan gardu induk
b. pemeliharaan transmisi tenaga listrik dan gardu induk
c. penanganan gangguan transmisi tenaga listrik dan gardu induk
d. pelaporan keadaan transmisi tenaga listrik dan gardu induk
e. penanganan pengadaan material / jasa sesuai kebutuhn dan
kewenagannya
f. pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja
untuk melaksanakan fungsi tersebut, transmisi dan gardu induk terdiri dari tiga
seksi, yaitu :
5
2. Seksi Pemeliharaan, mempunyai tugas jabatan :
a. Membuat pedoman dan petunjuk dalam bidangnya untuk kelancaran
pelaksanaan pekerjaan
b. Melaksanakan pemeliharaan rutin Transmisi dan Gardu Induk
c. Membuat usulan rencana pemeliharaan Transmisi dan Gardu Induk
d. Menghimpun data kerusakan dan gangguan peralatan Transmisi dan
Gardu Induk sebagai bahan masukan untuk evaluasi kinerja peralatan
e. Membuat usulan rencana peningkatan keandalan dairi kinerja
peralatan Transmisi dan Gardu lnduk berdasarkan evaluasi yang dilakukan
f. Membuat laporan berkala sesuai bidang tugasnya
g. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain sesuai kewajiban dan
tanggung jawab pokoknya
6
c. Pengawas K3, yaitu Petugas Pemeliharaan Senior yang mempunyai
pengalaman dan keahlian dalam bidang pemeliharaan dan pencegahan
kecelakaan dari Unit TRAGI maupun kantor Sektor
d. Penanggungjawab Pekerjaan, yaitu kepala Unit TRAGI
4.1 Tugas dan Tanggung Jawab
Pengawas Manuver
Prosedur
Pengawas Pekerjaan
Keselamatan Kerja
pada Instalasi
Tegangan Tinggi
Pengawas K3
Penanggung Jawab
Gambar 2 Para pengawas untuk melaksanakan prosedur keselamatan kerja pada instalasi tegangan
tinggi.
Tugas dan tanggung jawab para pengawas tersebut adalah sebagai berikut :
Pengawas Manuver
Mengawasi pelaksanaan manuver, mengawasi pemasangan atau pelepasan
sistem pentanahan, menjaga keamanan instalasi dan menghindari kesalahan
manuver yang dilakukan pelaksana manuver (operator)
Pegawas Pekerjaan
Mengawasi pelaksanaan pemeliharaan instalasi yang meliputi metode
pelaksanaan pemakaian alat kerja, pemakaian material, lama pekerjaan (waktu)
7
dan pemasangan pentanahan lokal sehingga pekerjaan pemeliharaan berlangsung
tertib, efektif dan efisien.
Pengawas Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Mengawasi kondisi / tempat tempat yang berbahaya (unsafe condition) dan
tingkah laku / sikap yang berbahaya dari para pelaksana (unsafe act). Mengawasi
pemakaian alat alat keselamatan kerja, melaksanakan pemeriksaan kondisi
petugas sebelum bekerja, pemasangan rambu rambu pengamandan mencegah
terjadinya kecelakaan kerja.
Penanggung Jawab Pekerjaan
Mengkoordinir seluruh kegiatan pemeliharaan dan melakukan koordinasi
dengan unit lain apabila diperlukan.
8
Membuat / mengeluarkan Surat Perintah Kerja (SPK)
Memeriksa kesiapan personil yang akan melaksanakan pekerjaan
Memberikan penjelasan mengenai pekerjaan yang akan
dilaksanakan dan cara cara melaksanakannya dan cara cara
melaksanakannya dengan baik dan aman
Memberikan penjelasan mengenai macam alat kerja dan alat
pengaman kerja / pelindung diri yang harus dipakai
Menjelaskan tempat tempat yang rawan terhadap bahaya
kecelakaan kerja
Membuat rencana pengamanan terhadap instalasi yang dikerjakan
Membagi tugas sesuai dengan kemampuan, keahlian dan
pengalaman masing masing
Menyusun langkah langkah untuk manuver pembebasan
tegangan
9
Memasang sekat sekat isolasi / partisi atau selubung
isolasi pada peralatan / lokasi yang memungkinkan terjadi penggerakan
(pisau pisau PMS yang terbuka dan lain lain)
Memasang rambu rambu pengaman (tanda
tanda peringatan) daerah berbahaya dan daerah aman
Membuat / mengeluarkan Pernyataan Bebas
Tegangan. Dengan dikeluarkannya surat ini berarti peralatan / instalasi sudah
aman dan siap untuk dikerjakan
Melaksanakan pekerjaan sesuai rencana (pekerjaan
hanya dilaksanakan oleh personil yang telah ditunjuk dan diperiksa pada saat
persiapan)
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan (pengawasan
pekerjaan dan pengawasan K3)
Jika dibuat sebuah diagram, maka dapat dilihat sebagai berikut :
Penguncian Pemisah
Pengetesan Tegangan
Pentanahan
Pelaksanaan Pekerjaan
10
Hal hal yang harus dilaksanakan pada tahap ketiga ini adalah sebagi
berikut :
Pemeriksaan hasil pekerjaan
pengawas pekerjaan meneliti kembali lokasi pekerjaan
sekelilingnya secara cermat, misalnya hasil pekerjaan, benda- benda asing,
peralatan dan perlengkapan kerja lainnya yang mungkin masih tertinggal
Pelepasan pentanahan setempat (pentanahan
portable)
lepaskan seluruh klem yang terpasang pada
sistem pentanahan setempat yang terpasang pada instalasi dengan
menggunakan stock arde (tongkat pentanahan).
Pentanahan dilepaskan terlebih dahulu
dibagian instalasi keudian pada bagian sistem pentanahan / arde.
Menyimpan peralatan pada tempatnya
Pelepasan tanda / rambu pengaman
setelah sistem pentanahan setempat dilepas, maka
peralatan pengaman lainnya seperti kunci kunci, rambu rambu dapat
dilepas
fuse / sekering MCB untuk motor PMS dimasukkan
kembali
pengawas pekerjaan memberitahu kepada semua
pelaksana bahwa instalasi sudah tidak aman lagi untuk dilakukan pekerjaan
Membuat pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai
setelah pekerjaan selesai sesuai dengan prosedur, pengawas
pekerjaan mengeluarkan pernyataan selesai pekerjaan
Persiapan pemberian tegangan
Pengawas Pekerjaan, Pengawas Manuver dan Pengawas K3
melaksanakan pemeriksaan ulang terhadap kondisi instalasi untuk persiapan
pemberian tegangan
Manuver pemberian tegangan
11
setelah diperiksa bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan baikdan
instalasi siap untuk dinormalkan / diberi tegangandan dibebani, maka
selanjutnya dilaporkan ke PIOP Sektor dan Piket UPB. Berdasarkan perintah
Piket UPB / APD operator melakukan manuver pemberian tegangan.
Saat melaksanakan manuver KSO (Pengawas Manuver) mencatat,
mengawasi / memantau pelaksanaan manuver sesuai perintah UPB / APD.
12
Semua pengaman lebur (fuse) yang dikeluarkan harus dipasang
kembali
PMS PMS rel dan line dimasukkan
PMT (pemutus tenaga) dimasukkan
Pelaksana manuver oleh operator atas perintah / ijin piket UPB
untuk sisi tegangan tinggi dan piket APD untuk sisi tegangan menengah.
TAHAP I PERSIAPAN
PEMBEBASAN
TEGANGAN DAN
TAHAP II PELAKSANAAN
PEKERJAAN
PEKERJAAN SELESAI
DAN PEMBERIAN
TAHAP III TEGANGAN
13
Tabel 1 Jarak minimum aman dalam melaksanakan pekerjaan instalasi sistem bertegangan
Sistem Tegangan (kV) Jarak Aman (cm)
1 52 50
60 72.5 75
80 100 100
100 145 120
150 170 140
220 245 210
275 420 350
JARAK AMAN
DAERAH
BERBAHAYA
14
Gambar 6 Daerah berbahaya dan jarak aman untuk pekerjaan bertegangan
15
e. APD (DCC)
16
5. a. jika tegangan sudah tidak ada, maka PMS tanah ditutup
b. mengunci tuas tuas penggerak
c. memasang rambu rambu pada mimic panel
9.2 Manuver Pemberian Tegangan
17
4. a. menutup PMT
b. memeriksa secara visual apakah PMT tersebut sudah menutup secara
sempurna
c. melepas rambu peringatan pada mimic panel
18
5. membuka PMT Kopel
6. membuka PMS Rel I Kopel
7. membuka PMS Rel II Kopel
19
Gambar 11 Diagram garis tunggal manuver pemberian dan pembebasan tegangan pada penghantar
yang dioperasikan pararel dan disuatu sisi menggunakan PMS
20
a. potensi bahaya yang disebabkan oleh sikap / tingkah laku manusia
yang tidak aman (unsafe act)
b. potensi bahaya yang disebabkan oleh kondisi / keadaan tempat
kerja dan peralatan kerja serta instalasi yang tidak aman (unsafe condition)
21
dikurangi sampai sekecil kecilnya. Berikut ini merupakan beberapa usaha / cara
cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam manuver.
Tabel 2 Potensi Bahaya Kecelakaan dan Pencegahannya
No. Potensi Bahaya yang Pencegahan Kecelakaan
Dapat Menimbulkan
Kecelakaan
YANG DISEBABKAN
OLEH UNSAFE ACT
1. Isi, maksud dan tujuan Mengkonfirmasikan kembali perintah manuver
manuverkurang jelas, tersebut kepada pemberi perintah (dispatcher),
kurang dimengerti oleh sehingga perintah dapat dimengerti dengan baik
penerima perintah / dan jelas maksud serta tujuannya.
operator
22
SOP yang berlaku b. bersikap tenang, aman dan tidak ceroboh
c. jangan melaksanakan manuver dengan
sikapayang tidak aman, misalnya sambil
bergurau, makan, merokok dan sebagainya.
d. Pelaksana manuver agar selalu menjaga
jarak aman terhadap peralatan.
e. Pelaksana manuver harus sesuai dengan
prosedur / SOP yang berlaku.
f. Menggunakan peralatan pelindung diri.
g. Pelaksana manuver harus diawasi oleh
pengawas manuver.
h. Sebelum memasukkan PMT / PMS,
operator harus mengecek dulu apakah
instalasi peralatan sudah siap untuk diberi
tegangan.
YANG DISEBABKAN
OLEH UNSAFE
CONDITION
1. adanya tegangan / arus
listrik yang a. pelaksana manuver harus berada pada jarak
membahayakan aman dari peralatan yang bertegangan
b. pelaksana manuver harus menggunakan
pelindung diri
c. pelaksana manuver tidak boleh berada pada
daerah bahaya maupun menyentuh peralatan
bertegangan
d. pelaksana manuver jangan sampai keliru
membuka / menutup PMT, PMS maupun
PMS tanah
e. sebelum mengeluarkan PMS Rel, Len
maupun PMS Kabel, pelaksana manuver
23
harus mengecek secara visual apakah PMT
sudah terbuka atau belum
f. antara PMT, PMS dan PMS Tanah,
sebaiknya dilengkapi dengan sistem
interlock, sehingga kesalahan operasi / salah
urutan dapat dihindari
g. sebelum memasukkan PMS Tanah, operator
harus mengecek dulu apakah sudah bebas
tegangan atau belum dengan menggunakan
tester tegangan
2 kemungkinan timbulnya
ledakan / kebakaran pada a. pada waktu menutup / memasukkan kembali
peralatan, misalnya pada PMT yang trip karena suatu gangguan
PMT, PMS, CT, PT dan dengan cara lokal harus berhati hati dan
sebagainya jika terjadi selalu memakai pelindung diri.
kesalahan dalam b. Setelah terjadi ganggun, pelaksana manuver
manuver atau adanya hanya memasukkan kembali PMT yang yang
kegagalan kerja dari benar benar siap untuk dioperasikan, yaitu :
peralatan yang Tidak terjadi kerusakan / cacat pada
digunakan PMT dan peralatan pendukung PMT
Tidak terdapat indikasi gangguan
berat
c. pada saat melaksanakan manuver, harus
diawasi pengawas manuver
d. pemasukan PMT secara lokal setelah trip
agar dihindari, kecuali dapat dipertanggung
jawabkan atau dalam keadaan darurat
3. Sistem penerangan yang
kurang baik sehingga a. memasang penerangan permanen pada
obyek kerja dan switchyard dengan luminasi yang baik
peralatan kurang jelas b. pelaksana manuver harus membawa
24
terlihat penerangan portable
4. Cuaca buruk
a. tidak diperkenankan bekerja I switchyard
pada saat cuaca buruk
b. menginformasikan kondisi cuaca buruk
kepada pemberi perintah manuver, sehingga
manuver dapat ditunda
5. Adanya gangguan
peralatan komunikasi a. menunda pelaksanaan manuver jika perintah
manuver tidak diterima dengan jelas
b. melakukan komunikasi ulang dengan
pemberi perintah manuver
25
4. pada gardu induk yang besar perlu dipasang lebih dari satu kawat
pentanahan pada setiap titik pentanaha, sesuai dengan fault level gardu induk
yang bersangkutan.
5. pemasangan kawat tanah seyogyanya didahului dengan pemasukan
pemisah tanah.
6. pelaksanaan pentanahan harus menerima perintah langsung dari pejabat
yang berhak, baik secara tertulis, secara lisan, maupun melalui alat
komunikasi. Perintah tersebut harus dicatat oleh pelaksana pentanahan,
kemudian dibacakan kembali untuk mendapat konfirmasi sebelum dapat
dilaksanakan.
7. pemberi perintah pentanahan harus membuat rencana pentanahan secara
tertulis dan terinci urutan pekerjaannya.
8. alat pentanahan portable harus disimpan ditempat khususyang terhindar
dari bahaya bahaya yang merusak, alat tersebut hanya dikeluarkan dari
tempat penyimpanan apabila ada perintah untuk menggunakannya. Dan
setelah selesai dipergunakan, alat tersebut harus dikembalikan ketempat
penyimpanannya.
9. alat pentanahan portable harus diperiksa setiap triwulan sekali, dan hasil
pemeriksaannya dicatat dalam kartu pemeliharaan yang bersangkutan.
Pemeriksaan juga harus dilaksanakan sebelum digunakan. Setiap alat
pentanahan portable yag rusak harus ditarik dari pemakaian.
10. pejabat pemberi perintah pentanahanwajib mengatur dan mengambil
langkah langkah yang perlu, guna menjamin bahwa pelaksanaan pentanahn
berada pada jarak yang aman dari bagian bagian yang bertegangan.
11. sebagai pengamanan tambahan, pejabat pemberi perintah pentanahan
haruslah memperhitungkan adanya cukup rele proteksi yang akan segera
bekerja pada rangkaian rangkaian yang bersebelahan, bilamana terjadi
kesalahan dalam pelaksanaan pentanahan.
12. pelaksanaan pemasangan alat pentanahan portable sebaiknya dilaksanakan
oleh 2 orang satu sebagai pelaksana dan satu sebagai pengawas.
26
13. kawat pelepas muatan untuk pentanahan pada tower harus mempunyai
penampang kawat minimal 25 mm2 setara tembaga.
14. pada saat membawa peralatan pelepas muatan keatas traverse agar
diperhatikan jangan sampai melampaui jarak aman yang diijinkan.
2. PMS tanah
Alat ini dipergunakan sebagai pengaman pad
penyulang / penghantar terhadap tegangan sisa.
Cara penggunaan :
PMS pentanahan dimasukkan setelah penyulang /
penghantar tersebut bebas dari tegangan kerja.
27
3. Alat pentanahan (gambar 4.13 dan gambar 4.14)
portable
Terbuat dari bahan non konduktor, berbentuk seperti
4. Voltage tester galah dan pada ujungnya terdapat alat yang dapat
(alat tes menyalakan indikator tegangan (gambar 4.15).
tegangan) Berfungsi untuk meyakinkan apakah penyulang
penyulang / alat alat listrik lainnya yang telah
dibebaskan dari tegangan kerja masih bertegangan atau
sudah bebas, hal ini dapat dilihat pada indikator
tegangan alat tersebut.
Macamnya :
5. Rambu rambu Pita / rantai yang terbuat dari bahan non
pengaman / tanda konduktor yang berwarna merah, dilengkapi dengan
peringatan tonggak - tonggak / patok untuk menyangga dan
dipasang sebagai pembatas daerah kerja
pemeliharaan.
Bendera merah dipasang pada tonggak tonggak
didaerah atau lokasi yang berbahaya (diluar lokasi
pemeliharaan)
Bendera hijau dipasang pada tonggak tonggak
didaerah atau lokasi pekerjaan yang aman
Tanda tanda peringatan yang bertuliskan
peringatan atau larangan
Daerah berbahaya dipasang tanda peringatan
awas berbahaya ada tegangan
Tanda peringatan jangan dimasukkan sedang
dikerjakan dipasang pada PMT dan PMS dari daerah
yang diisolir.
Sistem pemasangan rantai /pita pengaman ada 2
28
macam : sistim pengaman terbuka, yaitu menutup
daerah yang berbahaya disekitar tempat pekerjan.
Sistim pengaman tertutup, yaitu menutup /
mengelilingi daerah pekerjaan dan hanya disediakan
pintu masuk ketempat pekerjaan tersebut.
Pemberian tanda tanda dilakukan oleh
pengawas pekerjaan dan pengawas K3.
10. Sabuk pengaman Dipakai untuk pengamanan para petugas yang bekerja
memanjat ketempat tempat yang tinggi seperti tower,
tiang menara, busbar dan lain sebagainya.
Terbuat dari karet atau kulit atau juga dari bahan lain
11. Sepatu kerja yang bersifat non konduktor dengan sol atau alas tanpa
29
paku dan lars yang tinggi yang berfungsi melindungi
kaki pada saat melakukan pekerjaan. Macamnya : sepatu
tahan tegangan, sepatu tahan pukul, sepatu tahan licin
dan sebagainya.
30
17. Jas hujan
31
Gambar 13 Alat pentanahan portable
32
Gambar 15 Voltage tester (alat tes tegangan)
14 Petunjuk Pelaksanaan Pemasangan Pentanahan Setempat pada
Pekerjaan Pemeliharaan Transmisi Tegangan Tinggi
Pentanahan peralatan tegangan tingi dilaksanakan sebagai bagian dari
tindakan pengamanan guna melindungi personil yang sedang bekerja atau
33
menguji / mencoba suatu peralatan, terhadap pengaruh / bahaya yang diakibatkan
oleh pemberian tegangan tak sengaja atau tegangan induksi.
Hasil perlindungan yang diperoleh dengan pentanahan tergantung dari kombinasi
keadaan sebagai berikut :
1. kesempurnaan pemasangan pentanahan dan kemampuannya untuk
memikul / menyalurkan arus gangguan ketanah, sampai bekerjanya sistem
proteksi yang bersangkutan.
2. kecepatan bekerjanya sistem proteksi yang bersangkutan.
3. besarnya tegangan sistem, gradien tegangan sampai ditempat
pentanahan dan besarnya tingkat arus gangguan (fault level) pada tempat
bekerja.
Ketentuan ini berlaku sebagai petunjuk dalam menempatkan / memasang
peralatan pentanahan untuk melindungi personil yang sedang bekerja atau
menguji peralatan sistem tegangan tinggi.
Peralatan tegangan tinggi pada tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan
harus telah diberi tanda pengenal. Tanda tersebut harus tetap efektif selama
pekejaan berlangsung.
Bahaya utama terhadap personil yang memasang peralatan pentanahan
pada peralatan tegangan tinggi adalah kejutan listrik (electrical shock), terbakar
atau terjatuh sebagai akibat dari :
pemasangan pentanahan pada peralatan tegangan tinggi yang masih
bertegangan
sambungan pentanahan yang tidak baik atau peralatan pentanahan yang
tidak memenuhi syarat.
Salah cara (metoda) atau salah urutan tahap pelaksanaan pemasangan /
pelepasan peralatan pentanahan.
Salah cara melaksanakan pemasangan atau pelepasan peralatan
pentanahan.
Tidak sengaja menyinggung peralatan tegangan tinggi yang bertegangan
karena kehilangan kendali atau karena kesulitan dalam penanganan peralatan
pentanahan yang portable.
34
15 Pekerjaan pada Tiang Tegangan Tinggi
Pekerjaan pada tiang tegangan tinggi merujuk kepada petunjuk pentanahan
pada instalasi tegangan tinggi. Pekerjaan tiang ada beberapa macam, yaitu :
1. Bekerja pada tiang tidak termasuk penyambungan atau pelepasan
konduktor
35
Gambar 17 Melepas sementara dan memasang
kembali jembatan pada tiang penegang
3. Melepas mur baut terminal jembatan dan menurunkan konduktor sampai
ke tanah pada tiang penegang
36
Gambar 18 Melepas mur baut terminal jembatan dan menurunkan
konduktor sampai ke tanah pada tiang penegang
4. Menaikkan konduktor sampai ke traverse pada tiang penegang dan
memasang mur baut pada terminal jembatan
37
Gambar 19 Menaikkan konduktor sampai ke traverse pada tiang penegang
dan memasang mur baut pada terminal jembatan
5. Melepas jembatan untuk memisahkan rangkaian secara permanen atau
membuat seksi pada tiang penegang
38
Gambar 20 Melepas jembatan untuk memisahkan rangkaian
secara permanen atau membuat seksi pada tiang penegang
39