Banjir yang sering terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan karena sungai dan saluran- saluran
air (drainase) tidak mampu menampung air hujan yang sangat deras pada musim- musim penghujan.
Tingginya curah hujan tidak diimbangi dengan penyerapan air sehingga menyebabkan banjir air.
Penyerapan air menjadi tidak optimal dikarenakan hutan telah beralih fungsi menjadi lahan
pertanian.
Pembangunan gedung- gedung di daerah resapan air juga turut memperparah penyerapan air
sehingga pada musim kemarau tidak ada air yang tertampung di dalam tanah. Perlu dilakukan
pemetaan daerah rawan banjir dan kekeringan sebagai upaya penanggulangan banjir dan kekeringan.
Setelah dilakukan pemetaan, maka harus diikuti dengan perencanaan penanggulangan bencana serta
menyiapkan sarana dan prasarana untuk mengatasi bencana banjir dan kekeringan.
Erosi oleh air dan perilaku buruk masyarakat dalam membuang sampah dapat menyebabkan
kerusakan pada bantaran sungai. Kerusakan bantaran sungai tersebut akan mempengaruhi
ketersediaan sumber daya air. Oleh sebab itu, perlu dilakukan konservasi untuk menjaga kelestarian
air sungai.
Erosi adalah proses pengikisan permukaan bumi yang disebabkan oleh beberapa tenaga alam, salah
satunya adalah pengikisan oleh air. Sedangkan sedimentasi adalah proses pengendapan tanah. Erosi
tanah dan sedimentasi ini banyak dipengaruhi oleh air sehingga pencegahannya berhubungan dengan
konservasi atau pengelolaan sumber daya air.
Memeliharaan daerah resapan air hujan dengan cara mematuhi peraturan Koefisien Bangunan Dasar
(KBD) agar kemampuan tanah dalam menyerap air menjadi lebih baik.
[KONSERVASI AIR] Bisnis Internasional
Suhartono Wahyu N|0102141223
Melakukan rehabilitasi hutan dengan cara menjaga kawasan pegunungan agar tertutup dengan
vegetasi tetap sekurang- kurangnya 70 persen.
Melestarikan kawasan hutan lindung dan suaka alam.
Mengatur sarana dan prasarana sanitasi.
Mengendalikan pengolahan tanah di wilayah hulu.
Membuat kriteria bagi daerah sekitar mata air, yakni minimal 200 meter dari daerah mata air
sehingga mata air di hutan tetap terjaga dan bersih dari aktivitas manusia.
Menanam pohon- pohon penyimpan air di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS). Beberapa jenis
pohon yang dapat ditanam adalah pohon mahoni, trembesi, bambu, angsana, akasia dan lain
sebagainya.
Membuat sumur resapan dan biopori minimal satu di setiap rumah.
Menerapkan teknik terassering pada lahan di daerah lereng pegunungan.
Melakukan pembangunan dam untuk menampung dan mengendalikan air. ( baca : Manfaat
Penampungan Air )
Menghindari bercocok tanam di daerah lereng yang terjal dengan kelerengan lebih dari 40 persen.
(baca : Jenis Tanah Untuk Pertanian)
Membuat jebakan lumpur di daerah lereng, yakni berupa parit-parit yang dibangun dengan panjang,
lebar dan dalam yang berbeda- beda serta sejajar dengan kontur tanah.
Membersihkan jebakan lumpur yang telah dibuat, terutama pada musim penghujan.
Menghindari eksploitasi lahan pada daerah dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1000 m di
atas permukaan laut.
Menghindari bercocok tanam di daerah yang rawan erosi. (baca : Cara Mencegah Erosi Tanah)
Melakukan pembetonan dan menanam pohon di bantaran sungau untuk melindungi bantaran sungai
dari erosi.
Melarang pembangunan tempat tinggal atau bangunan lain di bantaran sungai, serta menindak tegas
pelakunya.
Menghilangkan kebiasaan membuang sampah di sungai
Membuat aturan dan sangsi tegas bagi orang yang membuang sampah di sungai.
Menampung air hujan yang berlebihan dan memanfaatkannya pada saat diperlukan.
Menghemat penggunaan air, yakni dengan cara memakai air secara bijak, efektif dan efisien. Hal
tersebut dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari- hari, misalnya tidak membuka kran dalam
kondisi maksimal jika tidak sedang menampung air, selalu ingat untuk mematikan kran air setelah
digunakan dan lain- lain.
Mengendalikan penggunaan air tanah.