Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam kehidupan kita sehari-hari, Ketika tangan anda tenggelam
dalam cucian untuk waktu yang lama, kulit anda terlihat membengkak.
Terkadang juga saat kita menaruh garam pada siput, air akan berdifusi
dan siput tersebut akan mengalami penyusutan. Selain hal diatas,
dalam tubuh juga mengalami hal demikian. Hal ini untuk pasien yang
menderita penyakit ginjal. Dalam proses ini, dialyzer menghilangkan
produk limbah dari darah pasien melalui membran mendialisis, dan
melewati mereka ke dalam tangki cairan dialisis. Sel-sel darah merah
yang lebih besar dalam ukuran tidak bisa melewati membran dan
dipertahankan dalam darah. Jadi, dengan proses limbah osmosis terus
dikeluarkan dari darah.
Setiap kejadian diatas memiliki nilai tekanan osmosis yang
berbeda. Oleh karena itu dilakukan praktikum Penentuan Tekanan
Osmosis Cairan Sel agar mengetahui nilai tekanan osmosis pada
setiap peristiwa osmosis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap
prosentase sel yang terplasmolisis?
2. Bagaimana cara menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan
metode plasmolisis?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan terhadap prosentase sel
yang terplasmolisis.
2. Mengetahui cara menghitung sel yang terplasmolisis.
D. Hipoteis
Jika semkin tinggi konsentrasi larutan sukrosa maka semakin banyak
sel epidermis daun Rhoeo discolor yang terplasmolisis.

1
BAB II

KAJIAN TEORI

Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel


karena sel berada dalam larutan hipertonik. Plasmosis dapat memberikan
gambaran untuk menentukan besarnya nilai osmosis sebuah sel. Jika sel tumbuhan
ditempatkan dalam larutan yang hipertonik terhadap cairan selnya , maka air akan
keluar dari sel tersebut sehingga plasma akan menyusut. Bila hal ini berlangsung
terus menerus, maka plasma akan terlepas dari dinding sel disebut plasmolisis.
Jika sel tumbuhan, misalnya sel spirogyra diletakkan dalam larutan yang
dipertonik terhadap sitosol sel tersebut, maka air yang berada dalam vakuola
menembus ke luar sel. Akibatnya protoplasma mengkerut dan terlepas dari
dinding sel. Terlepasnya protoplasma dari dinding sel disebut plasmolisis (Tim
Pembina Fisiologi Tumbuhan, 2009:3).
Jika sebatang tanaman air tawar atau darat diletakkan ke dalam air laut sel
selnya dengan cepat kehilangan turgornya dan tanaman tersebut menjadi layu.
Hal ini disebabkan karena air laut itu hipertonik terhadap sitoplasma.
Dengan dengan demikian air berdifusi dari sitoplsama ke air laut sehingga sel
sel itu mengkerut. Keadaan ini disebut Plasmolisis (Kimball,1994: 84).
Apabila konsentrasi larutan dalam sel tinggi, air akan masuk sel dan terjadi
endosmosis. Hal ini meneyebabkan tekanan osmosis sel mnenjadi tinggi.
Keadaaan yang demikian dapat memecahkan sel (lisis). Jadi lisis adalah
hancurnya sel karena rusaknya atau robeknya membrane plasma. Sebaliknya,
apabila konsetrasi larutan di luar sel lebih tinggi , air dalam sel akan keluar dan
terjadi eksosmosis. Eksosmosis pada hewan akan menyebabkan pengerutan sel
yang disebut krenasi dan pada tumbuhan akan menyebabkan terlepasnya embran
dari dinding sel yang disebut plasmolisis. Plasmolisis adalah peritstiwa
mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membrane pellasma dari dinsing sel
tumbuhan jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik (larutan garam lebih
dari 1%) (Buana dkk, 2011:5).
Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membrane sel dari dinding sel
sebagai dampak dari hipertonisnya larutan dari luar sel, sehingga cairan yang
berada di dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi nol.

2
Efek selanjutnya yang ditimbulkan adalah karena potensial air dalam sel lebih
tinggi dari luar sel, maka air di luar sel bergerak ke dalam dinding sel mendesak
membran sel yang mengakibatkan membrane sel terlepas dari dinding sel. Larutan
tersebut tidak dapat menembus membrane sel karena memiliki ukuran yang lebih
besar dari molekul air. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Didik Indradewa
dan Eka Tarwaca SP. (2009) yaitu pergerakan air terjadi dari potensial air lebih
tinggi ke potensial yang lebih rendah, dari larutan dengan konsentrasi lebih rendah
ke konsentrasi yang lebih tinggi, dan dari larutan yang lebih encer ke larutan yang
lebih kental. Tanda-tanda yang terlihat pada sel yang mengalami plasmolisis ini
adalah menghilangnya warna yang ada di dalam sel dan mengerutnya pimggiran
membrane sel ke arah dalam.
Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel,
sebagai unit terkecil kehidupan, terjaid sirkulasi keluar masuk suatu zat. Adanya
sirkulasi ini menjelaskan bahwa sel dinamis denga lingkungannya. Jika
memerlukan materi dari luar maka sel harus mengambil materi itu dengan segala
cara, misalnya dengnan mengatur tekanan agar terjadi perbedan tekanan
sehinggga materi dari luar bias masuk.
Plasmolisis merupakan dampak dari peritiwa osmosis. Jika sel tumbuhan
dileteakkan pada larutan hipertonik. Sel tumbuhan akan kehilangan air dan
tekanan turgor, yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan
kondisi sel seperti ini disebut layu. Kehilangan air lebih banyak lagi
meenyebabkan terjadinya plasmolisis, dimana tekanan harus berkurang sampai di
suatu titik dimana sitoplasma mengerut dan menjauhi dinding sel, sehingga dapat
terjadi cytorhysis contohnya dinding sel (Beck, 2000).
Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air
secara berlebihan juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plamolisis dapat
dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik. Plasmolisis biasanya terjadi
pada kondisi yang ekstrim, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara
sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalnitas tinggi
ataupun larutan gula untuk menyebabkan eksosmosis (Buana dkk, 20011:5)

3
Terdapat banyak teori mengenai membrane plasma yang dikemukakkan oleh
para ahli tetapi pada dasarnya ada dua kelompok teori tentan susunan suatu
membrane plasma yaitu :
- Leafleat theory yang menyatakan bahwa membrane plasma tersusun atas
lapisan lapisan.
- Teori globular yang menyatakan bahwa membrane plasma tersusun sebab
bola bola yang terderet.(Juwono & Zulfa, 2000:21)
Membran plasma adalah selaput pembungkus dan pembatas suatu sel dengan
organel lainnya. Membrane plasma memiliki sifat selektif permeable dan dinamis,
antara lain adanya pertumbuhan membrane plasma, fragmentasi, difrensiasi,
perbaikan dari perusakan dan perubahan struktur tiga dimensinya. Pada organism
multisel, sel sel tersusun sedemikian rupa menjadi rakitan yang bekerja sama
yang disebut jaringan sel sel dalam sautu jaringan umumnya berhubungan satu
sama lain mellaui jalinan yang rumit terdapat pengaturan sel dalam membrane
plasma (Ray, 2001).

A. Difusi
Difusi merupakan suatu proses lewatnya bahan bahan tertentu lewat
suatu membrane sebab akibat konsentrasi yang berbeda beda. Apabila
membrane plasma ini bersifat semi permeable maka hanya bahan bahan
tertentu saja yang dapat melewatinya dengan cara difusi. Difusi melewati
membrane plasma ini pada umumnya bersifat khas karena membtutuhkan
bantuan enzim tertentu, sehingga membrane sel disebut bersift enzyme
controlled permeable (Juwono & zulfa, 2000:24).
Seperti yang di dijelaskan, difusi sering terjadi akibat adanya
perbedaan konsentrasi bahan di satu titik dengna titik lain (ketika zat warna
tadi mulai melarut, air di dekat Kristal berwarna sangat pekat, tapi pada jarak
tertentu tak ada warna). Perbedaan konsentrasi sangat lazim terjadi, terutama
dalam sel yang hidup dan dalam organism pada umumnya. Contohnya, ketika
senyawa organisk tertentu dalam sitosol masuk ke dalam sel dan
dimetabolismekan oleh mitokondria, maka konsentrasi di dekat mitokondri

4
dipertahankan lebih rendah daripada konsentrasinya dideekat kloroplas yang
berfotosintesis di dalam sel yang sama.
Difusi (perpindahan neto partikel atau bola) terjadi akibat gradient
konsetrasi. Konsentrasi adalaah banyaknya bahan atau jumlah partikel
persatuan volume. Gradient terjadi bila suatu parameter, misalnya konsentrasi,
berubah secara bertahap dari satu volume ruang ke volume ruang lain
(Salisbur,1995:32).
B. Osmosis
Osmosis ialah lewatnya zat pelarut melalui membrane plasma sebagai
akibat perbedaan tekanan osmosis. Dalam hal ini zat pelarut akan melewati
satu membrane dari larutan yang berdkadar rendah ke dalam larutan yang
berkadar tinggi sehingga tercapai suatu kesetimbangan. (Juwono dan Zaulfa,
2000:25).
C. Transport Makromolekul dan pertikel
Membrane sel mempunyai sifat sifat untuk yang dinamis tercermin pada
kejadian kejadi timbulnya invaginasi atau peliputan membrane pada proses
fi\otosintesis, pinositna seksositosis.Mekanisme pengangkutan makromolekul
dan partikel melalui eksositosis apabila berlangsung pelepasan dari sel dan
melalui endositosis, apabila kemasukan ke dalam sel. Dasar mekanisme kedua
jenis pengankutan ini sama hanya berbeda dalam urutan tahap-tahapannya
yang berlangsung berlawanan. Berdasarkan sifat dan ukuran bahan yang
ditelan oleh sel, cara transportasi molekul dan partikel dibedakan menjadi
pinositosis (meminum) apabila tertelan merupakan larutan dengan melalui
pembentukan gelembung geelembung kecil dan fogestosis (makan) apabiala
yang ditelan adalah makromolekul atau partikel melalui pembentukan
gelembung gelembung lebih besar (Subowo, 1995:62-63).
D. Tekanan Osmotik
Plasmolisis menunjukkan bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk
suatu zat , artinya suatu zat / materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk
melalui membrannya. Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak
diam, tetapi dinamis dengan lingkungannya, jika memerlukan materi dari luar
maka ia harus mengambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur

5
tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa
masuk.
Jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air ditentukan
oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya di dalam sel. Jika
potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke potensial air yang
lebih rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang
terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu
cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun
demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang
dibentuk oleh dinding sel. Plasmolisis merupakan keadaan membran dan
sitoplasma akan terlepas dari dinding sel . Sel daun Rhoeo discolor yang
dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi
konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis
(Tjitrosomo, 1987).
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat
permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan
oleh sel-sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan tampak di tepi
gelembung yang berwarna kebiru-biruan berarti ruang bening diantara dinding
dengan protoplas diisi udara. Jika isinya air murni maka sel tidak akan
mengalami plasmolisis.
Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang
menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel.Benang-benang tersebut
dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada
molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah
(Salisbury, 1995).
Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplasma agar
tetap menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan
berakibat lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti
ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang
separuh jumlah selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan
di dalam sel = 0. Potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien

6
setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan
larutan tercapai (Salisbury and Ross, 1992).
Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya,
yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel.
Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3
komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan.
Sel yang isinya air murni tidak mengalami plasmolisis. Jika suatu sel
dimasukan ke dalam air murni, maka struktur sel itu terdapat potensial air
yang nilainya tinggi (= 0), sedangkan di dalam sel terdapat nilai potensial air
yang lebih rendah (negatif). Hal ini menyebabkan air akan bergerak dari luar
sel masuk ke dalam sel sampai tercapai keadaan setimbang. Osmosis pada
hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara
differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi
rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan
osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan
osmosisnya (Tjitrosomo, 1987). Proses osmosis akan berhenti jika kecepatan
desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh
perbedaan konsentrasi (Kimball, 1983).
Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis
(solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis
cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di
dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis
dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel
mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel
bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan
tekanan hidrostatik dalam isi sel.
Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga
semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin
tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin
negatif) dan konsentrasi partikel-partikel terlarut semakin tinggi maka nilai

7
potensial osmotiknya semakin rendah. Potensial air murni pada tekanan
atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka
potensial air suatu larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif (Salisbury
dan Ross, 1992).

8
BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


1. Alat :
a. Silet 1 buah
b. Mikroskop 1 buah
c. Pipet tetes 1 buah
d. Kaca objek 1 buah
e. Kaca penutup 1 buah
f. Kaca arloji atau cawan petri 8 buah
2. Bahan :
a. Daun Rhoea discolor
b. Larutan sukrosa dengan molaritas 0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22
M; 0,20 M;0,18 M; 0,16 M dan 0,14 M.

B. Variabel dan Definisi Operasional


1. Variable Kontrol : Sayatan daun Rhoea discolor dan
perbesaran mikoskop
Definisi Operasional : Pada percobaan ini daun disayat melintang
dan menggunakan perbesaran mikroskop yang tetap.
2. Variable Manipulasi : Larutan sukrosa
Definisi Operasion : Pada percobaan ini yang di manupulasi
adalahLarutan sukrosa dengan molaritas 0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22
M; 0,20 M;0,18 M; 0,16 M dan 0,14 M.
3. Variabel Respon : Jumlah seluruh sel pada satu lapang
pandang, jumlah sel yang terplasmolisis dan prosentase jumlah sel
terplasmolisis terhadap jumlah selseluruhnya.
Definisi Operasional : Saat percobaan hasil yang diketahui dari
varibael manipulasi adalah Jumlah seluruh sel pada satu lapang
pandang, jumlah sel yang terplasmolisis dan prosentase jumlah sel
terplasmolisis terhadap jumlah selseluruhnya.

9
C. Rancangan Percobaan

Dituangkan ke cawan petri dengan


volume 5 ml sebanyak 8 kaca arloji
Larutan Sukrosa dengan molaritas berbeda dan diberi
label

Di sayat daun yang


Daun Rhoeo discolor
berwarna ungu

Diletakkan di 8 cawan petri Sayatan daun Rhoeo


berisi larutan sukrosa yang discolor
berbeda molaritas dan
didiamkan 30 menit

10
Ditutup dengan cover glass Letakkan di atas objek glass
yang telah dibersihkan
dengan alkohol

Letakkan di atas mikroskop


dan diamati sel yang
terplasmolisis.

D. Langkah Kerja
1. Siapkan 8 buah kaca arloji, isi masing-masing dengan 5 ml larutan
sukrosa yang telah disediakan dan beri label masing-masing kaca arloji
berdasarkan konsentrasi larutan.
2. Ambil daun Rhoea discolor, kemudian sayatlah lapisan epidermis yang
berwarna dengan pisau silet. Usahakan hanya menyayat selapis sel.
3. Masukkan sayatan-sayatan epidermis daun tersebut pada kaca arloji
yang sudah berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi tertentu.
4. Setelah 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa di bawah mikroskop.
5. Hitung jumlah seluruh sel pada satu lapang pandang, jumlah sel yang
terplasmolisis dan prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap
jumlah sel seluruhnya.

11
E. Alur Percobaan

Larutan Sukrosa dengan Molaritas


berbeda

Dituangkan ke kaca arloji sebanyak 5


ml pada masing-masing kaca dengan
Molaritas berbeda.
Diberi label.

Daun Rhoea discolor

Disayat sebanyak 8 sayatan


Diletakkan di kaca arloji yang berisi
larutan sukrosa masing masing satu
sayatan
Didiamkan selama 30 menit

Sayatan daun Rhoea discolor yang


sudah direndam

Diletakkan di object glass dan tutup


dengan cover glass.
Diamati dibawah mikroskop

Hasil

12
BAB IV

DATA,ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Data

No Konsentrasi Jumlah sel Jumlah sel yang Prosentase Tekanan


Larutan keseluruhan terplasmolisis (%) osmotik

1 0.14 74 48 64.8 3.46

2 0.16 230 220 88 3.95

3 0.18 146 107 73.2 4.44

4 0.20 181 165 91 4.94

5 0.22 79 60 75.9 5.43

6 0.24 113 112 99 5.93

7 0.26 147 122 82.9 6.42

8 0.28 210 207 99 6.92

B. Analisis

Dari data yang didapatkan pada saat percobaan dapat dianalisis


bahwa pada percobaan pertama dengan daun Rhoeodiscolor yang
direndam dengan larutan sukrosa berkonsentrasi 0.14 M selama 30 menit
yang di sayat melintang dengan perbesaran 400x, pada kondisi ini terlihat
bahwa jumlah sel keseluruhan yang dilihat sebanyak 74 sel dengan jumlah
sel yang terplasmolisis 48 sel. Maka dari itu prosentase sel yang
terplasmolisis sebesar 64.8 persen dengan tekanan osmotic 3.46.

Pada percobaan kedua dengan daun Rhoeodiscolor yang


direndam dengan larutan sukrosa berkonsentrasi 0.16 M selama 30 menit
yang di sayat melintang dengan perbesaran 400x, pada kondisi ini terlihat

13
bahwa jumlah sel keseluruhan yang dilihat sebanyak 230 sel dengan
jumlah sel yang terplasmolisis 220 sel. Maka dari itu prosentase sel yang
terplasmolisis sebesar 88 persen dengan tekanan osmotik 3.95

Pada percobaan ketiga dengan daun Rhoeodiscolor yang


direndam dengan larutan sukrosa berkonsentrasi 0.18 M selama 30 menit
yang di sayat melintang dengan perbesaran 400x, pada kondisi ini terlihat
bahwa jumlah sel keseluruhan yang dilihat sebanyak 146 sel dengan
jumlah sel yang terplasmolisis 107 sel. Maka dari itu prosentase sel yang
terplasmolisis sebesar 73.2 persen dengan tekanan osmotik 4.44.

Pada percobaan keempat dengan daun Rhoeodiscolor yang


direndam dengan larutan sukrosa berkonsentrasi 0.20 M selama 30 menit
yang di sayat melintang dengan perbesaran 400x, pada kondisi ini terlihat
bahwa jumlah sel keseluruhan yang dilihat sebanyak 181 sel dengan
jumlah sel yang terplasmolisis 165 sel. Maka dari itu prosentase sel yang
terplasmolisis sebesar 91 persen dengan tekanan osmotik 4.94.

Pada percobaan kelima dengan daun Rhoeodiscolor yang


direndam dengan larutan sukrosa berkonsentrasi 0.22 M selama 30 menit
yang di sayat melintang dengan perbesaran 400x, pada kondisi ini terlihat
bahwa jumlah sel keseluruhan yang dilihat sebanyak 79 sel dengan jumlah
sel yang terplasmolisis 60 sel. Maka dari itu prosentase sel yang
terplasmolisis sebesar 75.9 persen dengan tekanan osmotik 5.43.

Pada percobaan keenam dengan daun Rhoeodiscolor yang


direndam dengan larutan sukrosa berkonsentrasi 0.24 M selama 30 menit
yang di sayat melintang dengan perbesaran 400x, pada kondisi ini terlihat
bahwa jumlah sel keseluruhan yang dilihat sebanyak 113 sel dengan
jumlah sel yang terplasmolisis 112 sel. Maka dari itu prosentase sel yang
terplasmolisis sebesar 99 persen dengan tekanan osmotik 5.93.

Pada percobaan ketujuh dengan daun Rhoeodiscolor yang


direndam dengan larutan sukrosa berkonsentrasi 0.26 M selama 30 menit
yang di sayat melintang dengan perbesaran 400x, pada kondisi ini terlihat

14
bahwa jumlah sel keseluruhan yang dilihat sebanyak 147 sel dengan
jumlah sel yang terplasmolisis 122 sel. Maka dari itu prosentase sel yang
terplasmolisis sebesar 82.9 persen dengan tekanan osmotik 6.42.

Pada percobaan kedelapan dengan daun Rhoeodiscolor yang


direndam dengan larutan sukrosa berkonsentrasi 0.28 M selama 30 menit
yang di sayat melintang dengan perbesaran 400x, pada kondisi ini terlihat
bahwa jumlah sel keseluruhan yang dilihat sebanyak 210 sel dengan
jumlah sel yang terplasmolisis 207 sel. Maka dari itu prosentase sel yang
terplasmolisis sebesar 99 persen dengan tekanan osmotik 6.92.

C. Pembahasan

Pada praktikum yang telah dilakukan pembahasan yang dapat


diketahui dalam praktikum ini adalah spesimen mengalami plasmolisis.
Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membrane sel dari dinding sel
sebagai dampak dari hipertonisnya larutan dari luar sel, sehingga cairan
yang berada di dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel
menjadi nol. Efek selanjutnya yang ditimbulkan adalah karena potensial
air dalam sel lebih tinggi dari luar sel, maka air di luar sel bergerak ke
dalam dinding sel mendesak membran sel yang mengakibatkan membrane
sel terlepas dari dinding sel. Larutan tersebut tidak dapat menembus
membrane sel karena memiliki ukuran yang lebih besar dari molekul air.
Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Didik Indradewa dan Eka Tarwaca
SP. (2009) yaitu pergerakan air terjadi dari potensial air lebih tinggi ke
potensial yang lebih rendah, dari larutan dengan konsentrasi lebih rendah
ke konsentrasi yang lebih tinggi, dan dari larutan yang lebih encer ke
larutan yang lebih kental. Tanda-tanda yang terlihat pada sel yang
mengalami plasmolisis ini adalah menghilangnya warna yang ada di dalam
sel dan mengerutnya pimggiran membrane sel ke arah dalam. Dalam
praktikum yang kita lakukan terdapat ketidaksesuaian hasil dimana
seharusnya semakin besar nilai konsentrasi glukosa maka semakin banyak
jumlah sel yang terplasmolisis. Hal ini disebabkan adanya perbedaan saat
menyayat daun Rhoeo discolor. Perbedaan ketebalan membuat proses

15
osmosis menjadi berbeda di tiap syatan pada setiap konsentrasi larutan
glukosa, hal tersebut sesuai pernyataan Eqi Buana dkk (2011) bahwa
ketebalan sayatan daun Rhoeo discolor memengaruhi sel yang
terplasmolisis. Selain itu, larutan glukosa yang didiamkan di ruang terbuka
membuatnya kemungkinan terkontaminasi bakteri juga. Apalagi
konsentrasi yang tidak cukup tinggi. Dikutip dari literature bahwa larutan
glukosa yang cukup tinggi konsentrasinya seperti pada madu mampu
menghancurkan bakteri yang ada.

Adanya manipulasi konsenrasi pada setiap percobaan dimaksudkan


agar mengerti apa saja pengaruhnya pada proses osmosis. Apabila
konsentrasi larutan dalam sel tinggi, air akan masuk sel dan terjadi
endosmosis. Hal ini meneyebabkan tekanan osmosis sel mnenjadi tinggi.
Keadaaan yang demikian dapat memecahkan sel (lisis). Jadi lisis adalah
hancurnya sel karena rusaknya atau robeknya membrane plasma.
Sebaliknya, apabila konsetrasi larutan di luar sel lebih tinggi , air dalam sel
akan keluar dan terjadi eksosmosis. Eksosmosis pada hewan akan
menyebabkan pengerutan sel yang disebut krenasi dan pada tumbuhan
akan menyebabkan terlepasnya embran dari dinding sel yang disebut
plasmolisis. Plasmolisis adalah peritstiwa mengkerutnya sitoplasma dan
lepasnya membrane pellasma dari dinsing sel tumbuhan jika sel
dimasukkan ke dalam larutan hipertonik (larutan garam lebih dari 1%)
(Buana dkk, 2011:5). Sesuai peryataan tersebut maka larutan yang
memiliki konsentrasi tinggi disebut hipertonis, sedang yang memiliki
konsentrasi rendah disebut hipotonis.Jika sel tanaman ditempatkan dalam
larutan hipertonis maka akan mengalami plasmolis/ lisis. Jika sel yang
mengalami plasmolisis dimasukkan ke dalam air maka akan mengalami
deplasmolisis, karena sel menyerap air secara osmosis dari lingkungan
sehingga isi sel penuh dan membran menempel ke dinding sel lagi.

Selain itu, dalam plasmolisis juga terdapat adanya tekanan osmotik.


Sel yang isinya air murni tidak mengalami plasmolisis. Jika suatu sel
dimasukan ke dalam air murni, maka struktur sel itu terdapat potensial air

16
yang nilainya tinggi (= 0), sedangkan di dalam sel terdapat nilai potensial
air yang lebih rendah (negatif). Hal ini menyebabkan air akan bergerak
dari luar sel masuk ke dalam sel sampai tercapai keadaan setimbang.
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang
permeabel secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke
tempat berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul
air disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin
besar pula tekanan osmosisnya (Tjitrosomo, 1987). Proses osmosis akan
berhenti jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air
yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi (Kimball, 1983).
Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial
osmosis (solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial
osmosis cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya
potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel.
Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya
sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai
potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang
larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan
hidrostatik dalam isi sel.
Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang
diberikan juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial
osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya
semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel-partikel terlarut
semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah. Potensial
air murni pada tekanan atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan
tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu larutan air pada
tekanan atmosfer bernilai negatif (Salisbury dan Ross, 1992).

17
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Semakin tinggi konsentrasi larutan gula untuk merendam sayatan
daun Rhoeo discolor maka semakin tinggi pula prosentase sel yang
terplasmolisis.
2. Cara menghitung tekanan osmosis cairan dengan metode
plasmolisis yakni dengan menggunakan rumus TO Sel : 22,4 . M.T
273

B. Saran
1. Saat melakukan penelitian gunakan perbesaran yang paling jelas
untuk mengamati spesimen.
2. Saat menyayat spesimen usahakan sama agar proses plasmolisis
yang terjadi lebih mudah untuk dianalisis.
3. Saat mengambil spesimen usahan yang bersih dan terhindar dari
gelembung.

18
DAFTAR PUSTAKA

Beck, William A. 2000. Osmotic Pressure, Osmotic Value, And Suction


Tension.( http://www.plantphysiol.org/content/3/4/413.full.pdf).

Buana, eqi, dkk.2011. Struktur dan inti sel Rhoeo discolor saat normal dan

Plasmolisis.Regina:Bogor.

Indradewa, Didik dan Eka Tarwaca SP. 2009. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Juwono dan Zulfa, Ahmad.2000. BIOLOGI SEL. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Kimball, J.W. 1983. Biologi Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Kimball, J.W. 1994. Biologi Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Ray, Petter M. 2001 On The Theory Of Osmotic Movement.


(http://www.plantphysiol.org/content/35/6/783.full.pdf).

Salisbury Frank B & Ress Cleen W, 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I.Institut
Teknologi Bandung: Bandung.
Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung : ITB.
Subowo. 1995. Biologi Sel. Bandung : Angkasa.
Tim Pembina Fisiologi Tumbuhan. 2009. Praktikum III Plasmolisis. FKIP
UHLAM: Banjarmasin.
Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Bandung : Penerbit Angkasa.

19
Lampiran Foto

Daun Rhoeo discolor perbesaran Daun Rhoeo discolor perbesaran


400x dalam larutan sukrosa 0.14 M 400x dalam larutan sukrosa 0.16 M

Daun Rhoeo discolor perbesaran Daun Rhoeo discolor perbesaran


400x dalam larutan sukrosa 0.18 M 400x dalam larutan sukrosa 0.20 M

Daun Rhoeo discolor perbesaran Daun Rhoeo discolor perbesaran


400x dalam larutan sukrosa 0.22 M 400x dalam larutan sukrosa 0.24 M

Daun Rhoeo discolor perbesaran Daun Rhoeo discolor perbesaran


400x dalam larutan sukrosa 0.26 M 400x dalam larutan sukrosa 0.28 M

20

Anda mungkin juga menyukai