Anda di halaman 1dari 30

TARIAN TRADISIONAL INDONESIA

Tari Seudati Nanggroe Aceh Darussalam

Tari seudati adalah tarian yang berasal dari Daerah Istimewa Aceh, tari ini
awalnya adalah tarian yang ada di negara arab dengan latar belakang agama islam.
Tarian ini sangat terkenal dan disenangi oleh masyarakat di daerah asalanya.
Perpaduan antara sebuah tarian yang memiliki gerakan dinamis dan dipadukan
dengan keseimbangan dengan suasana yang kental dengan nuansa keagamaan.
Tari Saman Nanggroe Aceh Darussalam

Tari saman adalah salah satu contoh dari tarian milik Negara Indonesia yang sudah
menyita perhatian masyarakat dunia. tarian ini juga kental dengan nuasnsa
keagamaan, tarian yang memiliki koreografi dalam posisi duduk berbanjar dengan
diiringi dengan gerakan tangan dari seluruh penari yang selaras menjadikan tarian
ini memiliki visualisai yang nyaman untuk dilihat. Tarian ini juga diiringi dengan
syair yang penuh dengan pesan keagamaan seperti ajaran kebajikan, seperti halnya
tarian lain, makna tari saman juga sangat baik untuk masyarakat.
Tari Legong Bali

Tari Logong adalah salah satu kesenian tari yang berasal dari daerah Bali, tarian
ini merupakan tarian yang berlatar belakang cerita kisah cinta raja dali lasem, taria
ini dipentaskan dengan dinamis sehingga dapat memikat hati para penontonya.
Tari Kecak Bali

Tari kecak merupakan tarian yang sangat terkenal dari pulau dewata bali, tarian ini
menceritakan kisal tokoh pewayangan bala tentara monyet dan Hanoman dari kitab
ramayana, dimana pertunjukan ini digelar pada saat matahari akan tenggelam
sehingga memiliki nuansa yang sangat eksotis ditambah dengan keindahan alam
yang dimiliki oleh Pulau Bali. tari kecak merupakan salah satu budaya Indonesia
yang mendunia.
Tari Pendet Bali

Tari Pendet yang merupakan tarian tradisional dari Bali pada awalnya merupakan
tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali,
Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam
dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah
Pendet menjadi ucapan selamat datang, meski tetap mengandung anasir yang
sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi.
Tarian pendet sempat menjadi kekayaan budaya Indonesia yang di klaim oleh
negara tetangga Malaysia.
Tari Adun Bengkulu

Tari Andun merupakan tarian yang bersal dari daerah Bengkulu Selatan, tarian ini
merupakan sebuah tarian guna menyambut para tamu yang dihormati.

Tari Andun awalnya hanya tarian yang bersifat hiburan serta berfungsi untuk
memeriahkan sebuah acara. Tetapi dengan seiring berjalannya waktu, tarian ini
mulai berkembang menjadi sebuah tarian pertunjukan. Tari Andun ini dimaknai
sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan juga kebahagiaan masyarakat atas
berkah yang mereka dapatkan. Selain itu, tari andun juga menggambarkan jiwa
sosial masyarakat, dimana mereka sangat dijunjung tinggi kebersamaan.
Tari Bidadari Bengkulu

Tarian yang berasal dari Rejang Lebong. Dari namanya sudah memberikan
pengertian kalau Tarian ini di ibaratkan seorang bidadari yang sedang meminang
anak. Yang jelas diberi nama yang unik pasti memiliki maksud yang baik oleh
pembuatnya dahulu. Kita sebagai generasi penerus harus bisa melestarikannya
Tari Topeng DKI Jakarta

Tari Topeng Betawi adalah salah satu tarian adat masyarakat betawi di Jakarta
yang menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tarian ini merupakan perpaduan
antara seni tari, music, dan nyanyian. Seperti pertunjukan teater atau opera, penari
menari dengan di iringi suara music dan nyanyian. Tari Topeng Betawi lebih
bersifat teatrikal dan komunikatif lewat gerakan.

Tari Topeng Betawi awalnya di pentaskan secara berkeliling oleh para seniman.
Mereka biasanya di undang sebagai pengisi hiburan dalam acara seperti pesta
pernikahan, khitanan, dan lainnya. Menurut kepercayaan masyarakat betawi, tarian
ini bisa menjauhkan dari mara petaka. Namun seiring dengan perubahan jaman,
kepercayaan itu mulai luntur dan menjadikan tarian ini hanya hiburan dalam acara
saja. Namun walaupun kepercayaan itu mulai hilang, tarian ini tetap di adakan
untuk memeriahkan pesta atau acara adat.
Tari Yopong DKI Jakarta

Tari Yopong merupakan tari persembahan untuk menghormati tamu negara yang
bersal dari daerah Betawi Jakarta.

Pada awalnya, tari Yapong dipertunjukkan dalam rangka mempersiapkan acara


ulang tahun kota Jakarta ke-450 pada tahun 1977. Pada saat itu, Dinas Kebudayaan
DKI mempersiapkan sebuah acara pagelaran tari massal dengan mengangkat cerita
perjuangan Pangeran Jayakarta. Pagelaran berbentuk sendratari ini dipercayakan
kepada Bagong Kussudiarjo untuk menyelenggarakan acara tersebut. Untuk
mempersiapkan pagelaran itu, Bagong mengadakan penelitian selama beberapa
bulan mengenai kehidupan masyarakat Betawi. Bagong melakukan penelitian
tersebut melalui perpustakaan, film, slide maupun observasi langsung kepada
masyarakat Betawi. Akhirnya, pagelaran ini berhasil dipentaskan pada tanggal 20
dan 21 Juni 1977 bertempat di Balai Sidang Senayan, Jakarta. Pementasan tersebut
didukung oleh 300 orang artis dan musikus yang ikut andil di dalamnya.

Tari ini merupakan tari yang gembira dengan gerakan yang dinamis dan eksotis.
Dalam gerakan tarian Yapong diperlihatkan suasana yang gembira karena
menyambut kedatangan Pangeran Jayakarta. Adegan tersebut dinamai Yapong dan
tidak mengandung arti apapun. Istilah tersebut muncul dari lagunya yang berbunyi
ya, ya, ya, ya yang dinyanyikan oleh penyanyi pengiringnya serta suara musik
yang terdengar pong, pong, pong, sehingga lahirlah ya-pong yang semakin lama
berkembang menjadi Yapong.
Tari Sekapur Sirih Jambi

Tari Sekapur Sirih, merupakan tari persembahan. Tari adat jambi ini hanyak
persamaannya dengan tari Melayu.

Tari Sekapur Sirih adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah
Jambi. Tarian ini termasuk jenis tarian penyambutan yang biasanya ditarikan oleh
para penari wanita. Dengan berpakaian adat serta diiringi oleh alunan musik
pengiring, mereka menari dengan gerakannya yang lemah lembut dan
membawakan cerano sebagai tanda persembahan. Tari Sekapur Sirih merupakan
salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di daerah Jambi dan biasanya
ditampilkan untuk menyambut kedatangan tamu terhormat yang berkunjung ke
sana.

Menurut sejarahnya, Tari Sekapur Sirih pertama kali diciptakan oleh salah satu
seniman yang cukup terkenal di Jambi, bernama Firdaus Chatap. Kemudian tarian
ini diperkenalkan kepada masyarakat luas tahun 1962. Karena pada saat itu masih
merupakan gerakan dasar, beberapa seniman mulai mengembangkan tarian ini.
Dengan mengkolaborasikan dengan iringan musik dan lagu, sehingga membuatnya
semakin menarik dan semakin populer dikalangan masyarakat.
Tari Selampir Delapan Jambi

Tari Selampit Delapan merupakan tari tradisional dari Jambi. Tarian ini
merupakan penggambaran dari pergaulan para pemuda-pemudi di Jambi. Tari ini
memiliki nilai yang sangat penting di dalam merekatkan pergaulan. Delapan kain
selampit yang juga terdiri dari berbagai macam warna menjadi simbol pertautan
pergaulan antar pemuda-pemudi Jambi. Tarian ini dilakukan oleh 8 (delapan)
orang penari (empat pasang penari) yang masing-masing memegang satu helai
selampit. Pemuda-pemudi tersebut kemudian melakukan gerakkan menyilang serta
merajut selampit yang mereka genggam. Kemudian selampit tersebut menjadi satu
tali yang tersusun menjadi berbagai warna. Koreografi inilah yang melambangkan
persatuan antara pemuda-pemudi Jambi di perlihatkan.
Tari Topeng Kuncaran Jawa Barat

Pada daerah ini para masyarakat dalam menjalankan upacara dan juga ritual-ritual
masih menggunakan tarian ini.Tarian ini terkenal masih menyimpan misteri baik
itu dari sejarahnya maupun asal usul tarian itu.

Tarian Topeng Kuncaran ini merupakan pembagian dari beberapa tarian yang ada
di Jawa Barat.Tarian ini merupakan tarian yang di kembangkan dari tari topeng
yang berasal dari DKI.Jakarta.Tarian Topeng Kuncaran ini di ambil dari cerita
Ramayana dan Pangeran Panji.

Walaupun Tarian ini merupakan pengembangan dari tari topeng tetapi makna yang
terkandung berbeda.Tarian Topeng Kuncaran ini biasa dipertunjukkan untuk
masyarakat umum khususnya yang berada di daerah Jawa Barat.Adapun cerita dari
tarian yang dipentaskan ini menceritakan mengenai dendam yang sangat
membara dari seorang Raja yang mengalami cinta bertepuk sebelah tangan.Raja
tersebut mencintai seorang wanita tetapi wanita tersebut menolak sang raja
tersebut ,dari hal tersebut Raja mengalami sakit hati dan memiliki dendam yang
membara.

Tarian ini tidak hanya dipentaskan untuk masyarakat setempat saja tetapi juga bisa
di lihat oleh orang yang berasal dari luar daerah tersebut.
Tari Merak Jawa Barat

Tari Merak merupakan salah satu ragam tarian kreasi baru yang mengekspresikan
kehidupan binatang, yaitu burung merak. Tata cara dan geraknya diambil dari
kehidupan merak yang diangkat ke pentas oleh Seniman Sunda Raden Tjetje
Somantri.[1][2]
Merak yaitu binatang sebesar ayam, bulunya halus dan dikepalanya memiliki
seperti mahkota.[3] Kehidupan merak yang selalu mengembangkan bulu ekornya
agar menarik burung merak wanita menginspirasikan R. Tjetje Somantri untuk
membuat tari Merak ini.[2]
Dalam pertunjukannya, ciri bahwa itu adalah terlihat dari pakaian yang dipakai
penarinya memiliki motif seperti bulu merak. Kain dan bajunya menggambarkan
bentuk dan warna bulu-bulu merak; hijau biru dan/atau hitam. Ditambah lagi
sepasang sayapnya yang melukiskan sayap atau ekor merak yang sedang
dikembangkan. Gambaran merak akan jelas dengan memakai mahkota yang
dipasang di kepala setiap penarinya.
Tarian ini biasanya ditarikan berbarengan, biasanya tiga penari atau bisa juga lebih
yang masing-masing memiliki fungsi sebagai wanita dan laki-lakinya. Iringan lagu
gendingnya yaitu lagu Macan Ucul. Dalam adegan gerakan tertentu terkadang
waditra bonang dipukul di bagian kayunya yang sangat keras sampai terdengar
kencang, itu merupakan bagian gerakan sepasang merak yang sedang bermesraan.
Dari sekian banyaknya tarian yang diciptakan oleh Raden Tjetje Somantri,
mungkin tari Merak ini merupakan tari yang terkenal di Indonesia dan luar
negeri.[2] Tidak heran kalau seniman Bali juga, di antaranya mahasiswa Denpasar
menciptakan tari Manuk Rawa yang konsep dan gerakannya hampir mirip dengan
tari Merak.[2]
Tari Serimpi Jawa Tengah

Srimpi adalah bentuk repertoar (penyajian) tari Jawa klasik dari tradisi kraton
Kesultanan Mataram dan dilanjutkan pelestarian serta pengembangan sampai
sekarang oleh empat istana pewarisnya di Jawa Tengah (Surakarta) dan
Yogyakarta[1][2].
Penyajian tari pentas ini dicirikan dengan empat penari melakukan gerak gemulai
yang menggambarkan kesopanan, kehalusan budi, serta kelemahlembutan yang
ditunjukkan dari gerakan yang pelan serta anggun dengan diiringi suara musik
gamelan.[3][4] Srimpi dianggap mempunyai kemiripan posisi sosial dengan tari
Pakarena dari Makasar, yakni dilihat dari segi kelembutan gerak para penari[5] dan
sebagai tarian keraton.
Sejak dari zaman kuno, tari Serimpi sudah memiliki kedudukan yang istimewa di
keraton-keraton Jawa dan tidak dapat disamakan dengan tari pentas yang lain
karena sifatnya yang sakral.[6] Dulu tari ini hanya boleh dipentaskan oleh orang-
orang yang dipilih keraton.[6] Serimpi memiliki tingkat kesakralan yang sama
dengan pusaka atau benda-benda yang melambang kekuasaan raja yang berasal
dari zaman Jawa Hindu, meskipun sifatnya tidak sesakral tari Bedhaya.[6][7][8]
Dalam pagelaran, tari serimpi tidak selalu memerlukan sesajen seperti pada tari
Bedhaya, melainkan hanya di waktu-waktu tertentu saja.[7] Adapun iringan musik
untuk tari Serimpi adalah mengutamakan paduan suara gabungan, yakni saat
menyanyikan lagu tembang-tembang Jawa.[7]
Serimpi sendiri telah banyak mengalami perkembangan dari masa ke masa, di
antaranya durasi waktu pementasan.[9] Kini salah satu kebudayaan yang berasal
dari Jawa Tengah ini dikembangkan menjadi beberapa varian baru dengan durasi
pertunjukan yang semakin singkat.[9] Sebagai contoh Srimpi Anglirmendhung
menjadi 11 menit dan juga Srimpi Gondokusumo menjadi 15 menit yang awal
penyajiannya berdurasi kurang lebih 60 menit.[10]
Selain waktu pagelaran, tari ini juga mengalami perkembangan dari segi
pakaian.[11] Pakaian penari yang awalnya adalah seperti pakaian yang dikenakan
oleh pengantin putri keraton dengan dodotan dan gelung bokor sebagai hiasan
kepala, saat ini kostum penari beralih menjadi pakaian tanpa lengan, serta gelung
rambut yang berhiaskan bunga ceplok, dan hiasan kepala berupa bulu burung
kasuari.[11][12]
Tari Blambangan Cakil Jawa Tengah

Tari Bambangan Cakil merupakan salah satu tari klasik yang ada di Jawa
khususnya Jawa Tengah.[1] Tari ini sebenarnya diadopsi dari salah satu adegan
yang ada dalam pementasan Wayang Kulit yaitu adegan Perang Kembang.[1] Tari
ini menceritakan perang antara kesatria melawan raksasa.[1] Kesatria adalah tokoh
yang bersifat halus dan lemah lembut, sedangkan Raksasa menggambarkan tokoh
yang kasar dan beringas.[1] Di dalam pementasan wayang Kulit, adegan perang
kembang ini biasanya keluar tengah-tengah atau di Pathet Sanga.[1] Perang antara
Kesatria (Bambangan) melawan raksasa ini sangat atraktif, dalam adegan ini juga
bisa digunakan sebagai tempat penilaian seorang dalang dalam menggerakkan
wayang.[1]

Makna yang terkandung dalam tarian ini adalah bahwa segala bentuk kejahatan
dan keangkaramurkaan pasti kalah dengan kebaikan.

.
Tari Remong Jawa Timur

Tari Bambangan Cakil merupakan salah satu tari klasik yang ada di Jawa
khususnya Jawa Tengah.[1] Tari ini sebenarnya diadopsi dari salah satu adegan
yang ada dalam pementasan Wayang Kulit yaitu adegan Perang Kembang.[1] Tari
ini menceritakan perang antara kesatria melawan raksasa. Kesatria adalah tokoh
yang bersifat halus dan lemah lembut, sedangkan Raksasa menggambarkan tokoh
yang kasar dan beringas. Di dalam pementasan wayang Kulit, adegan perang
kembang ini biasanya keluar tengah-tengah atau di Pathet Sanga. Perang antara
Kesatria (Bambangan) melawan raksasa ini sangat atraktif, dalam adegan ini juga
bisa digunakan sebagai tempat penilaian seorang dalang dalam menggerakkan
wayang.

Makna yang terkandung dalam tarian ini adalah bahwa segala bentuk kejahatan
dan keangkaramurkaan pasti kalah dengan kebaikan.
Tari Reog Ponorogo, Jawa Timur

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian
barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya.
Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang
ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah
di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu
kebatinan yang kuat.

Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal usul
Reog dan Warok [1], namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita
tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre
Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng
Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari
Tiongkok, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup,
ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu
meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela
diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan
harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan
Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan
kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni
Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya.
Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat
lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Tari Monong Kalimantan Barat

Tari Monong adalah salah satu tarian tradisional suku Dayak di Kalimantan barat.
Tari Monong juga sering di sebut sebagai tari manang. Tarian ini merupakan tarian
penyembuhan atau tarian penolak penyakit yang di lakukan saat warganya terkena
penyakit.

Tarian Monong awalnya merupakan tarian penyembuhan yang di lakukan oleh


para dukun suku Dayak dengan membacakan mantra sambil menari. Dalam tarian
ini juga di ikuti oleh anggota keluarga dari yang sakit dan di pimpin oleh seorang
dukun. Tarian Monong merupakan ritual yang di lakukan untuk memohon
penyembuhan kepada Tuhan agar warga yang sakit di berikan kesembuhan.
Namun seiring dengan perkembangan jaman, tarian ini tidak hanya di gunakan
sebagai tarian penyembuhan saja, namun juga sebagai sarana hiburan sebagai
pelestarian kesenian tradisional suku Dayak.
Gerakan dalam Tari Monong lebih menekankan pada gerakan saat dukun
melakukan ritual penyembuhan. Gerakan tersebut adalah gerakan saat dukun
melakukan pembacaan mantra dan menari pada saat ritual berlangsung, sehingga
tarian ini sangat kental dengan nuansa mistis.
Dalam pertunjukannya, Penari di balut dengan busana khas suku Dayak di
Kalimantan barat. Penari juga di lengkapi dengan berbagai alat yang di gunakan
untuk ritual. Dalam tarian ini juga di iringi oleh berbagai alat music tradisional
suku Dayak agar suasana pertunjukan lebih hidup.
Tari Zapin Tembung Kalimantan Barat

Tari Zapin Tembung

Tarian Zapin Tembung merupakan salah satu tarian yang berasal dari Kalimantan
Barat sendiri, dimana tarian ini sendiri merupakan tarian yang sering ada pada
masyarakat yang berada di Kalimantan Barat, dengan beberapa gerakan yang
dibuat oleh penari tersebut juga dengan iringan music dari para pengiring membuat
tarian ini enak dilihat dan membuat orang lain menjadi tertarik dengan tarian ini
sendiri, sehingga tarian ini cukup terkenal di Kalimantan barat sendiri, walaupun
belum menjadi tarian icon Indonesia, tapi tarian ini merupakan salah satu budaya
dari Indonesia yang sampai saat ini harus kita lihat dan harus kita kenang selalu.

Tarian ini sendiri merupakan suatu tarian pergaulan dalam masyarakat Kalimantan
barat, dimana seperti yang kita tahu dalam hal tarian pergaulan sendiri merupakan
tarian yang sangat dekat dengan masyarakat umum, dimana tarian ini mungkin
sering dilakukan di daerah itu sendiri, sehingga menjadi tarian yang sering
dipertunjukkan pada event-event yang ada di daerah tersebut. kita tahu sendiri
jikalau hal itu terjadi, berarti event itu sendiri dapat berupa hal yang kecil dan
dapat juga berupa hal yang besar, jadi tentu saja kemeriahan dari tarian ini sendiri
juga tergantung dari bagaimana penyelenggaraan event yang ada pada daerah
tersebut.
Tari Baksa Kumbang Kalimantan Selatan

Tari Baksa Kembang adalah salah satu tarian klasik dari Kalimantan selatan yang
di fungsikan sebagai tarian penyambutan tamu. Tarian ini biasanya dimainkan oleh
penari wanita sebagai penari tunggal atau bisa juga dengan berkelompok dengan
syarat jumlah penari harus ganjil.

Tari Baksa Kembang awalnya merupakan tarian yang hanya di tampilkan di


lingkungan kerajaan untuk menyambut tamu kehormatan atau kerabat kerajaan.
Namun seiring dengan perkembangan, tarian ini mulai populer di masyarakat
ketika kerajaan Banjar mulai membuka akses untuk masyarakat menyaksikan
pertunjukan tari ini. Sehingga Tari Baksa Kembang mulai populer di masyarakat
dan menjadi salah satu kebudayaan daerah di Kalimantan selatan.

Sebenarnya Tari Baksa Kembang memiliki berbagai versi yang berbeda, namun
masih tidak meninggalkan versi aslinya. Beberapa versi tersebut di antaranya
seperti Lagureh, Tapung Tali, Kijik, Jumanang. Di karenakan banyaknya versi
yang ada, maka para seniman Tari Baksa Kembang dari beberapa versi yang ada
di kumpulkan untuk menjadikan satu Tari Baksa Kembang yang baku. Setelah itu
mulai di kenalkan oleh masyarakat luas dan menjadi Tari Baksa Kembang yang
baku hingga kini.
Tari Radab Rahayu Kalimantan Selatan

Tari Radab rahayu, di pertunjukan pada upacara tepung tawar, sebelum pengantin
pria dan wanita di persandingkan.

Tari Radap Rahayu adalah kesenian klasik dari Banjarmasin, Kalimantan selatan.
Tarian ini merupakan salah satu tarian untuk penyambutan tamu sebagai tanda
penghormatan. Nama Tari Radap Rahayu di ambil dari kata radap atau beradap -
adap yang berarti bersama sama atau berkelompok. Sedangkan rahayu berarti
kebahagiaan atau kemakmuran.

Tarian ini awalnya merupakan salah satu tarian yang bersifat ritual bagi
masyarakat Banjarmasin. Tarian ini merupakan tarian penolak bala untuk meminta
keselamatan dari segala mara bahaya. Tari Radap Rahayu awalnya hanya di
tampilkan dalam acara adat seperti perkawinan, kehamilan, kelahiran dan juga
acara kematian. Namun seiring dengan perkembangan tarian ini tidak hanya untuk
acara ritual saja, namun juga sebagai hiburan masyarakat.
Tari Tambun dan Bungai Kalimantan Tengah

Tari Tambun dan bungai, Merupakan tari yang mengisahkan kepahlawanan


Tambun dan Bungai Dalam mengusir musuh yang akan merampas panen rakyat.

Tari tambun dan bungai merupakan tarian tradisional berasal dari daerah
palangkaraya, Kalimantan Tengah. Tarian ini adalah tarian yang mengisahkan
kepahlawanan Tambun dan Bungai didalam mengusir musuh yang akan merampas
hasil panen dari rakyat.

Tambun dan bungai adalah para pejuang di Kalimantan Tengah. Tambun dan
Bungai adalah tokoh legenda dari suku dayak ot Danum yang tinggal di tengah
pulau Kalimantan, khususnya di wilayah Kabupaten gunung Mas.

Tambun dan Bungai adalah seorang saudara dari ayah mereka yang merupakan
adik-kakak. Kedua orang ini, yaitu Tambun dan Bungai memiliki perasaan yang
sama, yakni jika salah satu diantara dari mereka bersedih maka yang satunya akan
ikut merasakan kesedihan yang sama dialaminya.
Tari Dadas Kalimantan Tengah

Tari Balean Dadas adalah tarian adat masyarakat Dayak di Kalimantan tengah
untuk meminta kesembuhan kepada Ranying Hatala langit (Tuhan) bagi mereka
yang sakit. Tarian ini biasanya di lakukan oleh dukun perempuan suku Dayak.
Nama Balean Dadas sendiri di ambil dari sebutan dukun perempuan, yang dalam
masyarakat Dayak disebut Balean Dadas.

Dalam pertunjukan Tari Balean Dadas sangat kental akan nuansa mistis. Karena
awalnya tarian ini di gunakan masyarakat dalam ritual penyembuhan warga yang
sakit. Namun seiring perkembangan, tarian ini di adaptasi menjadi tarian
kebudayaan oleh masyarakat Dayak di Kalimantan tengah sebagai pelestarian
kebudayaan asli masyarakat Dayak. Tradisi ini juga masih di lakukan oleh
masyarakat Dayak di pedalaman.
Tari Gong Kalimantan Tengah

Tari Gong atau dapat disebut juga Tari Kancet Ledo adalah salah satu tarian Dayak
Kalimantan Timur, tepatnya dari suku Dayak Kenyah.[1] Tarian ini ditarikan
seorang gadis dengan gong digunakan sebagai alat musik pengiringnya.[2] Tari ini
biasanya dipertunjukkan pada saat upacara penyambutan tamu agung atau upacara
menyambut kelahiran seorang bayi kepala suku.[2]
Gerakan dalam Tari Gong mengekspresikan tentang kelembutan seorang
wanita.[3] Tari ini mengungkapkan kecantikan, kepandaian dan lemah lembut
gerakan tari.[3] Sesuai dengan nama tarinya, tari Gong ditarikan di atas sebuah
Gong, diiringi dengan alat musik Sampe.[4]
Tari Gong menceritakan kemolekan seorang gadis yang menari di atas sebuah
gong, dimana gadis itu akan diperebutkan oleh 2 orang Pemuda Dayak.[5]
Kesederhanaan tari Gong terlihat pada gerak dan musik.[6] Gerak pada tari Gong
hanya beberapa segmen tubuh saja yang bergerak, serta bentuk gerakannya
diulang- ulang pada saat penari menuju Gong, saat berada di atas Gong dan turun
dari Gong.[6] Tari Gong memiliki gerak kaki yang sederhana dalam melangkah
dan ayunan tubuh dan tangan yang lemah lembut.[2] Kostum yang digunakan
sangat mewah karena terbuat dari manik-manik yang dirangkai menjadi motif
motif binatang seperti motif Kalung Aso (Naga Anjing), pola permainan musik
yang mendukung tarian ini datar tidak terjadi pergantian iringan dari awal hingga
akhir tari.[2]
Dilihat dari gerak dan tatapan mata yang dimiliki lembut dan lincah karena
disamakan dengan sifat seekor burung, di mana burung mempunyai sifat yang
cepat, lembut dan lincah.[7] Bentuk gerak dalam tari Gong ini tergolong
sederhana, gerak yang merupakan ekspresi yang menirukan gerak hewan tiruannya
seperti burung Enggang.[3] Penari melakukan gerakan-gerakan yang sederhana
dan mudah.[3] Dalam gerak yang melambangkan hubungan manusia dengan
burung Enggang terlihat dalam gemulai gerak tangan, tubuh dan kaki. Gerak pelan
pada tangan mengibaratkan kepak sayap burung Enggang.[3]
Tari Perang Kalimantan Tengah

Tari perang merupakan tarian tradisional yang mempertunjukan dua orang pemuda
dalam memperebutkan seorang gadis.

Tari Papatai adalah tarian perang tradisional yang berasal dari masyarakat suku
Dayak di Provinsi Kalimantan timur. Tarian ini menggambarkan keberanian dari
para lelaki dari suku Dayak pada saat berperang. Sama halnya dengan kesenian tari
perang suku Dayak lainnya, namun pada tarian ini tidak hanya terdapat seni
perang, tapi juga ada seni teatrikal dan seni tari. Dalam masyarakat suku dayak,
tarian ini biasa disebut dengan kancet papatay.

Gerakan Tarian Papatai didominasi oleh gerakan yang gesit, lincah dan akrobatik.
Gerakan saling serang dengan gerakan yang gesit dipadukan dengan seni tari yang
indah membuat Tari Papatai ini terlihat mempesona. Pada gerakannya tarian ini
diawali dengan tarian dan gerakan teatrikal dari para penari. Kemudian dilanjutkan
dengan gerakan dan juga teriakan yang saling memprovokasi. Kemudian setelah
itu muncul gerakan saling serang dari kedua para penari. Namun pada saat gerakan
saling serang tersebut sering kali ada gerakan jeda, yakni saat dimana mereka
terlihat beristirahat tetapi masih dengan kuda kuda dan diselingi dengan gerakan
tari berputar-putar yang menggambarkan mereka selalu siap siaga jika ada
serangan mendadak dari musuh mereka.
Tari Jangget Lampung

Tari Cangget merupakan sebuah tarian khas dari Lampung yang dipertunjukkan
sebagai salah satu ritual dalam upaca adat masyarakat Lampung. Jenis kesenian
gerak berirama ini diyakini pertama kali dikenal oleh masyarakat Pepadun sebagai
salah satu ritual adat dalam berbagai upacara seperti upacara sedekah bumi
menjelang panen raya, upacara dalam pendirian rumah, serta upacara pelepasan
seseorang yang akan berangkat ke tanah suci untuk naik haji.
Selain ditujukan sebagai pemeriah acara adat tarian Cangget pada waktu itu juga
memiliki fungsi semacam ujian bagi para remaja baik lelaki maupun perempuan
dalam melakukan gerakan tari sekaligus berhias diri/ bertata rias.

Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa pertunjukan Cangget tidak hanya
dilakukan oleh para penari profesional melainkan dilakukan oleh para remaja baik
pemuda maupun pemudi di mana acara tersebut diadakan.
Sebagian orang berpendapat bahwa dalam kesempatan ini para remaja senantiasa
menunjukan kepiawaiannya baik dalam menari maupun bersolek karena penilaian
masyarakat khususnya para orang tua sering dilakukan terhadap mereka dalam
acara ini. Melalui gerakan serta cara bersolek mereka setidaknya para orang tua
dapat menilai kehalusan budi pekerti, ketangkasan dalam bertahan hidup/ berusaha
serta kepiawaian dalam berdandan apakah sudah menunjukkan kedewasaan atau
belum.

Seiring perkembangan zaman tepatnya pada masa pendudukan Jepang di Indonesia


1942 tarian ini mulai dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu hiburan. Mulanya
berkembang hingga ke wilayah Sebatin dan meluas ke seluruh wilayah Lampung.

Bahkan para era ini tarian Cangget kerap pula dipertunjukkan dalam acara di luar
Lampung seperti kirab budaya maupun acara pentas kesenian lainnya.
Tari Malinting Lampung

Tari Melinting adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Lampung.
Tarian ini merupakan tarian klasik peninggalan Kerajaan Melinting yang ada di Lampung
Timur. Tari Melinting tergolong tarian tertua yang pernah ada di sana, karena
diperkirakan tarian ini sudah ada sejak masuknya agama Islam di Indonesia, khususnya di
daerah Lampung sendiri. Tarian ini biasanya dibawakan oleh para penari pria dan penari
wanita. Dan sering ditampilkan di berbagai acara baik acara adat maupun acara budaya
yang diselenggarakan di sana.
Sejarah Tari Melinting
Menurut sejarahnya, Tari Melinting merupakan salah satu tarian klasik peninggalan
Kerajaan Melinting yang ada di Labuhan Meringgai, Lampung Timur. Tarian ini pertama
kali diciptakan pada abad ke-16 oleh Ratu Melinting II yang bergelar Pangeran
Panembahan Mas. Awalnya tarian ini hanya dikenal di lingkungan kerajaan saja, dan
hanya ditampilkan pada acara gawi adat di Kerajaan Melinting. Pada saat itu tarian ini
hanya bisa dibawakan oleh para putera dan puteri Ratu Melinting saja.
Pada tahun 1958, Tari Melinting ini mulai mengalami perkembangan dan
penyempurnaan. Tarian yang awalnya hanya ditampilkan di lingkungan kerajaan ini,
kemudian berkembang menjadi tarian rakyat. Tarian ini kemudian sering ditampilkan di
berbagai acara besar seperti upacara penyambutan, perayaan, maupun acara budaya yang
diselenggarakan di sana.
Fungsi Dan Makna Tari Melinting
Tarian melinting ini awalnya difungsikan sebagai tarian yang bersifat sakral dan hanya
ditampilkan pada acara gawi adat kerajaan saja. Namun seiring dengan
perkembangannya, tarian ini kemudian difungsikan sebagai tarian pertunjukan yang
sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan, acara budaya dan acara besar
lainnya. Tarian ini dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan masyarakat
atas apa yang mereka dapatkan. Selain itu setiap gerakan dalam Tari Melinting ini tentu
memiliki makna dan filosofi tersendiri di dalamnya.
Tari Lenso Maluku

Tari Lenso adalah tarian muda-mudi dari daerah Maluku dan Minahasa Sulawesi
Utara. Tarian ini biasanya di bawakan secara ramai-ramai bila ada Pesta. Baik
Pesta Pernikahan, Panen Cengkeh, Tahun Baru dan kegiatan lainnya. Beberapa
sumber menyebutkan, tari lenso berasal dari tanah Maluku. Sedangkan sumber lain
menyebut tari ini berasal dari Minahasa.

Tarian ini juga sekaligus ajang Pencarian jodoh bagi mereka yang masih bujang, di
mana ketika lenso atau selendang diterima merupakan tanda cinta diterima. Lenso
artinya Saputangan. Istilah Lenso, hanya dipakai oleh masyarakat di daerah
Sulawesi Utara dan daerah lain di Indonesia Timur.

Dalam tarian ini, yang menjadi perantara adalah lenso atau selendang. Selendang
inilah yang menjadi isyarat: selendang dibuang berarti lamaran ditolak, sedangkan
selendang diterima berarti persetujuan
Tari Cikalele Maluku

Cakalele adalah tarian perang tradisional Maluku yang digunakan untuk menyambut
tamu ataupun dalam perayaan adat.[1] Biasanya, tarian ini dibawakan oleh 30 pria dan
wanita.[2] Tarian ini dilakukan secara berpasangan dengan iringan musik drum, flute, bia
(sejenis musik tiup).[2]

Para penari pria biasanya mengenakan parang dan salawaku (perisai) sedangkan penari
wanita menggunakan lenso (sapu tangan).[1] Penari pria mengenakan kostum yang
didominasi warna merah dan kuning, serta memakai penutup kepala aluminum yang
disisipi dengan bulu putih.[2] Kostum celana merah pada penari pria melambangkan
kepahlawanan, keberanian, dan patriotisme rakyat Maluku. Pedang atau parang pada
tangan kanan penari melambangkan martabat penduduk Maluku yang harus dijaga sampai
mati, sedangkan perisai dan teriakan keras para penari melambangkan gerakan protes
melawan sistem pemerintahan yang dianggap tidak memihak pada rakyat.[2] Sumber lain
menyatakan bahwa tarian ini merupakan penghormatan atas nenek moyang bangsa
Maluku yang merupakan pelaut.[3] Sebelum mengarungi lautan untuk membajak pesawat,
nenek moyang mereka mengadakan pesta dengan makan, minum, dan berdansa.[3] Saat
tari Cakalele ditampilkan, terkadang arwah nenek moyang dapat memasuki penari dan
kehadiran arwah tersebut dapat dirasakan oleh penduduk asli.[3]
Tari Perang Maluku Utara

Tari Perang, Tarian rakyat untuk menyambut para pahlawan yang pualng dari
medan juang.

Untuk jaman sekarang ini, Tari Cakalele selalu ditampilkan di berbagai acara adat
maupun hiburan. Selain itu tarian ini juga ditampilkan di berbagai acara budaya serta
promosi pariwisata baik tingkat daerah, nasional, bahkan internasional.

Penari pria menari menggunakan parang (pedang) dan salawaku (tameng) sebagai atribut
menarinya. Sedangkan penari wanita biasanya menggunakan lenso (sapu tangan) sebagai
atribut menarinya. Selain itu dalam Tari Cakalele ini, biasanya dipimpin oleh seorang
penari yang berperan sebagai Kapitan (pemimpin tarian) dan seorang yang menggunakan
tombak yang menjadi lawan tandingnya.

Dalam perkembangannya, Tari Cakalele hingga kini masih terus dilestarikan dan
dikembangkan oleh masyarakat di sana. Berbagai kreasi dan variasi juga sering
ditambahkan dalam pertunjukannya agar menarik, namun tidak menghilangkan ciri khas
dan keaslian dari tarian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai