2 Kanker Payudara
2.2.1 Etiologi dan Patogenesis
Ada 3 pengaruh penting pada kanker payudara: a. Faktor genetik
b. Hormon
Pengaruh lingkungan diduga karena berbagai faktor antara lain alkohol, diet tinggi lemak,
dan infeksi virus. Hal tersebut mungkin mempengaruhi onkogen dan gen supresi tumor
dari kanker payudara (Restifo dan Wunderlich, 2001).
2.2.2 Klasifikasi
Berdasarkan gambaran histologis, WHO membuat klasifikasi kanker payudara sebagai
berikut (Sobin dan Wittekind, 2002; Junqueira, et al., 1995; Robbin, et al., 1994).
Karsinoma intraduktus adalah karsinoma yang mengenai duktus disertai infiltrasi jaringan
stroma sekitar. Terdapat 5 subtipe dari karsinoma intraduktus, yaitu
komedokarsinoma, solid, kribriformis, papiler, dan mikrokapiler. Komedokarsinoma
ditandai dengan selsel yang berproliferasi cepat dan memiliki derajat keganasan
tinggi.
Karsinoma jenis ini dapat meluas ke duktus ekskretorius utama, kemudian
menginfiltrasi papilla dan areola, sehingga dapat menyebabkan penyakit Paget pada
payudara.
Karsinoma ini ditandai dengan pelebaran satu atau lebih duktus terminal dan/atau
tubulus, tanpa disertai infiltrasi ke dalam stroma. Sel-sel berukuran lebih besar dari
normal, inti bulat kecil dan jarang disertai mitosis.
Karsinoma jenis ini merupakan bentuk paling umum dari kanker payudara.
Karsinoma duktus infiltratif merupakan 65 80% dari karsinoma payudara. Secara
histologis, jaringan ikat padat tersebar berbentuk sarang. Sel berbentuk bulat sampai
poligonal, bentuk inti kecil dengan sedikit gambaran mitosis. Pada tepi tumor,
tampak sel kanker mengadakan infiltrasi ke jaringan sekitar seperti sarang, kawat
atau seperti kelenjar. Jenis ini disebut juga sebagai infiltrating ductus carcinoma not
otherwise specified (NOS), scirrhous carcinoma, infiltrating carcinoma atau
carcinoma simplex.
Jenis ini merupakan karsinoma infiltratif yang tersusun atas sel-sel berukuran kecil
dan seragam dengan sedikit pleimorfisme. Karsinoma lobular invasif biasanya
memiliki tingkat mitosis rendah. Sel infiltratif biasanya tersusun konsentris disekitar
duktus berbentuk seperti target. Sel tumor dapat berbentuk signet ring,
tubuloalveolar, atau solid (Chapoval, et al., 1998).
Pada karsinoma musinosum ini didapatkan sejumlah besar mukus intraseluler dan
ekstraseluler yang dapat dilihat secara makroskopis maupun mikroskopis. Secara
histologis, terdapat 3 bentuk sel kanker. Bentuk pertama, sel tampak seperti pulau-
pulau kecil yang mengambang dalam cairan musin basofilik. Bentuk kedua, sel
tumbuh dalam susunan kelenjar berbatas jelas dan lumennya mengandung musin.
Bentuk ketiga terdiri dari susunan jaringan yang tidak teratur berisi sel tumor tanpa
diferensiasi, sebagian besar sel berbentuk signet ring.
Sel berukuran besar berbentuk poligonal atau lonjong dengan batas sitoplasma tidak
jelas. Diferensiasi dari jenis ini buruk, tetapi memiliki prognosis lebih baik daripada
karsinoma duktus infiltratif. Biasanya terdapat infiltrasi limfosit yang nyata dalam
jumlah sedang di antara sel kanker, terutama dibagian tepi jaringan kanker.
Pada karsinoma tubuler, bentuk sel teratur dan tersusun secara tubuler selapis,
dikelilingi oleh fibrous stroma. Jenis seperti ini merupakan karsinoma dengan
Jenis ini merupakan karsinoma invasif dengan karakteristik sel yang berbentuk
kribriformis. Sangat jarang ditemukan pada payudara.
Karsinoma ini didominasi dengan sel yang memiliki sitoplasma eosinofilik, sehingga
menyerupai sel apokrin yang mengalami metaplasia. Bentuk karsinoma apokrin
dapat ditemukan juga pada jenis karsinoma payudara yang lain.
2.3 Kemoterapi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan terapi kanker payudara, antara lain
stadium kanker, usia, ukuran dari tumor, menopause dan apakah sel-sel kanker memiliki reseptor
terhadap hormon tertentu (misalnya estrogen) atau protein-protein khusus pada permukaan
reseptor (Anonimb, 2013).
Kemoterapi adalah suatu pengobatan sistemik yang melibatkan penggunaan obat antikanker
atau obat-obat sitotoksik yang biasanya diberikan melalui injeksi ataupun secara oral. Kemoterapi
seringkali digunakan sebagai terapi tambahan pada perawatan yang lain, seperti pembedahan atau
terapi radiasi. Kemoterapi biasanya diberikan 1 2 minggu setelah operasi. Namun, untuk tumor
yang lebih besar, sebaiknya dilakukan kemoterapi pra-operasi (Damayanti, 2006).
Pengobatan kanker dengan kemoterapi telah dibuktikan lebih efektif jika digunakan secara
kombinasi dua atau lebih jenis obat. Obat-obat yang digunakan secara kombinasi hendaknya telah
menunjukkan efektivitas ideal pada penggunaan tunggal, memiliki mekanisme yang berbeda satu
dengan yang lain, dan memiliki profil toksisitas yang berbeda sehingga dapat digunakan pada dosis
optimal (Damayanti, 2006).
Resiko penggunaan obat-obat sitotoksik adalah obat-obat ini dapat menyebabkan proliferasi
pada jaringan yang normal. Efek samping ini dapat menurunkan kualitas hidup pasien tersebut. Pada
Tabel 2.1 disajikan keterangan mengenai efek samping dari pengobatan kanker dengan kemoterapi
yang umum terjadi berdasarkan skala waktu kejadian efek samping tersebut (Damayanti, 2006).
2.4 DRPs
2.4.1 Definisi DRPs
DRPs adalah adalah kejadian yang tidak diinginkan pasien terkait terapi obat, dan secara
nyata maupun potensial berpengaruh pada outcome yang diinginkan pasien. Suatu kejadian dapat
disebut DRPs apabila terdapat dua kondisi, yaitu: (a) adanya kejadian tidak diinginkan yang dialami
pasien, kejadian ini dapat berupa keluhan medis, gejala, diagnosa penyakit, ketidakmampuan
(disability) yang merupakan efek dari kondisi psikologis, fisiologis, sosiokultur atau ekonomi; dan (b)
adanya hubungan antara kejadian tersebut dengan terapi obat (Strand, et al., 1990).
i. Pasien mempunyai kondisi medis baru yang membutuhkan terapi awal pada obat.
ii. Pasien mempunyai penyakit kronik yang membutuhkan terapi obat berkesinambungan.
iv. Pasien dalam keadaan resiko pengembangan kondisi kesehatan baru yang dapat
dicegah dengan penggunaan pencegah penyakit melalui terapi obat dan/atau tindakan
pramedis.
i. Pasien yang sedang mendapatkan pengobatan yang tidak tepat indikasi pada waktu itu.
ii. Pasien yang tidak sengaja maupun sengaja menerima sejumlah racun dari obat atau
iii. Pengobatan pada pasien pengkonsumsi obat, alkohol, dan rokok. iv. Kondisi kesehatan
v. Pasien yang mendapatkan beberapa obat untuk kondisi yang mana hanya satu terapi
vi. Pasien yang mendapatkan terapi obat yang tidak tepat dihindarkan dari reaksi efek
i. Pasien menerima obat yang paling tidak efektif untuk indikasi pengobatan.
ii. Pasien menjadi sulit disembuhkan dengan terapi obat yang digunakan.
i. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk memberikan respon kepada pasien.
ii. Konsentrasi obat dalam darah pasien di bawah batas terapetik yang diharapkan.
ii. Ketersediaan obat dapat menyebabkan interaksi dengan obat lain atau makanan
pasien.
iii. Penggunaan obat menyebabkan terjadinya reaksi yang tidak dikehendaki yang tidak
ii. Pasien dengan konsentrasi obat di dalam darah di atas batas teurapetik obat yang
diharapkan.
iii. Obat, dosis, rute atau perubahan formulasi tidak tepat untuk pasien.
g. Kepatuhan
i. Pasien tidak menerima aturan pemakaian obat yang tepat (penulisan, pengobatan,
ii. Pasien tidak patuh dengan aturan yang diberikan untuk pengobatan.
iii. Pasien tidak mengambil obat yang diresepkan karena harganya mahal.
iv. Pasien tidak mengambil beberapa obat yang diresepkan karena kurang mengerti.
merasa sehat.