Anda di halaman 1dari 7

DISTRIBUSI GEMPA DAN VULKANIK

NAMA : HANAN ASTIAN

STAMBUK : F1B2 13 026

PROGRAM STUDI TEKNIK PRTAMBANGAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

2014
DISTRIBUSI GEMPA

A. Pengertian Gempa

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi
biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah,
mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa Bumi
diukur dengan menggunakan alat Seismometer. Moment magnitudo adalah skala yang paling
umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala yang di
laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5
magnitude. kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid. gempa 3 magnitude atau
lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan besar nya 7 lebih berpotensi menyebabkan
kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar
bersejarah besarnya telah lebih dari 9, meskipun tidak ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar
terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar adalah 9,0 magnitudo gempa di Jepang pada tahun 2011
(per Maret 2011), dan itu adalah gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas
getaran diukur pada modifikasi Skala Mercalli.

B. Sejarah Gempa
2 Juli 2013, Gempa Bumi Sumatra 2013 di sepanjang NAD berskala 6.2 SR
11 April 2012, Gempa bumi di sepanjang Pulau Sumatera berskala 8.6 SR, berpotensi
sampai Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Lampung. Gempa terasa sampai India.
11 Maret 2011, Gempa Bumi di Jepang, 373 km dari kota Tokyo berskala 9,0 Skala
Richter yang sebelumnya di revisi dari 8,8 Skala Richter, gempa ini juga menimbulkan
gelombang tsunami di sepanjang pesisir timur Jepang
26 Oktober 2010, Gempa Bumi di Mentawai berskala 7.2 Skala Richter, korban tewas
ditemukan hingga 9 November ini mencapai 156 orang. Gempa ini kemudian juga
menimbulkan tsunami.
16 Juni 2010, Gempa Bumi 7,1 Skala Richter menggguncang Biak, Papua.
7 April 2010, Gempa Bumi dengan kekuatan 7.2 Skala Richter di Sumatera bagian Utara
lainnya berpusat 60km dari Sinabang, Aceh. Tidak menimbulkan tsunami, menimbulkan
kerusakan fisik di beberapa daerah, belum ada informasi korban jiwa.
27 Februari 2010, Gempa Bumi di Chili dengan 8.8 Skala Richter, 432 orang tewas (data
30 Maret 2010). Mengakibatkan tsunami menyeberangi Samudera Pasifik yang
menjangkau hingga Selandia Baru, Australia, kepulauan Hawaii, negara-negara
kepulauan di Pasifik dan Jepang dengan dampak ringan dan menengah.
12 Januari 2010, Gempa Bumi Haiti dengan episenter dekat kota Logne 7,0 Skala
Richter berdampak pada 3 juta penduduk, perkiraan korban meninggal 230.000 orang,
luka-luka 300.000 orang dan 1.000.000 kehilangan tempat tinggal.
30 September 2009, Gempa Bumi Sumatera Barat merupakan gempa tektonik yang
berasal dari pergeseran patahan Semangko, gempa ini berkekuatan 7,6 Skala Richter
(BMG Indonesia) atau 7,9 Skala Richter (BMG Amerika) mengguncang Padang-
Pariaman, Indonesia. Menyebabkan sedikitnya 1.100 orang tewas dan ribuan
terperangkap dalam reruntuhan bangunan.
2 September 2009, Gempa Tektonik 7,3 Skala Richter mengguncang Tasikmalaya,
Indonesia. Gempa ini terasa hingga Jakarta dan Bali, berpotensi tsunami. Korban jiwa
masih belum diketahui jumlah pastinya karena terjadi Tanah longsor sehingga
pengevakuasian warga terhambat.
3 Januari 2009 - Gempa Bumi berkekuatan 7,6 Skala Richter di Papua.
12 Mei 2008 - Gempa Bumi berkekuatan 7,8 Skala Richter di Provinsi Sichuan, China.
Menyebabkan sedikitnya 80.000 orang tewas dan jutaan warga kehilangan tempat
tinggal.
12 September 2007 - Gempa Bengkulu dengan kekuatan gempa 7,9 Skala Richter
9 Agustus 2007 - Gempa Bumi 7,5 Skala Richter
6 Maret 2007 - Gempa Bumi tektonik mengguncang provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
Laporan terakhir menyatakan 79 orang tewas [1].
27 Mei 2006 - Gempa Bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama
57 detik. Gempa Bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States
Geological Survey melaporkan 6,2 pada skala Richter; lebih dari 6.000 orang tewas, dan
lebih dari 300.000 keluarga kehilangan tempat tinggal.
8 Oktober 2005 - Gempa Bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter di Asia Selatan,
berpusat di Kashmir, Pakistan; lebih dari 1.500 orang tewas.
26 Desember 2004 - Gempa Bumi dahsyat berkekuatan 9,0 skala Richter mengguncang
Aceh dan Sumatera Utara sekaligus menimbulkan gelombang tsunami di samudera
Hindia. Bencana alam ini telah merenggut lebih dari 220.000 jiwa.
26 Januari 2004 - Gempa Bumi dahsyat berkekuatan 7,7 skala Richter mengguncang
India dan merenggut lebih dari 3.420 jiwa.
26 Desember 2003 - Gempa Bumi kuat di Bam, barat daya Iran berukuran 6.5 pada skala
Richter dan menyebabkan lebih dari 41.000 orang tewas.
21 Mei 2002 - Di utara Afganistan, berukuran 5,8 pada skala Richter dan menyebabkan
lebih dari 1.000 orang tewas.
26 Januari 2001 - India, berukuran 7,9 pada skala Richter dan menewaskan 2.500 ada
juga yang mengatakan jumlah korban mencapai 13.000 orang.
21 September 1999 - Taiwan, berukuran 7,6 pada skala Richter, menyebabkan 2.400
korban tewas.
17 Agustus 1999 - barat Turki, berukuran 7,4 pada skala Richter dan merenggut 17.000
nyawa.
25 Januari 1999 - Barat Colombia, pada magnitudo 6 dan merenggut 1.171 nyawa.
30 Mei 1998 - Di utara Afganistan dan Tajikistan dengan ukuran 6,9 pada skala Richter
menyebabkan sekitar 5.000 orang tewas.

C. Penyebab Gempa

Gempa tektonik yang kuat sering terjadi di sekitar tapal batas lempengan-lempengan
tektonik. Lempengan-lempengan tektonik ini selalu bergerak dan saling mendesak satu sama
lain. Pergerakan lempengan-lempengan tektonik ini menyebabkan terjadinya penimbunan energi
secara perlahan-lahan. Gempa tektonik kemudian terjadi karena adanya pelepasan energi yang
telah lama tertimbun tersebut. Gempa tektonik biasanya jauh lebih kuat getarannya dibandingkan
dengan gempa vulkanik, maka getaran gempa yang merusak bangunan kebanyakan disebabkan
oleh gempa tektonik. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai
kecacatan tektonik. Teori dari tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri
dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan
mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah
dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.
Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti
pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu
kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan
fenomena gempa Bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan
batas pertemuan lempeng tektonik. Contoh gempa tektonik ialah seperti yang terjadi di
Yogyakarta, Indonesia .

D. Pengukuran Gempa

Ada dua cara yang biasa dipakai sebagai ukuran kekuatan gempa, yaitu magnitude dan
local intensity. Magnitude adalah suatu ukuran dari besarnya energi yang dilepaskan oleh
hypocenter atau pusat gempa. Sebelum ditemukannya alat-alat pencatat getaran gempa, satu-
satunya cara untuk mengukur besarnya gempa adalah dengan jalan pengamatan langsung oleh
manusia. Untuk memudahkan pengamatan tersebut, dibuatlah daftar-daftar yang
mengklasifikasikan besarnya gempa, berdasarkan derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh
gempa terhadap bangunan-bangunan. Skala daftar derajat kerusakan ini dinyatakan dalam angka
Romawi ( I, II, III, . ). Skala ini pada umumnya digunakan untuk pengamatan oleh orang-
orang yang sudah berpengalaman untuk memperkirakan tingkat intensitas suatu gempa. Derajat
kerusakan akibat gempa yang sama dengan ukuran yang terdapat dalam daftar yang dipakai
untuk menyatakan intensitas suatu gempa. Intensitas yang dilaporkan untuk suatu gempa adalah
intensitas maksimum yang disebabkan oleh aktivitas gempa pada suatu lokasi. Intensitas ini
sering juga disebut sebagai intensitas lokal. Intensitas lokal berhubungan langsung dengan
percepatan tanah maksimum yang terjadi akibat gempa. Dengan demikian intensitas lokal gempa
akan berhubungan pula dengan besar kecilnya kerusakan yang terjadi pada bangunan-bangunan
disuatu lokasi.
DISTRIBUSI VULKANIK

A. Pengertian Vulkanik

Vulkanisme adalah Tenaga endogen yang menyebabkan magma naik kepermukaan


bumi. Vulkanisme dapat juga diartikan segala sesuatu yang berkaitan dengan gunung berapi atau
proses naik dan keluarnya magma kepermukaan bumi.

Gerakan magma itu terjadi karena magma mengandung gas yang merupakan sumber
tenaga magma untuk menekan batuan yang ada di sekitarnya.Magma adalah cairan batuan,
kental, sangat panas serta berpijar. Magma terletak didalam dapur magma pada litosfer (lapisan
kulit bumi).Magma terdiri dari berbagai mineral dan gas yang terlarut di dalamnya.

Magma terjadi akibat adanya tekanan di dalam bumi yang amat besar, walaupun suhunya
cukup tinggi, tetapi batuan tetap padat. Jika terjadi pengurangan tekanan, misalnya adanya
retakan, tekanannya pun akan menurun sehingga batuan tadi menjadi cair pijar atau disebut
magma. Karena adanya tenaga endogen, litosfer mengalani keretakan dan menyebabkan
sejumlah bahan dari dalam lapisan selubung bumi menerbos kedalamnya. Penerobosan materi
selubung tidak seluruhnya dapat menembus sampai kepermukaan, pada umumnya tertahan
didalam litosfer membentuk dapur magma. Magma yang tertahan didalam dapur magma pada
lapisan litosfer akan menimbulkan tekanan ke atas permukaan bumi, hingga terbentuk kubah
(Dome). Magma bisa bergerak ke segala arah, bahkan bisa sampai ke permukaan bumi. Jika
gerakan magma tetap di bawah permukaan bumi disebut intrusi magma. Sedangkan magma yang
bergerak dan mencapai ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma. Ekstrusi magma inilah yang
menyebabkan gunung api atau disebut juga vulkanis.
Proses penerobosan magma ke permukaan bumi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Intrusi Magma (atau disebut plutonisme)

Intrusi magma adalah proses penerobosan magma didalam lapisan batuan tetapi tidak
mencapai ke permukaan bumi.

Hal ini berarti intrusi magma tidak mencapai ke permukaan bumi. Mungkin hanya
sebagian kecil intrusi magma yang bisa mencapai ke permukaan bumi. Namun yang perlu diingat
bahwa intrusi magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi menjadi cembung hingga membentuk
tonjolan berupa pegunungan.

Secara rinci, adanya intrusi magma (atau disebut juga plutonisme) menghasilkan
bermacam-macam bentuk (perhatikan gambar penampang gunung api), yaitu:

a) Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat penurunan
suhu yang sangat lambat.

b) Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan lapisan
batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara permukaan atasnya
tetap rata.

c) Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di antara lapisan batuan.

d) Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-lapisan litosfer
dengan bentuk pipih atau lempeng.

e) Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.

f) Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari dapur
magma sampai ke permukaan bumi.

2. Ekstrusi Magma

Ekstrusi magma adalah proses penerobosan magma mencapai permukaan bumi dan
membentuk gunung api. Ekstrusi terjadi bila magma mendapat tekanan gas yang cukup kuat
dan ada retakan pada kulit bumi. Jadi ekstrusi magma adalah proses keluarnya magma ke
permukaan bumi. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan terjadinya gunung api. Ekstrusi
magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan. Oleh karena itu gunung
berapi bisa terjadi di dasar lautan. Peristiwa keluarnya magma ke permukaan bumi disebut
erupsi.

Jenis-jenis erupsi magma

Berdasarkan lubang tempat terjadinya, erupsi dibagi dalam tiga macam, yaitu:
a. Erupsi Linier,

yaitu magma keluar melalui retakan kulit bumi yang berbentuk memanjang, sehingga
membentuk kerucut memanjang. Misalnya Gunung Api Laki di Eslandia, dan deretan gunung api
di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

b. Erupsi Areal,

yaitu magma keluar meleleh pada permukaan bumi karena letak dapur magma sangat dekat
dengan permukaan bumisehingga membentuk kawah gunung api yang sangat luas. Misalnya
Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km persegi.

c. Erupsi Sentral, yaitu magma keluar melalui lubang di permukaan bumi dan membentuk
gunung yang letaknya tersendiri. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain

Berdasarkan proses keluarnya magma, erupsi magma dibagi menjadi tiga jenis.

1) Erupsi eksplosif, letusan sangat kuat akibat tekanan gas magma dan menyemburkan bahan-
bahan vulkanik yang padat dan cair

2) Erupsi efusif, letusan gunung api, mengeluarkan lava

3) Erupsi campuran, letusan yang terjadi selang-seling antara eksplosif dan efusif.

Anda mungkin juga menyukai