Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Batubara menempati posisi strategis dalam perekonomian nasional.
Penambangan batubara memiliki peran yang besar sebagai sumber penerimaan
negara, sumber energi primer, bahan baku industri serta memiliki efek ekonomi
berganda yang besar. Pertambangan pun memiliki peran pula dalam pemberdayaan
masyarakat. Secara nasional, tambang batubara bersama-sama dengan tambang
mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB) sebesar 2,84% di tahun
2004 dan menjadi 5,63% di tahun 2012 serta turut memberikan kontribusi yang besar
dalam penerimaan negara. Batubara menyumbang sekitar 14% pasokan energi
primer nasional. Porsi ini berada di posisi ketiga setelah minyak dan gas bumi.
Khusus untuk pembangkit listrik, pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara
menyumbang 26% dari jumlah kapasitas daya terpasang listrik nasional. Cadangan
batubara nasional pun relatif tinggi dibandingkan dengan sumber energi primer
lainnya seperti minyak dan gas bumi. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral bahwa jumlah cadangan batubara nasional mencapai 19 milyar ton
sehingga diharapkan kontribusi batubara dalam memenuhi kebutuhan energi nasional
diharapkan semakin tinggi dan dapat menggantikan minyak bumi yang memiliki
cadangan relatif lebih terbatas dibandingkan batubara.
Kegiatan penambangan termasuk memiliki efek ekonomi berganda yang
tinggi. Menurut hasil kajian Price Waterhouse Coopers, kegiatan pertambangan di
Indonesia memiliki nilai penggandaan (multiplier effect) sebesar 1,6 - 1,9 kali. Oleh
sebab itu, kegiatan penambangan batubara dapat menjadi salah satu daya dorong
kegiatan ekonomi di suatu kawasan. Kegiatan pertambangan batubara dan mineral
memberikan kontribusi yang besar dalam pemberdayaan masyarakat. Jumah total
dana pemberdayaan masyarakat dari kegiatan tambang mencapai 771 milyar rupiah
pada tahun 2005. Cadangan batubara nasional sebagian besar berada di Sumatera
bagian selatan serta Kalimantan bagian timur dan selatan. Diperkirakan bahwa
sekitar 39% cadangan batubara nasional berlokasi di propinsi Sumatera Selatan, 34%
di Kalimantan Timur dan 15% di Kalimatan Selatan. Lebih dari 85% batubara
nasional diperkirakan berada di ketiga propinsi ini dan sisanya berada pada propinsi
lain.
Batubara nasional memiliki kualitas beragam. Menurut data yang dikeluarkan
oleh Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), sebagian besar dari batu
bara nasional memiliki kualitas sedang dengan kandungan energi 5.000 6.000 kcal
/ kg. Sebanyak 24% batubara nasional berkualitas rendah dengan kalori kurang dari
5.000 kcal. Batubara dengan kualitas tinggi dan sangat tinggi masing masing sebesar
13 dan 1%. Kondisi kualitas batubara nasional ini merupakan tantangan tersendiri
dalam pemanfaatannya.
Dengan semakin lajunya permintaan batubara untuk kebutuhan energi bagi berbagai
industri didalam dan diluar negeri, PT. Pendopo Energi Batubara bermaksud untuk
mengusahakan batubara yang terletak di Kecamatan Talang Ubi, Gunung Megang,
Penukal Abab dan Tanah Abang. Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera
Selatan. Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan untuk mengusahakan eksploitasi
batubara tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

Kebutuhan batubara yang terus meningkat seiring dengan lajunya perkembangan


industri, sehingga prospek pemasarannya cukup cerah.
Pemerintah memprioritaskan batubara untuk menjamin tersedianya energi yang
cukup, dalam memenuhi permintaan bagi industri dalam negeri
Batubara dijadikan sumber energi alternatif untuk menggantikan energi minyak
dan gas bumi yang cadangannya makin berkurang
Eksplorasi dan eksploitasi batubara tidak begitu rumit dibandingkan dengan
minyak dan gas bumi, sehingga biayanya relatif rendah
Usaha penambangan batubara dapat menciptakan tenaga kerja, sehingga dapat
ikut membantu program pemerintah untuk mengurangi pengangguran
Usaha penambangan batubara ikut berperan menunjang perekonomian
masyarakat dan pemerintah daerah.

1.2 Ruang Lingkup Studi

Pada laporan ini dibatasi hal yang perlu dikaji dan selanjutnya disebut ruang
lingkup. Ruang lingkup pada laporan ini adalah hal-hal yang mendukung dalam
analisa kelayakan PT. Pendopo Energi Batubara. Metode studi adalah kajian pustaka
yang didapatkan dari berbagai sumber terutama dari Financial Statement dan Annual
Report PT. Pendopo Energi Batubara pada tahun 2014.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan penelitian ini berdasarkan beberapa aspek, yaitu :
1. Studi Kelayakan Teknis
2. Studi Kelayakan Ekonomis

1.4 Maksud dan Tujuan


PT. Pendopo Energi Batubara bermaksud untuk melakukan penambangan
endapan batubara, sehingga studi kelayakan ini tujuannya menilai kelayakan
penambangan endapan batubara tersebut dipandang dari berbagai aspek yang
berkaitan dengan kualitas dan kuantitas, metode penambangan, peralatan yang
digunakan, penimbunan, transportasi darat dan laut, fasilitas pelabuhan, pemasaran,
pengelolaan K3, lingkungan, sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan dan
biaya investasi. Hasil studi kelayakan digunakan untuk menyusun program-program
dan prioritas kegiatan yang akan diselenggarakan oleh pihak perusahaan. Selai itu
tujuan utama membuat model konseptual investasi pada industri pertambangan
batubara di Sumatera Selatan, sehingga memiliki nilai kelayakan untuk dijalankan
dengan syarat dan kondisi tertentu. Kemudian menganalisis faktor teknis dan non-
teknis yang dapat digunakan oleh investor, sebagai bahan pertimbangan untuk
menanamkan modalnya pada industri pertambangan batubara di Sumatera Selatan.
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Studi Konseptual

Penyebaran dan Kualitas. Pt Pendopo Wilayah kajian dibagi dalam 2 (dua) blok yaitu
Blok Sigoyang dan Blok Binuang. Dari hasil kegiatan eksplorasi yang dilakukan di
wilayah Pendopo dan sekitarnya yang meliputi pemetaan geologi, pemetaan
singkapan batubara, pembuatan parit uji, dan pemboran eksplorasi, telah
diketemukan 10 lapisan batubara dalam Formasi Muara Enim. Penyebaran lapisan
lapisan tersebut berarah Barat Laut Tenggara dan Tenggara Baratlaut dengan
kemiringan antara 30 80. Ketebalan batubaranya berkisar antara 0,20 meter hingga
27,29 meter. Data parit uji dapat dilihat pada Tabel 2.1, sedangkan data pemboran
dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3.

Tabel 2.1. Daftar Koordinat Parit Uji di Lokasi Penyelidikan

No. KOORDINAT Panjang Paritan Tebal Batubara


No.
Paritan X Y (mt) (mt)

6.3
1 PR.01 103o 53' 42.75" 3o 10' 47.84" 257 16.3
24.2
10.6
3 PR.03 103o 51' 31.92" 3o 07' 37.20" 302 2.1
19.5
6. PR.06 103o 47' 28.70" 3o 04' 30.35" 82 6.1

Tabel. 2.2. Data Hasil Pemboran Blok Sigoyang

Koordinat (UTM) Elevasi Tebal


Bor Seam Kedalaman (m)
(m) (m)
E S
SS-01 391.484,15 9.629.736,24 30,52 BN-1 33,16 - 45,90 12,74
BN-2 50,90 - 52,60 1,70
SS-02 389.088,11 9.632.205,07 27,41 G-2 34,95 - 37,42 2,47
BN-1 54,07 - 77,50 23,43
BN-2 80,70 - 82,70 2,00
SS-03 390.298,01 9.631.685,04 27,30 Nr 1,70 - 5,95 4,25
Lmt 11,90 - 21,55 9,65
G-2 55,85 - 56,85 1,00
BN-1 80,75 - 101,95 21,20
BN-2 106,95 - 109,30 2,35
SS-06 387.250,27 9.633.685,00 52,50 G-1 21,56 - 22,80 1,24
G-2 25,00 - 28,26 3,26
BN-1 52,35 - 71,20 18,85
BN-2 77,38 - 79,00 1,62
SS-07 386.429,61 9.634.346,62 34,60 BN-1 21,00 - 44,70 23,70

BN-2 48,15 - 51,50 3,35


SS-08 385.331,43 9.635.432,58 38,29 G-2 4,60 - 6,25 1,65
BN-1 12,95 - 37,80 24,85
BN-2 41,58 - 45,63 4,05
SS-09 383.984,04 9.637.311,71 47,96 G-1 7,60 - 9,15 1,55
G-2 16,25 - 21,26 5,01
BN-1 33,50 - 54,55 21,05
BN-2 56,17 - 60,85 4,68
SS-10 384.168,45 9.638.539,38 50,84 Nr 4,50 - 9,81 5,31
Lmt 28,60 - 42,73 14,13
G-1 51,32 - 53,22 1,90
G-2 59,48 - 64,60 5,12
SS- 11 383.921,09 9.639.600,77 50,06 Nr 11,30 - 13,76 2,46
Nr 15,90 - 18,68 2,78
Lmt 20,78 - 29,50 8,72
G-2 44,20 - 49,50 5,30
BN-! 72,46 - 100,15 27,69
BN-2 106,10 - 108,00 1,90
SS-16 385.453,64 9.637.286,76 62,75 Nr 40,25 - 41,90 1,65
Lmt 56,65 - 72,80 16,15
G-1 84,27 - 85,52 1,25
G-2 89,46 - 95,19 5,73
BN-1 116,05 - 139,75 23,70
BN-2 141,13 - 145,78 4,65
SS-17 386.426,93 9.635.429,46 43,38 Lmt 6,60 - 18,25 11,65
G-1 27,72 - 28,90 1,18
G-2 39,50 - 43,95 4,45
BN-1 62,85 - 84,60 21,75
BN-2 87,80 - 91,35 3,55
SS- 18 392.206,76 9.630.527,76 32,51 Nr 21,55 - 24,30 2,75
Lmt 30,33 - 40,15 9,82
G-2 68,90 - 70,00 1,10
BN-1 99,15 - 118,00 18,85
BN-2 119,90 - 122,20 2,30
SS-19 383.589,72 9.640.697,18 42,68 G-1 11,08 - 13,43 2,35
G-2 15,50 - 21,28 5,78
BN-1 42,75 - 69,92 27,17
BN-2 76,90 - 77,90 1,00
PM-17 373.350,58 9.633.091,36 49,49 A 21,89 - 24,62 2,73
B 39,43 - 40,55 1,12
PM-26 378.807,09 9.634.428,18 44,45 A 45,59 - 47,25 1,66
B 47,59 - 53,59 6,00
PM-27 379.303,84 9.634.424,50 53,48 A 52,05 - 53,50 1,45
PM-28 379.264,75 9.634.919,84 50,04 A 34,60 - 42,78 8,18
PM-29 378.965,48 9.635.708,43 44,11 A 22,74 - 30,11 7,37
PM-31 378.821,21 9.636.819,44 42,74 A 44,35 - 51,00 6,65
B 75,50 - 76,60 1,10
PM-33 377.966,43 9.639.365,70 34,31 A 27,90 - 35,28 7,38
B 53,28 - 56,82 3,54
PM-37 377.288,96 9.641.311,75 33,53 A 12,30 - 17,50 5,20
PM-39 377.094,66 9.642.993,61 18,09 A 22,53 - 27,38 4,85
PM-43 375.973,07 9.639.312,34 28,88 A 52,75 - 54,05 1,30
A 55,87 - 61,25 5,38
B 73,77 - 79,30 5,53
PM-45 374.704,29 9.640.495,18 21,64 A 15,55 - 16,87 1,32
A 20,23 - 21,36 1,13
A 21,72 - 26,20 4,48
B 36,95 - 42,25 5,30
PM-47 375.564,12 9.639.031,42 34,31 A 41,80 - 44,73 2,93
A 45,37 - 49,16 3,79
B 62,16 - 66,73 4,57
PM-49 378.036,72 9.638.441,86 37,34 A 14,90 - 22,40 7,50
B 37,05 - 42,20 5,15
PM-50 378.282,12 9.637.513,06 39,60 A 13,20 - 20,50 7,30
B 40,96 - 45,15 4,19
PM-51 377.625,33 9.640.347,11 32,68 A 17,00 - 22,50 5,50
B 37,00 - 42,70 5,70

Tabel. 2.3 Data Hasil Pemboran Blok Binuang


Koordinat (UTM) Elevasi Tebal
Bor Seam Kedalaman (m)
E S (m) (m)
BU - 01 379.333,68 9.632.980,55 56,30 G-1 12,25 - 13,58 1,33
G-3 19,55 - 23,17 3,62
BN-1 41,15 - 66,70 25,55
BN-2 69,40 - 72,45 3,05
BU - 02 380.288,69 9.632.562,72 70,14 Lmt 6,85 - 21,55 14,70
G-1 31,75 - 33,65 1,90
G-3 43,70 - 47,20 3,50
BN-1 60,02 - 88,63 28,61
BN-2 91,10 - 94,25 3,15
BU-03 380.975,56 9.632.080,57 53,83 Lmt 4,10 - 13,50 9,40
BU - 04 381.823,18 9.631.415,00 48,17 G-3 21,23 - 25,10 3,87
BN-1 44,25 - 72,00 27,75
BN-2 75,73 - 79,36 3,63
BU-05 382.683,19 9.630.941,38 44,85 BN-1 6,70 - 36,90 30,20
BN-2 42,60 - 45,49 2,89
BU-06 383.617,85 9.630.296,35 41,05 BN-1 6,87 - 36,68 29,81
BN-2 41,12 - 44,48 3,36
BU-07 384.459,73 9.629.813,28 34,24 BN-1 2,00 - 5,58 3,58
BN-2 10,86 - 13,40 2,54
BU-08 384.270,46 9.628.476,83 34,44 K-2 17,55 - 18,81 1,26
Nr 27,86 - 30,62 2,76
Lmt 40,62 - 54,88 14,26
G-1 69,70 - 71,84 2,14
G-2 76,90 - 77,45 0,55
G-3 86,75 - 90,00 3,25
BN-1 106,35 - 132,75 26,40
BU -9 385.176,89 9.627.982,46 37,24 Nr 3,90 - 9,00 5,10
Lmt 16,43 - 32,28 15,85
G-1 44,17 - 46,10 1,93
G-2 52,65 - 53,60 0,95
G-3 68,05 - 72,00 3,95
BN-1 86,36 - 112,30 25,94
BU - 10 386.031,00 9.627.345,00 27,94 Nr 2,70 - 6,10 3,40
Lmt 6,71 - 8,55 1,84
G-1 21,80 - 23,40 1,60
G-3 38,25 - 41,42 3,17
G-4 59,94 - 62,30 2,36
BN-1 63,55 - 84,24 20,69
BU-16 387.352,53 9.626.934,34 27,36 BN-1 3,65 - 23,31 19,66
BN-2 29,70 - 31,47 1,77
BU-17 388.057,51 9.626.097,80 22,99 BN-1 44,25 - 72,00 27,75
BN-2 75,73 - 79,36 3,63
A. Blok Sigoyang
Seam Niru (Nr)
Lapisan batubara terdeteksi dari titik bor SS-3, SS-10 dan SS-11. Tebal batubara
berkisar antara 2,46 meter sampai 5.31 meter, memiliki jurus N 3400 E dengan
kemiringan 60. Lapisan batubara ini diapit oleh batupasir dan batulanau,
berwarna coklat tua, agak keras, kusam, setempat mengandung resin.

Seam Lematang (Lmt)


Lapisan batubara ini terdeteksi dari lubang bor SS-03, SS-17, SS-10 dan SS-11.
Tebal batubara berkisar antara 8.72 11.54 dengan jurus dan kemiringan N3450E
/ 70; berwarna coklat tua, agak keras, segar, pecahan konkoidal tidak beraturan,
beberapa bagian menyerpih. Lapisan ini sebagian ada yang diapit oleh lanau dan
lempung dan ada juga yang diapit oleh lanau.

Seam G-1
Lapisan batubara ini terdeteksi dari lubang bor SS-06, SS-09, SS-10 dan SS-16,
mempunyai tebal antara 1.24 1.90 meter, kemiringan 60 kearah Timur Laut.
Warnanya coklat tua, segar, pecahan konkoidal, lunak - keras, dibeberapa bagian
mengandung resin. Lapisan ini diapit oleh lempung dan lanau.

Seam G-2
Lapisan batubara ini terdeteksi dari pemboran pada lubang bor SS-02, SS-03, SS-
06, SS-08, SS-09, SS-10, SS-11, SS-16 dan SS-18. Lapisan batubara ini
mempunyai tebal antara 1.10 5.21 meter, kemiringan 40 kearah Timur Laut.
Warnanya coklat tua, segar, mengkilap, keras, pecahan konkoidal tak beraturan,
dibeberapa tempat mengandung resin. Seam ini diapit oleh lanau dan lempung.

Seam Benakat (BN-1)


Lapisan batubara ini terdeteksi dari pemboran pada lubang bor SS-01, SS-03, SS-
06, SS-08, SS-10, SS10, kemiringan lapisan batubara rata-rata 60 kearah Timur
Laut. Lapisan batubara ini mempunyai tebal antara 18.02 24.00 meter. Lapisan
batubara ini diapit oleh lanau dan batupasir. Lapisan batubara ini mempunyai
warna coklat tua, agak keras - keras, konkoidal, setempat mengandung resin.

Seam Benakat (BN-2)


Lapisan batubara ini ditembus oleh bor SS-01, SS-03, SS-06, SS-08, SS-10,
SS10, tebalnya berkisar antara 1.6 5.2 meter, sudut kemiringan seam 60 kearah
Timur Laut dan diapit oleh l;anau. Warna batubara coklat tua, agak getas, rapuh,
tidak beraturan, setempat mengandung resin.

Seam A
Seam A yang terletak pada sayap Timur Laut Antiklin Sigoyang terdeteksi dari
lobang bor PM 28, PM 37, PM 51, PM 33, PM 49, PM 50, PM 31,
PM 35, PM 29, PM 28, PM 27, PM 26 dan PM 25. Secara umum jurus
lapisan batubara tersebut adalah Tenggara Barat Laut dengan kemiringan rata-
rata 60 kearah Timur Laut. Lapisan ini berwarna coklat tua, sedikit keras,
mengandung serat kayu dan resin berbentuk nodul. Seam A diapit oleh batu
lempung. Pada ujung Antiklin Sigoyang bagian Tenggara, seam A mengikuti
pola Antiklin sehingga jurus lapisan berubah menjadi Baratdaya Timurlaut
dengan kemiringan kearah Tenggara. Ketebalan seam A berkisar antara 4,98 m
17,30 m.
Seam A yang terletak pada sayap Timurlaut Sinklin Sigoyang dapat diketahui
dari lobang bor PM 42 dan PM 44. Secara umum jurus lapisan batubara
kearah Tenggara Baratlaut dengan kemiringan rata rata 60 kearah Timurlaut.
Penyeberan batubara pada bagian ujung Sinklin Sigoyang mengikuti pola Sinklin
Sigoyang. Ketebalan batubara seam A pada sayap Timurlaut Sinklin Sigoyang
berkisar antara 7,05 m 7,22 m.
Seam A yang terletak pada sayap Baratdaya Sinklin Sigoyang dapat diketahui
dari lobang bor PM 45, PM 46, PM 47, dan PM 42.
Secara umum jurus lapisan batubara kearah Baratlaut Tenggara dengan
kemiringan rata rata 50 kearah Baratdaya. Ketebalan batubara berkisar antara
1,93 m 7,22 m.
Seam B
Seam B yang treletak pada sayap Timurlaut Antiklin Sigoyang dapat diketahui
dari lobang bor PM 38, PM 37, PM 51, PM 33, PM 49, PM 50, PM
31, PM 30, PM 26. Secara umum jurus lapisan batubara tersebut adalah
Tenggara Baratlaut dengan kemiringan rata-rata 60 kearah Timurlaut. Coklat
tua, sedikit keras, resin berbentuk nodul, struktur kayu. Seam B diapit oleh
batulanau dan batulempung. Pola penyebaran batubara akan berubah mengikuti
pola Antiklin pada ujung Antiklin Sigoyang. Ketebalan seam B berkisar antara
1,1 m 6,1 m.

Seam B yang terletak pada sayap Timurlaut Sinklin Sigoyang dapat diketahui
dari lobang bor PM 44 dan PM 43. Secara umum jurus lapisan batubara
kearah Tenggara Baratlaut dengan kemiringan rata rata 50 kearah Baratdaya.
Penyebaran batubara pada bagian ujung Sinklin Sigoyang mengikuti pola Sinklin
Sigoyang. Ketebalan batubara seam B pada sayap Timurlaut Sinklin Sigoyang
berkisar antara 5,30 m 5,53 m. Seam A yang terletak pada sayap Baratdaya
Sinklin Sigoyang dapat diketahui dari lobang bor PM 45, PM 46, PM 47,
dan PM 42. Secara umum jurus lapisan batubara kearah Baratlaut Tenggara
dengan kemiringan rata rata 50 kearah Timurlaut. Ketebalan batubara berkisar
antara 1,93 m 8,78 m.

Seam C
Dari data pemboran diketahui bahwa seam C tidak berkembang pada wilayah
kajian. Seam C hanya ditemukan pada titik bor PM 30 dengan ketebalan 1, 05
m. Lapisan ini berwarna coklat tua, sedikit keras, mengandung serat kayu dan
resin berbentuk nodul. Seam K - 2 diapit oleh batulanau dan batulempung.

B. Blok Benuang
Seam K 2
Seam K 2 tidak berkembang pada daerah kajian, ditemukan hanya pada lubang
bor BU 8 dengan ketebalan 1,26 m. Lapisan K 2 berwarna coklat tua,
memperlihatkan struktur kayu, agak lunak, resin lamelar. Seam K - 2 diapit oleh
lanau.

Seam Niru (Nr)


Seam Niru terletak pada sayap Timurlaut Sinklin Benuang ditemukan pada
lobang bor Bu 8, BU 9, BU 10. jurus lapisan batubara tersebut kearah
Tenggara Baratlaut dengan kemiringan rata rata 50 kearah Baratdaya. Lapisan
Niru berwarna coklat tua, rapuh, menyerpih, struktur kayu, resin berupa lamelar
dan nodul. Ketebalan seam Niru berkisar antara 2,1 m 3,4 m. Seam Nr diapit
oleh lanau.

Seam Lematang (Lmt)


Seam Lmt terletak pada sayap Timurlaut Sinklin Benuang, ditemukan pada
lobang bor BU 2, BU 3, BU 8, BU 9, BU 10. Jurus lapisan batubara
seam Lmt kearah Tenggara - Baratlaut dengan kemiringan 50 kearah Baratdaya.
Lapisan Lmt berwarna coklat tua, agak lunak, getas, kusam, pecahan tak
beraturan, mengandung resin berbentuk nodul dan lamelar. Ketebalan seam Lmt
berkisar antara 1,84 m 15,85 m. Seam Lmt diapit oleh lanau

Seam G 1
Seam G - 1 terletak pada sayap Timurlaut Sinklin Benuang, ditemukan pada
lobang bor BU 1, BU 2, BU 8, BU 9, BU 10. Jurus lapisan batubara
seam Lmt kearah Tenggara - Baratlaut dengan kemiringan 50 kearah Baratdaya.
Lapisan G-1 berwarna coklat tua, agak lunak, getas, kusam, struktur kayu,
pecahan tak beraturan, mengandung resin berbentuk nodul. Ketebalan seam G - 1
berkisar antara 1,60 m 2,19 m. Seam G -1 diapit oleh lanau.

Seam G 2
Seam G - 2 terletak pada sayap Timurlaut Sinklin Benuang, ditemukan pada
lobang bor BU 1, BU 2, BU 4, BU 8, BU 9, BU 10. Jurus lapisan
batubara seam Lmt kearah Tenggara - Baratlaut dengan kemiringan 50 kearah
Baratdaya. Lapisan G-2 berwarna coklat tua, agak lunak, getas, kusam, struktur
kayu, pecahan tak beraturan, mengandung resin berbentuk nodul. Ketebalan
seam G - 2 berkisar antara 0,15 m 0,95 m. Seam G -2 diapit oleh lanau

Seam G 3
Seam G - 3 terletak pada sayap Timurlaut Sinklin Benuang, ditemukan pada
lobang bor BU 1, BU 2, BU 4, BU 8, BU 9, BU 10, BU 17. Jurus
lapisan batubara seam Lmt kearah Tenggara - Baratlaut dengan kemiringan 50
kearah Baratdaya. Lapisan G-3 berwarna coklat tua, agak lunak, getas, kusam,
struktur kayu, pecahan tak beraturan, mengandung resin berbentuk nodul.
Ketebalan seam G - 3 berkisar antara 3.17 m 3,95 m. Seam G -3 diapit oleh
batupasir.

Seam Benakat (BN 1)


Seam BN - 1 terletak pada sayap Timurlaut Sinklin Benuang, ditemukan pada
lobang bor BU 1, BU 2, BU 4, BU 5, BU 6, BU 7, BU 8, BU 9,
BU 10, BU 16, BU 17. Jurus lapisan batubara seam Lmt kearah Tenggara -
Baratlaut dengan kemiringan 50 kearah Baratdaya. Lapisan BN-1 berwarna
coklat tua, agak lunak, kusam, struktur kayu, pecahan tak beraturan, mengandung
resin berbentuk nodul. Ketebalan seam BN - 1 berkisar antara 3.58 m 29,57 m.
Seam BN 1 diapit oleh batulanau dan batulempung.

Seam Benakat (BN 2)


Seam BN - 2 terletak pada sayap Timurlaut Sinklin Benuang, ditemukan pada
lobang bor BU 1, BU 2, BU 4, BU 5, BU 6, BU 7, BU 8, BU 9,
BU 10, BU 16, BU 17. Jurus lapisan batubara seam Lmt kearah Tenggara -
Baratlaut dengan kemiringan 50 kearah Baratdaya. Lapisan BN-2 berwarna
coklat tua, agak lunak, kusam, struktur kayu, pecahan tak beraturan, mengandung
resin berbentuk nodul. Ketebalan seam BN 2 berkisar antara 1,67 m 4,63 m.
Seam BN 2 diapit oleh batulanau dan batulempung.
2.2. Kegiatan Penambangan

1. Persiapan
Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap penambangan.
Kegiatan ini bertujuan mendukung kelancaran kegiatan penambangan. Pada tahap ini
akan dibangun jalan tambang (acces road), stockpile, dll.

2. Land Clearing
Tahapan pekerjaan penambangan umumnya diawali dengan mempersiapkan
lahan, yaitu mulai dari pemotongan pepohonan hutan, pembabatan sampai ke
pembakaran hasilnya, yang dinamakan land clearing. Jadi land clearing dapat
diartikan sebagai suatu aktivitas pembersihan material hutan yang meliputi
pepohonan, hutan belukar sampai alang-alang.

3. Pengupasan Tanah Pucuk


Maksud pemindahan tanah pucuk adalah untuk untuk menyelamatkan tanah
tersebut agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah yang asli, sehingga
tanah pucuk ini masih dapat digunakan dan ditanami kembali untuk kegiatan
reklamasi, tanah pucuk yang akan dikupas tersebut langsung dipindahkan
ketimbunan. Hal tersebut tergantung pada perencanaan dari perusahaan.

4. Pengupasan Tanah Penutup


Pengupasan lapisan tanah penutup yaitu pemindahan suatu lapisan tanah atau
batuan yang berada diatas cadangan bahan galian, agar bahan galian tersebut menjadi
tersingkap. Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup ditentukan oleh rencana
target produksi, semakin baik rancangan pada pengupasan lapisan tanah penutup
maka rencana target produksi semakin baik. Untuk mewujudkan kondisi tersebut
diperlukan metode dan alat yang mendukung pengupasan lapisan tanah penutup
5. Pemboran Peledakan
Urutan pekerjan peledakan yatu pemboran, pemuatan bahan peledak,
penyambungan rangkaian peledakan dan penembakan. Prinsip pemboran adalah
mendapatkan kualitas lubang ledak yang tinggi dengan pemboran yang cepat dan
dalam posisi yang tepat.

6. Peledakan
Peledakan merupakan tindak lanjut dari kegiatan pemboran yang merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melepas batuan dari batuan induknya
dengan harapan menghasilkan bongkaran batuan yang berukuran lebih kecil sesuai
dengan yang diharapkan sehingga memudahkan dalam proses pendorongan,
pemuatan, pengangkutan, dan konsumsi material

7. Penggalian dan Pemuatan


Pola pemuatan pada operasi pengangkutan di tambang terbuka
dikelompokkan berdasarkan posisi back hoe terhadap front penggalian dan posisi
dump truck terhadap back hoe.

8. Pengangkutan (Hauling)
Material dalam jumlah besar dalam industri pertambangan di transport
dengan haulage (pemindahan tanah ke arah horisontal) dan hoisting (pemindahan
tanah ke arah vertikal). Beberapa bagian dari pengangkutan ini meliputi :
Pengangkutan batubara dari daerah penambangan ke tempat penumpukan (ROM
Stockpile/Temporary Stockpile) Pengangkutan waste/overburden ke lokasi waste
dump/dump area (baik berupa tanah pucuk/humus ataupun lapisan penutup).

2.3 Proses Pengolahan Batubara


Pengolahan batubara PT. Pendopo Energi Batubara akan dilaksanakan di
lokasi Crushing Plant dimana lokasi ini menyatu dengan lokasi penumpukan
batubara dari tambang (Raw Coal Stock Pile). Pengolahan batubara (coal
preparation) PT. Pendopo Energi Batubara bertujuan untuk mereduksi ukuran (size
reduction) batubara produksi operasi penambangan atau Run Of Mine (ROM)
sehingga mencapai ukuran yang diinginkan. Proses pencucian tidak akan dilakukan
karena rata-rata kadar abu (8,99 %) dan kadar belerang (0,43 %) di nilai cukup
rendah. Berdasarkan pemeriksaan petrografi batubara, kandungan mineral-mineral
pengotor seperti pirit, clay dan shale juga cukup rendah. Dalam rangka melakukan
reduksi ukuran, maka akan dilakukan beberapa penanganan terhadap batubara
produksi penambangan (ROM), antara lain :

Proses penghancuran/pemecahan batubara (coal breaking/coal crushing)


Proses klasifikasi ukuran fraksi batubara (coal screening/coal classification)
Proses penanganan pemindahan batubara antar lokasi (coal handling)
Pengolahan batubara PT. Pendopo Energi Batubara secara garis besar adalah proses
peremukkan batubara sampai ukuran - 50 mm.

2.3.1 Proses Reduksi Ukuran Batubara


Untuk gambaran proses reduksi ukuran batubara dapat dilihat diagram alir
(flow sheet) seperti terlihat pada (Gambar 2.1). Dalam diagram alir tersebut
digambarkan urutan proses-proses yang berlangsung.

Umpan (feed) untuk proses pengolahan batubara yang di rencanakan adalah batubara
langsung dari produk kegiatan penambangan (ROM) atau yang telah tersedia di raw
coal stockpile. Fraksi batubara sebagai umpan direncanakan berukuran maksimum
500 mm. Apabila dalam kondisi tertentu ada yang berukuran lebih dari 500 mm,
maka terlebih dahulu harus diremukkan.

2.3.2 Penggerusan Batubara (Coal Crushing)


Kegiatan ini bertujuan untuk memecahkan suatu ukuran fraksi batubara,
menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan ini
dilakukan dengan menggunakan beberapa tahap operasi, yaitu :

2.3.3 Penggerusan Pertama (Primary Crushing)


Kegiatan tahap pertama untuk mereduksi ukuran umpan batubara dari ukuran
maksimum 500 mm menjadi fraksi dengan ukuran yang memenuhi kegiatan crushing
tahap kedua (secondary crusing), yaitu maksimum 150 mm. Kegiatan crushing tahap
pertama ini termasuk dalam kelas heavy duty sampai medium duty dengan daya
sebesar 0.6 KVA / ton / jam. Jenis crusher yang digunakan adalah roll crusher
dengan tipe gelondong tunggal (single roll crusher).
Crusher diatur dengan besaran Reduction Ratio (RR) antara 4 sampai 6 dan
kapasitas produksi sekitar 600 ton/jam sebanyak 3 unit.
Dengan jam jalan sebesar 14 jam per hari maka produksi per tahun adalah
sebesar :
300 hari x 14 jam x 1.800 ton = 7.560.000 ton.
Selanjutnya dengan asumsi losses sebesar 7 %, maka produk dari Crushing
Plant adalah sebesar 7.000.000 ton batubara per tahun.

2.3.4 Penggerusan Kedua (Secondary Crushing)


Kegiatan tahap kedua untuk memecah suatu ukuran fraksi batubara dari
maksimum 150 mm menjadi fraksi dengan ukuran yang memenuhi persyaratan
produk akhir batubara, yaitu maksimum 50 mm. Kegiatan reduksi tahap ini termasuk
dalam kelas medium duty dengan daya sebesar 0.6 KVA / ton / jam. Jenis crusher
yang digunakan adalah roll crusher dengan tipe gelondong ganda (double roll
crusher).

Crusher diatur dengan besaran Reduction Ratio (RR) antara 4 sampai 6 dan kapasitas
produksi sekitar 450 ton/jam sebanyak 3 unit.

2.3.5 Pengayakan Batubara (Coal Screening)


Kegiatan pemisahan ukuran adalah kegiatan yang bertujuan untuk
memisahkan fraksi-fraksi batubara atas dasar ukuran yang diinginkan. Kegiatan
pemisahan ukuran ini dilakukan pada beberapa unit operasi, yaitu :

a. Scalper Grizzly Screen


Tahap pertama pemisahan ukuran dilakukan dengan menggunakan scalper grizzly
screen yang digunakan untuk memisahkan batubara dari tambang (ROM) pada
fraksi ukuran 500 mm, sebelum masuk sebagai umpan primary crushing. Fraksi
yang terpisah dengan ukuran +500 mm sebagai oversize , akan diremukkan secara
manual dengan menggunakan hand hammer untuk dikembalikan lagi sebagai
umpan ; sedangkan fraksi dengan ukuran 500 mm yang lolos, akan diperlakukan
sebagai undersize untuk umpan primary crusher . Screen ini memiliki satu lapis
permukaan (single deck) yang diletakan dengan posisi agak miring 12 18 derajat
(inclined); screen ini bekerja pada level heavy duty, dengan menggunakan gaya
hentak (stroke).
b. Vibrating Screen
Tahap kedua pemisahan ukuran fraksi batubara dilakukan dengan vibrating sreen,
dengan tujuan untuk memisahkan fraksi ukuran + 150 mm sebelum masuk sebagai
umpan secondary crusher. Screen ini bekerja secara mekanik dengan
mengggunakan gaya getar (vibrator).
Untuk kapasitas sekitar 600 ton/jam, tipe screen yang dipilih adalah raw
coal sizing sreen dengan dua lapis permukaan (double deck), yang dipasang
dengan kemiringan 17 25 derajat, sehingga fraksi batubara akan lewat
diatasnya dengan kecepatan 0,75 1,25 meter/detik. Lapis pertama dari
screen ini memiliki ukuran bukaan 50 mm dengan menggunakan vibrasi
rendah.
Fraksi yang terpisah dengan ukuran + 50 mm sebagai oversize akan menjadi
umpan dari secondary crusher, sedangkan fraksi yang berukuran 50 mm
(undersize) akan langsung masuk ke tahap pemisahan ukuran pada screen
dengan bukaan 25 mm.
Fraksi yang terpisah dengan ukuran diatas 25 mm sebagai oversize akan
menjadi produk akhir I, sedangkan fraksi yang ukurannya dibawah 25 mm
(undersize) akan menjadi produk akhir II yang fraksinya lebih halus dari
produk akhir I.

2.3.6 Recovery Pengolahan


Pada umumnya recovery pengolahan batubara antara 95,0 sampai 97,5 %
yang diakibatkan oleh hilangnya batubara halus (debu batubara). Debu batubara ini
ditampung dan disiram serta langsung dialirkan ke kolam pengendap didekat unit
pengolahan batubara untuk mengantisipasi pencemaran lingkungan. Air dalam kolam
pengendap akan dinetralkan kembali dengan menggunakan gamping (lime).
Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Pengolahan Batubara

2.4 Peralatan Pengolahan Batubara


Unit pengolahan batubara akan disiapkan oleh PT. Pendopo Energi Batubara.
Operasional pengolahan akan selalu dipantau untuk memperoleh recovery dan
kualitas produk akhir yang baik. Adapun peralatan pengolahan yang tersedia,
rinciannya dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Peralatan Reduksi Ukuran Batubara Pada Unit Pengolahan Batubara
PT. Pendopo Energi Batubara

No Nama Alat Spesifikasi Unit


Single Roll Crusher, 600 t/jam, 35 KVA,
1 Primary Crusher 3
Diameter x panjang = (800 x 1.000) mm
Double Roll Crusher, 450 t/jam, 30 KVA,
2 Secondary Crusher 3
Diameter x panjang = (615 x 615) mm
Scalper Grizzly
3 (800 x 800) mm, Steel-Iron Bar 3
Screen
(50 x 50) mm, 300 t/jam, 17 25 deg
Vibrating Screen 6
4 downward-sloping, low magnitude
Deck I
vibration, 700 RPM, 25 KVA
Vibrating Screen (25 x 25) mm, 300 t/jam, 17 25 deg 6
5
Deck II downward-sloping, low magnitude vibration
300 t/jam, 800 mm, 0.5 m/s, max
6 Belt Conveyor I 6
conveying angle = 16 deg, 25 m-length, 35 KVA
300 t/jam, 650 mm, 0.5 m/s, max
7 Belt Conveyor II 6
conveying angle = 16 deg, 50 m-length, 25 KVA
600 t/jam, 650 mm, 0.5 m/s, max
8 Loading Conveyor 3
conveying angle = 16 deg, 50 m-length, 25 KVA
9. Wheel Loader Komatsu WA 500-3, Bucket Cap. 5 ton. 2

2.5 Tata Cara Penambangan


Dari perencanaan desain tambang diketahui bahwa pemilihan sistem dan
metode penambangan adalah tambang permukaan dan tambang terbuka (open pit
mining) dimana penggalian tanah dan batubara akan dikerjakan dengan membentuk
jenjang-jenjang atau lereng (multi bench) yang memiliki geometri tertentu
berdasarkan hasil kajian geoteknik yang telah dilakukan. Dengan teknik
penambangan ini diharapkan semua lapisan (seam) batubara yang penyebarannya
jelas (seam Nr, Lmt, G, BN-1, BN-2; 5 seam) pada PIT I dan PIT II.

2.5.1 Cadangan Tertambang (Mineable Reserve)

Cadangan batubara tertambang pada umumnya dihitung berdasarkan batasan-


batasan sebagai berikut :
Kondisi geologi (sungai, topografi, struktur)
Geometri lereng akhir penambangan dimana tinggi lereng keseluruhan adalah
sebesar 65 m dengan kemiringan 50 o, dan tinggi lereng tunggal adalah
sebesar 10 m dengan kemiringan 60 o
Ketebalan seam batubara yang dapat digali
Nisbah pengupasan (Stripping Ratio)
Kondisi lingkungan sekitar.

Menurut hasil kegiatan eksplorasi, sumberdaya batubara PT. Pendopo Energi


Batubara (cadangan terukur) berjumlah sebesar 788.008.819,79 ton yang terbagi
dalam Blok Benuang sebesar 229.911.270,49 ton dan Blok Sigoyang sebesar
558.097.549,24 ton. Dari cadangan Blok Sigoyang tersebut, yang akan ditambang
hanyalah sebesar 204.813.742,87 ton. Dengan memperhitungkan faktor kehilangan
saat penambangan, pengangkutan dan pengolahan sebesar 8%, maka cadangan yang
dapat dijual sebesar 188.428.643,44 ton (Tabel 2.6). Keseluruhan seam pada
dasarnya menunjukkan kualitas yang hampir seragam, sehingga tidak diperlukan
blending batubara.

Tabel 2.6 Cadangan Ditambang Dan Dijual


Volume Overburden/
Blok Seam Berat Batubara (Ton) SR
Interburden (BCM)
I Nr 1.826.215,14 14.040.669,25 7,69
Lmt 5.908.217,11 2.430.454,19 0,41
G 4.939.230,87 24.685.710,57 5,00
BN-1 45.657.606,28 26.937.054,96 0,59
BN-2 4.752.656,14 13.827.269,53 2,91
Jumlah 63.083.925,55 81.921.158,49 1,30

II Nr 10.964.262,73 118.099.004,90 10,77


Lmt 40.308.616,04 29.631.659,18 0,74
G 7.369.846,32 79.484.537,82 10,79
BN-1 72.772.638,46 95.795.263,39 1,32
BN-2 10.314.453,78 56.126.024,79 5,44
Jumlah 141.729.817,33 379.136.490,07 2,68

Total 204.813.742,87 461.228.888,87 2,25

Losses 8%
Berat Batubara (100%) 204.813.742,87
Berat Batubara (92%) 188.428.643,44
Volume Overbureden/Interburden (BCM) 461.228.888,87
SR Penjualan 2,45
2.5.2 Cadangan Batubara dan Stripping Ratio
Cadangan batubara PT. Pendopo Energi Batubara yang berkaitan dengan
pengertian besaran Stripping Ratio (SR) adalah sumberdaya yang tersedia yang dapat
diproduksi dan bernilai ekonomis pada angka SR rata-rata 4,72 : 1. Artinya pada
pemindahan tanah penutup rata-rata sebesar 4,72 BCM akan diperoleh batubara
sebesar 1 ton berdasarkan kondisi pasar pada saat itu. Penentuan besaran SR ini
selain didasarkan pada harga jual batubara, biaya produksi batubara dan studi
geoteknik untuk kemantapan lereng, juga didasarkan atas pengamatan dan
pengalaman pada beberapa kegiatan operasi penambangan batubara yang memiliki
kesamaan dari segi formasi batubara, kualitas batubara dan metode penambangan
yang diterapkan yaitu tambang terbuka (open pit). Cadangan batubara dihitung pada
blok masing- masing desain tambang berdasarkan batasan SR maksimum 4,72:1.
Hasil perhitungan memberikan nilai SR antara 0,49 sampai 3,16 yang berarti masih
berada dibawah nilai BESR. (Tabel 2.7).

Tabel 2.7 Rencana Produksi Batubara


Batubara (ton) Tanah Penutup (m3) SR
Tahun Seam SR
Rincian Total Rincian Total Total
1 1.000.000,00 1.000.000,00 BN-1 1,04 1.040.000,00 1.040.000,00 1,04
2 1.500.000,00 1.500.000,00 BN-1 1,04 1.560.000,00 1.560.000,00 1,04
3 2.396.088,90 BN-1 1,04 2.491.932,45
2.500.000,00 2.974.079,97 1,19
103.911,10 BN-2 4,64 482.147,52
4 3.389.342,42 BN-1 1,04 3.524.916,11
515.972,37 4.000.000,00 BN-2 4,64 2.394.111,81 6.720.064,80 1,68
94.685,21 G 8,46 801.036,87
5 4.605.286,79 BN-1 1,04 4.789.498,26

515.972,37 5.500.000,00 BN-2 4,64 2.394.111,81 10.387.757,55 1,89

378.740,84 G 8,46 3.204.147,48

6 6.121.244,70 BN-1 1,04 6.366.094,49

515.972,37 7.613.000,00 BN-2 4,64 2.394.111,81 13.112.016,90 1,72


473.426,05 G 8,46 4.005.184,35
502.356,88 Lmt 0,69 346.626,25
7 4.636.015,66 BN-1 1,04 4.821.456,28
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
7.613.000,00 12.592.186,73 1,65
473.426,05 G 8,46 4.005.184,35
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
8 4.026.945,28 7.613.000,00 BN-1 1,04 4.188.023,09 18.250.450,51 2,40
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 G 8,46 4.005.184,35
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
9 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
10 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
11 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
12 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
13 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
14 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
15 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,30
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
16 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
17 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
7.613.000,00 18.250.450,51 2,40
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 G 8,46 4.005.184,35
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
18 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
19 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
20 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
21 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
22 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
23 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
24 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
25 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
26 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 7.613.000,00 BN-2 4,64 2.394.111,81 18.250.450,51 2,40
473.426,05 G 8,46 4.005.184,35
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
27 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
28 4.026.945,28 BN-1 1,04 4.188.023,09
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
473.426,05 7.613.000,00 G 8,46 4.005.184,35 18.250.450,51 2,40
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
609.070,37 Nr 10,33 6.291.696,97
29 4.636.015,66 BN-1 1,04 4.821.456,28
515.972,37 BN-2 4,64 2.394.111,81
7.613.000,00 12.592.186,73 1,65
473.426,05 G 8,46 4.005.184,35
1.987.585,92 Lmt 0,69 1.371.434,29
30 5.580.399,70 BN-1 1,04 5.803.615,69
1.547.917,12 7.601.742,87 BN-2 4,64 7.182.335,43 16.991.135,47 2,24
473.426,05 G 8,46 4.005.184,35

Total 204.813.742,87 204.813.742,87 461.228.888,87 461.228.888,87 2,25

2.6 Investasi dan Valuasi Ekonomi

Kelayakan dari perusahaan ini dianalisis dari segi ekonomi dan geologi.
Analisis ekonomi didasarkan salah satunya kepada PI yang lebih besar dari pada 1,
sedangkan analisis kelayakan secara geologi didasarkan atas studi kelayakan yang
menjadikan cadangan batubara prespek atau tidaknya secara kajian geologi.

Investasi
a. Modal Tetap

TOTAL BIAYA
DESKRIPSI
(Rp)
MODAL TETAP
Biaya Pra-Penambangan
Perizinan dan Eksplorasi 10.000.000.000
Studi FS dan AMDAL 500.000.000
Pembebasan Lahan 8.000.000.000
Jalan Tambang (Coal Haulage) 5.000.000.000
Bangunan 9.550.000.000
Peralatan 5.000.000000
Kendaraan 2.975.000.000
Bunga Selama Masa Persiapan 6.130.172.414
Sub Total I 47.155.172.414
MODAL KERJA AWAL 9.431.034.483
JUMLAH ANGGARAN INVESTASI 56.586.206.897
b. Modal Kerja

DESKRIPSI WAKTU TOTAL


Persediaan 6.601.724.138
Barang Habis 3 Bulan 1.980.517.241
Barang Jadi 3 Bulan 1.320.344.828
Suku Cadang 3 Bulan 3.300.862.069
Piutang Dagang 1 Bulan 1.886.206.897
Cadangan Uang Tunai 1 Bulan 2.829.310.345
Modal Kerja Bruto 11.317.241.379
Hutang Dagang 1 Bulan (1.886.206.897)
Modal Kerja Netto 9.431.034.483

Pendapatan Penjualan Senilai Dolar 258.271.601

c. Perhitungan aliran uang tunai


Kas Neto yang Diperoleh dari Aktivitas Operasi 30.998.360, Kas Neto yang
Digunakan untuk Aktivitas Investasi (11.031.454), Kas Neto yang Digunakan
untuk Aktivitas Pendanaan (28.011.927)
d. Waktu pengembalian Modal
Tabel berikut ini menunjukkan profil jangka waktu pembayaran liabilitas
keuangan Kelompok Usaha pada tanggal-tanggal 31 Desember 2016 dan 2015,
dari sisa periode hingga tanggal jatuh tempo. Jumlah yang diungkapkan dalam
tabel ini adalah nilai arus kas kontraktual yang tidak terdiskonto, termasuk
estimasi pembayaran bunga:
Analisis Kelayakan
a. Perkiraan Neraca ( Biaya Produksi dan Pendapatan Penjualan,Cash flow,
DCFROR)

b. Break even point


Harga : Rp 100.000,- / ton
Volume Penjualan : 500.000 ton
Biaya Tetap : Rp 29.734.365.911,-
Biaya Berubah : Rp 28.183.370.455,- (Rp 56.367,- /ton)
BEP = 681.461 ton/tahun
BAB III
METODOLOGI

3.1 Rencana Penelitian


Pengambilan keputusan investasi di pasar uang didasari oleh analisis
forecasting. Bahasan ini termasuk kedalam penelitian prediktif yang memperkirakan
atau memprediksi dimasa yang akan dating didasari hasil analisa keadaan sekarang.

3.2 Jenis dan Sumber Data


data yang digunakan pada bahasa ini merupakan data sekunder berupa
Annual Report dan Financial Statement dari PT. Indica Energy Tbk. Data tersebut
diperoleh dari halaman resi perusahaan yaitu indicaenergy.co.id.
3.3 Identifikasi Variabel Penelitian
Identifikasi variable penelitian yang digunakan dalam bahasan ini adalah Spot
Rate.
3.4 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukurannya
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah Spot Rate. Spot Rate
adalah sebagai dasar atau acuan nilai tukar valuta domestik terhadap valuta asing.
Spot Rate terdiri dari USD-IDR yang merupakan data harian. Skala pengukuran yang
digunakan dalam Spot Rate adalah skala rasio.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
prediksi nilai tukar rupiah terhadap USD. Analisis kurs dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan investasi dalam menentukan kebijakan apakah menjual
atau membeli valas. Sebelum meramalkan nilai kurs di masa mendatang, perlu
dilakukan cek pola data. Cek pola data dilakukan untuk menentukan teknik
peramalan. Setelah memilih teknik peramalan yang sesuai dengan pola data, data
dianalisis. Analisis data akan menghasilkan output nilai kurs yang akan datang.
Setelah dilakukan perhitungan tingkat kesalahan peramalan, maka dapat dijadikan
sebagai dasar pengambilan keputusan apakah jual atau beli valas.
BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN

IV.1. Perhitungan
1. Perhitungan Npv (Net present Value)

NPV Positif NPV Negatif


Benefit (USD) 258.271.601 Benefit (USD) 258.271.601
Cost (USD) 91.232.894 Cost (USD) 1.421.223
NB (USD) 36.628.304 NB (USD) 337.777
Biaya investasi Biaya investasi
(USD) 56.586.256.000 (USD) 56.586.256.000
Biaya operasi (USD) 173.675.872 Biaya operasi (USD) 173.675.872
C (USD) 1.746.943 C (USD) 1.746.943
I 12,00% I 10,00%
N 1 N 1
Nbi (USD) 40533,24 Nbi (USD) 33777,7
NPV (USD) 46170,39286 NPV (USD) -1985343

2. Perhitungan IRR (Internal Rate of Return)

PT. Pendopo Tbk


i1 12,00%
i2 10%
NPV1 46170,39286
NPV2 -1985343
IRR 0,187337101

3. Perhitugan ROR (Rare of Return)

PT. Pendopo Tbk Harga Saham


Pt (2017) 1.291.612.750.000 1.769.300.000.000
Pt-1 (2016) 1.326.998.750.000 1.769.300.000.000
Dt-1 17.693.000.000
ROR 0,01
4. Perhitungan IP (Index Probability)

2017
PV cash inflow 4.367.384
PV cash outflow 416.173
PI 10,5

Anda mungkin juga menyukai