Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang

sebuah posisi tertentu. Posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam

suatu sistem sosial. Setiap individu menempati posisi ganda, seperti orang dewasa,

pria, suami, petani, dan lain sebagainya. Peran keluarga adalah suatu kumpulan

dari perilaku yang secara relatif bersifat homogen, dibatasi secara normatif dan

diharapkan dari seseorang yang menempati posisi sosial yang diberikan. Masing-

masing posisi yang ditempati seseorang dalam sebuah keluarga memiliki peran

yang berbeda-beda. Keluarga diharapkan dapat melakukan perannya masing-

masing dengan benar sesuai posisi yang disandangnya (Friedman, 2010).

Peran adalah perilaku yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam

situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga

adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks

keluarga. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersoal,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku

dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2008).

Friedman mendefinisikan keluarga sebagai kumpulan dua orang atau lebih

yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

1
2

mempunyai peran masing-masing yang merupakan dari keluarga (Harmoko,

2012).

Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh

ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan udaya yang umum; meningkatakan perkembangan fisik, mental,

emosional, dan sosial dari tiap anggota keluarga (Harmoko, 2012).

Keluarga memiliki fungsi untuk menjaga serta memelihara kesehatan

(health care function) bagi anggota keluarga yang menderita suatu penyakit.

Keluarga dapat menjalankan sebuah peran pendukung yang penting selama

periode pemulihan dan rehabilitasi klien. Jika dukungan ini tidak tersedia,

keberhasilan pemulihan dan rehabilitasi menurun secara signifikan. Penelitian di

bidang kesehatan keluarga secara jelas menunjukkan bahwa keluarga

berpengaruh besar pada kesehatan fisik anggota keluarganya (Campbell, 2000

dalam Friedman, 2003).

Stroke adalah gangguan suplai darah ke otak, biasanya karena

perdarahan atau sumbatan dalam pembuluh darah yang menghambat pasokan

oksigen dan nutrisi sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan otak

(WHO, 2014). Stroke adalah suatu keadaan kedarurat medis yang sering

menyebabkan kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Stroke merupakan

penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung dan merupakan pembunuh

lebih besar dari kanker di seluruh dunia (Mandal, 2014).

Henderson mendefinisikan keperawatan sebagai penolong individu, saat sakit

atau sehat, dalam melakukan kegiatan tersebut yang bertujuan untuk kesehatan,
3

pemulihan, atau kematian yang damai dan individuakan dapat melakukannya

sendiri jika mereka mempunyai kekuatan, keinginan, atau pengetahuan.

Handerson dalam teorinya mengkategorikan empat belas kebutuhan dasr semua

orang dan mengikutsertakan fenomena dari ruang lingkup klien berikut ini :

fisiologis, psikologis, sosiokultural, spiritual, dan perkembangan.

Perawatan stroke dirumah adalah perawatan yang melibatkan keluarga dalam

merawat penderita stroke, sehingga diperlukan kesadaran dan keikhlasan segenap

anggota keluarga. Keluarga hendaknya didasari rasa ikhlas dan sabar untuk

merawat penderita stroke, karena keikhlasan dan kesabaran akan tercermin dari

ucapan, perilaku dan wajah yang merawat dan berdampak pada proses

kesembuhan penderita stroke (Wardhana, 2011).

Perawatan dirumah bagi penderita stroke secara garis besar adalah pemberian

obat masih dilanjutkan sesuai petunjuk dokter, penderita stroke secara rutin harus

meneruskan latihan fisioterapi, penderita stroke harus dilatih mandiri dalam

mengurus dirinya sesuai dengan kemampuannya, penderita stroke harus diberi

kesempatan menikmati kegiatan harian seperti semula yang dilakukan sebelum

terkena serangan stroke (baca buku, nonton tv), penderita stroke harus secara rutin

memeriksakan kesehatan ke rumah sakit atau ke dokter ahli yang menangani,

penderita stroke harus tercukupi jam istirahat untuk tidur malam dan tidur siang,

penderita stroke harus diberikan keyakinan bahwa dengan berobat akan

mempercepat kesembuhan, penderita stroke harus diberikan keyakinan bahwa

serangan stroke bukan hal yang memalukan, penderita stroke harus memakai alat
4

bantu dan keluarga harus didorong untuk mengikuti kegiatan pasca stroke

(Wardhana, 2011).

Prevalensi stroke di seluruh dunia menurut WHO adalah 15 juta orang di

seluruh dunia menderita stroke setiap tahun, hampir 5 juta orang meninggal dan 5

juta orang yang tersisa cacat. Prevalensi stroke di Amerika Serikat adalah 3,4 per

persen per 100 ribu penduduk, di Singapura 55 per 100 ribu penduduk dan di

Thailand 11 per 100 ribu penduduk (Mandal, 2014).

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di

Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang

terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah

pada kelompok usia 15-24 tahun, yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke

berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) dibandingkan dengan

perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi stroke di perkotaan

lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan (5,7%). Data Riskesdas

tahun 2013 menunjukkan bahwa sebanyak 60% kasus kematian di Indonesia

disebabkan oleh penyakit degenratif yaitu stroke, hipertensi dan deiabetes melitus.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2020

penyebab kematian tidak menular akan mencapai 73% dari seluruh penyebab

kematian. Perkiraan saat ini penyakit tidak menular yang mematikan pertama yaitu

stroke 15, 4% dan hipertensi 6,8% (Kementrian Kesehatan RI,2013).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 17

November 2016 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.Moch. Anshari Saleh
5

Banjarmasin, data yang diperoleh dari medical record menunjukkan jumlah

penderita stroke pada bulan januari sampai oktober 2016 adalah 2.634 orang

(34,36%). Peneliti melakukan wawancara mengenai peran keluarga dalam

merawat penderita stroke kepada lima. Didapatkan hasil 1 orang penderita stroke

di rawat oleh pengasuh dan 4 orang lainnya melakukan aktivitas (prsonal hygiene,

kebutuhan nutrisi dan kebutuhan spiritual) secara mandiri.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul gambaran peran keluarga dalam merawat

pasien paska stroke (personal hygiene, kebutuhan nutrisi dan kebutuhan spiritual)

di RSUD Dr. H. Moch. Anshari Saleh Banjarmasin

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini

Bagaimana Gambaran Peran Keluarga Dalam Melakukan Perawatan Pasien Pasca

Stroke (Personal Hygiene, Pemenuhan Nutrisi dan Kebutuhan Spiritual) di RSUD

Dr. H. Moch. Anshari Shaleh Banjarmasin tahun 2016 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

D. Manfaat Penelitian

E. Keaslian Penelitian
6

Berdasarkan penelusuran sejauh ini peneliti tidak menemukan penelitian

yang sama persis dengan yang akan diteliti. Namun ada beberapa penelitian yang

berhubungan dengan topik yang akan diteliti oleh peneliti yang mendekati

penelitian ini yaitu :

Anda mungkin juga menyukai