Sebelum Makan Bacalah Bismillah PDF
Sebelum Makan Bacalah Bismillah PDF
rumaysho.com/1114-sebelum-makan-bacalah-bismillah.html
Segala puji bagi Allah, Rabb pemberi segala nikmat. Shalawat dan salam kita panjatkan
kepada penghulu para Nabi, keluarga, sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik hingga akhir zaman.
Islam sungguh indah. Sampai-sampai ketika makanan tersajikan dan hendak disantap,
Islam memiliki aturan di dalamnya. Ini semua dilakukan agar ada keberkahan ketika
makan. Di antara adab sederhana yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam
ketika makan adalah membaca bismillah. Berikut penjelasan selengkapnya.
Hadits pertama
Dari Umar bin Abi Salamah, ia berkata, Waktu aku masih kecil dan berada di bawah
asuhan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tanganku bersileweran di nampan saat
makan. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
.
Wahai Ghulam, sebutlah nama Allah (bacalah BISMILLAH), makanlah dengan tangan
kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu. Maka seperti itulah gaya
makanku setelah itu. (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)
Hadits kedua
Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama
Allah Taala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Taala di awal, hendaklah ia
mengucapkan: Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan
akhirnya). (HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi no. 1858. At Tirmidzi mengatakan
hadits tersebut hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut
shahih)
Hadits ketiga
1/8
Dari Hudzaifah, ia berkata, Jika kami bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
menghadiri jamuan makanan, maka tidak ada seorang pun di antara kami yang
meletakkan tangannya hingga Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memulainya. Dan
kami pernah bersama beliau menghadiri jamuan makan, lalu seorang Arab badui datang
yang seolah-oleh ia terdorong, lalu ia meletakkan tangannya pada makanan, namun
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memegang tangannya. Kemudian seorang budak
wanita datang sepertinya ia terdorong hendak meletakkan tangannya pada makanan,
namun beliau memegang tangannya dan berkata,
Sungguh, setan menghalalkan makanan yang tidak disebutkan nama Allah padanya.
Setan datang bersama orang badui ini, dengannya setan ingin menghalalkan makanan
tersebut, maka aku pegang tangannya. Dan setan tersebut juga datang bersama budak
wanita ini, dengannya ia ingin menghalalkan makanan tersebut, maka aku pegang
tangannya. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya tangan setan
tersebut ada di tanganku bersama tangan mereka berdua. (HR. Abu Daud no. 3766.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih)
Hadits keempat
Dari Wahsyi bin Harb dari ayahnya dari kakeknya bahwa para sahabat Nabi shallallahu
alaihi wa sallam berkata,
. . .
Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang? Beliau
bersabda: Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri. Mereka menjawab, Ya. Beliau
bersabda: Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah,
maka kalian akan diberi berkah padanya. (HR. Abu Daud no. 3764. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits tersebut hasan)
Hadits kelima
: :
Dari seseorang yang mengabdi pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, ia berkata bahwa
ia mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika makanan mendekatinya, beliau
mengucapkan bismillah. (Disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al
Kalimuth Thoyyib no. 190. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Jika kita melihat dari hadits-hadits yang ada, membaca bismillah ketika hendak makan
diperintahkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan juga menjadi kebiasaan beliau.
Maka sudah sepatutnya umat Islam yang selalu ingin meneladani beliau, mengikutinya
dalam hal ini.
Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia ucapkan Bismillah.
Jika ia lupa untuk menyebutnya, hendaklah ia mengucapkan: Bismillaahi fii awwalihi wa
aakhirihi (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya). Hadits ini memiliki penguat dari
hadits Umayyah bin Makhsyi yang dikeluarkan oleh Abu Dau dan An Nasai. [3]
Kesimpulan: Jika kita perhatikan dari dalil-dalil yang ada (di antaranya hadits Aisyah
radhiyallahu anha di atas), ucapan yang tepat sebelum makan cukup dengan bismillah,
tanpa bismillahir rohmanir rohiim.
3/8
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Aisyah di atas, Apabila salah seorang di antara
kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Taala. Jika ia lupa untuk
menyebut nama Allah Taala di awal, hendaklah ia mengucapkan: Bismillaahi awwalahu
wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya).
Dari hadits ini, diperintahkan ketika seseorang lupa membaca bismillah di awal,
hendaklah ia membaca Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu.
Namun ijma (kata sepakat) yang diklaim oleh An Nawawi rahimahullah menuai kritikan
dari Ibnu Hajar rahimahullah.
Ibnu Hajar rahimahullah dalam Al Fath mengatakan, Penukilan ijma (sepakat ulama)
yang diklaim oleh An Nawawi bahwa disunnahkan membaca bismillah di awal makan
adalah klaim yang kurang tepat. Karena jika itu hanya perbuatan Nabi shallallahu alaihi
wa sallam semata, maka ada kemungkinan dihukumi sunnah. Namun ulama lain
menyatakan bahwa hukum membaca bismillah adalah wajib. Alasannya, hal ini adalah
konsekuensi dari pendapat yang menyatakan bahwa makan dengan tangan kanan
adalah wajib. Jika demikian, maka membaca bismillah itu wajib karena sama-sama
menggunakan kata perintah dan disebutkan dalam satu kalimat.[11]
Yang dimaksud oleh Ibnu Hajar bahwa makan dengan tangan kanan itu wajib adalah
hadits berikut ini,
Jika salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya dia makan dengan tangan
kanannya. Jika minum, maka hendaknya juga minum dengan tangan kanannya, karena
setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya pula (HR. Muslim
no. 2020). Makan dengan tangan kanan di sini dihukumi wajib. Walaupun perkara
tersebut bukan perkara non ibadah (perkara adab[12]), namun ada indikasi dalam hadits
tersebut bahwa makan atau minum dengan tangan kiri adalah cara setan ketika makan.
Sedangkan kita sendiri dilarang mengikuti jejak setan karena dia adalah musuh kita. Jika
itu musuh, maka tidak boleh dijadikan teladan.[13]
Jika jelas bahwa makan dengan tangan kanan itu wajib, maka begitu pula mengucapkan
bismillah. Karena perintah membaca bismillah ini berada satu konteks dengan makan
melalui tangan kanan, sebagaimana haditsnya: Wahai Ghulam, bacalah Bismilillah,
4/8
makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.
Telah diriwayatkan dalam kitab Ibnus Sunni dari Abdullah bin Amr bin Al Ash
radhiyallahu anhuma, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa ketika makanan
didekatkan kepadanya, beliau biasa mengucapkan Allahumma baarik lanaa fii maa
rozaqtanaa wa qinaa adzaaban naar, bismillah.
Doa di atas yang biasa kita dengar dipraktekkan oleh kaum muslimin di sekitar kita.
Namun apakah benar hadits di atas bisa diamalkan? Padahal jika kita lihat dari hadits-
hadits yang ada, cuma dinyatakan ucapkanlah bismillah. Artinya, yang diajarkan Nabi
shallallahu alaihi wa sallam cukup sederhana.
Adz Dzahabi mengatakan bahwa di dalam riwayat tersebut terdapat Muhammad bin Abi
Az Zuayziah, dan Abu Hatim mengatakan bahwa ia adalah munkarul hadits jiddan.
Begitu pula hal ini dikatakan oleh Imam Al Bukhari.[15]
Kesimpulan: Dari penjelasan keadaan perowi di atas, kita dapat simpulkan bahwa
hadits di atas adalah hadits yang dhoif, sehingga tidak bisa diamalkan. Oleh karena
itu, hendaklah kita cukupkan dengan bacaan yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi
wa sallam sebelum makan yaitu bacaan bismillah.
5/8
.
Barang siapa yang Allah beri makan hendaknya ia berdoa: Allaahumma baarik lanaa
fiihi wa athimnaa khoiron minhu (Ya Allah, berkahilah kami padanya dan berilah kami
makan yang lebih baik darinya). Barang siapa yang Allah beri minum susu maka
hendaknya ia berdoa: Allaahumma baarik lanaa fiihi wa zidnaa minhu (Ya Allah,
berkahilah kami padanya dan tambahkanlah darinya). Rasulullah shallallahu wa alaihi
wa sallam bersabda, Tidak ada sesuatu yang bisa menggantikan makan dan minum
selain susu. (HR. Tirmidzi no. 3455, Abu Daud no. 3730, Ibnu Majah no. 3322. At
Tirmidzi dan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa minum dengan tiga nafas. Jika wadah
minuman didekati ke mulut beliau, beliau menyebut nama Allah Taala. Jika selesai satu
nafas, beliau bertahmid (memuji) Allah Taala. Beliau lakukan seperti ini tiga kali.
(Shahih, As Silsilah Ash Shohihah no. 1277)
Maksud hadits di atas adalah ketika minum hendaklah dengan tiga kali nafas. Pada nafas
pertama, sebelum minum ucapkanlah bismillah. Selesai satu nafas, ucapkanlah
alhamdulillah. Nafas kedua dan ketiga pun dilakukan seperti itu. Inilah yang
disunnahkan ketika minum.
Di antara doa yang shahih yang dapat diamalkan dan memiliki keutamaan luar biasa
adalah doa yang diajarkan dalam hadits berikut.
Dari Muadz bin Anas, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
Namun jika mencukupkan dengan ucapan alhamdulillah setelah makan juga dibolehkan
berdasarkan hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya Allah Taala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid
6/8
(alhamdulillah) sesudah makan dan minum (HR. Muslim no. 2734) An Nawawi
rahimahullah mengatakan, Jika seseorang mencukupkan dengan bacaan
alhamdulillah saja, maka itu sudah dikatakan menjalankan sunnah.[17]
Dari penjelasan di atas ada beberapa adab ketika makan yang bisa kita simpulkan:
Sedangkan adab makan lainnya masih perlu dibahas pada tulisan tersendiri untuk
melengkapi pembahasan di atas. Semoga Allah mudahkan.
Artikel www.rumaysho.com
[1] Al Adzkar, Yahya bin Syarf An Nawawi, hal. 217, Darul Hadits Al Qohiroh, cetakan
1424 H.
[2] Al Futuhaat Ar Robbaniyah ala Adzkar An Nawawiyah, Ibnu Allan, 5/120, Darul Kutub
Al Ilmiyyah,cetakan pertama, 1424 H.
[3] Lihat Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 9/521, Darul Marifah, Beirut, 1379.
7/8
[4] Al Adzkar, hal. 219.
[6] Idem.
[12] Sebagian ulama memiliki kaedah: Perintah dalam masalah ibadah dihukumi wajib
kecuali jika ada indikasi yang menunjukkan bahwa perintah tersebut sunnah. Sedangkan
perintah dalam masalah non ibadah (adab dan akhlaq) dihukumi sunnah kecuali jika ada
indikasi yang menunjukkan bahwa perintah tersebut wajib.
[13] Lihat Manzhumah Ushul Fiqh, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin, hal. 122,
Dar Ibnul Jauzi, cetakan kedua, 1430 H.
[17] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 17/51, Dar Ihya At
Turots, cetakan ketiga, 1392.
8/8