Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, akibat

infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang

supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya. Peradangan supuratif ini

juga dapat membentuk abses di dalam badan kaca. Endoftalmitis disebabkan oleh

bakteri atau jamur. Bakteri dan jamur ini akan masuk dengan cara eksogen dan

endogen. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi

sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis

endogen terjaditerjadi akibat penyebaran bakteri atau jamur dari focus infeksi

dalam tubuh. Endoftalmitis merupakan penyakit yang memerlukan perhatian

karena bila tidak segera diberikan pertolongan prognosisnya akan semakin buruk

dan dapat mengakibatkan kebutaan (Ilyas, 2015).

Diagnosis endoftalmitis selalu berdasarkan kondisi klinis. Ini biasanya

ditandai dengan edema palpebral, kongesti konjungtiva, dan hipopion atau

eksudat pada COA. Visus menurun bahkan bahkan dapat menjadi hilang

(Christoper., 2007).

Perbedaan gejala klinis endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri atau

jamur sulit untuk dibedakan. Peradangan hebat tanpa endoftalmitis kadang terjadi

pasca operasi terutama kasus dengan uveitis, keratitis, diabetes, glaucoma dan

riwayat bedah sebelumnya (Kalamarajah et al, 2004). Hasil kultur menentukan

jenis penyebab dan antibiotika yang tepat untuk mengatasinya. Pada kasus

endoftalmitis ringan pasca operatif dapat dilakukan tanpa tindakan virektomi.


Toksin yang ditimbulkan organisme penyebab endoftalmitis merusak jaringan dan

menimbulkan reaksi radang pada penderita yang berakhir pada hilangnya

penglihatan (Hanscom., 2004).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola mata

yang meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam kamera

okuli anterior dan kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini juga dapat

membentuk abses di dalam badan kaca (Bobrow., 2008).

Epidemiologi

Angka kejadian endoftalmitis di Amerika Serikat akibat operasi terbuka

bola mata sebesar 5-14%, sedangkan yang disebabkan oleh trauma sekitar 10-30%

dan akibat oleh reaksi antibodi terhadap pemasangan lensa yang dianggap sebagai

benda asing oleh tubuh sebesar7-31% (Zorab., 2009). Banyak hal yang dapat

menyebabkan endoftalmitis, namun penyebab tersering adalah post operasi

intraokular (62%), cedera karna benda tajam (20%), komplikasi setelah operasi

glaukoma (10%), serta setelah melakukan operasi lain berupa keratoplasti,

vitrectomi, ataupun implantasi intraokular lensa, dan akibat bakteri dan jamur

terjadi sekitar 2-8% (Zorab., 2009).


Anatomi Mata

Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu:

1. Sklera, yang merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk

pada mata merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan

sclera disebut cornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke

dalam bola mata.

2. Jaringan uvea, yang merupakan jaringan vaskular, yang terdiri atas iris, badan

siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat

mengatur jumlah sinarmasuk ke dalam bola mata, yaitu otot dapat mengatur

jumlah sinar masuk ke dalam bola mata, yaitu otot dilatatur, sfingter iris dan otot

siliar. Badan siliar yangterletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata

(akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal

iris di batas kornea dan sklera.

3.Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai

susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris

yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke

otak (Ilyas, 2015).


Gambar 1. Anatomi penampang sagital bola mata

Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa.

Struktur ini merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%),

sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan

vitreous mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam

hialuronat. Berfungsi mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina.

Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel.

Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan memudahkan

melihat bagian retina pada pemeriksaan oftamoskopi (Ilyas., 2015).

2.2.2 Klasifikasi

Secara umum endoftalmitis diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Endoftalmitis Eksogen
Pada endolftamitis eksogen organisme yang menginfeksi mata berasal dari

lingkungan luar. Endolftamitis eksogen dikategorikan menjadi : endolftalmitis

post operasi dan endolftalmitis post trauma.

Endoftalmitis Post Operatif

Pada endoftalmitis post operasi, bakteri penyebab tersering merupakan flora

normal pada kulit dan konjungtiva. Endoftalmitis ini sering terjadi setelah operasi-

operasi berikut ini : katarak, implantasi IOL, glaukoma, keratoplasty, eksisi

pterigium, pembedahan strabismus paracentesis, pembedahan vitreus dll

(Bobrow., 2008).

Endoftalmitis Post Trauma

Endoftalmitis paling sering terjadi setelah trauma mata, yaitu trauma yang

menimbulkan luka robek pada mata.

b. Endoftalmitis Endogen

Pada endoftalmitis endogen, organisme disebarkan melalui aliran darah.

Endoftalmitis endogen beresiko terjadi pada :

Memiliki faktor predisposisi, seperti : diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit

jantung rematik, sistemik lupus eritematos, AIDS dll.

- Invasif Prosedur yang dapat mengakibatkan bakteremia seperti

hemodialisis, pemasangan kateter, total parenteral nutrisi dll

- Infeksi pada bagian tubuh lain, seperti: endokarditis, urinary tract infection,

artritis, pyelonefritis, faringitis, pneumoni dll (Graham., 2006).

Pada endoftalmitis endogen kuman penyebabnya sesuai dengan fokus


infeksinya seperti Streptococcus Sp (endokarditis), Stapylococcus aureus (infeksi

kulit) dan Bacillus (invasive prosedur). Sementara bakteri Gram negatif misalnya

Neisseria meningitidis, Neisseria gonorrhoe, H infuenzae dan bakteri enteric

seperti Escherichia colli dan Klebsiella.

c. Endoftalmitis fakoanafilaktik

Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan endoftalmitis unilakteral ataupun

bilateral yang merupakan reaksi uvea granulomaosa terhadap lensa yang

mengalami ruptur. Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan suatu penyakit

autoimun terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat jaringan tubuh tidak

mengenali jaringan lensa yang tidak terletak di dalam kapsul. Pada tubuh

terbentuk antibodi terhadap lensa sehingga terjadi reaksi antigen antibodi yang

akan menimbulkan gejala endoftalmitis fakoanafilaktik (Ilyas., 2015).

2.2.3 Patofisiologi

Dalam keadaan normal, penghalang darah-mata memberikan ketahanan

alami terhadap organisme yang menyerang. Dalam endoftalmitis endogen,

organisme melalui darah (terlihat pada pasien yang bacteremic dalam situasi

seperti endokarditis) menembus penghalang darah-mata baik oleh invasi langsung

(misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang

disebabkan oleh substrat dilepaskan selama infeksi. Penghancuran jaringan

intraokular mungkin disebabkan oleh invasi langsung oleh organisme dan / atau

dari mediator inflamasi dari respon kekebalan (Hatch et al., 2009). Endoftalmitis

mungkin sehalus nodul putih pada kapsul lensa, iris, retina, atau koroid. Hal ini
juga dapat sebagai mana-mana sebagai peradangan semua jaringan okular,

mengarah ke dunia penuh eksudat purulen. Selain itu, peradangan dapat menyebar

ke jaringan lunak melibatkan orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu

integritas dunia dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen (misalnya, katarak,

glaukoma, retina, keratotomi radial) (Miller dan Flynn., 2004).

2.2.4 Diagnosa

Gejala Subjektif

Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah (Ilyas., 2015):

- Fotofobia

- Nyeri pada bola mata

- Penurunan tajam penglihatan

- Nyeri kepala

- Mata terasa bengkak

- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka

Gejala Objektif

Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang

terkena dan derajat infeksi/peradangan.

Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi

kelainan fisik yang dapat ditemukan dapat berupa (Mailangkay 2002):

- Udem Palpebra Superior

- reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis

- Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva


- Udem Kornea

- Kornea keruh

- keratik presipitat

- Bilik mata depan keruh

- Hipopion

- Kekeruhan vitreus

- Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat ataupun

hilang sama sekali

Gambar 1. Endoftalmitis

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah lengkap, LED, gula darah puasa.

2. Foto rontgen thoraks


3. USG jantung

1. Kultur urin, darah, LCS, sputum dan tinja

2. Funduskopi untuk menilai ada tidaknya kekeruhan media refraksi

3. Ultrasonografi (B Scan)

Pengambilan sampel akueous dan vitreus antuk analisis mikrobiologi.

Kultur untuk menentukan mikroorganisme penyebab memerlukan waktu 48

jam sampai 14 hari. Diagnosis endoftalmitis dipastikan dengan melakukan

aspirasi 0,5-1 ml korpus vitreum di bawah anestesi lokal melalui sklerotomi pars

plana dengan menggunakan jarum berukuran 20-23, kemudian aspirat

diperiksa secara mikroskopik. Vitrektomi juga diindikasikan untuk melakukan

drainase abses dan memungkinkan visualisasi fundud yang jelas (Visenilovic.,

2009).

2.2.5 Terapi

Antibiotik yang sesuai dengan organisme penyebab.


Steroid secara topikal, konjungtiva, intravitreal, atau secara sistematik,

yang digunakan untuk pengobatan semua jenis endoftalmitis.

Sikloplegia tetes dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, stabilisasi

aliran darah pada mata dan mencegah terjadinya sinekia.

Tindakan Vitrektomi.

Keadaan visus yang buruk pada endoftalmitis, dikarenakan virulensi

mikroorganisme penyebab yang memiliki enzim proteolitik dan produk toksin

yang dapat merusak retina, serta kemampuan multiplikasi yang cepat, juga jarak

antara ditegakkannya diagnosis sampai pada saat terapi diberikan. Oleh karena itu

pengobatan ditujukan bukan untuk memperbaiki visus, tapi untuk mengatasi

proses inflamasi yang terjadi, serta membatasi infeksi agar tidak terjadi penyulit

dan keadaan yang lebih berat (Ilyas., 2015).

Teknik pengobatan pada endoftalmitis adalah dengan secepatnya memulai

pemberian antibiotik empiris yang sudah terbukti efektif terhadap organisme

spesifik yang diduga secara intravitreal dengan dosis dan toksisitas yang

diketahui. Pada endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri, terapi obat-obatan

secara intraviteral merupakan langkah pertama yang diambil. Pemberian

antibiotik dilakukan secepatnya bila dugaan endoftalmitis sudah ada, dan

antibiotik yang sesuai segera diberikan, bila hasil kultur sudah ada. Antibiotik

yang dapat diberikan dapat berupa antibiotik yang bekerja terhadapa membran set,

seperti golongan penicilin, Cephalosporin dengan antibiotik yang dapat

menghambat sintesa protein dengan reseptor ribosomal, seperti golongan

Chloramphenicol, Aminoglycosida.
Antibiotik tersebut dapat diberikan secara tunggal ataupun kombinasi. Kombinasi

yang dianjurkan adalah gabunan antara golongan aminoglikosida. Pilihan

kombinasi tersebut merupakan yang terbaik, karena:

Toksisitas minimal terhadap retina dan jaringan ocular

Kombinasi tersebut lebih memiliki arti klinis dibandingkan pemberian

antibiotic tunggal maupun kombinasi lainnya.

Sebagai terapi awal yang agresif untuk mencegah kerusakan jaringan

intraokular yang luas, karena kadang mikroorganisme sulit di identifikasi

dari endoftalmitis.

Biasanya endoftalmitis fungal terdiagnosis bila respon pasien setelah pemberian

antibiotik dosis tunggal atau kombinasi tidak ada. Ataupun ditemukan faktor-

faktor predisposisi seperti, pasien sedang dalam pengobatan antibiotik spektrum

luas dalam jangka waktu lama, pasien menderita keganasan ataupun dalam

keadaan imunitas yang buruk.

Terapi steroid pada penyakit mata adalah untuk mengurangi inflamasi

yang disertai eksudat dan untuk mengurangi granulasi jaringan. Kedua efek ini

penting untuk endoftalmitis, karena dasar dari endoftalmitis adalah inflamasi,

dimana prognosis visusnya dipengaruhi oleh inflamasi yang terus berlanjut.

Sampai saat ini pemberian kortikosteroid pada endoftalmitis masih kontroversi

walaupun sudah banyak penelitian menunjukkan hasil yang memuaskan dari

pemberian Dexamethason dalam menghambat reaksi inflamasi dan reaksi imun

abnormal yang dapat menimbulkan kerusakan luas pada mata. Dexamethason

dapat diberikan secara intravitreal dengan dosis 400ug dan 1 mg secara


intraokular sebagai profilaksis. Pemberian Sikloplegik dapat diberikan untuk

mengurangi rasa nyeri, stabilisasi aliran darah pada mata, mencegah dan melepas

sineksia serta mengistirahatkan iris dan benda siliar yang sedang mengalami

infeksi (Mailangkay., 2002).

Pada kasus yang berat dapat dilakukan Vitrektomi Pars Plana, yang

bertujuan untuk mengeluarkan organisme beserta produk toksin dan enzim

proteolitiknya yang berada dalam vitreous, meningkatkan distribusi antibiotik dan

mengeluarkan membrane siklitik yang terbentuk, yang potensial menimbulkan

ablasi, serta mengembalikan kejernihan vitreous (Vaughan., 2002).

2.2.6 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi jika proses peradangan mengenai ketiga lapisan

mata (retina, koroid dan sklera) dan badan kaca maka akan mengakibatkan

panoftalmitis.Panoftalmitis merupakan peradangan pada seluruh bola mata

termasuk sklera dan kapsula tenon (Ilyas., 2015).

Berikut ini merupakan perbedaan antara endoftalmitis dan panoftalmitis

Endoftalmitis Panoftalmitis

Radang Intraokular Intraokular, intraorbita

Demam Tidak nyata Nyata


Sakit bola mata Ada Berat

Pergerakan bola mata Masih dapat Sakit tidak bergerak

Eksoftalmus Tidak ada Mata menonjol

Bedah Enuklesi Eviserasi bulbi

2.2.7 Prognosis

Prognosis endophthalmitis bervariasi tergantung pada tingkat keparahan

infeksi, organisme yang terlibat dan jumlah kerusakan mata menopang dari

peradangan dan jaringan parut. Kasus ringan endophthalmitis dapat memiliki hasil

visual yang sangat baik. Kasus yang parah dapat menyebabkan tidak hanya dalam

kehilangan penglihatan, tapi akhirnya hilangnya seluruh mata. Fungsi penglihatan

pada pasien endoftalmitis sangat tergantung pada kecepatan diagnosis dan

tatalaksana. Prognosisnya sangat bervariasi tergantung penyebab. Faktor

prognostik terpenting adalah visus pada saat diagnosis dan agen penyebab.

Prognosis endoftalmitis dan panoftalmitis sangat buruk terutama bila disebabkan

jamur atau parasit. Prognosis endoftalmitis endogen secara umum lebih buruk dari

eksogen karena jenis organisme yang menyebabkan karena berhubungan dengan

tipe organismedan tingkat virulensi, daya tahan tubuh penderita dan keterlambatan

diagnosis serta lebih vireulen (Ilyas., 2002). Endoftalmitis yang diterapi dengan

vitrektomi 74% pasien mendapat perbaikan visus sampai 6/30 (James., 2006).
BAB III
KESIMPULAN

1. Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, akibat infeksi

setelah trauma, akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat

sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di

sekitarnya.

2. Berdasarkan penyebabnya, endoftalmitis dibagi menjadi tiga, yaitu

endoftalmitis eksogen, endogen dan endoftalmitis fakoanafilaktik.

3. Endoftalmitis dapat didiagnosa berdasarkan gejala subyektif, objektif dan

pemeriksaan penunjang. Gejala subjektif antara lain adalah nyeri pada bola mata,
penurun tajam penglihatan, nyeri kepala, mata terasa bengkak kelopak mata

merah, bengkak kadang sulit dibuka. Sedangkan dari pemeriksaan fisik

didapatkan udem pada palpebra superior, reaksi konjungtiva berupa: hiperemis

dan kemosis, udem pada kornea.

4. Pemeriksaan penunjang yang penting adalah kultur, Pengobatan pasien

endoftalmitis adalah dengan antibiotik atau antifingi, yang diberikan secepatnya

secara intravitreal. Sedangkan pemberian steroid masih kontroversi walaupun

terbukti bermanfaat

5. Bila dengan pengobatan malah terjadi perburukan, tindakan, vitrektomi harus

dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai