Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asma
2.1.1 Definisi
Menurut Global initiatif for asthma (GINA) tahun 2014, asma adalah
penyakit heterogen ditandai inflamasi kronik saluran nafas dengan gejala sesak
nafas, mengi, dada terasa berat, batuk semakin memberat dan keterbatasan aliran
udara ekspirasi. Serangan asma dipicu oleh berbagai macam faktor seperti pajanan
alergen, perubahan cuaca, latihan fisik, dan infeksi virus.
2.1.2 Epidemiologi
a. Asma Intermiten
b. Asma Persisten ringan
c. Asma Persisten sedang
d. Asma Persisten berat
Tabel 2.1 Klasifikasi asma bronkial berdasarkan derajat berat asma:
Variabiliti
APE<20%
2. Persisten ringan Mingguan APE>80%
Gejala>1x/minggu, >2kali sebulan VEP1 = 80% nilai
tetapi<1x/hari predileksi APE =
Serangan dapat 80% nilai terbaik
mengganggu
aktifitas dan tidur Variabiliti APE
20%-30%
3. Persisten Harian APE 60-80%
sedang
Gejala setiap hari >1x/minggu VEP160-80% nilai
Serangan predileksi
mengganggu
aktifitas dan tidur APE 60-80% nilai
Membutuhkan terbaik
bronkodilator
setiap hari Variabiliti APE >
30%
4. Persisten berat Kontinyu APE = 60%
Gejala terus Sering VEP1 = 60% nilai
menerus predileksi
A. Penilaian Terhadap
Kontrol Klinis Terkini
(sebaiknya > 4minggu)
Karakteristik Terkontrol Terkontrol Tidak
Parsial Terkontrol
1. Gejala 2 x/minggu 2x/minggu 3 atau lebih
siang keadaan kontrol
parsial pada
tiap-tiap
minggu
2. Hambatan Tidak ada ada
siang
3. Gejala Tidak ada ada
malam/bangun
waktu malam
4. Perlu 2 x/minggu > 2 x/minggu
reliver
5. Fungsi paru normal < 80% prediksi
(PEFR/PEV1) atau hasil
terbaik
Secara umum faktor resiko asma dibagi kedalam dua kelompok besar, faktor
resiko yang berhubungan dengan terjadinya atau berkembangnya asma dan faktor
resiko yang berhubungan dengan serangan asma atau trigger factor atau faktor
pencetus asma bronkial antara lain:
A. Asap rokok
B. Tungau debu rumah
C. Binatang peliharaan
D. Jenis kelamin
E. Jenis makanan
F. Perabot rumah tangga
G. Perubahan cuaca
H. Riwayat penyakit keluarga
A. Asap rokok
Menurut Siroux V, Pin I, Oryszczyn MP, Moual NL, Kauffmann F,
(2000) Paparan terhadap asap rokok dapat memperburuk gejala asma
dan menyebabkan eksaserbasi asma baik pada perokok aktif mapun
pasif. Apabila dibandingkan dengan perokok pasif, perokok aktif
memiliki gejala asma yang lebih berat, serangan asma yang lebih
sering, dan skor keparahan asma yang lebih tinggi (Thomson NC
et.,all, 2004). Sekitar 25% dari penderita asma di negara-negara
berkembang merupakan perokok aktif (KEMENKES RI, 2010).
B. Tungau debu
Tungau debu rumah (Dermatophagoides Pteronyssinus)
yang sangat kecil 0,5mm yang umum di jumpai di tempat
tinggal manusia. Tungau debu rumah yang menyerang
penderita asma bronkial yang disebabkan oleh masuknya
suatu alergen ke dalam saluran napas seseorang sehingga
merangsang terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe I atau
reaksi alergi (Beasley B, 2012).
C. Binatang peliharaan
Binatang peliharaan yang berbulu seperti anjing, kucing,
hamster, burung dapat menjadi sumber alergen inhalan.
Sumber penyebab asma adalah alergen protein yang
ditemukan pada bulu binatang pada bagian muka dan
ekskresi (Hadibroto, 2005).
D. Jenis kelamin
Meurut GINA (2009) dan NHLBI (2007), jenis kelamin
laki-laki merupakan sebuah faktor resiko terjadinya asma
pada anak-anak. Akan tetapi, pada masa pubertas, rasio
prevalensi bergeser menjadi lebih sering terjadi pada
perempuan (NHLBI, 2007). Pada manusia dewasa tidak
didapati perbedaan angka kejadian asma di antara kedua
jenis kelamin (Maryono, 2009).
E. Jenis Makanan
Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu
sapi, ikan laut, kacang, berbagai buah-buahan seperti tomat,
strawberry, mangga, durian berperan menjadi penyebab
asma. Makanan produk industry dengan pewarna buatan
(misal: tartazine), pengawet (metabisulfit), vetsin
(monosodum glutamate MSG) juga bisa memicu asma
(Purnomo, 2008).
F. Perabot rumah tangga
Bahan perabot rumah tangga yang dimaksud disini adalah
penggunaan kasur, bantal yang berbahan kapuk, karpet, dan
sofa busa. Pada benda benda tersebut jika tidak sering
dibersihkan akan menjadi tumpukan debu yang sehingga
dapat memicu terjadinya gangguan pernapasan (Plottel:
2010).
G. Perubahan cuaca
Perubahan cuaca dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Afmosfer yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Serangan
kadang-kadang berhubungan dengan musim seperti musim
hujan, musim kemarau, musim panas, musim bunga (serbuk sari
beterbangan) (Rengganis, 2008). Perubahan tekanan dan suhu
udara, angin dan kelembaban dihubungkan dengan percepatan
dan terjadinya serangan asma (Wijaya, 2010).
Proses inflamasi pada asma terjadi dalam inflamasi akut dan kronik:
1. Inflamasi akut
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain
alergen, virus, iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut yang
terdiri atas reaksi asma tipe lambat.
A. Pemeriksaan fisik
1. Anamnesis