Anda di halaman 1dari 8

TB PARU (A15)

1. Etiologi
Penyakit Tb paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobakterium tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang dan
bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA positif pada waktu
batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di
udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau
droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.Setelah kuman
tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman
tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya
melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke
bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita
ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin
tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita
tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka
penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi tuberkulosis
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut.
2. Faktor risiko
a) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan
seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan
dan pengetahuan penyakit TB paru, sehingga dengan pengetahuan yang
cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup
bersih dan sehat. Selain itu tingkat pendidikan seseorang akan
mempengaruhi terhadap janis pekerajaan.
b) Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap
individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel
debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada
saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat
meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran
pernafasan dan umumnya TB Paru.
Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan
keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari
diantara konsumsi makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan
mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala
keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan mengkonsumsi
makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi
setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan
akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru.
Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang
kurang maka kontruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat
kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan penyakit TB
Paru.
c) Kebiasaan Merokok
Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko
untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis
kronik dan kanker kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan
resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Dengan adanya kebiasaan
merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru.
d) Kepadatan hunian kamar tidur
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan
dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini
tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen
juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah
menular kepada anggota keluarga yang lain.
Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan
dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung dari
kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana
luasnya minimum 10 m2/orang. Untuk kamar tidur diperlukan luas lantai
minimum 3 m2/orang. Untuk mencegah penularan penyakit pernapasan,
jarak antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang lainnya minimum 90
cm. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni lebih dari dua orang, kecuali untuk
suami istri dan anak di bawah 2 tahun. Untuk menjamin volume udara
yang cukup, di syaratkan juga langit-langit minimum tingginya 2,75 m.
e) Ventilasi
Ventilasi berfungsi untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah
tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan
oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping itu
kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam
ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan
penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit, misalnya
kuman TB.
f) Status gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang
mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan
dengan orang yang status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada
seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan
respon immunologik terhadap penyakit.
3. Manifestasi Klinis
a) Gejala sistemik/umum
- Penurunan nafsu makan dan berat badan
- Batuk berdahak (kadang berdarah) berlangsung lama ( > 3bulan)
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

b) Gejala khusus
- Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-
paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak.
- Jika ada cairan dirongga pleura, dapat disertai dengan keluhan sakit
dada.
4. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan dahak mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan
dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3
spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan sewaktu-pagi-sewaktu (SPS)
1) S(sewaktu) : Dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis
datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa
sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua.
2) P(pagi) : Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera
setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada
petugas.
3) S(sewaktu) : Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi hari.

Berdasarkan pemeriksaan BTA dahak, TB paru dibagi atas:

1) Tuberkulosis paru BTA positif, apabila memenuhi minimal 1 kriteria:


a. Sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukan hasil
BTA positif.
b. Hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukan BTA positif
dan kelainan radiologi menunjukan gambaran tuberkulosis aktif.
c. Hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukan BTA positif
dan biakan positif.

2) Tuberkulosis paru BTA negatif


a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan
tuberkulosis aktif.
b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan
biakan M. tuberculosis positif.
b) Pemeriksaan Bactec
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode
radiometrik. Mycobacterium tuberculosa memetabolisme asam lemak
yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya
oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan
biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan
melakukan uji kepekaan.Bentuk lain teknik ini adalah dengan memakai
Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT).
c) Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indikator yang spesifik
untuk Tb paru. Laju Endap Darah ( LED ) jam pertama dan jam kedua
dibutuhkan. Data ini dapat di pakai sebagai indikator tingkat kestabilan
keadaan nilai keseimbangan penderita, sehingga dapat digunakan untuk
salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan
sebagai predeteksi tingkat penyembuhan penderita. Demikian pula kadar
limfosit dapat menggambarkan daya tahan tubuh penderita. LED sering
meningkat pada proses aktif, tetapi LED yang normal juga tidak
menyingkirkan diagnosa TBC.
d) Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi
ialah foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus dimana pada
pemeriksaan sputum SPS positif, foto toraks tidak diperlukan lagi. Pada
beberapa kasus dengan hapusan positif perlu dilakukan foto toraks bila:
- Curiga adanya komplikasi (misal : efusi pleura, pneumotoraks)
- Hemoptisis berulang atau berat
- Didapatkan hanya 1 spesimen BTA +

Pemeriksaan foto toraks memberi gambaran bermacam-macam bentuk.


Gambaran radiologi yang dicurigai lesi Tb paru aktif :

- Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas


dan segmen superior lobus bawah paru.
- Kaviti terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau
nodular.
- Bayangan bercak milier.
- Efusi Pleura

Gambaran radiologi yang dicrigai Tb paru inaktif:

- Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus atas
dan atau segmen superior lobus bawah.
- Kalsifikasi.
- Penebalan pleura.
5. Terapi
A. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
A. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
- INH
- Rifampisin
- Pirazinamid
- Streptomisin
- Etambutol
B. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
- Kanamisin
- Amikasin
- Kuinolon
- Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin +
klavulanat.

B. Dosis OAT

Obat Dosis Dosis yg dianjurkan Dosis Dosis(mg)/BB(kg)


Harian Intermiten Max < 40 40-60 > 60
(mg/Kg
(mg)
BB/Hari)
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 5 10 300 150 300 450
Z 20-30 25 35 750 1000 1500
E 15-20 15 30 750 1000 1500
S 15-18 15 15 1000 Sesuai 750 1000
BB

Tabel 1. Dosis OAT

C. Panduan OAT berdasarkan kategori


1) Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan
etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum
obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
a. Penderita baru TBC paru BTA positif.
b. Penderita TBC ekstra paru (TBC diluar paru-paru) berat.
2) Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
a. Penderita kambuh
b. Penderita gagal terapi
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat
3) Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada TB paru BTA (-), lesi minimal
4) Kategori 4 : RHZES
Diberikan kepada penderita TB paru kronik (pengobatan minimal 18
bulan)

5) Kategori 4 : H Seumur hidup


Diberikan kepada penderita MDR TB

MORBILI (B059)
1. Etiologi
Penyebab morbili adalah virus morbili yang berasal dari sekret saluran
pernafasan, darah dan urine dari yang terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui
kontak langsung dengan droplet dari orang yang terinfeksi. Masa inkubasi
selama 10 20 hari, dimana periode yang sangat menular adalah dari hari
pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash (pada umumnya pada
stadium kataral).
2. Faktor Risiko
a. Saat kecil tidak menerima vaksin
b. Melakukan perjalanan internasinal
c. Kekurangan Vitamin A
3. Manifestasi klinis
1) Stadium Prodromal (kataral)
Demam, malaise, batuk, konjungtivitis, coryza terdapat bercak koplik
berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dikelilingi oleh eritema
terletak di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, timbul dua
hari sebelum munculnya rash. Stadium ini berlangsung selama 4 5 hari.
2) Stadium Erupsi
Coryza dan batuk bertambah, terjadi eritema yang berbentuk makula
popula disertai meningkatnya suhu tubuh. Mula-mula eritema terletak di
belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut, dan
bagian belakang bawah. Kadang terdapat pendarahan ringan di bawah
kulit. Pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di
daerah belakang leher.

3) Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang akan menghilang dengan sendirinya. Selanjutnya
diikuti gejala anorexia, malaise, limfedenopati.
4. Pemeriksaan penunjang
Virus campak dapat ditelusuri melalui isolasi terhadap virus diswab/usap
tenggorok pada lapisan mukosa hidung. Konfirmasi diagnosa dengan
peningkatan antibodi netralisasi terhadap virus dilakukan pemeriksaan
serologi didapatkan 19M spesifik.
Sediaan apus darah dapat menunjukkan adanya limfosit abnormal serta
pemeriksaan imunologis lainnya yang juga dapat membantu.
5. Terapi
a. Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang cukup,
suplemen nutrisi, antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder,
antikonvulsi apabila terjadi kejang, dan pemberian vitamin A.
b. Tanpa komplikasi
- Tirah baring ditempat tidur
- Vitamin A 100.000 IU, apabila disertai malnutrisi dilanjutkan 1500
IU tiap hari
- Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan
disesuaikan denagn tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya
komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai