PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Seberkas cahaya sejajar yang mengenai celah sempit yang berada di depan
layar, maka pada layar tidak terdapat bagian yang terang dengan luas yang sama
dengan luas celahnya, melainkan terdapat terang utama yang kiri kanannya
dikelilingi garis/pita gelap dan terang secara berselang-seling. Peristiwa
pembelokan cahaya ke belakang penghalang disebut peristiwa difraksi. Difraksi
pertama kali diungkapkan oleh Fransesco Grimaldi (1618-1663), walaupun
Newton tidak menerima kebenaran teori tentang gelombang cahaya, sedangkan
Huygens tidak mempercayai difraksi ini walaupun dia yakin akan kebenaran teori
gelombang cahaya . Huygen berpendapat bahwa gelombang sekunder hanya
efektif pada titik-titik singgung dengan selubungnya saja, sehingga tidak
memungkinkan terjadinya difraksi ( Suparmono, 2005 : 27 ). Apabila sebuah sinar
tegak lurus mengenai sebuah kisi maka akan timbul difraksi. Difraksi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu difraksi Fresnel dan difraksi Fraunhoffer.
Disebut difraksi Fresnel jika jarak layar kisi relatif dekat dan disebut difraksi
Fraunhoffer jika jarak layar kisi relatif jauh. Difraksi Fraunhoffer dapat juga
terjadi walaupun layar tidak jauh letaknya, dengan cara meletakkan sebuah lensa
positif dibelakang kisi dan layar diletakkan pada titik api lensa tersebut.
Jika jarak antara dua celah yang beraturan (konstanta kisi) d dan sinar
yang digunakan adalah monokromatis dengan panjang gelombang maka disuatu
tempay pada layar akan terang apabila dipenuhi persamaan :
d sin m
(1)
2
Dengan m = 1,2,3, adalah tingkat atau orde difraksi dan adalah sudut
deviasi sinar yang dialami setelah melewati kisi.Ruas kiri persamaan (1) tidak lain
adalah selisih panjang jalan yang dilalui oleh sinar dari celah berurutan.
Persamaan di atas dapat ditulis :
m
sin
d
(2)
x
sin
x2 a2
(3)
x
d
m x2 a2
(4)
Kisi difraksi adalah alat yang sangat berguna untuk menganalisis sumber-
sumber cahaya. Sebuah kisi dapat dibuat dengan cara membuat goresan garis yang
sejajar pada sekeping kaca dengan menggunakan teknik mesin yang presisi. Celah
diantara goresan-goresan adalah transparan terhadap cahaya dan karena itu
bertindak sebagai celah-celah yang terpisah.
3
Gambar 1: Difraksi
Diantara kisi dan layar terdapat lensa positif untuk memfokuskan sinar-
sinar ke titik P. Intensitas yang teramati pada layar maerupakan kombinasi
interferensi dan difraksi. Pada difraksi kisi , tiap celah dianggap sebagai sumber
gelombang koheren. Jika terdapat N garis per satuan panjang, maka tetapan kisi,
d, adalah kebalikan dari N.
d=
4
terang akan diamati di layar. Karena itu, syarat interferensi konstruktif atau garis
terang pada sudut deviasi adalah :
S = d sin = n
dengan n = 0,1,2,3,dst
5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Sinar laser
2. Kisi difraksi
4. Layar/ tembok
6
3.3 Cara Kerja
I. Kisi 100 garis/mm
1. Menyiapkan kertas, lalu menyambung kertas satu dengan lainnya memakai
isolatip.
2. Menempelkan kertas tersebut pada dinding sebagai layarnya.
3. Mengukur jarak kisi dengan layar sepanjang 1 m memakai mistar.
4. Menghidupkan laser dan mengarahkan pada kisi sebesar 100 garis/mm.
5. Mengamati garis terang dan gelap pada layar.
6. Memberi tanda garis terang pada layar memakai pensil.
7. Menghitung lebar celah (d) pada kisi 100 garis/mm.
8. Menghitung jarak antara dua garis terang berurutan (P) pada layar.
9. Mencari panjang gelombang () yang digunakan antara dua garis terang yang
berdekatan untuk n = 1, n = 2, dan n = 3.
10. Mencatat hasi praktikum pada tabel pengamatan.
7
III. Kisi 600 garis/mm
1. Menyiapkan kertas, lalu menyambung kertas satu dengan lainnya memakai
isolatip.
2. Menempelkan kertas tersebut pada dinding sebagai layarnya.
3. Mengukur jarak kisi dengan layar sepanjang 1m memakai mistar.
4. Menghidupkan laser dan mengarahkan pada kisi sebesar 600 garis/mm.
5. Mengamati garis terang dan gelap pada layar.
6. Memberi tanda garis terang pada layar memakai pensil.
7. Menghitung lebar celah (d) pada kisi 600 garis/mm.
8. Menghitung jarak antara dua garis terang berurutan (P) pada layar.
9. Mencari panjang gelombang () yang digunakan antara dua garis terang yang
berdekatan untuk n = 1, n = 2, dan n = 3.
10. Mencatat hasil praktikum pada tabel pengamatan.
8
BAB IV
PEMBAHASAN
p (mm)
No. k(mm) d (mm) l (mm) Rata-Rata p (mm) p.d / l (mm)
Kiri Kanan
1 100 lines/mm 0, 01 210 15 15 15 0,0007
2 100 lines/mm 0,01 420 30 30 30 0,0007
3 100 lines/mm 0,01 630 45 45 45 0,0007
4 100 lines/mm 0,01 840 60 60 60 0,0007
5 300 lines/mm 0.003 210 40 40 40 0,00057
6 300 lines/mm 0.003 420 80 80 80 0,00057
7 300 lines/mm 0.003 630 120 120 120 0,00057
8 300 lines/mm 0.003 840 160 160 160 0,00057
9 600 lines/mm 0.0016 210 85 85 85 0,000647
10 600 lines/mm 0.0016 420 170 170 170 0,000647
11 600 lines/mm 0.0016 630 255 255 255 0,000647
12 600 lines/mm 0.0016 840 340 340 340 0,000647
PENYELESAIAN :
A. KISI 100/mm
Diketahui : k=100/mm
d=0,01 mm
l1=210 mm,
l2=420 mm,
l3= 630 mm,
l4= 840 mm,
n=1 TP ke T1=15 mm
n=2 TP ke T2=30 mm
n=3 TP ke T3= 45 mm
n=4 TP ke T4= 60 mm
9
untuk n=1
pd
n
l
15(0,01)
1
210
= 0,0007 mm
untuk n=2
pd
n
l
30(0,01)
2
210
= 0,0007 mm
untuk n=3
pd
n
l
45(0,01)
3
630
= 0,0007 mm
untuk n=4
pd
n
l
60(0,01)
4
840
= 0,0007 mm
B. KISI 300/mm
Diketahui : k=300/mm
10
d= 0,03 mm
l1= 210 mm,
l2= 420 mm,
l3= 630 mm,
l4= 840mm,
n=1 TP ke T1= 40 mm
n=2 TP ke T2= 80 mm
n=3 TP ke T3= 120 mm
n=4 TP ke T4= 160 mm
untuk n=1
pd
n
l
40(0,003)
1
250
= 0,00057 mm
untuk n=2
pd
n
l
80(0,003)
2
420
= 0,00057 mm
untuk n=3
pd
n
l
120(0,003)
3
630
= 0,00057 mm
untuk n=4
11
pd
n
l
180(0,003)
4
840
= 0,00057 mm
KISI 600/mm
Diketahui : k=600/mm
d=0,0016 mm
l1=210 mm,
l2=420 mm,
l3=630 mm,
l4=840 mm,
n=1 TP ke T1=85 mm
n=2 TP ke T2=170 mm
n=3 TP ke T3=255 mm
n=4 TP ke T4=340 mm
untuk n=1
pd
n
l
85(0,0016)
1
210
= 0,000647 mm
untuk n=2
pd
n
l
170(0,0016)
2
420
= 0,000647 mm
12
untuk n=3
pd
n
l
255(0,0016)
3
630
= 0,000647 mm
untuk n=4
pd
n
l
340(0,0016)
4
840
= 0,000647 mm
13
1. Grafik dengan d = 0,01
d=0,001
70
60
50
40
30 60
20 45
30
10
15
0
210 420 630 840
180
160
d=0,003
140
120
100
80 160
60 120
40 80
20 40
0
210 420 630 840
14
3. Grafik dengan d = 0,0016
d=0,0016
400
350
300
250
200
340
150
255
100
170
50 85
0
210 420 630 840
15
BAB V
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17