Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

OPERASI SISTEM ENERGI 1


SISTEM KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

Nama Praktikan : Devi Deviany


Kelompok :3
Nama Anggota Kelompok : 1. Yuli Sabiatussaadah
2. Gifari Fajar N
3. Harry Rizqita
4. Hilmy Pramuditia F
5. Junizar Sihargo B
6. M Fajar Nurjaman
Tanggal Praktikum : 4, 11, 18 September 2017
Nama Dosen : Rusmana, SST.
Tanda Tangan Dosen :
Tanda Tangan Mahasiswi :

JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
1.1 Tujuan Praktikum :
1. Mengenal alat-alat atau komponen pada system operasi PLTU di Lab. Termal
Teknik Konversi Energi.
2. Mengetahui prosedur pengoperasian dan mampu mengoperasikan suatu system
PLTU.
3. Menghitung konsumsi energy dan energy yang dihasilkan pada system PLTU.

1.2 Dasar Teori :


1.2.1. Pengertian Umum PLTU
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan
energy kinetic dari uap untuk menghasilkan energy listrik. Bentuk utama dari pembangkit
listrik jenis ini adalah generator yang dihubungkan ke turbin yang digerakan oleh tenaga
kinetic dari uap panas/ kering. Pembangkit listrik tenaga uap menggnakan berbagai macam
bahan bakar terutama batubara dan minyak untuk start up awal. Proses konversi ennergi
pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan yaitu :
1. Pertama, energy kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energy panas dalam
bentuk uapp bertekanan dan temperature tinggi.
2. Kedua, energy panas (uap) diubah menjadi energy mekanik dalam bentuk putaran.
3. Ketiga, energy mekanik diubah menjadi energy listrik.

1.2.2. Siklus Kerja PLTU


Siklus kerja PLTU merupakan siklus tertutup dan dapat digambarkan dengan
diagram T-s (Temperatur entropi). Siklus ini adalah penerapan siklus rankine ideal.
Adapun langkahnya adalah sebagai berikut :
a-b : Air dipompa dari tekanan P2 menjadi P1.Langkah ini adalah langkah
kompresi isentropis. Terjadi pada pompa air pengisi.
b-c : Air bertekanan ini dinaikan terperaturnya hingga mencapai titik didih.
Terjadi di LP heater, HP heater, dan Economizer.
c-d : Air berubah wujud menjadi uap jenuh. Langkah ini disebut vapourising
(penguapan) dengan proses isobar isothermis, terjadi di boiler yaitu di wall
tube (riser) dan steam drum.
d-e : Uap dipanaskan lebih lanjut hingga uap mencapai temperature kerjanya
menjadi uap panas lanjut (superheated vapour). Terjadi di superheater boiler
dengan proses isobar.
e-f : Uap melakukan kerja sehingga tekanan dan temperaturnya turun. Langkah
ini adalah langkah ekspansi isentropis, dan terjadi di dalam turbin.
f-a : Pembuangan panas laten uap sehingga berubah menjadi ar kondensat.
Langkah ini adalah isobar isothermis, dan terjadi di dalam kondensor.

1.2.3. Komponen Utama PLTU


1. Boiler atau Ketel Uap
Seperti yang telah kita ketahui ketel uap atau boiler berfungsi sebagai steam
generator. Cara kerjanya dengan memanaskan air sehingga air berubah fasa dari cair ke gas
di tekanan dan suhu operasi kerja atau suhu dan tekanan yang sudah di atur.Boiler di
laboraturium tekhnik energi ini dari CUSSON LTD dengan jenis fulton series E oil fired
steam boiler memiliki tipe vertical two pass boiler dengan design yang simple dan juga
efisien. Boiler berbahan bakar solar ini memiliki burner dengan electrical igniter.
Alat alat atau sistem yang ada pada boiler ini antara lain.
1. Sistem bahan bakar
2. Sistem pembakaran
3. Bejana kedap udara (bertekanan tinggi)
4. Sistem suplai air
5. Electrical power supply
Boiler ini beroprasi pada tekanan di bawah 6 bar, karena ketika tekanan dalam
boiler sudah mencapai 6 bar dengan otomatis burner pada boiler ini mati dengan sendirinya
dan ketika tekanan kurang dari 6 (sekitar 4-5) burner tersebut kembali bekerja. Tekanan
kerja ini bisa di atur sedimikian rupa sesuai dengan kebutuhan operasi kerja. Tekanan
maksimum pada boiler ini mencapai 15 bar dan tekanan operasi kerja yang dibolehkan
sekitar 10 bar. Untuk menjaga keamanan dan kesalahan saat operasi kerja maka boiler
diatur sehingga operasi kerja yang dibolehkan sekitar 6 bar.
RUMUS
1. Jumlah energi kalor yang tersedia akibat proses pembakaran bahan bakar
dapat ditentukan dengan persamaan berikut ini :

Ebb = Mbb Nbb (kJ)

Keterangan :
Mbb = laju aliran bahan bakar (kg/s)
Nbb = nilai kalor bahan bakar cair (kJ/kg)

2. Energi pembentukan uap


Energi yang digunakan untuk mengubah air menjadi uap adalah entalpi yang dikandung
uap dikurangi dengan entalpi yang dikandung air pengisian. Besarnya dapat ditentukan
dengan persamaan berikut :

Eu = ma (hu-ha) kJ
= ma (hu cp (ta 0))
Keterangan :
ma = massa air pengisisan
hu = entalpi uap (kJ/kg)
ha = entalpi air pengisian (kJ/kg)
Cp = panas spesifik air pengisi ketel (kJ/kgC)
Ta = temperature air pengisi ketel (C)

3. Efisiensi ketel uap


Efisiensi ketel uap didefinisikan sebagai perbandingan kalor terpakai untuk mengubah
air menjadi uap dengan kalor hasil proses pembakaran bahan bakar.

energi pembentukan uap


Efisiensi ketel uap = total energi masukan
Energi pembentukan uap = ma (hu-ha) = ma (hu cp (ta 0))

Tekanan absolut uap = tekanan gauge + tekanan atmosfer


H 13.600 9.81
= Pg + 105

= Pg + 1.3342 H bar
Keterangan :
Pg = tekanan gauge dalam bar
H = tekanan barometric dalam mm air raksa (mmHg)

Maka efisiensi ketel uap

ma (huha)
= Mbb Nbb

4. Kalor yang terkandung yang melewati gas buang


Energi yang dikandung oleh gas buang hasil pembakaran diperoleh dari aliran, panas jenis
rata-rata gas buang, temperature rata-rata gas buang, dan udara sekitarnya.

Ewg + Edg = Mg .cg (tf1 tat) kJ/kg

Keterangan :
Ewg = energi yang dikandung gas buang kering (kJ/kg)
Edg = energi terhadap kandungan air moisture (kJ/kg)
Mg = massa gas buang kering per kg bahan bakar (kg/kg)
Cp = panas jenis gas buang termasuk kandungan air (kJ/kg)
Tf1 = temperature gas buang (C)
Tat = temperature udara sekitar (C)

5. Rugi-rugi lain yang tidak terukur


Ef = Ebb (Eu +Ewg + Edg)

Pengujian Kualitas Uap


Kombinasi pemisah dan penyeratan calorimeter digunakan untuk menentukan kualitas uap
(tingkat kekeringan uap). Pemisah calorimeter merupakan alat untuk memisahkan
kandungan air dari uap melalui proses mekanis. Proses mekanis tersebut adalah sebagai
berikut :
A. Uap basah yang masih mengandung air dilewatkan pada pemisah calorimeter,
karena kerapatan air lebih besar dari uap, maka air akan kecenderungan terlempar
daru uap. Air ini dikumpulkan dan jumlahnya dapat diukur.
B. Uap yang relatif sudah tidak mengandung air dialirkan ke throttling calorimeter,
sehingga tekanannya turun. Tekanan setelah throttling menjadi sedikit di bawah
temperature atmosfer. Ini menyebabkan uap menjadi uap kering. Dengan
pengukuran temperature dan tekanan akhir uap, maka tingkat kekeringan uap dapat
dihitung. Karena kedua jenis calorimeter tersebut mempunyai keterbatasan, maka
digunakan kombinasi pemisah dan throttling calorimeter.
Persamaan yang digunakan
A. Tingkat kekeringan uap atau biasa disebut fraksi uap adalah banyaknya uap
kering yang ada di dalam campuran uap basah.
Banyaknya uap kering
Fraksi kekeringan =
Banyak uap kering + kandungan air
B. Pemisah calorimeter
Di dalam kondisi sebenarnya tidak semua air dapat dipisahkan dari uap yang masuk ke
dalam pemisah calorimeter. Jika berat uap kering yang keluar dari calorimeter = Wt dan
berat air yang dipisahkan dalam kalorimeter pada waktu yang sama, Ws, maka fraksi uap
yang diukur melalui pemisah calorimeter ini (Xs) adalah:
Wt
Xs =
Wt + Ws
C. Penyeratan calorimeter
Memberikan aliran suatu fluida melalui throttling orifice dari tekanan tinggi P1 ke
tekanan rendah P2. Dari persamaan energi aliran tunak (steady-flow) dapat ditunjukkan
bahwa proses yang terjadi adalah penyeratan adiabatic, yaitu proses entalpi tetap. Uap
basah sebelum penyeratan akan menjadi uap kering pada tekanan rendah setelah
penyeratan.
Entalpi uap basah sebelum penyeratan :
1 = 1 + 1
Entlapi uap basah setelah penyeratan :
1 = 2 + (2 2 )
maka :
hg 2 + Cp (t 2 2 ) hf
Xt =
1
Dengan :
1 : panas sensible bergantung tekanan P1
Xt : fraksi kekeringan pada throttling calorimeter cerat
1 : panas laten bergantung tekanan P1
2 : entalpi uap jenuh bergantung pada tekanan P2
Cp : panas jenis pada tekanan tetap
2 : temperature uap pada throttling calorimeter cerat
2 : temperature uap saturasi bergantung pada tekanan P2

D. Kombinasi pemisah dan penyeratan


Jika W= berat air dalam uap meninggalkan pemisah calorimeter dan masuk penyeratan
calorimeter cerat, maka sesuai definisi tingkat kekeringan uap diperoleh rumus sebagai
berikut :
Wtw
Xt = dan W = Wt (1 Xt)
Wt

Tetapi calorimeter pemisah telah memisahkan air sebesar Ws, oleh karena itu total
berat air adalah (Ws +w) di dalam uap basah Ws/Wt.
(Ws + Wt) (Ws + W)
X=
(Ws + Wt)
Atau :
Wtw
X = tetapi w = Wt (1- Xt)
Wt
Wtw (1Xt)
= WtWs
Wt .Xt
= Wt+Ws
Wt
= Wt+WS Xt = Xs . Xt

Fraksi kekeringan sesungguhnya (actual)


X = Xs. Xt
Pemanas Lanjut
Pengertian pemanas lanjut
Pada sistem pembangkit tenaga uap di butuhkan pemanas lanjut uap, uap berasal
dari katel uap. Fungsi pemanas lanjut pada pemanas ini yaitu meningkatkan kualitas uap
yang di hasilkan katel uap. Uap yang di hasilkan katel uap masih berupa uap basah. Jika
uap basah ini di gunakan untuk menggerakan turbin, maka kurang menggutungkan. Selain
sudu turbin uap cepat rusak, kerja yang dihasilkan tidak optimum. Dengan pemakaian
pemanas lanjut, uap basah katel uap akan di keringkan, sehingga meninggkatkan kualitas
dan memberikan kerja pada turbin uap yang lebih baik.
Pada percoabaan ini di gunakan pemanas lanjut Cusson P7623, untuk memanaskan
uap sampai temperature 235C. Pemanas lanjut terisolasi dan terlindungi oleh baja enamel
yang menyelubungi koil pemanas serta di lengkapi pengaman. Gambar di bawah
memperlihatkan kontruksi suatu pemanas lanjut.

Keseimbangan energy pada proses pemanasan lanjut dapat di gambarkan sebagai berikut :

Energi yang di berikan

Energi untuk memanaskan uap Energi yang hilang di


lingkungan di sekitar

Energi yang terbuang melalui gas


buang

Energi yang berupa gas buang Energi ke uap pembakaran


RUMUS
Energy uap kering yang terbentuk serta efisiensi pemanas lanjut dapat dicari dengan
persamaan sebagai berikut :
Energi bahan bakar
= mfs *Nbb

= kalor hasil proses pembakran bahan bakar di pemanas lanjut (kW)


= nilai kalor behan bakar (kJ/kg)
= massa bahan bakar (kg/det)
Jumlah energi kalor yang di pergunakan untuk mengubah uap basah menjadi uap panas
lanjut dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
= (sup )

= kalor tepakai untuk menaikan kualitas uap (kW)


= laju aliran uap lewat panas (kJ/kg)
= entalpi uap masuk (kJ/kg)
= entalpi uap keluar (kJ/kg)

Efisiensi
Efisiensi pemanas lanjut adalah perbandingan antara kalor terpakai untuk mengubah
uap basah menjadi uap panas lanjut, dengan kalor hasil proses pembakaran bahan bakar,
sehingga dapat dituliskan sebagai berikut:
= /
= Efisiensi pemanas lanjut (%)
= kalor terpakai untuk merubah uap basah menjadi uap panas lanjut (kJ/det)
= Kalor hasil proses pembakaran bahan bakar pemanas lanjut (kJ/det)

Efisiensi pemanas lanjut ( )



=

Total energi masuk = x nilai kalor bahan bakar = ( ) () = ( )

Energy yang di terima uap dari pemanas lanjut = ( )


Tekana absolut = tekanan meter + Tekanan atmosfer
13.600 9,81
= + 105

= + 1,3342 bar
H dalam mmHg
dalam bar
dalam kg bahan bakar pemanas lanjut
dalam entalpi pemanas lanjut
dalam kg uap/hr dari embunan (kondesat)

[ ( + ) ]
=
.

Keterangan :
= massa bahan bakar kh/jam
= massa uap masuk per kg bahan bakar
= massa gas buang
gbs kering = massa gas buang pemanas pemanasan lanjut kering per kg bahan
bakar
gbs uap = massa gas buang pemanas pemanasan lanjut kering per kg bahan
bakar
= entalpi uap
= entalpi uap pemanas lanjut
= panas spesifik uap pemanas lanjut
= panas spesifik gas buang
tgb = temperature gas buang
= temperature uap pemanas lanjut
= temperature uap sebelum pemanas lanjut

Pengukuran yang digunakan sebagai berikut :


meter tekanan
meter temperature
laju aliran uap
laju aliran bahan bakar
laju aliran gas buang
analisis osrat

2. Turbin Uap
Pengertian
Turbin uap adalah pesawat dengan aliran tetap (steady-flow) machine. Turbin uap
mendapat energi uap yang bertemperatur dan bertekanan tinggi yang berekspansi melalui
sudu-sudu turbin, dimana uap melalui nosel diekspansikan ke sudu-sudu turbin dengan
penuruna tekanan yang drastis sehingga terjadi perubahan energi kinetik pada uap. Energi
kinetik uap yang keluar dari nosel diberikan pada sudu-sudu turbin. Akibatnya, poros
turbin berputar dan menghasilkan tenaga.
Ditinjau dari cara kerja transfer energi uap ke poros, turbin uap dapat dibedakan
atas dua tipe :
Turbin reaksi 2
Turbin impuls (aksi)
Apabila ditinjau dari aliran uap, turbin uap dapat diklasifikasikan atas tiga
tipe, yaitu :
1. Turbin aliran radial
2. Turbin aliran tangensial
3. Turbin aliran aksial
1. Proses uap di dalam turbin
Karena aliran uap dalam turbin sangat tinggi, proses yang terjadi dianggap proses
adiabatis juga perlu diperhatikan gesekan antara uap dengan nosel dan sudu-sudu, maka
proses bukanlah reversibel dan isentropik. Kerja yang dapat dilakukan rotor dan poros
adalah laju aliran massa uap dikalikan dengan penurunan entalpi uap dalam turbin. Kerja
masimum poros turbin akan dihasilkan pada proses reversibel dan adiabatis atau ekspansi
isentropik uap.

2. Perhitungan Pada Turbin


a. Konsumsi uap (steam consumption)
jumlah kondensat (Kg)
Ms =
waktu pengumpulan kondensat (menit)
b. Catu energi termal (heat supplied)
KJ Kg
Hs = entalpi pada nosel ( Kg) x Konsumsi uap ( menit)

c. Penurunan entalpi sebenarnya


Kg
IED = catu energi termal menit Hreal
d. Penurunan entalpi isentropik
Kg
IED = catu energi termal menit Hs
e. Energi termal ke air pendingin (heat to undercooling)
Hp = Laju aliran massa air pendingin x panas jenis air x selisih temperatur air
pendingin
Kg KJ
Hp = Mp . Cp . (t) (( menit) x ( Kg . K)x K )
f. Energi termal dalam kondensat (heat to condensate)
Hp = Laju aliran massa uap x panas jenis air x selisih temperatur uap
Kg KJ
Hp = Mp . Cp . (t) (( menit) x ( Kg . K)x K )
g. Energi ke pendingin lanjut (heat to undercooling)
Kg Kg
= termal keluaran turbin( menit) - termal dalam kondensat ( menit)
h. Catu energi termal rankine (rankine heat supplied)
Kg Kg
= catu energi termal( menit) - energi termal dalam kondensat( menit)
i. Daya poros (breake power)
Ps = 2 . n/60 . 103
KW = (rpm . Nm)
j. Konsumsi energi (energy consumption)
catu energi termal rankine
= (KJ/KW men)
Daya Poros
k. Konsumsi uap spesifik (SSC)
konsumsi uap
= (KJ/KW men)
Daya Poros

l. Efesiensi isentropik
Penurunan entalpi sebenarnya
=
Penurunan entalpi isentropik
m. Efisiensi koneversi mekanik
Daya Poros
= Penurunan entalpi sebenarnya (KW men / KJ)

n. Efesiensi termal
Daya Poros
= catu energi termal rankine

o. Efesiensi relatif
Catu energi termal
.= Catu energi termal rankine

p. Daya elektrik
P = E . I . 3 . 103 KW
q. Laju aliran uap teoritis

st= A . C . PVs

Dimana : A : luas penampang kerongkongan nosel (mm2)



A : 4 d2 (d = 5,159 mm)

C : Konstanta nosel = 0,0368 untuk nosel


P : tekanan pada nosel (bar absolut)
Vs : Volume spesifik uap (m3/kg)
3. Kondensor
Kondensor berfungsi untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin (uap yang telah
digunakan untuk memutar turbin). Proses perubahannya dilakukan dengan cara
mengalirkan uap ke dalam suatu ruangan yang berisi pipa-pipa (tubes). Uap mengalir di
dalam pipa-pipa (shell side) sedangkan air sebagai pendingin mengalir di dalam pipa-pipa
(tube side). Kondensor seperti ini disebut kondensor tipe surface (permukaan). Kebutuhan
air untuk pendingin di kondensor sangat besar sehingga dalam perencanaan biasanya sudah
diperhitungkan. Air pendingin diambil dari sumber yang cukup persediaannya, yaitu dari
danau, sungai atau laut. Posisi kondensor umumnya terletak dibawah turbin sehingga
memudahkan aliran uap keluar turbin untuk masuk kondensor karena gravitasi.

4.Generator
Generator berfungsi untuk mengubah energi putar dari turbin menjadi energi listrik.
Generator yang di kopel langsung dengan turbin akan menghasilkan tegangan listrik ketika
turbin berputar. Proses konversi energy di dalam generator adalah dengan memutar medan
magnet di dalam kumparan. Rotor generator sebagai medan magnetmenginduksi kumparan
yang dipasang pada stator sehingga timbul tegangan diantara kedua ujung kumparan
generator. Untuk membuat rotor agar menjadi medan magnet, maka dialirkan arus DC ke
kumparan rotor. System pemberian arus DC kepada rotor agar menjadi magnet ini disebut
system eksitasi.

1.2.4 STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE BOILER LAB. TEKNIK


ENERGI
A. Ketel Uap
Menghidupkan Ketel Uap
Persiapan Percobaan :
1. Siapkan sumber kelistrikan
Hidupkan sumber listrik dari PLN (Panel MCB)
Hidupkan saklar unit air pendingin
Hidupkan sistem kelistrikan ketel uap
2. Siapkan suplai air
Tutup katup suplai air steam bench No.47
Tutup katup suplai pompa vakum No.42
Buka katup suplai air No.2
Tutup katup bypas air lunak (soffner) No.3
Buka katup suplai air lunak No.4
Buka katup suplai tangki feed water ketel uap No.5
Tutup katup suplai separating dan throttling No.7
Buka katup suplai pada cooling tower
Tutup katup suplai air heat pump No.25
Buka katup suplai air ke ketel uap suplai No.1
Nyalakan pompa suplai air (disebelah luar gedung) dan periksa sekitar 2.5
bar
3. Siapkan pengisian boiler
Buka katup keluaran air pengisian ketel No.9
Buka katup suplai air pengisian ketel uap No.10
Tutup katup blow down ketel uap No.11
4. Periksa ketinggian air boiler
Buka katup lower water coloum No.12
Buka katup upper water coloum No.13
Tutup katup lower tricock No.14
Buka katup upper tricock No.15
Tutup katup water coloum blown down No.16
5. Periksa gelas penduga
Pastikan handel ketiga katup yang terdapat pada gelas penduga selalu
dalam posisi vertikal.
6. Katup katup pengeluaran ketel uap
Tutup katup uap utama No.17
Buka katup pengeluaran tekanan uap No.62
Tutup/kunci katup pengeluaran ketel uap No.61
7. Suplai bahan bakar ketel uap
Pastikan volume tangki bahan bakar, minimal setengah penuh
Buka katu suplai minyak pada tangki No.18
Buka katup suplai minyak ketel uap No.19
Buka katup kembalian minyak dari ketel uap No.20
Pastikan red fire valve arm pada suplai minyak ketel uap berada pada
posisi terbuka
8. Sistem kelistrikan pada ketel uap
Hidupkan saklar suplai listrik untuk ketel uap (terletak pada dinding
dibelakang superheater)
Nyalakan saklar daya ketel uap pada kotak distribusi
Putar kunci saklar start ketel uap pada posisi on. Pada posisi ini pompa
pengisian air ketel uap bekerja dan memompa air kedalam ketel uap. Hal
ini berlangsung terus sampai ketinggian air pada ketel uap mencapai batas
yang ditentukan, sehingga ketel uap siap untuk dioperasikan.
9. Penyalaan burner
Nyalakan electrical circuit breaker yang terletak disebalah kiri kotak
kontrol ketel uap dan tekan tombol berwarna hijau pada sebelah kanan
kotak kontrol.
Burner motor akan bekerja dan setelah sebih kurang 15 detik proses
pembakaran dimulai.
10. Pemanasan ketel uap
Setelah proses pembakaran dimulai. Proses pembakaran selanjutnya diatur
secara otomatis oleh kontrol tekanan pada kotak panel, dimana
pembakaran aka trip pada kondisi tekanan sekitar 6 bar (tekanan
pengesetan).
Bila ketinggian air didalam ketel uap mencapai batas terendah maka
proses pembakaran akan trip secara otomatis.
Pastikan tekanan air pada gelas penduga pada 2-3 cm dibawah batas
ketinggian maksima, jika perlu dikurangi ketinggian air dengan membuka
katup blow down ketel uap No.11
Mematikan Ketel Uap
1. Matikan electrical circuit breaker yang terletak pada sebelah kiri kontak
control
2. Tutup katup suplai bahan bakar No.18,19,20
3. Buka katup ke atmosfer No.29 (terletak diatas superheater)
4. Buka katup Blow down ketel No.11 kurang lebih seperempat putaran sampai
pompa air pengisian ketel menyala. Kemudian tutup kembali tutup tersebut
5. Tunggu beberapa saat dan ulangi langkah diatas sampai tiga kali sehingga
tekanan berada dibawah 2 bar
6. Tutup katup No.17
7. Matikan sistim suplai listrik pada ketel aup
8. Tutup katup suplai air pengisian ketel No.10
9. Tutup katup suplai air utama No.1
10. Buka sedikit katup upper tricock No.15

Prosedur Percobaan Ketel Uap


1. Pelajari sistim peralatan guna mengoperasikan ketel uap
2. Atur tekanan kerja ketel uap
3. Siapkan data pengukuran dan pengamatan
4. Persiapkan sumber kelistrikan, air pengisi ketel, bahan bakar, lihat pada tata
cara menghidupkan ketel uap. Jika semua sudah siap ketel uap dapat
dioperasikan dan pengujian dapat dilakukan
Catat parameter yang dibutuhkan dari awal operasi dan catat pula untuk
setiap periode waktu tertentu. Pengamatan dilakukan pada saat terjadi proses
pembakaran
B. Pengujian Kualitas Uap
Persiapan percobaan
1. Siapkan air pendingin yang akan mendinginkan uap pada calorimeter cerat.
2. Siapkan pemasok uap.
3. Siapkan table data pengukuran.
Langkah pengujian
1. Salurkan air pendingin, pendingin, pengembun, untuk mendinginkan uap
pada kondensor penyeratan calorimeter.
2. Sediakan tabung pengumpul embunan di bawah keluar pengembun.
3. Buka katup uap dan biarkan uap mengalir melalui calorimeter untuk
memanaskan system. Air pendingin melalui pengembun harus cukuo untuk
mengembunkan seluruh uap.
4. Biarkan keadaan di atas sampai level air dalam pemisah calorimeter terlihat.
5. Salurkan embunan utama ke dalam tabung pengumpul yang berada di
bawah keluaran.
6. Ukur dan catat harga mula-mula level air embunan pada pemisah
calorimeter. Juga air keluar dari pengembunan, tekanan uap dalam pipa
utama, tekanan uap setelah throttling, tekanan atmosfer, temperature uap
dalam pipa utama dan dalam throttling calorimeter cerat. Ulangi pengujian
tersebut minimal 4 kali pengujian untuk pengecekan yang lebih teliti.
7. Tutup pemasok uap.
8. Biarkan peralatan dingin dan baru air pendingin pengembun ditutup.
9. Kosongkan tabung pengumpul embunan.

C. Pemanas Lanjut
Persiapan percobaan
Hal berikut adalah hal yang harus di perhatikan sebelum pengoperasian pemanas
lanjut.
1. Proses pemakaran pada pemanasan lanjut hanya boleh di laksanakan jika
sudah terdapat uap yang melalui pemanas lanjut.
2. Usaha yang maksimal harus dilakukan untuk menjamin uap yang masuk
ke pemanas lanjut cukup bersih (tidak mengandung sedimen) dan
usahakan sekering mungkin.
3. Selama pemanasan lanjut beroperasi/bekerja harus diusahakan agar selalu
aliran uap yang melalui koil pemanas lanjut. Bila hal ini tidak di laksankan
koil pemanas lanjut akan mengalami panas berlebih (over heat). Sehingga
proses pembakaran akan trip secara otomatis.
4. Semua katup sebaiknya dalam posisi terbuka penuh atau benar benar
tertutup. Hal ini dimaksudkn agar posisi katup katup berada pada kondisi
yang di harapkan. Apabila katup uap di buka atau di tutup sampai batas
maksimal maka pegangan katup akan berputar balik seperempat putaran
akibat aliran panas dari uap.
Menyatakan pemanas lanjut
1. Aktifkan sumber kelistrikan
2. Periksa volume bahan bakar pada tangki bahan bakar
3. Buka katup pemasok oil tank No. 21
4. Pastikan tekanan masukan uap pada 5 bar
5. Atur keluaran temperature uap pada kondisi kerja yang diinginkan
(maksimal 240c)
6. Atur coil over temperature trip pada 350c
7. Buka perlahan lahan katup uap utama No.17 sehingga uap akan masuk ke
dalam pemanas lanjut dari bersikulasi di dalam pemanas lanjut. Yang perlu
di perhatikan disini tekan uap masuk harus dijaga agar tekananya diatas 5
bar. Setiap embunan yang terbentuk di dalam pemanas lanjut akan di
keluarkan secara otomatis melali jebakan kukus
8. Buka katup oil supply No.22
9. Tekan reset pushbutton untuk memulai pembakaran
10. Jika temperature uap keluar mendekati kondisi kerja yang di inginkan
(240) maka uap yang di hasilkan siap untuk digunakan.
11. Jumlah aliran uap yang keluar dari pemanas lanjut sebaiknya dijaga pada
kondisi maksimal, meskipun kebutuhan uap pada turbin kecil, sedangkan
sisa kelebihan uap di keluarkan ke atmosfer.
Mematikan pemanas lanjut
Langkah langkah adalah sebagai berikut :
1. Matikan supplai listrik pemanas lanjut
2. Tutup katup suplai No. 21 dan 22
3. Biarkan uap tetap mengalir pada pemanas lanjut sampai temperature
masukan dan keluaran sama.
Persedur percobaan
1. Set pemas lanjut sesuai kondisi uap yang di butuhkan, tunggu sampai stabil.
2. Catat waktu pembebanannya, banyak bahan bakar tiap periode waktu
tertentu. Catat juga parameter yang ditunjukan pada alat ukur pemanas
lanjut baik masukan uap dan keluaran pemanas lanjut (dapat digunakan air
yang terkondensasi pada turbin).
3. Factor uap (x) dapat dicari dengan menggunakan separating dan throttling
calorimeter.
4. Flue gas/gas buang dapat diamati dengan menggunakan orsat apparatus,
2, CO, HC sehingga dapat dihitung
Nilai kalor bahan bakar dapat dicari bila rumusan bahan bakar diketahui.
D. Turbin Uap
Persiapan Percobaan
1. Setelah mengoperasikan ketel uap
2. Menghiduokan pemasok Listrik
3. Menyiapkan Pemasok Uap ke Turbin
4. Menghidupkan Unit Pendingin
5. Menyiapkan pemasok udara kompresor guna keperluan menghidupkan
kendali kecepatan
Pemeriksaan sebelum pengoprasian turbin
1. Memastikan saklar dinamoeter on daladm posisi ABSORB
2. Set potensiometer beban untuk pengendali torsi ke minimun.
3. Memeriksa peukur ke posisi nol kecuali penunjuk temperatur.
4. Memeriksa katup-katup ke posisi yang tepat
5. Melakukan pembilasan dengan Membuka katup nosel satu dengan penuh dan
tutup yang lainnya (secara bergantian).
Menjalankan Turbin
1. Membuka katup masuk dengan pelahan sehingga mengalirkan jumlah uap
yang kecil guna pemanasan turbin.
2. Memastikan bahwa beban dinamometer adalah nol.
3. Buka katup air ke pompa vakum sedikit. Kemudian tekan tombol vacum
pump on secepatnya.
4. Secara perlahan-lahan buka katup intel hingga turbin bergerak dengan putaran
tertentu.
5. Menekan tombol biru dan membiarkan turbin berputar untuk beban minimum
hingga temperatut operasi tercapai
6. Beban penuh dicapai apabila meter gaya menunjukan kira-kira 100 N
Data Hasil Pengukuran

A. Ketel Uap
Bahan Bakar Air Udara Uap Gas Buang
Waktu/t
T P V Q T T T P T
menit (C) (bar) (Lt) (Lt/jam) (Lt/s) (C) (K) (C) (C) (K) (bar) (C)
14:35 27 14 4.2 25.2 0.014 28 301 31 100 373 2 250
14:45 28 14 7.9 47.4 0.02633 29 302 32 109 382 4 272
14:55 28 13 11.8 70.8 0.03933 29 302 33 122 395 5 248
15:05 28 14 15.1 90.6 0.05033 29 302 33 154 427 4 269
15:15 28 14 18.2 109.2 0.06067 30 303 34 155 428 4 273

B. Pengujian Kualitas Uap


Pengamatan 1 2 3 4 5 Rata2

Tekanan

1 Uap dalam pipa Utama P [Bar] 4,2 4 4,2 4 4,3 4,14

2 Uap Setelah Throttling P [mmHg] 50 80 110 115 180 107

Temperatur

1 Uap Masuk t [C] 143 159 160 160 168 158

2 Uap Setelah Penyeratan t [C] 38 40 40 40 40 39,6

Jumlah Kondensat Setelah Trottling Wt [mL] 400 360 370 350 370 370

Jumlah Air dipisahkan Pada Separator Ws [mL] 100 120 110 90 115 107

Tekanan Atmosfer Patm [Bar] 1 1 1 1 1 1

Temperatur Atmosfer Tatm [C] 29 30 30 30 30 29,8

Perbedaan Air Pada Manometer Cm 2,4 2,8 3 3 3 2,84

Anda mungkin juga menyukai