LAPORAN KASUS
DisusunOleh :
Pembimbing :
Kepaniteraan Klinik
Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine
Fakultas Kedokteran UPR - RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
2017
2
BAB I
PENDAHULUAN
CHF atau gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan saat terjadi
bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompensatoriknya.
Gagal jantung adalah komplikasi tersering dari segala jenis penyakit jantung
kongenital maupun didapat. Penyebab dari gagal jantung adalah disfungsi
miokard, endokard, perikardium, pembuluh darah besar, aritmia, kelainan katup,
dan gangguan irama. Di Eropa dan Amerika, disfungsi miokard yang paling sering
terjadi akibat penyakit jantung koroner, biasanya akibat infark miokard
yangmerupakan penyebab paling sering pada usia kurang dari 75 tahun, disusul
hipertensidan diabetes.1, 2
Prognosa dari gagal jantung tidak begitu baik bila penyebabnya tidak
dapat diperbaiki. Setengah dari populasi pasien gagal jantung akan meninggal
dalam 4 tahun sejak diagnosis ditegakkan, dan pada keadaan gagal jantung berat
lebih dari 50% akan meninggal dalam tahun pertama.2
3
BAB II
LAPORAN KASUS
PRIMARY SURVEY (Ny. Masni)
Vital Sign :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 98 kali/menit, regular, kuat angkat
Suhu : 36,7 0C
Pernapasan : 31 kali/menit
SpO2 : 99%
Airway : bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas
Breathing :spontan, 31 kali/menit, torako-abdominal, pergerakan thoraks
simetris kanan/kiri
Circulation: Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 98 kali/menit reguler, kuat
angkat, CRT <2
Disability : GCS 15, pupil isokor +/+, diameter 3 mm/3mm
Evaluasi masalah : kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam
emergency sign yaitu sesak nafas bila berbaring dan ditemukan retraksi
intercostal serta didapatkan nilai respirasi rate 40x/m.
Pemberian label :Merah
Tatalaksana awal : tata laksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan di
ruangan non bedah, head up 30, berikan oksigenasi 2-4 lpm dan diberikan
pemasangan IV line dan monitor observasi.
I. IDENTITAS
Nama : Ny. M
Usia : 65 tahun
Agama : Islam
Alamat : Ds. Tangka Robah
Tanggal MRS : 26/10/2017
4
Foto rontgen :
Kardiomegali (+)
EKG :
V. DIAGNOSIS
CHF NYHA IV
VII. PENATALAKSANAAN
- Tatalaksana awal di IGD :
O2 nasal kanul 2-4 lpm
head up 30
IVFD NaCL 0,9% 500 cc/24 jam
Pasang Cateter
Injeksi Furosemide 1 amp (IV)
7
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : dubia
Quo ad sanationam : dubia
8
BAB III
PEMBAHASAN
Gagal jantung adalah abnormalitas dari struktur jantung atau fungsinya
yang mengakibatkan kegagalan jantung mengantarkan oksigen yang sepadan
dengan kebutuhan metabolisme jaringan tubuh, walaupun dengan tekanan
pengisian yang normal. Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan gagal
jantung kiri dalam jangka waktu yang lama diikuti dengan gagal jantung kanan
ataupun sebaliknya1.
Gagal jantung secara klinis adalah sindrom dengan gejala tipikal (seperti
sesak nafas, pembengkakkan kaki, dan kelelahan) dan tanda-tanda (seperti
peningkatan tekanan vena jugular, ronki paru, dan perpindahan pulsasi apeks)
akibat abnormalitas struktur atau fungsi jantung2.
Terminologi gagal jantung:
a. Gagal Jantung Sistolik dan Diastolik
Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung
memompa sehingga curah jantung menurun dan menyebabkan kelemahan,
kelelahan, kemampuan aktivitas fisik menurun, dan gejala hipoperfusi lainnya 3.
Gagal jantung sistolik ditandai dengan penurunan ejection fraction ventrikel kiri
40%5.
Gagal jantung diastolik adalah gangguan relaksasi dan gangguan pengisian
ventrikel yang dapat disebabkan oleh concentric remodeling dari ventrikel kiri5.
Gagal jantung diastolik didefinisikan sebagai gagal jantung dengan fraksi ejeksi
50%. Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan Doppler-ekokardiografi aliran darah
mitral dan aliran vena pulmonalis, tidak dapat dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik saja3.
b. Low output dan High output Heart Failure
Low output HF disebabkan oleh hipertensi, kardiomiopati, dilatasi,
kelainan katup dan perikardium. High output HF ditemukan pada penurunan
resistensi vaskular sistemik seperti hipertiroidisme, anemia, kehamilan, fistula A-
V. Secara praktis, kedua kelainan ini tidak dapat dibedakan3.
c. Gagal Jantung Akut dan Kronik
9
Gagal jantung akut penyebab klasiknya antara lain robekkan daun katup
secara tiba-tiba akibat endokarditis, trauma, atau infark miokard yang luas. Curah
jantung yang menurun secara tiba-tiba menyebabkan penurunan tekanan darah
tanpa disertai edema perifer.
Gagal jantung kronis umumnya disebabkan oleh kardiomiopati dilatasi
atau kelainan multivalvular yang terjadi secara perlahan-lahan. Kongesti perifer
sangat menonjol, namun tekanan darah masih terpelihara dengan baik3.
Ada banyak kondisi yang dapat menyebabkan gagal jantung, diantaranya 5:
a. Penyakit Jantung iskemik
- sindrom koroner akut
b. Valvular
- Stenosis valvular
- Regurgitasi valvular
- Endokarditis
- Diseksi aorta
c. Miopatia
- Post-partum kardiomiopati
- Miokarditis akut
d. Hipertensi/aritmia
- Hipertensi
- Aritmia akut
e. Gagal sirkulasi
- Anemia
Etiologi dari gagal jantung kronis dapat dikelompokkan dalam 3 kategori:
1) gangguan kontraktilitas ventrikel; 2) peningkatan afterload (tegangan dinding
ventrikel selama kontraksi); 3) gangguan relaksasi dan pengisian ventrikel. Gagal
jantung akibat abnormalitas pengosongan ventrikel (akibat gangguan
kontraktilitas atau peningkatan afterload) disebut disfungsi sistolik. Sedangkan
gagal jantung akibat abnormalitas relaksasi diastolik atau pengisisan ventrikel
disebut disfungsi diastolik6.
10
Namun karena seringnya istilah ini tumpah tindih, maka kini digunakan
kategori baru yaitu 1) Gagal jantung dengan penurunan fraksi ejeksi, pada
disfungsi sistolik, ventrikel yang terkena telah kehilangan kapasitas utnuk
memompa darah akibat gangguan kontraktilitas miokardium atau tekanan yg
berlebihan (peningkatan afterload); 2) Gagal jantung dengan fraksi ejeksi
terpelihara, pada disfungsi diastolik, ventrikel tidak dapat relaksasi dengan
sempurna akibat energi atau kekakuan dinding ventrikel 6.
b. Kriteria Minor
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dispnoea deffort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardi > 120 x/menit
Major atau Minor
Penurunan berat badan > 4.5 kg dalam 5 hari pengobatan
Diagnosa gagal jantung kongestif ditegakkan bila ada 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor
ditambah 2 kriteria minor3.
Pemeriksaan radiologis
Echocardiogram
Dengan menggunakan Doppler, dapat memberikan informasi mengenai
volume bilik, fungsi ventrikel sistolik dan diastolik, ketebalan dinding, dan
fungsi katup.
Elektrokardiogram (EKG)
Menunjukkan ritme jantung dan konduksi elektrik, infark miokard, dan lain-
lain.
15
X-ray dada
Fungsinya terbatas untuk diagnosa gagal jantung, namun lebih berguna dalam
pemerksaan paru-paru akibat peningkatan tekanan atrium kiri. Tekanan atrium
kiri yang normal adalah 10 mmHg.
- Tekanan 15 mmHg upper-zone vascular redistribution,
vaskularisasi lobus atas lebih besar daripada lobus bawah
- Tekanan 20 mmHg Kerley B lines (garis pendek pada perifer
lapangan paru bawah yang menunjukkan edema interlobular)
- Tekanan 25 30 mmHg bayangan opak pada lapangan paru akibat
edema alveolar
Selain itu ditemukan kardiomegali, efusi pleura, pembesaran vena azigos 1.
16
a. Pemeriksaan laboratorium
Marker khusus
Plasma natriuretic peptides yaitu B-type natriuretic peptide (BNP) dan N-
terminal pro-BNP(NT-pro BNP) adalah kelompok hormon yang dihasilkan
oleh jantung dalam jumlah besar jika terdapat kerusakan jantung atau
menampung beban terlalu besar2.
Laboratorium umum
17
Tabel 2.2 Hasil Laboratorium Umum Yang Abnormal Dalam Gagal Jantung
Sedangkan untuk menentukan derajat keparahan dari gagal jantung kongestif, dapat
digunakan klasifikasi New York Heart Association (NYHA), dimana NYHA membaginya
menjadi 4 kelas fungsional2.
Klasifikasi gagal jantung yang umum digunakan di dunia adalah stage dari gagal
jantung oleh The American College of Cardiology Foundation (ACCF) / American Heart
18
Association (AHA) dan klasifikasi fungsional oleh New York Heart Association (NYHA)5.
Peningkatan Periode
Obat Dosis awal Dosis target
dosis/hari titrasi
Bisoprolol 1,25 mg 2,5 : 3,75 : 5: 10 mg Minggu-bulan
7,5 : 10 mg
Metoprolol 5 mg 10, 15, 30, 50, 150 mg Minggu-bulan
75, 100 mg
Carvedilol 12,5/25 mg 25, 50, 100, 200 mg Minggu-bulan
200 mg
Nebivolol 3,125 mg 6,25 : 12,5 : 50 mg Minggu-bulan
25 : 50 mg
20
d. Diuretik
Diuretik mengurangi akumulasi cairan dengan meningkatkan ekskresi garam dan air
dari ginjal. Oleh sebab itu, preload, kongesti pulmonal dan edema sistemik dapat berkurang.
Diuretik yang sering digunakan untuk terapi CHF mencakup furosemid, bumetanid,
torasemid, asam etakrinat dan tiazid 6. Penggunaan diuretik dengan cepat mengurangi sesak
nafas dan menigkatkan kemampuan untuk melakukan aktifitas fisik 5.
Rekomendasi
Obat Dosis Inisial harian Efek samping
maksimum
Loop diuretics
- Furosemid 20-40 mg 250-500 mg Hipokalemia
- Bumetanid 0,5-1 mg 5-10 mg Hiponatremia
- Torasemid 5-10 mg 100-200 mg Hiperurikemia, intoleransi
glukosa, ggn asam basa
Tiazid
- HCT 25 mg 50-75 mg Hipokalemia/hipomagneaemia
- Metolazon 2,5 mg 10 mg Hiponatremia
- Indapamid 2,5 mg 2,5 mg Hiperurikemia, intoleransi
glukosa, ggn asam basa
Diuretik hemat K
- Amilorid 2,5 mg 20 mg Hiperkalemia, rash
- Triamteren 25 mg 100 mg Hiperkalemia
- Spironolacton 26 mg 50 mg Hiperkalemia, ginaekomastia
e. Glikosida Jantung
Glikosida jantung yang paling banyak digunakan adalah digoksin. Digoksin
memperbaiki gejala CHF namun tidak memperpanjang usia. Glikosida jantung menginhibisi
pompa natrium dalam otot jantung, sehingga secara tidak langsung menginhibisi antiport Na-
Ca, sehingga meningkatkan Ca2+ intraseluler. Peningkatan ini memperkuat
kontraktilitas.Digoksin juga bekerja pada sistem saraf untuk meningkatkan tonus vagal. Obat
ini memperlambat aktifitas nodus sinoatrial dan konduksi nodus AV dan dapat digunakan
untuk mengobati aritmia atrium. Oleh sebab itu terutama digoksin digunakan pada CHF
dengan fibrilasi atrium5.
Dosis digoksin biasanya 0,125-0,25 mg sehari dengan efek samping anoreksia, mual,
muntah, nyeri lambung, delirium, rasa lelah, malaise, bingung5.
21
f. Vasodilator lain
Vasodilator yang digunakan selain ACEI untuk pengobatan gagal jantung adalah
hidralazin-isosorbit dinitrat yang merupakan vasodilator arteri sehingga menurunkan
afterload, sedangkan isosorbit dinitrat adalah venodilator sehingga menurunkan preload.
Selain itu ada juga Na nitroprusid iv, suatu vasodilator kuat yang bekerja pada arteri dan vena
sehingga menurunkan afterload dan preload5.
g. Antagonis Angiotensin II
Digunakan bila pasien tidak toleran dengan ACEI5.
Obat Dosis
Candesartan 4-32 mg/24 jam
Valsartan 80-320
Prognosis Gagal Jantung Kongestif secara umum, mortalitas pasien gagal jantung
rawat inap sebesar 5-20% dan pada pasien rawat jalan sebesar 20% pada tahun pertama
setelah diagnosis. Angka ini dapat meningkat sampai 50% setelah 5 tahun pasca diagnosis.
Mortalitas pasien gagal jantung dengan NYHA kelas IV, ACC/AHA tingkat D sebesar lebih
dari 50% pada tahun pertama.5
Telah dilakukan pemeriksaan pada seorang perempuan usia 65 tahun dengan diagnosa
CHF. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan keluhan sesak nafas khas
yang mengarah ke gagal jantung kronik. Hasil pemeriksaan EKG didapatkan gambaran T
inverted dan ST depresi pada V3-V6. Kriteria mayor yang terdapat pada pasien adalah
paroksismal nokturnal dispnea yaitu keluhan sesak nafas yang dirasakan pasien terutama
pada malam hari, seringkali pasien terbangbun setelah beberapa jam tidur dikarenakan sesak
serta hasil radiologi yang menybjukan pembesaran jantung (kardiomegali). Pada pemeriksaan
fisik didapatkan retraksi suprasternal dan intercostal serta pembesaran jantung dimana batas
jantung kanan berada pada ICH VI linea axila anterior sinistra. Pada pemeriksaan foto
thoraks didapatkan kardiomegali dan efisi pleura minimal pada bagian basal paru yang
memberikan gambaran sudut yang tumpul. Kriteria minor yang terdapat pada pasien adalah
keluhan sesak yang memberat saat beraktivitas (dispneudeffort) dan edema ekstremitas.
Terdapat 2 kriteria mayor dan 2 kriteria minor pada pasien, sehingga kriteria diagnosis gagal
jantung dapat ditegakkan. Berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas fungsionalnya
22
menurut The New York Heart Association (NYHA),gagal jantung pada pasien termasuk
gagal jantung NYHA kelas IV karena pasien tidak dapat melakukan aktivitas fisik apapun,
bahkan dalam keadaan istirahat mampu menimbulkan gejala yang berat.
Pada pasien ini tatalaksana di IGD dilakukan pemberian O 2 nasal kanul 2-4 lpm, heat
up 300,pemasangan IV line dengan infus NaCL 0,9% 500 cc/24 jam,pemasangan kateter,
Injeksi Furosemide 1 amp (IV). Furosemide merupakan golongan diuretik untuk mengurangi
akumulasi cairan dengan meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal. Oleh sebab itu,
preload, kongesti pulmonal dan edema sistemik dapat berkurang. Diuretik yang sering
digunakan untuk terapi CHF mencakup furosemid, bumetanid, torasemid, asam etakrinat dan
tiazid6. Penggunaan diuretik dengan cepat mengurangi sesak nafas dan menigkatkan
kemampuan untuk melakukan aktifitas fisik. Sehingga pada pasien dipasang Cateter untuk
mengontrol cairan yang keluar.
Berdasarkan kepustakaan didapatkan bahwa pasien CHF hasus mendapat standar
pengobatan sebagai berikut.
1. Inhibitor enzim pengkonversi angiotensin (ACE-I) mis. Captopril
ACE-I menginhibisi konversi angiotensi I menjadi angiotensin II sehingga
menyebabkan dilatasi arteri dan vena serta menurunkan volume darah dan edema.
2. Beta Blocker bisoprolol
Pengobatan jangka panjang dengan penyekat beta terbukti dapat meningkatkan
fraksi ejeksi, menurunkan volume sistolik dan diastolik, dan akhirnya menyebabkan
regresi hipertrofi ventrikel kiri.
3. Diuretikmis. Furosemid
Diuretik mengurangi akumulasi cairan dengan meningkatkan ekskresi garam
dan air dari ginjal. Oleh sebab itu, preload, kongesti pulmonal dan edema sistemik
dapat berkurang.
4. Glikosida jantung mis. digoksin.
Glikosida jantung menginhibisi pompa natrium dalam otot jantung, sehingga
secara tidak langsung menginhibisi antiport Na-Ca, sehingga meningkatkan Ca2+
intraseluler. Peningkatan ini memperkuat kontraktilitas.Digoksin juga bekerja pada
sistem saraf untuk meningkatkan tonus vagal.
23
BAB IV
KESIMPULAN
Ny. M, usia 65 tahun, datang dengan keluhan sesak napas. Sesak semakin memberat
ketika beraktivitas seperti berkerja dan banyak berjalan dan berkurang jika pasien
beristirahat. Sesak dirasakan berkurang dengan perubahan posisi. kedua kaki pasien
membengkak sejak 10 hari SMRS. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang didapatkan bahwa pasien tersebut memenuhi kriteria framingham dan termasuk ke
dalam klasifikasi NYHA IV. Sehingga berdasarkan dari temuan diatas, pasien pada kasus ini
didiagnosis CHF NYHA IV.
Pada pasien ini tatalaksana di IGD dilakukan pemberian O 2 nasal kanul 2-4 lpm,
pemasangan IV line dengan infus NaCL 0,9% 500 cc/24 jam, IVFD NaCL 0,9% 500 cc/24
jam, Injeksi Furosemide 1 amp (IV). Berdasarkan kepustakaan didapatkan bahwa pasien CHF
hasus mendapat standar pengobatan sebagai berikut.
1. Inhibitor enzim pengkonversi angiotensin (ACE-I) mis. Captopril
2. Beta Blocker mis.bisoprolol
3. Diuretikmis. Furosemid
4. Glikosida jantung mis. digoksin.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Myrtha R. Patofisiologi sindroma koroner akut. Dalam: Cermin Dunia Kedokteran. Vol.
39. No.4; 2012. p:261-4.
2. Alwi I. Infark miokard akut dengan elevasi ST. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid II. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p:1741-54.
3. Hamm C, Heeschen C, Falk E, Fox Keith A. Acute coronary syndromes:
pathophysiology, diagnosis and risk stratification in European society textbook of
cardiovascular medicine. 1st edition. Blackwell Publishing, 2011. p333-60.
4. By Kristen J. Overbaugh, MSN, RN, APRN-BC. Acute Coronary Syndrome. American
Journal.2010; 109(3): p.89-95.
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI). Konsensus pedoman
tatalaksana sindrom koroner akut. Jakarta: PERKI; 2010.