Anda di halaman 1dari 10

Tugas Pancasila

PELANGGARAN NILAI PANCASILA

PADA KASUS MUNIR TAHUN 2004

OLEH

NAMA: NOVIYANTI KAI

NIM: 821416025

KELAS: A-S1 FARMASI 2016

JURUSAN FARMASI

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2016
KASUS PELANGGARAN SILA-SILA PANCASILA
KASUS MUNIR TAHUN 2004

A. KRONOLOGI
Munir Said Thalib, pejuang HAM Indonesia,12 tahun silam tewas
diracun arsenik dalam perjalanannya menuju Amsterdam dari Jakarta.
Berbagai kemungkinan pihak dibalik pembunuhan sampai saat ini
belumlah terungkap sepenuhnya. Aksi-aksi perjuangan pendiri KontraS
(Komosi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan) ini, Munir, menjadi
musuh berbahaya bagi lawan-lawannya.
Kebencian para penguasa orde baru terhadap gerakan human
right Munir sangatlah beralasan. Mereka [penguasa] yang telah
semena-mena menindas, membunuh, dan membantai rakyat kecil
mendapat perlawanan keras dari Munir. Munir tanpa lelah terus
mencari fakta dan realita untuk mengungkap kasus-kasus pembantaian
orang dan rakyat yang tidak berdosa. Meskipun dirinya dan
keluarganya menerima berbagai ancamam pembunuhan, Munir tetap
melangkahkan perjuangannya dengan darah jadi taruhannya.
Kematian Munir di pesawat Garuda pada 7 September 2004,
menjadi kemenangan terbesar para penjahat kemanusiaan di negeri ini.
Ada begitu banyak deretan nama-nama penguasa Orde Baru yang
masih berkeliaran bebas di negeri ini. Tidak hanya berkeliaran, bahkan
tidak sedikit dari mereka menjadi pahlawan yang dinantikan oleh
masyarakat kita yang masih melek realitas.
Kronologis Pengadilan Munir
Pollycarpus, Sang Pilot Garuda
Orang pertama yang menjadi tersangka pertama pembunuhan
Munir (dan akhirnya terpidana) adalah Pollycarpus Budihari Priyanto.
Selama persidangan, terungkap bahwa pada 7 September 2004,
seharusnya Pollycarpus sedang cuti. Lalu ia membuat surat tugas palsu
dan mengikuti penerbangan Munir ke Amsterdam. Aksi pembunuhan
Munir semakin terkuak tatkala Pollycarpus meminta Munir agar
berpindah tempat duduk dengannya. Sebelum pembunuhan Munir,
Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon
yang terdaftar oleh agen intelijen senior. Dan pada akhirnya, 20
Desember 2005 Pollycarpus BP dijatuhi vonis 20 tahun hukuman
penjara.
Meskipun sampai saat ini, Pollycarpus tidak mengakui dirinya sebagai
pembunuh Munir, berbagai alat bukti dan skenario pemalsuan surat
tugas dan hal-hal yang janggal, membuktikan Pollycarpus adalah pihak
yang telah menghabiskan nyawa pahlawan HAM Indonesia. Namun,
timbul pertanyaan, untuk apa Pollycarpus membunuh Munir?? Apakah
dia bermusuhan atau bertengkar dengan Munir?? Tidak ada historis
yang menggambarkan hubungan mereka berdua.
Muchdi PR, Sang Agen Intelijen
Selidik demi selidik, akhirnya terungkap nomor yang pernah
menghubungi Pollycarpus dari agen Intelinjen Senior adalah seorang
mantan petinggi TNI, yakni Mayor Jenderal (Purn) Muchdi
Purwoprandjono. Mayjen (Purn) Muchdi PR pernah menduduki jabatan
sebagai Komandan Koppassus TNI Angkatan Darat yang ditinggali
Prabowo Subianto (pendiri Partai Gerindra). Selain itu, ia juga pernah
menjabat sebagai Deputi Badan Intelijen Indonesia (CIA-nya Indonesia)
Muchdi PR ditangkap pada 6 Juni 2008. Lalu ia disidangkan di
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan pada awal Desember 2008,
jaksa penuntut umum (JPU) kasus pembunuhan Munir menuntut
Muchdi PR dihukum 15 tahun penjara. Muchdi PR terbukti
menganjurkan dan memberikan sarana kepada terpidana Pollycarpus
Budihari Priyanto untuk membunuh Munir.
Jaksa juga memaparkan sejumlah fakta yang terungkap dari
keterangan saksi, barang bukti, dan keterangan terdakwa selama 17
kali sidang. Di antaranya adalah surat dari Badan Intelijen Negara yang
ditujukan kepada Garuda Indonesia pada Juni 2004 yang
merekomendasikan Pollycarpus sebagai petugas aviation security. [hal
aneh, mengapa BIN ikut campur urusan bisnis Garuda hingga
merekomendasi Pollycarpus untuk ikut terbang bersama Munir]
Budi Santoso [sebagai saksi] yang menyatakan pernah
mendengar Pollycarpus disuruh Muchdi membunuh Munir. Jaksa juga
menunjuk bukti transaksi panggilan dari nomor telepon yang diduga
milik Pollycarpus ke nomor yang diduga milik Muchdi, atau sebaliknya,
yang tercatat dalam call data record. Selain itu, dalam persidangan
Muchdi PR memberikan keterangan berubah-ubah dan beberapa kali
bertindak tidak sopan.
Usaha para jaksa membongkar kasus pembunuhan dan menuntut
pelaku pembunuh kandas ditangan majelis hakim PN Jakarta Selatan
yang diketuai Suharto. Tanggal 31 Desember 2008, majelis hakim
menvonis bebas Muchdi Pr atas keterlibatannya dalam pembunuhan
aktivis HAM Munir. Kurangkah bukti di pengadilan? Ataukah ada
rupiah atau ancaman yang diterima oleh para penegak hukum di
institusi peradilan kita??? Inilah keputusan yang adil bagi perjuangan
keadilan dan hak asasi manusia, tatkala Pollycarpus BP terbukti
membunuh atas bimbingan BIN dan telah divonis 20 tahun penjara?
Langkah Hukum
Meski ditengah krisis kepercayaan institusi hukum di negeri ini,
pihak berwajib harus mengajukan kasasi ke lembaga hukum lebih tinggi
atas putusan bebas tersebut. Karena jika putusan bebas, dapatkah kita
mencari dalang pembunuh sebenarnya?
Menurut saya, yang pasti Pollycarpus hanyalah alat yang digunakan
oleh pihak penguasa, dalam hal ini mantan terdakwa Muchdi PR. Disisi
lain, saya melihat bahwa Muchdi PR bukanlah satu-satunya orang
dibalik pembunuhan Munir. Saya berkeyakinan bahwa Muchdi PR
hanyalah rekanan dari penguasa lain yang menginginkan agar Munir
dieksekusi. Siapakah itu?
Untuk menelusuri hal tersebut, saya akan berusaha mencari referensi
kasus-kasus besar dan penting yang ditangani oleh Munir, terutama
kasus pelanggaran HAM yang dilakukan pihak penguasa Orde Baru.
Ada beberapa kasus penting yang pernah ditangani oleh (alm) Munir
yang memungkinkan [menurut opini saya] mereka/pihak yang
berseberangan dengan Munir memiliki niat untuk menghabisi nyawa
Munir. Dan kita tahu bahwa, banyak saksi, pembela, jaksa dinegeri ini
ditindas, diancam bahkan dibunuh oleh para tersangka penjahat,
perampok,pembunuh. Sebut saja, hakim Agung, M. Syafiuddin
Kartasasmita, yang dibunuh atas perintah Tommy Soeharto, karena
sedang mengadili kasus korupsinya.
Usaha Mencari Induk Semang Penculikan
Kita tahu bahwa mereka yang berjuang melawan pemerintah yang
tiran di zaman orde baru akan dihilangkan [dihabisi]. Dari tahun 1997-
1998, tercatat minimal ada 24 orang aktivis dan mahasiswa yang
ditangkap oleh pasukan khusus era Soeharto hingga saat ini
dinyatakan hilang [dihilangkan oleh penguasa]. Jika di era 80-an dan
awal 90-an dikenal Petrus, maka menjelang kerusuhan Mei 1998, untuk
membendung aksi anti-pemerintah Soeharto, maka Soeharto pun
menyiapkan keamanan yang lebih khusus.
Institusi Penculikan
Belajar dari pengalaman masa lalu, duga-dugaan kita akan
semakin mengerucut pada beberapa tokoh dibalik peristiwa
pelanggaran HAM di tahun 1997-1998. Petinggi-petinggi yang
menguasai tampuk kekuasaan yang memungkinkan melakukan
agresi pada rakyat kecil, adalah MILITER. Siapakah petinggi militer
yang berpotensi sebagai tersangka penculikan, pembunuhan?
Hanya ada beberapa yang sangat berpontensi yakni Kopassus ataupun
Kostrad. Hanya ada 2 kemungkinan yang sangat menonjol : Komando
Pasukan Khusus atau Komando Strategis Angkatan Darat. Di era
Soeharto, hierarki Kopassus dan Kostrad bisa langsung dibisikkan
oleh Presiden, tanpa bersungkem kepada Pangab yang dijabat
Jendral Wiranto.
Dan sudah menjadi rahasia umum, bahwa institusi yang
bertanggung jawab langsung atas penculikan para aktivis dan
mahasiswa yang vokal pada saat itu adalah TIM MAWAR, suatu tim
khusus yang dibentuk oleh KOPASSUS yang dipimpin oleh Letnan
Jendral Prabowo Subianto, Sang menantu Soeharto pada saat iu.
Sedangkan yang bertanggungjawab mengendalikan aksi demonstrasi
Mahasiswa pada Mei 1998 salah satunya adalah campur tangan satuan
Kostrad yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Muchdi PR. Setelah
Prabowo dicopot dari Kopassus, maka posisi ini akhirnya dipegang oleh
Muchdi PR.
B. PELANGGARAN NILAI SILA PANCASILA

Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa


Dari kronologi diatas, jelas bahwa apa yang terjadi pada Munir
Said Thalib adalah sebuah pelanggaran besar terutama disila
pertama ini. Hal ini dikarenakan, menghilangkan nyawa seseorang
adalah sebuah dosa yang besar. Seorang manusia memiliki hak
untuk hidup, bernafas dan menjalani kehidupannya sebagaimana
biasanya. Tidak ada seorang pun yang mau kehilangan nyawanya
dengan sia-sia. Apalagi jika seseorang tersebut adalah pembela
rakyat. Sebagaimana diketahui Munir Said Thalib ini adalah
seorang aktivis pembela HAM di Indonesia. Telah banyak kasus-
kasus pelanggaran HAM yang telah berhasil diselesaikannya.
Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Manusia yang adil dan beradab itu adalah manusia yang
mampu menyeimbangkan antara kepentingan umum dan
kepentingan pribadi. Harus mampu menyeimbangkan antara hati
nurani dan keinginan. Selain itu, manusia yang mampu dan selalu
memikirkan tentang orang lain pastinya memiliki adab yang baik.
Kasus Munir adalah contoh bagaimana perilaku seorang yang lebih
mementingkan kebutuhan pribadi dibanding kepentingan umum.
Hak yang di langgar dalam kasus munir yaitu hak untuk hidup.Dari
kronologi yang ada, jelas bahwa ini bukanlah kasus pembunuhan
yang tidak disengaja. Seseorang melakukan suatu pembunuhan
pasti ada maksud dan tujuan tertentu. Banyak orang yang terlibat
dalam kejadian itu. Orang pertama yang menjadi tersangka
pertama pembunuhan Munir (dan akhirnya terpidana) adalah
Pollycarpus Budihari Priyanto. Selama persidangan, terungkap
bahwa pada 7 September 2004, seharusnya Pollycarpus sedang
cuti. Lalu ia membuat surat tugas palsu dan mengikuti penerbangan
Munir ke Amsterdam. Aksi pembunuhan Munir semakin terkuak
tatkala Pollycarpus meminta Munir agar berpindah tempat duduk
dengannya. Sebelum pembunuhan Munir, Pollycarpus menerima
beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh
agen intelijen senior. Berdasarkan riwayat, Munir dan seorang pilot
yang menjadi tersangka atas pembunuhannya Pollycarpus Budihari
Priyanto, mereka tidak memiliki hubungan khusus, dan dari gerak-
geriknya sebelum akhirnya Munir tewas sangatlah mencurigakan.
Memang dialah yang meracuni Munir, tapi dalang atau otak dari
kasus ini sangatlah jelas bahwa bukan dia. Pada dasarnya
siapapun tidak dapat memutuskan untuk menghilangkan nyawa
seseorang, hanya karena dalam keadaan mendesak dan tertekan
tidak ada pilihan lain baginya untuk tetap merasa aman. Akhirnya
dipililah jalan ini. Namun, pelanggaran tetaplah pelanggaran.
Seseorang haruslah dihukum jika melakukan suatu pelanggaran,
kerena Indonesia adalah negara hukum.
Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
Jika seorang mampu membunuh orang lain maka itu
merupakan suatu pertanda bahwa sudah tidak adanya lagi rasa
persatuan didalam dirinya. Dengan melakukan pembunuhan
terhadap Munir, maka Pollycarpus telah melanggar sila yang ketiga.
Selain itu, Pollycarpus juga telah menghilangkan nyawa seorang
pahlawan HAM yang seharusnya dilindungi dan dibantu dalam
penyelesaian setiap masalahnya dalam menyelesaikan setiap
kasus.

C. SOLUSI
Sebagai seorang manusia, memanglah sulit untuk terhindar
dari kesalahan karena hal itu merupakan ciri khas dari manusia.
Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki
kesalahan tersebut. Namun dengan segala konsekuensinya
keadaan pun akan berubah dan hal itu jelas merupakan hal yang
tidak diinginkan atau pun tidak akan pernah terbayangkan
sebelumnya. Hanya dengan alasan inilah seseorang mampu
menghabisi nyawa orang lain.
Meskipun pelaku utama kasus ini sudah diketahui, namun
untuk membunuh seseorang itu tidaklah mudah jika tidak dengan
alasan yang mengancam. Dan dari segala aspek sudah tercium
adanya kecurigaan bahwa Pollycarpus bukanlah pelaku utama.
Pollycarpus hanya sebagai perpanjangan tangan dari seseorang
yang tidak ingin diketahui identitasnya karena dapat merusak
citranya dan orang itu sudah tentu orang yang memilki kuasa dan
relasi yang cukup banyak.
Seharusnya Pollycarpus menyadari ini, kenapa? Karena jika ia
sadar, maka Munir Said Thalib tidak akan tewas terbunuh dan
semua penjahat HAM akan tertangkap. Termasuk orang-orang
yang merasa dirinyalah yang paling besar dan berkuasa pun
sehingga mereka bertindak semena-mena dan menjadi penjahat
HAM kelas kakap. Orang-orang seperti inilah yang paling
berbahaya dan mengancam hidup para pahlawan seperti Munir.
Kemampuannya memecahkan beberapa persoalan pelanggaran
HAM membuat orang-orang besar ini takut. Semua kejahatannya
akan diketahui dan sudah tentu ia akan kehilangan kekuasaan,
kekayaan dan segala kemewahan yang dimilikinya sekarang ini.
Ditambah lagi jika mana ia masih akan dihukum. Untuk itulah jalan
keluar yang terbaik bagi mereka adalah membinasakan barang
bukti serta saksi termasuk didalamnya orang yang ingin mencari
tau tentang semua kejahatan yang mereka lakukan.
Kasus Munir merupakan contoh lemahnya penegakan HAM di
Indonesia. Kasus Munir juga merupakan hasil dari sisa-sisa
pemerintahan orde baru yang saat itu lebih bersifat otoriter.
Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran untuk bangsa
ini agar meninggalkan cara-cara yang bersifat otoriter k arena
setiap manusia atau warga Negara memiliki hak untuk memperoleh
kebenaran, hak hidup, hak memperoleh keadilan, dan hak atas
rasa aman. Sedangkan bangsa Indonesia saat ini memiliki sistem
pemerintahan demokrasi yang seharusnya menjunjung tinggi HAM
seluruh masyarakat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai