Anda di halaman 1dari 6

Kajian Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Puskesmas

Mekarmukti Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi Tahun 2014


Gustanti Listyani, Zulkifli Djunaidi
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

gustantilistyani@yahoo.co.id

Abstrak
Fasilitas kesehatan dasar seperti puskesmas dengan unit unit kerja yang terdapat di Puskesmas Mekarmukti
mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit akibat kerja (PAK). Pada tiga unit kerja yang dilakukan penelitian di
temukan beberapa risiko yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum saat melakukan
tindakan, terjatuh, terbakar maupun kebakaran dan bahaya radiasi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
observational kuantitatif dengan penilaian menggunakan metode pendekatan AS/NZS 4360:2004. Untuk
mengurangi bahaya dan risiko K3 pada ketiga unit kerja yang diasumsikan berisiko tinggi di Puskesmas
Mekarmukti SOP yang ada belum cukup untuk mengurangi bahaya dan risiko yang ada. Sehingga di perlukan
komitmen bersama antara kepala puskesmas dan seluruh staf puskesmas untuk melaksanakan K3 di Puskesmas
Mekarmukti.

Kata Kunci: Analisis; PAK; Risiko

Abstract
Basic health facilities such as Puskesmas with the unit - unit of work contained in Puskesmas Mekarmukti have
a high risk of occupational diseases ( PAK ) . In three units of work done research found some risks that can
lead to workplace accidents such as needle stick while doing the action , falls, fires and burns and radiation
hazards due to the protective apron or radiographer currently insufficient action to provide maximum protection
from radiation hazards . This study used a observational kuantitatif study design with assessment approach AS /
NZS 4360:2004 . To reduce the risk of K3 at the work unit in Puskesmas Mekarmukti not only by the
availability of SOPs any action yet in need of supervision and support as well apart from Dinas Kesehatan
Kabupaten Bekasi. Because K3 program in Puskesmas only focus on the health and protection of workers
outside the health workers which industry sector workers , but for workers or health workers will not be a top
priority so in need of increased training in conducting any activity in high-risk in Puskesmas on safety and
health employment .

Keyword: Analysis; Occupational Deases; Risk

Pendahuluan
Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya merupakan tempat kerja berisiko tinggi terhadap
keselamatan dan kesehatan petugas. Oleh karena itu di terapkannya keselamatan dan
kesehatan kerja di puskesmas dalam rangka memberikan perlindungan bagi petugas
puskesmas (Kemenkes RI, 2010).

Data dan fakta lain yang di dapatkan dari literature Departemen Kesehatan RI tahun 2009
secara global WHO menetapkan 2 juta pekerja terpajan virus hepatitis B, 0.9 juta pekerja
terpajan virus hepatitis C 170.000 terpanjan virus HIV/AIDS, 8.12 % pekerja rumah sakit

Hubungan Tingkat..., Christy Abigail, FK UI, 2014


sensitif terhadap lateks (bahan yang biasa digunakan untuk sarung tangan). Kasus lainnya di
USA yang tercatat per tahunnya terdapat 5000 petugas kesehatan terinfeksi Hepatitis B, dan
setiap tahun 600.000 1.000.000 luka karena tertusuk jarum suntik.

Untuk kasus di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 31 petugas kesehatan di RSUD Dr.
Sutomo Surabaya tertusuk jarum suntik, pada tahun 2011 sebanyak 9 orang dan 10 orang
pada tahun 2012.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuli (2011) pada petugas radiographer di 4 Rumah Sakit Kota
Semarang, mayoritas radiographer tidak patuh meggunakan APD dalam bekerja, dan
menggunakan APD apabila ada pengawasan dari tim K3. Radiographer juga merasa
keberatan bila harus menggunakan handscone ataupun masker saat bekerja.

Berdasarkan penelitian Mauliku (2011) tidak semua karyawan RS. Imanuel Bandung
melakukan pemeriksaan kesehatan berkala, hanya sebagian saja yang melakukannya dan
belum adanya imunisasi hepatitis B bagi karyawan. Penyimpanan bahan kimia yang tidak
dilengkapi MSDS serta karyawan rumah sakit membuang sampah tidak sesuai pada
tempatnya sehingga dapat menimbulkan kejadian kecelakaan kerja.

Rahayuningsih (2011) pemeriksaan kesehatan secara berkala dan vaksinasi hepatitis B pada
petugas UGD RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta sudah dilakukan dengan sangat baik
serta upaya penerapan pencegahan bahaya dan kecelakaan kerja sudah diterapkan dengan
sangat baik walaupun belum diadakan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja di UGD.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada bulan Februari 2014, ditemukan perilaku
yang tidak aman di puskesmas mekarmukti yang di lakukan oleh petugas kesehatan pada saat
bekerja, seperti tidak menggunakan sarung tangan pada saat menyuntikkan obat ke pasien,
tidak mencuci tangan baik sebelum maupun sesudah tindakan, tidak membuang bekas jarum
infus ke tempat sampah khusus, dan tidak menggunakan sarung tangan pada saat meracik
obat puyer. Kondisi tersebut sangat berisiko menimbulkan bahaya bagi keselamatan dan
kesehatan pada petugas kesehatan. Didukung dengan berbagai data statistic kecelakaan dan
teori kesehatan, maka penelitian ini di perlukan analisis untuk mengetahui factor risiko apa
saja yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja di Unit Kerja Puskesmas Mekarmukti
pada Tahun 2014.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai risiko K3 pada tahapan pekerjaan yang
dilakukan di Puskesmas Mekarmukti pada tahun 2014.

Hubungan Tingkat..., Christy Abigail, FK UI, 2014


Manfaat penelitian ini menjadi sarana belajar dan mengaplikasikan ilmu yang di dapat selama
kuliah. Pengetahuan yang didapatkan dari penelitian dapat dijadikan pedoman dalam
melaksanakan tugas atau pekerjaan lapangan.

Tinjauan Teoritis

Menurut WHO (2004), kegiatan fasilitas pelayanan kesehatan harus diupayakan dapat
mencegah risiko kesehatan pada petugas kesehatan dan masyarakat. Oleh karena itu program
keselamatan dan kesehatan kerja wajib di selenggarakan di setiap tempat kerja termasuk
puskesmas, karena puskesmas merupakan tempat kerja dengan banyak risiko keselamatan
dan kesehatan kerja yang berasal dari pasien, pengunjung, proses kerja dan alat kerja.

Menurut WHO perawat merupakan kelompok yang berisiko mengalami cedera, angka cedera
tahunan mencapai 10 20 orang per 1000 petugas, sedangkan tenaga kebersihan mencapai
180 orang per 1000 pekerja. Sebagian besar cedera okupasional adalah terkilir dan
ketegangan otot. Pegal akibat kelelahan bekerja, jumlah yang bermakna berasal dari luka
teriris dan tertusuk limbah medis tajam (Kemenkes, 2012).

Pelayanan di unit gawat darurat adalah pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang harus
diberikan secepatnya untuk mengurangi risiko kematian/ cacat, tanpa memperhitungkan
jumlah kunjungan dan pelayanan yang diberikan kepada peserta atau anggota keluarganya
(Depkes, 2007).

Suatu unit gawat darurat harus mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi kepada
masyarakat dengan problem medis akut, diantaranya adalah:

Melakukan rujukan
Mencegah kematian dan cacat
Menanggulangi korban bencana

Unit gawat darurat di puskesmas melakukan hal hal tersebut dibawah ini:

1. Melakukan resistusi dan life support


2. Melakukan rujukan penderita penderita gawat darurat sesuai dengan kemampuan
3. Menampung dan menanggulangi korban bencana

Hubungan Tingkat..., Christy Abigail, FK UI, 2014


4. Melakukan komunikasi dengan pusat komunikasi dan rumah sakit rujukan
5. Menanggulangi false emergency baik medical dan surgical

Keselamatan radiasi pengion di bidang medic yang selanjutnya di sebut keselamatan radiasi
adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pasien, pekerja, anggota masyarakat dan
lingkungan hidup dari bahaya radiasi. Radiasi pengion adalah gelombang elektromagnetik
dan partikel bermuatan yang karena energy yang di milikinya mampu mengionisasi media
yang dilaluinya (BAPETEN, 2011).

Proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang
merusak akibat paparan radiasi. Paparan radiasi adalah penyinaran radiasi yang diterima oleh
manusia atau materi, baik di sengaja atau tidak, yang berasal dari radiasi interna maupun
externa. Paparan kerja adalah paparan yang diterima oleh pekerja radiasi. Sedangkan paparan
potensial adalah adalah paparan yang tidak diharapkan atau di perkirakan tetapi mempunyai
kemungkinan terjadi akibat kecelakaan sumber atau karena suatu kejadian / rangkaian
kejadian yang mungkin terjadi termasuk kegagalan peralatan / kesalahan operasional
(BAPETEN, 2011).

Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan


dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan yang bukan berasal dari
manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor
yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap
kesehatan perorangan dan masyarakat.

Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk dua jenis, yaitu:


1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien.
2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.
Contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium:
1. Terpeleset, biasanya karena lantai licin
Akibat:
- Ringan mengakibatkan memar
- Berat akan mengakibatkan fraktura, dislokasi
Pencegahan:
- Pakai sepatu anti slip
- Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar

Hubungan Tingkat..., Christy Abigail, FK UI, 2014


- Hati hati bila berjalan pada lantai yang sedang di pel atau tidak rata
konstruksinya
- Pemeliharaan lantai dan tangga
2. Mengambil sampel darah atau cairan tubuh lainnya
Akibat:
- Tertusuk jarum suntik
- Tertular virus AIDS, Hepatitis B
Pencegahan:
- Gunakan alat suntik sekali pakai
- Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai tapi
langsung di buang ketempat yang telah di sediakan (sebaiknya gunakan destruction
clip)
- Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup
3. Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor)
Akibat:
- Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat bahkan
kematian
- Timbul keracunan akibat kurang hati hati
Pencegahan:
- Konstruksi bangunan yang tahan api
- System penyimpanan yang baik terhadap bahan bahan yang mudah terbakar
- Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
- System tanda kebakaran
- Jalan untuk menyelamatkan diri
- Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran
- Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observational kuantitatif dengan penilaian
metode pendekatan AS/NZS 4360 :2004 tentang Risk Manajemen. Metode yang digunakan
untuk penilaian risiko adalah semi kuantitatif untuk menentukan tingkat risiko K3 dalam
tahapan pekerjaan di unit kerja yang ada di Puskesmas Mekarmukti. Untuk mengidentifikasi
bahaya dan risiko K3 di gunakan metode JHA (Job Hazard Analysis) untuk mendapatkan
informasi yang lebih dalam.

Hubungan Tingkat..., Christy Abigail, FK UI, 2014


Informan penelitian ini adalah karyawan puskesmas yang bekerja di unit kerja yang ada di
Puskesmas Mekarmukti.

Unit analisis yaitu tempat di Puskesmas Mekarmukti yang diasumsikan mempunyai risiko
keselamatan dan kesehatan kerja paling tinggi pada studi ini, maka diambil tiga unit kerja
yaitu: Unit Gawat Darurat (UGD), Laboratorium, dan Radiologi.

Data primer di ambil dengan cara observasi dan wawancara kepada petugas yang bekerja di
UGD, Unit Kerja Laboratorium dan Unit Kerja Radiologi. Serta di validasi dengan kroscek
kepada pimpinan puskesmas dalam hal ini diwakili oleh dokter pelaksana yang telah
mendapatkan pelatihan Hyperkes sehubungan dengan proses kerja dan pengetahuan
karyawan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. Selanjutnya dilakukan
pengambilan gambar pada proses kerja dengan menggunakan kamera.

Data sekunder digunakan untuk melengkapi data data yang ada, yaitu data yang berasal dari
Puskesmas Mekarmukti yang meliputi, profil Puskesmas Mekarmukti, SOP yang tersedia di
Puskesmas Mekarmukti dan data lain yang dapat mendukung pada penelitian ini. Semua data
tersebut diatas akan dapat mendukung dalam penilaian probabilitas, exposure, dan
consequence tingkat risiko.

Instrumen yang di gunakan pada saat pengambilan data yaitu dengan menggunakan:

Pedoman wawancara
Form JHA (Job Hazard Analysis)
Kamera
Alat perekam suara

Cara pengolahan data yaitu pada tahap awal data wawancara dicatat langsung oleh peneliti
sambil dilakukan perekaman dengan ijin responden. Setelah data dikumpulkan dan lengkap,
maka dilakukan secara manual yang berdasarkan hasil observasi, wawancara dan data
pendukung lainnya. Kemudian dihitung dengan menggunakan analisa semi kuantitatif.

Langkah awal yang dilakukan pada saat analisis data yaitu identifikasi bahaya dan risiko K3
yang ada di dalam tahapan kerja dengan menggunakan metode analisis risiko dengan cara
wawancara, observasi dan JHA (Job Hazard Analysis) dan kemudian analisis data dengan
menggunakan standar AS/NZS 4360:2004 dan penilaian risiko dengan menggunakan tabel
penilaian risiko W.T.Fine.

Hubungan Tingkat..., Christy Abigail, FK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai