4/Ags-Nov/2014
PENCEMARAN NAMA BAIK DALAM KUHP tergolong dalam Pasa1 310 ayat (1) KUHP.
DAN MENURUT UU NO. 11 TAHUN 2008 Namun, apabila unsur-unsur tersebut
TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI dilakukan dengan surat atau gambar yang
ELEKTRONIK1 disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan
Oleh: Reydi Vridell Awawangi2 (menista dengan surat), maka pelaku dapat
dijerat atau terkena sanksi hukum Pasal 310
ABSTRAK ayat (2) KUHP. Kedua, dengan
Setiap orang memiliki rasa harga diri menggunakan pasal-pasal KUHP untuk
mengenai kehormatan dan rasa harga diri menjerat pelaku Pencemaran Nama Baik
mengenai nama baik. Tindak pidana melalui internet, oleh sebagian ahli hukum
penghinaan (beleediging) yang dibentuk dinyatakan KUHP tak dapat diterapkan,
oleh pembentuk undang-undang, baik yang namun sebagian ahli hukum lain
bersifat umum, maupun yang bersifat menganggapnya KUHP dapat
khusus, ditujukan untuk memberi menjangkaunya. Mahkamah Konstitusi
perlindungan bagi kepentingan hukum ketika memberikan putusan terhadap
mengenai rasa semacam ini. Tentang tindak permohonan judicial review Pasal 27 ayat 3
pidana penghinaan (pencemaran nama UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi
baik), ada yang merupakan penghinaan dan Transaksi Elektronik, dalam
umum dan ada penghinaan khusus yang pertimbangan hukumnya menyatakan:
diatur dalam KUHP. Sementara penghinaan secara harfiah bahwa unsur di muka umum,
khusus diluar KUHP yang kini terdapat diketahui umum, atau disiarkan dalam Pasal
dalam perundang-undangan kita, ialah 310 ayat (2) KUHP tidak dapat diterapkan
penghinaan khusus (pencemaran nama dalam dunia maya, sehingga memerlukan
baik) dalam Undang-Undang No. 11 Tahun unsur ekstensif yaitu mendistribusikan
2008 tentang Informasi dan Transaksi dan/atau mentransmisikan, dan/atau
Elektronik. Penelitian ini merupakan suatu membuat dapat diaksesnya informasi
penelitian yuridis normatif. Sebagai suatu elektronik dan/atau dokumen elektronik
penelitian yuridis normatif, maka penelitian yang memiliki muatan penghinaan dan/
ini berbasis pada analisis terhadap norma atau Pencemaran Nama Baik. Kaidah
hukum, dengan demikian obyek yang hukum Pencemaran Nama Baik itu tak
dianalisis yaitu norma hukum, baik dalam hanya diakomodir oleh KUHP tapi juga
peraturan perundang-undangan maupun produk hukum di luar KUHP yang juga
yang sudah secara konkrit ditetapkan oleh menerapkan sanksi pidana, di mana produk
hakim dalam kasus-kasus yang diputuskan hukum itu adalah UU No. 11 Tahun 2008
di pengadilan. Hasil penelitian tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
menunjukkan tentang bagaimana bentuk Dari hasil penelitian dapat ditarik
pencemaran nama baik menurut KUHP kesimpulan dalam peraturan perundang-
serta bagaimana bentuk pencemaran nama undangan di Indonesia, pencemaran nama
baik dalam dunia internet menurutUU No. baik (penghinaan) diatur dan dirumuskan
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan dalam Pasal 310 KUHP. Di dalam KUHP
Transaksi Elektronik. Pertama, Pencemaran mengenai penghinaan dan Pencemaran
Nama Baik hanya diucapkan (menista Nama Baik diberikan definisinya, sedangkan
dengan lisan), maka perbuatan itu UU ITE hanya menyebut penghinaan tanpa
menjelaskannya, sehingga pasal ini dapat
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Henry R. Ch. menimbulkan ketidakpastian hukum.
Memah, SH, MH; Toar N. Palilingan, SH, MH; Eske N.
Worang, SH, MH
2
NIM. 100711048. Mahasiswa pada Fakultas
Hukum Unsrat
112
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014
113
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014
114
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014
Dengan demikian, orang yang nama baik dan bukan kehormatan dalam
menyampaikan informasi, secara lisan pengertian seksualitas. Perbuatan yang
ataupun tertulis diberi kesempatan untuk menyinggung ranah seksualitas termasuk
membuktikan bahwa tujuannya itu benar. kejahatan kesusilaan dalam Pasal 281-303
Kalau tidak bisa membuktikan KUHP Penghinaan dalam KUHP terdiri dari
kebenarannya, itu namanya penistaan atau pencemaran atau pencemaran tertulis
fitnah. (Pasal 310), fitnah (Pasal 311), penghinaan
Berdasarkan rumusan pasal di atas ringan (Pasal 315), mengadu dengan cara
dapat dikemukakan bahwa pencemaran memfitnah (Pasal 317) dan tuduhan dengan
nama baik bisa dituntut dengan Pasal 310 cara memfitnah (Pasa1318).5
ayat (1) KUHP, apabila perbuatan tersebut
harus dilakukan dengan cara sedemikian 2. Memfitnah -- Laster [Pasal
rupa, sehingga dalam perbuatannya terselip 311 ayat (1) KUHP]
tuduhan, seolah-olah orang yang Pasal 311 ayat (1) KUHP
dicemarkan (dihina) itu telah melakukan berbunyi:
perbuatan tertentu, dengan maksud agar "Barangsiapa melakukan kejahatan
tuduhan itu tersiar (diketahui oleh orang menista atau menista dengan tulisan,
banyak). Perbuatan yang dituduhkan itu dalam hal ia diizinkan untuk
tidak perlu perbuatan yang menyangkut membuktikan dan jika tuduhan itu
tindak pidana (menipu, menggelapkan, dilakukannya sedang diketahuinya tidak
berzina dan sebagainya), melainkan cukup benar, dihukum karena salah memfitnah
dengan perbuatan biasa seperti melacur di dengan hukuman penjara selama-
rumah. pelacuran. Meskipun perbuatan lamanya empat tahun."
melacur tidak merupakan tindak pidana,
tetapi cukup memalukan pada orang yang Jika kita bandingkan antara kejahatan
bersangkutan apabila hal tersebut memfitnah (laster) dan kejahatan menista
diumumkan. Tuduhan itu harus dilakukan (smaad) atau penghinaan/Pencemaran
dengan lisan, karena apabila dilakukan Nama Baik, maka perbedaan itu terletak
dengan tulisan atau gambar, maka dari ancaman hukumannya. Namun
perbuatan tersebut digolongkan demikian, pada intinya, kejahatan
pencemaran tertulis dan dikenakan Pasal memfitnah ini juga merupakan kejahatan
310 ayat (2) KUHP.4 Kejahatan pencemaran Pencemaran Nama Baik. Hanya saja,
nama baik ini juga tidak perlu dilakukan di memfitnah ini mempunyai unsur-unsur
muka umum, cukup apabila dapat yang lain.
dibuktikan bahwa terdakwa mempunyai Unsur-unsur memfitnah, yaitu:6
maksud untuk menyiarkan tuduhan 1) Seseorang melakukan kejahatan menista
tersebut. (smaad) atau menista dengan tulisan.
Pencemaran nama baik (menista) 2) Apabila orang yang melakukan kejahatan
sebenarnya merupakan bagian dari bentuk itu "diberikan kesempatan untuk
penghinaan yang diatur dalam Bab XVI membuktikan kebenaran dari
KUHP. Pengertian "penghinaan" dapat tuduhannya itu", dan bila
ditelusuri dari kata "menghina" yang berarti 3) setelah diberikan kesempatan tersebut,
"menyerang kehormatan dan nama baik ia tidak dapat membuktikan
seseorang". Korban penghinaan tersebut
biasanya merasa malu, sedangkan 5
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum
kehormatan di sini hanya menyangkut Pidana (KUHP) serta Komentar-komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, 1993,
hlm. 225.
4 6
Ibid, hlm. 331., Satochid. Op.Cit. hlm. 611.
115
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014
kebenarannya daripada tuduhannya itu, Maka, dalam hal ini tidak boleh
dan diadakannya pemeriksaan tentang benar
4) melakukan tuduhan itu dengan sengaja atau tidaknya soal perzinahan itu apabila
walaupun diketahuinya tidak benar. tidak diajukan pengaduan oleh pihak yang
Salah satu unsur daripada delik fitnah menderita (suami atau isteri yang
(lasterdelict) ini adalah bahwa kepada orang melakukan zina).7
yang melakukan kejahatan menista atau
menista dengan tulisan itu diberi 3. Penghinaan Ringan
kesempatan untuk membuktikan Penghinaan biasa atau penghinaan
kebenarannya daripada tuduhan yang ringan ini diatur dalam Pasal 315 KUHP.
dilancarkannya. Pengertiannya, jika penghinaan
Lantas, siapakah pihak yang memberikan (Pencemaran Nama Baik) itu dilakukan
kesempatan itu? Dalam hal ini adalah dengan jalan menuduh seseorang telah
hakim, dan hakimlah yang menentukan "melakukan suatu perbuatan", maka hal itu
apakah kepada si penuduh akan diberikan tergolong Pasal 310 dan 311 KUHP. Namun,
kesempatan itu atau tidak. Jadi, hakim apabila dengan jalan atau cara lain, seperti
bebas di dalam menentukan hal ini. misalnya mengumpat atau memaki-maki
Mengenai kapan hakim memberikan dengan kata-kata keji yang menurut
kesempatan ini? Jawaban atas pertanyaan pendapat umum dapat digolongkan sebagai
ini adalah pada Pasal 312 KUHP kata-kata penghinaan, maka hal ini
sebagaimana yang telah disebutkan di atas, tergolong memenuhi unsur Pasal 315 KUHP
yakni di ruang pengadilan. Meski demikian, yang disebut penghinaan ringan atau biasa.
perlu dipahami, bahwa kekuasaan hakim Pasal 315 KUHP berbunyi: "Tiap-tiap
untuk memberi kesempatan kepada si penghinaan dengan sengaja yang tidak
pelaku/penuduh itu untuk membuktikan bersifat mencemar atau mencemar dengan
kebenaran tuduhannya dibatasi. surat yang dilakukan terhadap seseorang,
Pernbaiasan kekuasaan tersebut telah baik di muka umum dengan lisan atau
dirumuskan dalam Pasal 313 KUHP, yang dengan surat, baik di muka orang itu sendiri
berbunyi: "Pembuktian yang dimaksudkan dengan lisan atau dengan perbuatan, atau
pada Pasal 312 tidak diizinkan, jika dengan surat yang dikirimkan atau
perbuatan yang dituduhkan itu hanya dapat diterimakan kepadanya, karena bersalah
dituntut karena pengaduan orang dan melakukan penghinaan ringan, dipidana
pengaduan itu tidak dimajukan." dengan pidana penjara selama-lamanya
Pengertian Pasal 313 KUHP ini adalah: empat bulan dua minggu atau dengan
kekuasaan hakim dibatasi sedemikian rupa, sebanyakbanyaknya empat ribu lima ratus
yaitu apabila perbuatan yang dituduhkan rupiah."
oleh si penuduh itu merupakan suatu Dari ketentuan Pasal 315 KUHP ini, maka
perbuatan yang hanya dapat dituntutjika unsur-unsur penghinaan ringan ini adalah:
terdapat pengaduan (klachtdelict) dan 1) setiap penghinaan yang dilakukan
belum terdapat pengaduan mengenai dengan sengaja;
perbuatan itu. Untuk memudahkan 2) penghinaan itu tidak boleh bersifat
pengertian di atas, maka diberikan contoh menista atau menista dengan surat
kasus ini: seseorang telah menyiarkan (smaad atau smaadschrift);
tuduhan bahwa orang lain telah melakukan 3) Dilihat dari cara perbuatan itu dilakukan,
perbuatan zina menurut Pasal 284 KUHP, yaitu dengan syarat salah satu atau
dengan keterangan bahwa disiarkannya semua jenis perbuatan ini dilakukan:
tuduhan itu karena ia membela
kepentingan umum dan membela diri. 7
R. Sugandhi, Op.Cit. hlm. 333.
116
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014
117
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014
118
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014
119
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014
persoalan hukum yang muncul akibat semua orang, seperti ke berbagai mailis dan
aktivitas di dunia maya. bukan hanya terbatas ke teman-teman.
Memang, kaidah hukum Pencemaran Akan tetapi, jika menyebarkan informasi
Nama Baik itu tak hanya diakomodir oleh yang dimilikinya hanya ke teman-teman
KUHP tapi juga produk hukum di luar KUHP sendiri, maka itu artinya ia memang
yang juga menerapkan sanksi pidana, di memiliki hak.
mana produk hukum itu adalah UU No. 11 Bagaimana jika ia hanya mem-forward
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi email atau meneruskan/ mendistribusikan
Elektronik. Oleh sebab itu, jika merujuk informasi yang didapat dari teman ke
pada putusan Mahkamah Konstitusi teman lainnya? Untuk kasus seperti ini,
sebagaimana disebutkan di atas, maka maka tanggungjawab distribusi hanya
dalam hal Pencemaran Nama Baik melalui sampai ke teman yang dikirimkannya saja.
internet, hukum yang digunakan untuk Dan, oleh karenanya, ia tidak dapat terjerat
menyelesaikannya adalah UU ITE, bukan pasal Pencemaran Nama Baik menurut UU
KUHP. ITE. Dengan demikian, pengertian distribusi
Melihat isi Pasal Pencemaran Nama Baik itu ada distribusi dalam artian luas atau
UU ITE sebagaimana yang disebutkan di hanya memberi informasi keteman-teman.
atas, maka agar dapat memenuhi syarat Kalau seseorang memang sengaja
Pencemaran Nama Baik, unsur-unsurnya menyebarkan informasi yang Dapat
adalah: mengandung pencemaran itu ke mailis A, B,
1) setiap orang; C dan mengirim ke semua orang, bukan
2) dengan sengaja; hanya teman, maka orang itu telah "tanpa
3) tanpa hak mendistribusikan dan/atau hak mendistribusikan" informasi bermuatan
mentransmisikan dan/ atau membuat pencemaran.
dapat diaksesnya informasi elektronik Pasal Pencemaran Nama Baik dalam UU
dan/ atau dokumen elektronik; ITE ini memang menimbulkan kontroversi.
4) memiliki muatan penghinaan dan/atau Bahkan, dinilai hal ini merupakan
Pencemaran Nama Baik. Yang kemunculan pasal karet atau
dimaksud unsur sengaja atau hatzaaiartikelen gaya baru. Dan, tak hanya
kesengajaan di sini adalah orang itu itu saja, pasal ini juga dinilai lebih kejam
memang mengetahui dan ketimbang pasal Pencemaran Nama Baik
menghendaki informasi yang dalam KUHP, karena adanya disparitas yang
mengandung pencemaran itu tersebar cukup besar dalam hal sanksi hukumannya.
untuk merusak kehormatan atau nama Coba saja simak, untuk urusan sanksi
baik seseorang. pidana, ternyata hukuman pidana yang
Namun demikian, belum dapat diatur oleh UU ITE yang notabene buatan
dikategorikan Pencemaran Nama Baik bangsa sendiri tidak tanggung-tanggung
sesuai Pasal 27 ayat (3) UU ITE apabila yaitu diancam hukuman maksimal 6 (enam)
unsur selanjutnya tidak terpenuhi. Oleh tahun penjara, dan angka maksimal ini
karenanya, harus dilihat pula unsur "tanpa merupakan salah satu syarat orang bisa
hak mendistribusikan". Sehingga, harus ada ditahan terlebih dahulu dalam proses
unsur kesengajaan dan unsur tanpa hak penyidikan. Karena, syarat seorang dapat
mendistribusikan, di mana kedua unsur ditahan di proses penyidikan, salah satunya
tersebut bersifat kumulatif. Jadi, unsur adalah jika ancaman hukumannya di atas 5
"tanpa hak mendistribusikan" ini tahun. Kini, bandingkan dengan ketentuan
ditafsirkan: bahwa informasi yang Pencemaran Nama Baik dalam KUHP yang
mengadung pencemaran itu sengaja notabene produk kolonial Belanda,
disebarluaskan atau didistribusikan ke ancaman hukumannya maksimum 4 tahun
120
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014
penjara, bahkan Pasal 310 KUHP hanya hak-hak dasar untuk mencari, memperoleh
memberikan ancaman hukuman 9 bulan informasi. Ditambahkan pula, bahwa
penjara. Jadi, dengan substansi tuduhannya pembatasan yang dimaksud juga tidak
sama, namun dalam UU ITE sanksi dapat serta-merta dikatakan sebagai bentuk
hukuman yang diberikan lebih berat penolakan atau pengingkaran nilai-n+lai
ketimbang KUHP. demokrasi.
Padahal, dalam ketentuan Pasal 27 Ayat Namun, catatan penting dalam putusan
3 dan Pasal 45 Ayat 1 UU ITE tidak ada Mahkamah Konstitusi itu yang cukup
definisi yang jelas mengenai apa yang melegakan adalah jawaban terhadap
dimaksud dengan penghinaan atau ketidakjelasan kategorisasi delik. Jika kita
pencemaran Nama Baik. Oleh karena itu, buka Pasal 27 ayat (3) UU ITE nyatanya tidak
untuk menentukan apakah telah menjelaskan apakah delik ini masuk dalam
dipenuhinya unsur Pencemaran Nama Baik kategori Delik Aduan atau masuk dalam
dalam UU ITE harus pula merujuk Pasal 311 kategori Delik Biasa. Oleh sebab itu, dalam
KUHP. Hanya saja sayangnya, Mahkamah pertimbangan hukumnya Mahkamah
Konstitusi malah makin mengukuhkan Konsitusi menyatakan bahwa pada
eksistensi pasal Pencemaran Nama Baik pokoknya masuknya Pasal 27 ayat (3) UU
dalam UU ITE tersebut. Dalam putusannya, ITE kedalam Delik Aduan.
MK menyatakan negara berwenang Jika menilai putusan MK tersebut secara
melarang pendistribusian/ pentransmisian keseluruhan, tampaknya Mahkamah
informasi semacam itu sebagai bagian dari Konstitusi tidak melihat lebih jauh
perlindungan hak warga negara dari mengenai nilai-nilai filosofis yang ada dalam
ancaman serangan penghinaan atau pasal Pencemaran Nama Baik yang
Pencemaran Nama Baik. Pasal 27 Ayat (3) bermuara dalam Pasal 310 dan 311 KUHP
UU ITE dinyatakan oleh MK tidak yang merupakan produk penjajah Belanda,
bertentangan dengan UUD 1945. yang dapat dengan mudah dijadikan alat
Dalam pertimbangannya, MK mengakui penguasa untuk memenjarakan orang.
hak tiap warga negara untuk mencari, Sehingga, Mahkamah Konsitusi tetap
memperoleh, memiliki, menyimpan, menyatakan Pasal 21 ayat (3) UU ITE itu
mengolah, dan menyimpan informasi. tetap berlaku sekalipun sanksi pidananya
Namun, hal tersebut tidak boleh jauh lebih berat dari pasal penghinaan di
menghilangkan hak orang lain untuk KUHP.
mendapat perlindungan diri, keluarga, Yang juga tak kalah pentingnya, selain
kehormatan, martabat dan nama baiknya. diatur dalam UU ITE, pasal Pencemaran
Oleh sebab itu, adalah kewenangan negara Nama Baik juga terdapat dalam UU No. 31
untuk mengatur hal tersebut dapat Tahun 2002 tentang Penyiaran. Hal mana
dibenarkan guna menciptakan situasi yang diatur dalam Pasal 36 ayat (5) UU
lebih kondusif bagi terpenuhinya hak atas Penyiaran, yang berbunyi: "Isi siaran
perlindungan diri pribadi, keluarga, dilarang :
kehormatan, martabat, dan nama baik a) bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan
seseorang. Menurut MK, Pasal 27 Ayat (3) dan/atau bohong;
UU ITE tersebut hanya n,Qn,hatari ciapa b) menonjolkan unsur kekerasan, cabul,
saia vang dengan sengaia dan tanpa hak perjudian, penyalahgunaan narkotika
mendistribusikan atau mentransmisikan dan obat terlarang; atau
informasi atau dokumen elektronik yang c) mempertentangkan suku, agama, ras,
memuat unsur penghinaan. Dan, dan antargolongan." Dengan
pembatasan itu tidak dilakukan dalam berdasarkan hal-hal di atas, maka
rangka memasung atau membenamkan sepatutnya aparat penegak hukum, baik
121
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014
122
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014
123