Anda di halaman 1dari 10

SLICKENSIDE

CBIS FTM
Yahoo!!!
SPE
IATMI
twitter
facebook
Manchester United
Detikom
Jumat, 20 April 2012

Coiled Tubing Unit


Lagi waras, jadi mau bahas yang waras waras,
Eksploitasi merupakan suatu kegiatan pengerjaan atau pengusahaan suatu sumber hidrokarbon
untuk diproduksikan secara maksimal. Usaha untuk pengerjaan ini memerlukan keteknikan yang,
makin lama makin berkembang, salah satu diantaranya adalah teknologi coiled tubing. Coiled
Tubing (CT) adalah suatu tubing yang dapat digulung dan bersifat plastik, terbuat dari bahan
baja yang tak tersambung, dengan diameter berkisar antara 1-5 in, tebal 0,067 - 0,25 in.
Komponen-komponen Coiled Tubing Unit (CTU) telah dikembangkan untuk dapat
menggantikan atau menutupi kelemahan teknologi konvensional yang sudah ada.
Dalam operasinya, CT juga mempunyai batasan-batasan operasi penggunaannya serta
mengalami pembebanan akibat gaya-gaya yang bekerja padanya, yang dapat meminimalkan
kerusakan atau bahkan patah. Adapun batasan-batasan operasinya meliputi batasan tekanan dan
tegangan (pressure and tension), diameter dan keovalan, kelelahan dan korosi serta batasan
pemompaan dan pengaliran. Yang terpenting adalah batasan tekanan dan tegangan, berhubung
dengan kemungkinan adanya kerusakan permanen. Batasan tekanan dan tegangan pada CT
ditentukan berdasar material pembentuk, yield strength, dan tensile strength, diameter dan
ketebalan, serta berat nominal CT. Apabila tekanan/tegangan yang dikenakan pada CT melebihi
minimum yield strength-nya, maka CT akan mengalami kerusakan permanen akibat deformasi
plastik.
Dengan mengacu pada batasan-batasan operasi CT, penerapan teknologi coiled tubing untuk
mengeksploitasi suatu reservoir akan dapat dilakukan dengan baik. Penerapan-penerapan ini
meliputi kegiatan pemboran, produksi atau komplesi sumur dan operasi kerja ulang.
Pertimbangan-pertimbangan penggunaan CT meliputi pertimbangan teknis, pertimbangan
mekanis, dan pertimbangan waktu dan biaya. Secara teknis, CT lebih mudah pengoperasiannya
karena didukung dengan alat-alat penunjang yang telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga
aman dalam operasinya, serta adanya peralatan pengontrol/monitor operasi yang baik.
Pertimbangan mekanik didasari pada kemampuan, CT dan keunggulan masing-masing
komponen. Dan pertimbangan waktu yang lebih cepat sehingga memungkinkan untuk
memperkecil biaya operasional.

1. Penerapan CT Pada Operasi Pemboran


Penggunaan CT untuk operasi pemboran menggantikan drill pipe konvensional
didasari/didorong oleh tersedianya ukuran CT yang lebih besar (>1 in.), sehingga memungkinkan
untuk meneruskan hydraulic horsepower ke downhole motor melalui fluida pernboran untuk
memutar pahat dan sekaligus membersihkan lubang bor. Peralatan yang digunakan adalah CTU
ditambah dengan peralatan penunjang seperti peralatan sirkulasi, BOP sebagai peralatan utama
kontrol sumur, dan peralatan pcngangkatan. BOP untuk operasi pemboran dengan CT didesain
secara khusus untuk melindungi peralatan-peralatan di atas permukaan dan peralatan di bawah
permukaan, disamping fungsi utamanya menjalankan kontrol sumur. Oleh karena itu, umumnya
BOP dipasang dua /setingkat.
Bottom Hole Assembly (BHA) merupakan satu kesatuan rangkaian peralatan bawah permukaan
yang disusun untuk mencapai laju penetrasi yang optimum, pencapaian target yang tepat dan
lubang bor yang halus. Perencanaan BHA ini akan sangat menentukan keberhasilan dari proyek
pemboran, oleh karena itu perlu dipertimbangkan faktor-faktor penting seperti:
Perencanaan Pemboran > berhubungan dengan target pemboran yang akan dicapai, kedalaman
pemboran dan jenis pemboran,vertikal, berarah atau horizontal.
Formasi > berhubungan dengan pemilihan kombinasi motor-bit yang akan digunakan dan
parameter-parameter pemboran seperti WOB dan RPM, serta pemilihan fluida pemboran.
Mekanis > pemilihan komponen-komponen BHA menimbang pada mekanika masing-masing
komponen.
BHA untuk operasi pemboran dengan CT umumnya juga dilengkapi dengan Measurement While
Drilling (MWD) sehingga alat pengukur dan monitoring selama operasi pemboran berlangsung
yang dihubungkan melalui wireline ke komputer di permukaan. Dengan pemilihan rangkaian
BHA yang baik juga akan mengurangi efek buckling selama operasi pemboran, khususnya pada
pemboran berarah dan horizontal, yang pada akhirnya akan dapat mencapai laju penetrasi yang
optimum, tepat target dan lubang bor yang halus.
Penggunaan CT untuk operasi pemboran vertikal maupun berarah dapat dikategorikan menjadi
dua kelompok, yaitu pemboran re-entry dan pemboran sumur baru. Pemboran sumur re-entry
adalah pemboran kembali untuk memperdalam sumur, biasanya dilanjutkan dengan pemboran
berarah atau horizontal, dengan window cutting. Dan pemboran sumur-sumur baru umumnya
untuk sumur injeksi atau sumur observasi. Operasi pemboran ini tetap memerlukan adanya
lubang permukaan (shallow surface hole) untuk casing permukaan. Untuk sumur baru, Dowell
menggunakan metode yang disehut Crane Drilling untuk membuat lubang permukaan, metode
ini tetap menggunakan downhole motor untuk memutar bit, dan setelah lubang permukaan
terbentuk dipasang casing permukaan sebagai landasan peralatan kontrol sumur.
Pemboran vertikal trayek berikutnya dilakukan dengan CT dan BHA yang meliputi PDC, PDM,
DC, release joint, check valve, dan connector. WOB yang diberikan cenderung lebih kecil
daripada pemboran konvensional, dengan RPM yang tinggi sesuai daya downhole motor untuk
memutar bit. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan maupun operasinya
adalah:
Pemilihan fluida pemboran yang khusus > fluida pemboran ditekankan pada fungsi pembersihan
lubang bor, baik pada kondisi overbalance maupun underbalance.
Hidrolika lubang bor > berhubungan dengan laju pemompaan dan kecepatan di annulus agar
fluida mampu mengangkat serbuk bor, serta adanya pressure loss.
Kombinasi motor-bit > berhubungan dengan daya pada motor untuk memutar bit. Optimasi hal-
hal tersebut diatas akan dapat memperbesar laju penetrasi pemboran.
Pada pemboran berarah maupun horizontal, yang umumnya adalah pemboran re-entry, dilakukan
dengan window cutting, pemasangan whipstock assembly dan dilanjutkan dengan memotong
casing pada BHA meliputi diamond speed mill, low speed motor, DC, disconnecting sub, flapper
valve dan connector. Selanjutnya, pemboran bagian bawah berarah dilakukan dengan
perencanaan BHA khusus, penambahan peralatan orienting tool dan MWD sebagai kontrol arah
dan mechanical release untuk penanggulangan jepitan pipa. Problem jepitan pipa (lock-up), baik
akibat formasi maupun mekanik peralatan merupakan salah satu problem yang cukup serius.
Oleh karena itu diperlukan perencanaan BHA yang sesuai dan pemilihan fluida pemboran untuk
pencegahan pengembangan clay, umumnya dipakai Thermally Activated Mud Emulsion (TAME
Mud).
Pada bagian horizontal, panjang bagian horizontal yang dapat dibor juga tergantung pada
peralatan yang digunakan, dalam hal ini adalah susunan BHA yang digunakan dan fleksibilitas
rangkaian. Semakin baik perencanaan BHA-nya, memungkinkan untuk mencapai bagian
horizontal yang panjang. Dalam perencanaan maupun operasi pemborannya, umumnya semakin
kecil laju build-up (BUR) maka akan semakin panjang bagian horizontal yang dapat dibor, dan
CT telah mampu melakukan pemboran tipe Ultrashot Radius Radial System, (URRS), dimana
pemboran konvensional belum mampu melakukannya. Strategi pembebanan pada bagian
horizontal juga sangat diperlukan dengan beban buckling yang dapat menyebabkan kondisi lock
up pada bagian belokannya. Problem buckling maupun lock up ini dapat dikurangi dengan
menggunakan CT yang berukuran lebih besar atau dengan mengurangi clearance/ruang CT
dengan dinding lubang bor.
Pemboran sidetrack pada formasi shale sangat mepengaruhi terhadap pemboran menggunakan
coiled tubing. Ketika ROP menurun pada kedalaman 5982 ft arah tool face berlawanan dengan
arah pemboran yang diinginkan, kejadian tersebut dikarenakan CT orienter mengalami reaction
torque oleh formasi shale saat dibor. Pada formasi shale ini rangkaian CT 2 3/8 harus menahan
torsi yang besar dan hal tersebut mengakibatkan rangkaian ikut berputar karena besarnya torsi
sedangkan karakteristik CT 2 3/8 dan motor 4 hanya mampu bekerja pada batasnya dan
tidak mampu menahan torsi yang berlebihan. Tool face mengalami perubahan arah yaitu
berlawanan arah dengan yang diharapkan.
Permasalahan ini diatasi dengan menarik CT kepermukaan sehingga terjadi torque release dan
kemudian arah toll face dikoreksi sesuai dengan arah yang diinginkan. Usaha tersebut berhasil
sehingga CTD dapat mengebor sampai target 5665 ft TVD atau 6535 ft MD dengan arah azimuth
2446, 77 N+/S- dan 1771,73 E+/W-., dimana target perencanaan adalah kedalaman 5555,2
s/d 5689,8 ft untuk TVD, 6413,0 s/d 6571,8 ft untuk MD. Sedang arah azimuth yang diharapkan
adalah 2440,96 s/d 2475,6 N=/S- dan 1758,29 s/d 1833,01 W+/E-.
Operasi squeeze cemeting merupakan proses pendesakan bubur semen melalui lubang perforasi
atau lubang pada casing/liner yang bertujuan untuk memperbaiki penyemenan tahap pertama.
Operasi squeeze cementing dengan CT telah banyak dikembangkan dan dibuktikan dengan
prosedur operasi yang sesuai dan desain bubur semen yang baik. Diperlukan desain dan
pertimbangan kontrol yang lebih tepat dibanding konvensional squeeze cement. Pengujian di
laboratorium dilakukan pada thickening time, fluid loss dan rheologi bubur semen, dan harus
dapat disampaikan dengan jelas untuk mewakili kondisi lapangan yang sebenarnya. Urutan test
bubur semen untuk operasi dengan CT ditunjukkan pada Tabel IV-19 dan tipikal komposisi dan
karakteristik bubur semen pada Tabel IV-20. Yang perlu diperhatikan dalam CT Squeeze
cementing adalah tidak adanya air dan padatan yang mengendap dalam bubur semen, yield point
berkisar antara 5 lbf/100 ft2 sampai 10 lbf/100 ft2 dan minimum plastic viscosity lebih kecil dari
50 cp. Keberhasilan CT squeeze ditentukan oleh penempatan dari cement coloumn off-bottom
bubur semen yang stabil, sehingga kelebihan semen kecil dan dapat dipindahkan dengan cepat.
2. Operasi CT pada Operasi Produksi.
2.1. Penerapan CT Pada Penyelesaian Sumur
Penggunaan CT untuk komplesi sumur masih terbatas untuk perforasi dan komplesi tubing yang
sederhana, dimana untuk komplesi yang rumit seperti dual completion atau ESP completion, CT
masih belum dapat digunakan secara optimal.
Untuk perforasi sumur, CT dapat digunakan untuk menggantikan wireline atau tubing, terutama
untuk sumur-sumur deviasi tinggi atau sumur horizontal. Coiled Tubing Throught-Tubing Type
atau Coiled Tubing Conveyed Perforation dapat digunakan. TCP ini dapat digunakan untuk
melubangi melalui casing produksi, tubing maupun liner. Peralatan penembakan dipasang pada
CT, diaktifkan menggunakan tenaga elektr-ik melalui wireline atau hidrolik. Umumnya dipakai
nitrogen untuk menggantikan fluida komplesi, dengan maksud penembakan pada kondisi
underbalance agar runtuhan hasil perforasi dapat dibersihkan dengan sendirinya oleh fluida
formasi. Untuk sumur horiril, umumnya densitas perforasi 8 - 12 SPF dan mekanisme
penembakan dengan mengutamakan Shapper Actualed Firing Equipment atau dapat juga dengan
mekanisme hidrolik (BAKER)
Penggunaan CT untuk tubing completion, saat ini telah dikembangkan tiga teknik penyelesaian
sumur, masing-masing adalah Velocity String Completion, Externally Upset Completion, dan
Spoolable Non Upset Completion. Prinsip dasar teknik komplesi velocity string adalah
memasukkan pipa dengan diameter lebih kecil ke dalam pipa komplesi yang sudah ada, yang
diharapkan mampu untuk mempercepat aliran fluida dari sumur ke permukaan. Velocity string
completion dapat diterapkan pada sumur-sumur yang mengalami penurunan produksi karena
penurunan tekanan formasi, sumur ber-GOR tinggi, atau sumur-sumur gas dengan tingkat
produksi minimal dan tekanan alir bawah permukaan masih mampu menanggulangi kehilangan
tekanan di tubing. Yang harus diperhatikan adalah bahwa tekanan alir bawah permukaan harus
melebihi atau lebih besar dari friction loss fluida produksi di tubing, tekanan hidrostatik dan
semua tekanan permukaan.
Externally Upset Completion merupakan metode penyelesaian sumur dengan penggabungan CT
dengan peralatan-peralatan komplesi yang biasa digunakan pada penyelesaian konvensional
seperti gas lift mandrell, sub surface safety valve, SSD, dan lainnya. CT hanya digunakan untuk
menggantikan keberadaan tubing produksi. Komplesi ini dapat dilakukan pada sumur-sumur
baru yang diproduksikan maupun operasi kerja ulang.
Spoolable Non Upset Completion adalah penyelesaian sumur dengan CT yang telah didesain
bersama dengan alat-alat komplesi yang akan dipasang. Alat-alat komplesi dipasang sekaligus
pada CT di pabrik dengan cara pengelasan, kemudian digulung dengan CT reel. CT reel dan
peralatan CT lainnya kemudian dimobilisasikan ke lokasi sumur dan siap untuk dipasang.
Metode penyelesaian ini menawarkan banyak keuntungan waktu dan biaya, serta operasi
pemasangan yang mudah.

2.2. Penerapan CT Pada Operasi Kerja Ulang


Pekerjaan-pekerjaan kerja ulang yang dapat dilakukan dengan CT yang akan dibahas disini
meliputi pekerjaan fill removal matrik stimulation squeeze cementing, logging, dan operasi
fishing. Kenyataannya masih banyak lagi pekerjaan-pekerjaan workover yang dapat dilakukan
dengan CT, secara skematik dapat dilihat pada lampiran.

a. Operasi Fill Removal


Operasi fill removal merupakan operasi pemindahan atau pengangkatan material fill yang berupa
pasir maupun padatan-padatan lain ke permukaan. CT digunakan untuk peralatan sirkulasi fluida
pembersih dengan keunggulan tanpa adanya sambungan, disamping dapat ditambahkannya drill
motor dan bit untuk pengendapan material fill yang kompak. Material fill ini perlu diketahui
karakteristiknya, seperti ukuran dan densitas, kelarutan maupun compressive strength-nya, selain
itu juga tempat pengendapan material tersebut. Untuk selanjutnya ditentukan fluida pembersih
yang akan digunakan pendesainan operasi. Fluida yang digunakan dapat berupa air, biopolymer,
nitrogen kering, atau mist.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pendesainan operasi fill removal meliputi profil sumur
dan komplesi, parameter reservoir, produksi dan peralatannya serta karakteristik dari material fill
itu sendiri. Untuk sumur horisontal, material fill cenderung terendapkan pada bagian bawah
lubang dan di bagian buildup, sehingga diperlukan penanganan yang baik terhadap fluida
pembersih tertentu, yang berhubungan dengan potensial kerusakan formasi. Keberhasilan operasi
ditentukan berdasar kemampuan fluida pembawa/pembersih mengangkat material fill ke
permukaan tanpa menimbulkan terjadinya problem kerusakan pada formasi maupun tempat-
tempat lain.

b. Operasi Matrix Stimulation


Merupakan suatu operasi injeksi asam atau fluida treatment lain ke dalam formasi produktif
untuk memperbaiki permeabilitas alami formasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai
pertimbangan dalam matrix stimulation dengan CT adalah identifikasi kerusakan, komposisi dan
sumber dari kerusakan, sistem komplesi, parameter reservoir dan pertimbangan peralatan serta
fluida treatment.
Pemilihan fluida treatment yang sesuai ditentukan dengan jenis kerusakan, lokasi dan
kemungkinan-kemungkinan adanya substrate lain seperti karat, scale dan lainnya. Pertimbangan
yang diperlukan berupa karakteristik kerusakan, reaksi fluida treatment dengan formasi dan
pencegahan karat terhadap peralatan maupun personel. Volume treatment umumnya ditentukan
berdasar pengalaman di lapangan.
Keberhasilan pekerjaan treatment ini bergantung pada keseragaman distribusi fluida treatment
yang masuk ke dalam interval produksi. Fluida treatment cenderung masuk ke daerah yang
permeabilitasnya tinggi atau kerusakannya sedikit daripada daerah berpermeabilitas rendah.
Dengan pengaliran aliran fluida melalui pemompaan yang kontinyu dan menggerak-gerakkan CT
dan nozzle akan memungkinkan fluida treatment juga masuk ke daerah yang permeabilitasnya
rendah, sehingga keefektifan treatment tercapai.
c. Operasi Logging
Logging dengan CT dapat dilakukan dengan aman, cepat dan target bisa tercapai. Kecepatan
penurunan dapat melebihi 100 fpm pada sumur-sumur vertikal maupun horizontal. Adanya kabel
wireline dalam CT dapat digunakan sebagai alat bantu dan kontrol di permukaan, dan sebagai
penanggulangan terhadap tekanan dipakai sistem Conductor Deployment.
Penggunaan CT untuk logging dapat dilakukan pada sumur-sumur open hole maupun cased hole,
dapat juga ditambah dengan peralatan perforasi. Dewasa ini juga dikembangkan peralatan
logging yang digunakan kontinyu selama operasi pemboran, atau lebih dikenal dengan Logging
While Drilling (LWD), dengan penggunaan CT pada operasi pemborannya.

d. Operasi Pemancingan
Pemakaian CT untuk operasi fishing (pemancingan) disarankan untuk mendesain dan memilih
konfigurasi peralatan yang cermat agar operasinya dapat berjalan dengan efisien dan efektif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan meliputi biaya versus kemungkinan
keberhasilan, kondisi sumur, panjang lubricator dan penarikan fishnya. Penarikan fish oleh CT
harus memperhatikan tensile strength CT, kedalaman, deviasi sumur dan beban fish itu sendiri.
Peralatan bawah permukaan yang digunakan dapat berupa overshot dan spears, hydraulic jar,
knuckle joint atau dapat menggunakan fishing motor untuk memutar overshot.
Diposkan oleh MA.Ikhsani di 14.34

Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Ada kesalahan di dalam gadget ini

Company Link
BP Migas
Pertamina
Medco Indonesia
Chevron
Schlumberger
Halliburton Energy Services

Engineers
Entri Populer

Petrofisik 1st week


Petrofisik adalah salah satu cabang geofisika yang mempelajari tentang sifat fisik dari suatu batuan. Beberapa
sifat fisik tersebut adalah ...
Mud Doctor
mencoba menelaah lebih dalam mengenai fungsi tekanan hidrostatis yang merupakan hubungan antara fungsi
masa dibagi volum serta kedalaman. ...

Coiled Tubing Unit


Lagi waras, jadi mau bahas yang waras waras, Eksploitasi merupakan suatu kegiatan pengerjaan atau
pengusahaan suatu sumber hidrokarbon untuk...

Apa Sih Minyak Bumi itu?


Minyak dan gas bumi merupakan bahan tambang galian yang tidak dapat dideteksi secara langsung dari
permukaan. Oleh karena itu para ahli tida...

Srikandi Perminyakan? Kenapa Tidak?


hari ini, 21 April 2011, tepat memperingati hari Kartini di Indonesia. Siapa ibu kartini? Raden Ajeng Kartini
lahir pada 21 April tahun 18...

It has been viewed


129492
Facebook M. Afif Ikhsani
Twitter M. Afif Ikhsani

Petroleum system
Beranda
And my name is Muhammad Afif Ikhsani
Kontributor Arsip Blog
MA.Ikhsani 2017 (2)
Muhammad Afif Ikhsani
2016 (7)
2015 (8)
2014 (3)
2013 (8)
2012 (18)
o Desember (1)
o Oktober (1)
o September (1)
o Juli (2)
o Juni (1)
o Mei (3)
o April (4)
Etalase Penikmat Senja (1)
Aku dan dia
Coiled Tubing Unit
The Untouchable Love
o Februari (2)
o Januari (3)
2011 (44)
2010 (24)
Pengikut
Cari Blog Ini
Telusuri

SIDJIE Corp.. Tema Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai