Anda di halaman 1dari 8

SCL, 21 NOVEMBER 2017

Kata Sulit

1. Asbestos : Serat-serat asbes


2. Pneumoconiosis : Penyakit paru yang disebabkan oleh debu
3. Asbestos removal : Penggantian / penghapusan asbes
4. Kanker paru : Pertumbuhan sel abnormal yang menyerang paru dan sistem
pernafasan dan menyerang organ lain sel abnormal dapat membentuk tumor yang
mengganggu fungsi paru
5. Paparan : Dampak dari pajanan ( penyebab penyakit )
6. Pajanan : Kontak langsung dengan penyebab penyakit
7. Gasket : Alat yang masih menggunakan bahan bahan asbes
8. Asbestosis : Penyakit pada paru yang disebabkan oleh serat2 asbes dalam jangka
waktu yang lama
9. Rawan : Mudah menimbulkan bahaya

Kata kunci

Penggunaan Asbes, Asbestosis , Kanker Paru


2.1 Epidemiologi Kanker Paru

Kanker adalah penyebab utama kesakitan dan kematian di dunia. Data WHO tahun
2012 menunjukan terdapat sebanyak 14,1 juta kasus baru dan 8,2 juta kematian akibat kanker.
Lima area kanker paling banyak terdiagnosis tahun 2012 pada laki-laki adalah paru (16,8%),
prostat (14,8%), kolorektum (10,1%), lambung (8,5%) dan hepar 7,5%) sedangkan pada
perempuan payudara (25,1%), kolorektum (9,2%), paru (8,8%), leher rahim (7,9%) dan
lambung (4,8%).

Diantara penyakit keganasan, kanker paru primer merupakan penyebab kematian


paling utama di dunia. Setiap tahun terdapat lebih dari 1,8 juta kasus kanker di dunia yang
menyebabkan kematian sekitar 1,5 juta orang.

a. Orang
Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang paling sering ditemukan pada
laki-laki dibanding perempuan. Berdasarkan hasil penelitian Cancer ResearchUK (United
Kingdom) tahun 2003 di Inggris (tahun 1999), IR kanker paru pada laki-laki 70,4 per
100.000 penduduk sedangkan pada wanita 34,9 per 100.000 penduduk. Menurut Hasil
penelitian SEER (Surveilance Epdemiology and End Result) tahun 2003, Insidens Rate
kanker paru tahun 2000 di Amerika Serikat pada laki-laki 79,7 per 100.000 penduduk
sedangkan pada wanita 49,7 per 100.000 penduduk. Survei epidemiologi kanker paru pada
umumnya melaporkan bahwa kurang lebih 90% kasus kanker paru terjadi pada penderita
berusia diatas 40 tahun. Kurang dari 5% pasien kanker paru berumur di bawah 40 tahun.
Laporan SEER Cancer Statistics tahun 2000-2004, Insidens Rate kanker paru pada usia
65 tahun 358,7 per 100.000 penduduk sedangkan usia < 65 tahun 17,3 per 100.000
penduduk.
b. Tempat
Cause Spesifik Death Rate (CSDR) kanker paru antara negara satu dengan negara
yang lain berbeda. Hal ini berhubungan dengan kebiasaan merokok di negara tersebut.
Angka kematian karena kanker paru CSDR per 100.000 penduduk pada pria usia 45 tahun
atau lebih pada tahun 1972, di Sri lanka 4, Mesir 7, Taiwan 47, Jepang 75, Australia 184,
Amerika Serikat 194, Belanda 281, dan Inggris 310.
c. Waktu
Data penderita kanker paru dari RSUP Persahabatan Jakarta menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1970-1976 ditemukan 382 kasus, tahun 1980-
1984 sebanyak 374 kasus,tahun 1984-1988 sebanyak 666 kasus dan tahun 1998 ditemukan
273 kasus. Data penderita kanker paru dari RS. Dharmais Jakarta tahun 2004 sebanyak 86
kasus mengalami peningkatan menjadi 111 kasus pada tahun 2006 dan 113 kasus pada
tahun 2007.
2.2 Klasifikasi Kanker Paru
Ada dua jenis utama kanker paru-paru, kanker paru non-small cell (NSCLC) dan
kanker paru-paru sel kecil (SCLC). Stadium kanker paru-paru didasarkan pada apakah
kanker itu lokal atau telah menyebar dari paru-paru ke kelenjar getah bening atau organ
lainnya. Karena paru-paru besar, tumor bisa tumbuh di dalamnya untuk waktu yang lama
sebelum ditemukan. Bahkan ketika gejala-seperti batuk dan kelelahan-terjadi, orang
mengira mereka disebabkan oleh penyebab lain. Untuk alasan ini, kanker paru tahap awal
(stadium I dan II) sulit dideteksi.
1. NSCLC
Kanker paru-paru sel kecil menyebabkan sekitar 85 persen kanker paru-paru dan
termasuk:
a. Adenokarsinoma, bentuk kanker paru yang paling umum di Amerika Serikat
di antara pria dan wanita;
b. Karsinoma sel skuamosa, yang menyumbang 25 persen dari semua kanker
paru-paru;
c. Karsinoma sel besar, yang menyumbang sekitar 10 persen tumor NSCLC.
a. SCLC
Stadium I: Kanker ini hanya terletak di paru-paru dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening.
2. Stadium II: Kanker ada di paru-paru dan kelenjar getah bening di dekatnya.
3. Stadium III: Kanker ditemukan di paru-paru dan di kelenjar getah bening di
tengah dada, juga digambarkan sebagai penyakit maju lokal. Tahap III memiliki
dua subtipe:
Jika kanker telah menyebar hanya ke kelenjar getah bening di sisi dada
yang sama dimana kanker dimulai, disebut stadium IIIA.
Jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sisi berlawanan
dada, atau di atas tulang kerah, itu disebut stadium IIIB.
Stadium IV: Ini adalah stadium kanker paru yang paling maju, dan juga
digambarkan sebagai penyakit lanjut. Ini adalah saat kanker telah
menyebar ke kedua paru-paru, menjadi cairan di daerah sekitar paru-paru,
atau ke bagian lain tubuh, seperti hati atau organ lainnya.
Kanker Paru-Paru Kecil

2.3 TANDA DAN GEJALA


1. Gejala Awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi bronkus
2. Gejala Umum
Menurut Price (1995), gejala umum pada klien dengan Ca paru
antara lain yaitu:
Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor.
Batuk kering tanpa membentuk sputum , tetapi berkembang
sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen
dalam berespon terhadap infeksi sekunder .
Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor
yang mengalami ulserasi
Anoreksia, lelah , berkurangnya berat badan.
2.4 FAKTOR RISIKO
1. Usia dan jenis kelamin
Risiko mengalami kanker paru meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.kanker paru
dapat terjadi pada usia dibawah 40 tahun.setelah usia 40 tahun risiko menderita kanker
paru meningkat setiap tahunnya. Proses biologis dan penuaan merupakan proses yang
masis misterius dan diduga kuat berpengaruh terhadap perkembangan kanker
paru.selain itu proses mutasi genetic juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu sel
normal menjadi sel kanker.
2. Faktor keluarga dan faktor genetik
Individu dengan orang tua atau saudara kandung yang menderita kanker paru memiliki
risiko sedikit lebih tinggi untuk menderita kanker paru dibandingkan dengan individu
yang tidak memiliki faktor keturunan dari keluarga riwayat kanker pada keluarga dapat
merupakan penanda sebuah predisposisi herediter perkembangan kanker tersebut.
Mutasi gen penting pada pasien dengan riwayat kanker paru pada keluarga,sebagai
contoh pasien dengan adenokarsinoma paru diduga memiliki riwayat keluarga dengan
mutasi genetik seperti epidermal growh factor receptor (EGFR).

3. Pajanan asap rokok


Risiko perokok menderita klanker paru 10-30 kali lebih tinggi daripada bukan perokok.
Risiko kanker paru meningkat seiring dengan jumlah rokok yang dikonsumsi perhari
dan lama tahun merokok. berhenti merokok dapat menurunkan risiko terjadinya kanker
paru tanpa melihat berapa lama seseorang telah merokok. Risiko tersebut akan menurun
dalam 5-10 tahun setelah berhenti merokok namun risiko perokok jangka panjang tidak
secara keseluruhan menurun dibandingkan dengan bukan perokok.

4. Pajanan di lingkungan : radiasi di rumah


Gas radon merupakan salah satu sumber radiasi alami yang dpat dijumpai dirumah
maupun ditempat kerja. Bangunan bangunan dengan kadar gas radon diatas ambang batas
yang ditentukan harus memiliki sistem mitigasi atau mengatasi kebocoran gas radon agar
tidak masuk kedalam bangunan. Pajanan radon memiliki risiko relative sebesar 1.06
mendapat kanker paru pada kadar 100Bq/m3.

5. Faktor okupasi dan lingkungan : kanker paru ditempat kerja


Bahan yang bersifat karsinogen pada lingkungan kerja perlu mendapat perhatian
karena berisiko mengnimbulkan kanker paru. Asap rokok dan banyak karsinogen
ditempat kerja merupakan penyebab kuat kanker paru dan insidensi meningkat 10-100
kali lebih tinggi dibanding populasi yang tidak terpajan.

6. Populasi udara
Ada berbagai karsinogen telah di identifikasi,termasuk didalmnya adalah sulfur,emisi
kendaraan bermotor dan polutan dari pengolahan pabrik. Bukti-bukti menunjukan bahwa
insiden kanker paru lebih besar di daerah perkotaan sebagai akibat penumpukan polutan
dan emisi kendaraan bermotor.
2.5 Riwayat Alamiah
2.6 pencegahan
1. Upaya pencegahan primer untuk kanker paru adalah tidak merokok atau berhenti
merokok sesegera mungkin. Walaupun amat sulit dilaksanakan, upaya ini seharusnya
ditujukan kepada kelompok masyarakat remaja dan dewasa muda, sebelum ada gejala
penyakit. Apabila upaya ini berhasil, maka setelah 1-2 dekade akan terlihat penurunan
kekerapan kanker paru dimasyarakat, sebagaimana terlihat dibeberapa negara maju.
Hasil metaanalisis disusun oleh Fry dkk. Menyatakan bahwa risiko kanker paru
menurun 50% setelah berhenti merokok selama kurang lebih dari 10 tahun pada seluruh
populasi.studi lain oleh Godtfresden dkk, memaparkan bahwa individu yang merokok
15 batang atau lebih per hari lalu mengurangi konsumsi rokok 50% menurunkan risiko
kanker paru.
2. Upaya pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini, untuk
menemukan penyakit kanker paru dalam stage dini, ketika kanker masih berukuran
amat kecil, belum menginvasi jaringan sekitarnya dan belum menyebar. Menurut
sistem TNM, stage yang paling dini ialah TxN0M0 yakni tumor yang belum dapat
diukur besarnya, serta belum bermetasis ke kelenjar getah bening regional mau pun ke
organ di luar paru. Tumor seperti ini ialah tumor yang disebut karsinoma insitu, yakni
kanker yang belum menginvasi membran basal epitel bronkus, atau disebut juga
intraepithelial malignancy, seperti sering ditemukan pada kanker leher rahim. Secara
hispatologis, tumor sudah menunjukkan semua kriteria morfologi keganasan, namun
belum ada invasi ke jaringan sekitarnya. Di dalam praktik, menemukan karsinoma in
situ hampir tak mungkin dilakukan. Tumor seperti ini biasaya berukuran hanya
beberapa milimeter, kira-kira sebesar kepala jarum pentul, jadi biasanya tak terlihat
secara radiologis. Pada bronkoskopi pun, tumor sebesar ini tidak mudah dikenal.
3. Upaya pencegahan tertier dilakukan dengan diagnosis dini, yakni menemukan kanker
paru pada pasien yang memiliki keluhan/gejala yang mungkin disebabkan oleh
penyakit ini dalam stage yang, walaupun bukan karsinoma in situ, masih memberikan
harapan hidup yang lama, apabila tumor dikeluarkan secara pembedahan. Menurut
Hyata, kanker paru dalam stage 1 atau stage 2 menurut sistem staging TNM masih
dapat disebut kanker paru dini (early lung cancer), karena dengan pengobatan yang
tepat, pasien dapat mencapai masa tahan hidup 5 tahun (5 years survival rate) sebesar
55,5%. Ini berarti, bahwa pada pasien dengan gejala dan tanda yang mirip kanker paru
harus cepat dikenal agar upaya-upaya diagnostik dapat segera dilakukan untuk
menetapkan kepastian kanker paru.
4. Upaya pencegahan tersier dengan menerapkan diagnosis dini kanke paru juga berarti
mencegah keterlambatan diagnosis kanker paru. Keterlambatan diagnosis dapat
disebabkan oleh kelalaian pasien (patients delay) maupun akibat ketakwaspadaan
dokter, yang kadang-kadang tidak menyadari bahwa pasien yang sedang dikelolanya
untuk diagnosis penyakit paru lain, sebenar-nya adalah pasien kanker. Contoh pasien
seperti ini adalah seorang dengan dengan risiko tinggi, dengan gejala relevan
tuberkulosis paru klinis, yang mendapat pengobatan antituberkulosis namun tidak
menunjukkan respon pengobatan yang memadai. Bila dokter yang menangani pasien
ini waspada akan kemungkinan kanker paru, maka tentu ia akan menganjurkan atau
melakukan pemeriksaan sitologi dan histologi, sehingga dapat memastikan diagnosis
kanker paru pada stage yang operabel.

2.7 pengendalian
2.8 diagnosis ( udah ada)
2.9 penatalaksanaan ( udah ada )
2.10

Anda mungkin juga menyukai