BAB 1
PENDAHULUAN
proteksi aktif. Masih diperlukan sarana proteksi lainnya yakni Sprinker untuk
mendukung mobilitas APAR dan Hidran sebagai sistem proteksi aktif. Oleh
sebab itu diperlukan sistem proteksi kebakaran yang tersedia secara terencana
terutama yang terpasang, mutlak harus diperlukan. Hal ini mengingat
penyediaan fasilitas umum dalam bidang pemadam kebakaran khususnya
Hydrant dan Sprinkler System yang belum banyak tersedia di tempat umum
termasuk Gedung Laboraturium PT Smelting Gresik.
Instalasi sprinkler kebakaran merupakan sarana pemadam kebakaran
yang bekerja yang secara handal dalam suatu ruangan dalam bangunan
gedung. Kemampuan pemadaman kebakaran dari instalasi sprinkler ini
dibandingkan peralatan pemadam kebakaran lainnya telah terbukti lebih
efektif. Dimana didalam operasionalnya sistem sprinkler tidak membutuhkan
operator dan otomatis akan melakukan pemadaman kebakaran awal, sehingga
kebakaran dapat dicegah lebih dini sebelum menimbulkan kerugian yang
lebih besar. Untuk itu pemasangan sistem sprinkler dalam suatu ruangan
menjadi sangat penting untuk diterapkan.
BAB II
DASAR TEORI
Studi ini menjelaskan bahwa pembakaran tidak hanya terjadi atas tiga
unsur, namun reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasil
pembakaran yaitu: CO, CO2, SO2, asap dan gas. Hasil yang lain dari reaksi
ini adalah adanya radikal-radikal bebas dari atom oksigen dan hidrogen
dalam bentuk hidroksil (OH).
Bila ada dua gugus OH, maka akan pecah menjadi H2O dan radikal
bebas O. Dimana reaksinya 2OH H2O + O radikal. O radikal ini
selanjutnya akan berfungsi lagi sebagai umpan pada proses pembakaran
sehingga disebut reaksi pembakaran berantai (Cain Reaction Of
Combustion). Dari reaksi kimia, selama proses pembakaran berlangsung ini
memberikan kepercayaan pada hypotesa baru, dari prinsip segi tiga api
kemudian terbentuk bidang empat api. Dimana sisi yang ke empat sebagai
sisi dasar yaitu rantai reaksi pembakaran.
Lebih jelasnya, perbedaan antara Teori Segi Tiga Api dan
Tetrahedron Of Fire adalah sebagai berikut :
1. Pada Teori Segi Tiga Api, bahan bakar sendiri tidak terbakar. Tapi
mengalami pemanasan hingga menghasilkan gas dan uap. Gas dan
uap yang terbakar tersebut oleh karena letaknya yang berdekatan
dengan bahan bakar (fuel), sehingga bahan bakar akan terlihat seolah-
olah terbakar.
b) Faktor pengelola
1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja
2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja
3) Sistem dan prosedur kerja yang tidak diterapkan dengan
baikterutama dalam kegiatan penentuan bahaya dan
peneranganbahaya
4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan
2. Faktor teknis
a) Melalui proses fisik atau mekanis seperti timbulnya panas
akibatkenaikan suhu atau timbulnya bunga api terbuka
b) Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu
pengangkutan,penyimpanan, penanganan barang atau bahan
kimia berbahaya tanpamemperhatikan petunjuk yang telah ada
(MSDS)
c) Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek
sehinggamenimbulkan panas atau bunga api dan dapat
menyalakan ataumembakar komponen lain.
3. Faktor Alam
a) Petir adalah salah satu penyebab adanya kebakaran
b) Letusan gunung berapi dapat menyebabkan kebakaran hutan dan
jugaperumahan yang dilalui oleh lahar panas
3. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek yang sangat penting, karena aspek
ini berkaitan erat dengan cara penggunaan sarana proteksi yang ada
dalam perusahaan. Sehingga untuk menggunakannya dengan cara
yang benar dan sesuai dengan prosedur, diperlukan pelatihan-
pelatihan khusus bagi petugas proteksi kebakaran dalam suatu
perusahaan.
2.2.Perencanaan Konsep
Untuk merencanakan instalasi sistem pencegahan kebakaran harus
diperhatikan faktor yang menentukan antara lain,
2. Sistem Sprinkler
Springkler adalah sebuah alat pemadam api otomatis, dimana
system yang terpasang secara modulair di atas plafon dan jumlah
modul terpasang disesuaikan dengan kebutuhan volume ruangan yang
akan dilindungi. Sistim pemadam otomatis ini akan bekerja bila ada
asap/awal nyala api yang terdeteksi oleh pengindera elektronik
(sensor). Oleh karenanya bila dipasang beberapa unit dalam satu
ruangan akan bekerja secara serentak karena ujung nozzle/springkler
alat ini dilengkapi dengan actuator yang bekerja secara elektronik.
Alat ini juga berfungsi sebagai Thermatic artinya bila terjadi
kegagalan fungsi elektonik tetap bekerja akibat panas pada temperatur
68C. Hingga saat ini Sprinkler masih diperlukan pada bangunan
gedung, karena sistem sprinkler otomatik telah terbukti paling efektif
dalam memadamkan kebakaran. Namun sangat disayangkan jika
detektor panas dan hanya perlu dilengkapi dengan detektor asap. Bila
kebakaran terus terjadi, maka di dalam ruangan/ kompartemen akan
terbentuk 2 lapisan yaitu, (a) lapisan asap di atas, dan (b) lapisan
relatif bebas asap di bawahnya. Temperatur dan ketebalan lapisan
asap akan naik dan terus bertambah selama terjadi kebakaran.
Sedangkan temperatur lapisan bebas asap di bawahnya relatif sama
dengan temperatur ruangan.
Pada saat sprinkler beroperasi, temperatur ruangan (bukan
temperatur nyala api) relatif tidak berubah atau kenaikannya tidak
besar, kecuali terjadi kegagalan sistem sprinkler sehingga kebakaran
tidak padam dan lapisan asap akan terus turun ke lantai. Hal ini dapat
diprediksikan dengan program simulasi kebakaran di kompartemen
(Program CFAST dan ASET). Meskipun persentase kegagalan
sprinkler adalah sangat kecil dibanding keberhasilannya, sprinkler
dapat gagal terutama karena sebab-sebab berikut, pertama, kesalahan
rancangan, sistem sprinkler haras dirancang sesuai dengan tingkat
resiko bahaya kebakaran bangunan. Misalnya bangunan dengan
hunian apartemen di atas dan paserba di podium, mempunyai risiko
bahaya yang berbeda, dengan demikian rancangan densitasnya pun
berbeda. Kedua, kesalahan instalasi, pengawasan pelaksanaan di
lapangan kuang, misalnya posisi kepala sprinkler terhadap langit-
langit dan rintangan (kolom dan balok struktur) tidak memenuhi
persyaratan instalasi sehingga sangat mengurangi kinerja sprinkler.
Ketiga, tidak adanya program inspeksi, tes dan pemeliharaan berkala
yang sesuai standar (NFPA 25), mengakibatkan sistem tidak
beroperasi saat diperlukan bila terjadi kebakaran. Dan keempat, ciri-
ciri bangunan seperti arsitektur terbuka sehingga lantai terbuka ke
udara luar, dan kompartemen yang tidak mempunyai ketahanan api
(dari bahan mudah terbakar kayu dan lain-lain). Ciri-ciri tersebut
mempengaruhi kinerja sistem sprinkler.
Sistem sprinkler bekerja secara otomatis dengan
memancarakan air bertekanan ke segala arah untuk memadamkan
a) Warna segel:
1) Warna putih pada temperatur 93 C
2) Warna biru pada temperatur 141 C
3) Warna kuning pada temperatur 182 C
4) Warna merah pada temperatur 227 C
5) Tidak berwarna pada temperatur 68 C / 74 C
b) Warna cairan dalam tabung:
1) Warna jingga pada temperatur 53 C
2) Warna merah pada temperatur 68 C
3) Warna kuning pada temperatur 79 C
4) Warna hijau pada temperatur 93 C
5) Warna biru pada temperatur 141 C
6) Warna ungu pada temperatur 182 C
7) Warna hitam pada temperatur 201 C 260 C
Sistem sprinkler harus mengacu pada standar yang telah
ditentukan untuk menjamin kualitas dan keandalannya. Bila
menggunakan standar Inggris sebagai acuannya adalah:
1. British Standart Code of Practice CP 402.201 (1952)
2. The Rules of The Fire Offices Committee for Automatic
Sprinkler Installations
Code of practices berfungsi sebagai acuan untuk memberikan
rekomendasi mengenai perencanaan bagian-bagian dari komponen,
material yang harus dipakai, pemeriksaan dan pemeliharaannya.
Apabila melibatkan pihak asuransi, maka untuk pemasangan dan
pemeliharaanya harus mengikuti fire offices committee rules.
Code of practices dan fire offices committee yang menjamin
bahwa sistem sprinkler yang dipasang telah memenuhi standart,
sehingga kesalahan atau ketidakhandalan dari sistem jarang terjadi.
Bila automatic sprinkler tidak berfungsi letak kesalahannya
adalah kesalahan dari penggunaan bangunan itu sendiri seperti
perubahan struktur bangunan, dilakukan perombakan dekorasi dan
perubahan pemakaian dari gedung tersebut, sistem pemeliharaan yang
3. Susunan pipa
Susunan pipa instalasi sprinkler:
a. Susunan cabang ganda.
Susunan sambungan di mana pipa cabang disambungkan ke
dua sisi pipa pembagi.
b. Susunan cabang tunggal.
Susunan sambungan di mana pipa cabang disambungkan ke
satu sisi dari pipa pembagi.
c. Susunan pemasukan di tengah.
Susunan penyambungan di mana pipa pembagi mendapat
aliran air dari tengah
d. Susunan pemasukan di ujung.
Susunan penyambungan di mana pipa pembagi mendapat
aliran dari ujung.
4. Klasifikasi Hunian
Klasifikasi sifat hunian adalah klasifikasi tingkat risiko bahaya
kebakaran yang diklasifikasikan berdasarkan struktur bahanbangunan,
banyaknya bahan yang disimpan di dalamnya, serta sifat kemudahan
terbakarnya, jugaditentukan oleh jumlah dan sifat penghuninya.
Klasifikasi sifat hunian dibagi atas:
a. Hunian Bahaya Kebakaran Ringan.
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan
panas rendah, sehingga menjalarnya api lambat.
b. Hunian Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok I.
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar
dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 m dan apabila terjadi
5. Pipa Penyalur
Pipa penyalur untuk sistem springkler tidak boleh
dihubungkan pada sistem lain kecuali seperti dibawah ini:
a. Jaringan kota.
2.4.2 GambarPerencanaan
Gambar perencanaan harus dibuat dengan skala tertentu, pada
kertas gambar yang berukuran sama dan harus memuat denah tiap
lantai. Gambar perencanaan harus dapat diperbanyak dengan mudah.
Hal-hal seperti dibawah ini harus tercantum dalam gambar
perencanaan :
a) Nama pemilik dan jenis hunian
b) Alamat.
c) Klasifikasi bahaya kebakaran.
d) Arah mata angin
e) Kontruksi atap dan langit-langit.
f) Potongan gedung.
g) Letak dinding tahan api.
h) Letak dinding pemisah.
i) Jenis hunian tiap ruang atau kamar
j) Letak tempat-tempat yang tertutup dan penyimpanan barang
k) Ukuraan pipa dan tekanan air bersih kota dan apakah
merupakan ujung buntu atau jaringan melingkar
l) Penyedian air cara lain dengan tekanan atau gravitasi
b. TangkiGravitasi
Tangkiyangdiletakkan
padaketinggiantertentudandirencanakandenganbaikdapa
t diterimasebagaisistempenyediaan
air.Kapasitasdanletakketinggian tangkiharus
memberikanalirandantekananyangcukup.
tertentudaridasartangki,sehinggapersediaan
minimumyangdiperlukanuntuk
pemadamkebakarandapatdipertahankan.
3. Mempunyailubangalirankeluaruntukkrankebakar
anpadaketinggiantertentu dari
dasartangki,sehinggapersediaan
minimumyangdiperlukanuntuksistemspringkler
otomatisdapatdipertahankan.
c. TangkiBertekanan
Tangkibertekananyangdirencanakan
denganbaikdapatditerimasebagaisistem
penyediaanair.Tangkibertekananharusdilengkapidengan
suatucara yangdibenarkanagar tekananudara
dapatdiatursecaraotomatis.Apabilatangkibertekananmer
upakansatu-satunya sistempenyediaan air,sistemtersebut
harus jugadilengkapi dengan alat tanda bahaya yang
memberikanperingatanapabila
tekanandanatautinggimukaairdalamtangkiturunmelampa
uibatasyangditentukan.Tandabahayaharusdihubungkand
enganjaringanlistrikyangterpisahdenganjaringan
listrikyangmelayanikompresorudara.
Tangkibertekananhanyabolehdigunakanuntukme
layanisistemspringklerdansistem
slangkebakaranyangdihubungkanpadapemipaanspringkl
er.Tangkibertekananharusselaluterisiair 2/3
penuh,dandiberitekananudaraditambah
dengan3Xtekananyangdisebabkanolehberatair
padaperpipaansistemspringklerdiatas
tangkikecualiditetapkanlainolehpejabatyangberwenang.
d. SambunganPemadamKebakaran
Apabiladisyaratkanharusdisediakansebuahsamb
unganyangmemungkinkan petugas
pemadamkebakaranmemompakan
airkedalamsistemspringkler,ukuranpipaminimum
adalah100m.Pipaberukuran80mmdapatdigunakan,apabil
a dihubungkandengan pipategakberukuran 80 mm
juga.Sambunganpemadamkebakaranharusditempatkanp
adabagiansistem springklerdidekatkatupbalik.
(2r)2 = 2 + 2
4 2 = 2 2
2 2 = 2
= 2 2
x
x R
2 = 2 + 2
2 = 2 2
= 0,5 2
2.11. Pompa
2.11.1 Fungsi dan Cara Kerja Pompa
a. Pompa sprinkler terdiri dari 1 buah pompa hidran listrik sebagai
pompa utama, digunakan bila tekanan/pressure tank turun setelah
jocky pump tidak sanggup lagi mengatasi (jocky pumpakan mati
sesuai dengan setting pressure tank) maka main pump akan
bekerja.
Tabel 2.5 Karakteristik Pompa kebakaran
2.11.2.1 Head
Head adalah energi mekanik yang terkandung dalam satu
satuan berat jenis zat cair yang mengalir atau energi tiap satuan
berat.Head pada pompa biasanya disebabkan oleh kerugian gesek
didalam pipa, belokan-belokan, reducer katup-katup, dan
sebagainya.Head dari instalasi pompa dapat dibedakan menjadi
head statis dan head dinamis. Head terdiri dari tiga bagian, antara
lain:
a. Head Total Pompa
Head total pompa yang harus disediakan untuk
mengalirkan jumlah air dapat ditentukan berdasarkan
kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa. Head
total pompa dapat ditulis sebagai berikut:
2
H = Ha + hp + H1 + 2 ...(2.2)
b. Head Kerugian
1. Kerugian Gesekan dalam Pipa (Major Losses)
Kerugian gesekan didalam pipa bergantung pada
panjang pipa. Untuk menghitung besarnya kerugian
akibat gesekan didalam pipa digunakan persamaan:
L V2
hf f ...(2.3)
D 2.g
Hf : Head karena kerugian gesekan friction (m)
5. Head Tersedia
Untuk mencegah terjadinya kavitasi, maka
diusahakan agar tidak ada bagian aliran didalam
pompa yang mempunyai tekanan uap jenuh.Sehingga
didefinisikan suatu besaran yang berguna untuk
memperkirakan keamanan pompa terhadap terjadinya
kavitasi, yaitu tekanan hisap positif Netto(Net Positif
Suction Head-NPSH).Ada dua jenis NPSH yang harus
dipertimbangkan, yaitu NPSH yang dibutuhkan dan
NPSH yang tersedia.NPSH yang tersedia adalah head
yang dimiliki oleh zat cair pada sisi isap pompa
ekuivalen dengan tekanan mutlak pada sisi isap
pompa, dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat
Gambar 2.14 Jarak maksimum dari obstruksi (semprotan dari sisi dinding)
metrikatau imperial sesuai preferensi dan unit khusus setiap item (seperti
laju aliran) juga dapat dikonfigurasi dan diatur secara individu sesuai
dengan yang diinginkan.
2.12.1 Menu
Bagian ini menjelaskan fitur yang berbeda dari Pipe Flow
Expert. Untuk masing-masing fitur, terdapat penjelasan, screen shoot
dan tabel deskripsi untuk setiap menu dari fitur tersebut. Bagian ini
memberikan petunjuk penggunaan Pipe Flow Expert.
2.12.2 Interface
BAB III
GAMBARAN UMUM DAN METODOLOGI PENELITIAN
7. Bentuk : datar
8. Fungsi bangunan : sesuai dengan fungsi masing-masing
9. Bahan berbahaya:
a. Cu concentrate
b. Slime
c. Misc
d. Bahan kimia lain
10. Peralatan berbahaya :
a. transformer
b. silinder
c. tempat penyimpanan bahan kimia
MULAI
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Pengumpulan Data
Perancangan Sprinkler
1. Penentuan Klasifikasi bangunan
2. Penentuan jenis sprinkler
3. Perhitungan jumlah sprinkler
4. Tata letak sprinkler
5. Penentuan system perpipaan dan pemompaan
6. Permodelan dengan software Pipe Flow Expert
7. Estimasi biaya
SELESAI
BAB IV
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Lantai 1 :
1. Meeting room (1)
2. Meeting room (2)
3. Staff room
4. Fire Assay room
Lantai 2:
1. Observation room
2. Manager Laboratory room
3. Auditorium
4. Administration room
5. Staff room
6. Reading room
7. Library room
8. Clinic
9. Pray Room
10. Document room
11. Meeting and analysis room
12. Pantry
13. Rest room
14. External Auditorium
Sedangkan untuk ruangan yang tidak dianjurkan penggunaan system ini
direkomendasikan untuk menggunakan system perancangan alat pemadam
lainnya seperti APAR Dry Chemical atau APAR Powder, dll atau dapat
menggunakan instalasi sprinkler dengan menggunakan media pemadam buka air
yang lebih efektif dengan bahaya kebakarannya seperti Sprinkler CO2, dll.
Data klasifikasi bahaya dan resiko kebakarannya serta media pemadamnya
yang efektif pada tiap-tiap ruangan dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.1 Perencanaan
Adapun perencanaan awal system ini yang disesuaikan dengan
klasifikasi bahaya bangunan ini meliputi:
1. Perencanaan awal sistem instalasi sprinkler:
4.2 Perancangan
Untuk merancang sistem springkler otomatis pada Laboraturium PT.
Smelting Gresik, maka perlu dilakukan hal-hal berikut :
1. Penempatan Sistem Sprinkler Pada Gedung
a. Springkler dipasang di atas atap gedung, dan pipa springkler
dipasang diatas plafon dengan sprinkler terpasang dibawah
plafon.
b. Untuk pipa springkler horizontal yang dipasang di atas
plafon,Jarak maksimum antara gantungan tidak boleh lebih dari
3,5 mm untuk pipa berukuran 25 mm dan 32 mm, serta tidak
lebih dari 4,5 m untuk pipa berukuran 40 mm dan yang lebih
besar. Ini untuk menjaga pipa agar tetap stabil ketika ada air
bertekanan yang mengalir
2. Penentuan jarak Antar Springkler
a. Berdasarkan standard yang sudah ada,jarak antar kepala
sprinkler yaitu 3,5 meter untuk klasifikasi bahaya kebakaran
sedang II
b. Karena terdapat area yang belum tercover oleh jangkauan
sprinkler tersebut sehingga jarak antar sprinkler sebenarnya
kemudian dihitung jarak antar kepala sprinkler dengan sistem
overlap, yaitu :
= 2 2
3,5 2
= 2( )
2
= 2,475
Jadi jarak antar sprinkler sebenarnya sebesar 2,475 m.
Berdasarkan standart yang sudah ada, jarak kepala sprinkle
ke dinding tidak boleh melebihi 1,7 m. Kemudian dilakukan
penghitungan jarak kepala sprinkler ke dinding untuk perbandingan.
= 0,5 2
3,5 2
= 0,5 ( )
2
= 1,237
Jadi jarak dinding ke sprinkler sebenarnya sebesar 1,237 m.
Hal tersebut berarti sesuai dengan standart yaitu kurang dari 1,7 m.
Hal ini berlaku sebagai acuan untuk semua ruangan yang akan
dipasang springkler, dimana jarak antar springkler tidak bisa diubah
sedangkan jarak springkler bisa di modifiksai sesuai dengan
masing-masing ruangan.
Jumlah sprinkler yang dibutuhkan tiap-tiap ruangan di lantai
1 dihitung pada sumbu x dan sumbu y. Namun juga dapat dihitung
dengan menggunakan jumlah sprinkler secara keseluruhan dari tiap-
tiap ruangan tersebut. Untuk mencari jumlah ruangan tiap sumbu
dapat dihitung dengan persamaan:
(2 )
=
(2 )
=
4 (2 1,237)
=
2,475
= 0,617 1
4 (2 1,237)
=
2,475
= 0,617 1
4 (2 1,237)
=
2,475
= 0,617 1
3. Staff Room
Dimensi ruangan ini terdapat 2 luasan karena terdapat luasan
yang dibatasi oleh tangga dengan ukuran 4 m x 3 m. sehingga luasan
ruangan yang tidak dibatasi tangga adalah 7 m x 5 m. Jumlah
sprinkler yang dibutuhkan pada Staff Room adalah:
7 (2 1,237)
=
2,475
= 1,827 2
5 (2 1,237)
=
2,475
= 1,021 2
8 (2 1,237)
=
2,475
= 2,23 3
7 (2 1,237)
=
2,475
= 1,827 2
10 (2 1,237)
=
2,475
= 3,04 4
7 (2 1,237)
=
2,475
= 1,827 2
7 (2 1,237)
=
2,475
= 1,827 2
4 (2 1,237)
=
2,475
= 0,617 1
3 (2 1,237)
=
2,475
= 0,21 1
3. Auditorium
Dimensi ruangan ini adalah 12 m x 10 m. Jumlah sprinkler
yang dibutuhkan pada Auditorium adalah:
12 (2 1,237)
=
2,475
= 3,85 4
10 (2 1,237)
=
2,475
= 3,04 4
10 (2 1,237)
=
2,475
= 3,04 4
5. Staff Room
Dimensi ruangan ini adalah 8 m x 10 m. Jumlah sprinkler
yang dibutuhkan pada Staff Room adalah:
8 (2 1,237)
=
2,475
= 2,23 3
10 (2 1,237)
=
2,475
= 3,04 4
6. Reading Room
Dimensi ruangan ini adalah 5 m x 3 m. Jumlah sprinkler yang
dibutuhkan pada Reading Room adalah:
.
5 (2 1,237)
=
2,475
= 1,02 2
3 (2 1,237)
=
2,475
= 0,21 1
7. Library
Dimensi ruangan ini adalah 5 m x 5 m. Jumlah sprinkler yang
dibutuhkan pada Library adalah:
5 (2 1,237)
=
2,475
= 1,02 2
5 (2 1,237)
=
2,475
= 1,02 2
.
8. Clinic
Dimensi ruangan ini adalah 3 m x 8 m. Jumlah sprinkler yang
dibutuhkan pada Clinic adalah:
3 (2 1,237)
=
2,475
= 0,21 1
8 (2 1,237)
=
2,475
= 2,23 3
9. Documentation Room
Dimensi ruangan ini adalah 8 m x 8 m. Jumlah sprinkler yang
dibutuhkan pada Administration Room adalah:
8 (2 1,237)
=
2,475
= 2,23 3
8 (2 1,237)
=
2,475
= 2,23 3
12 (2 1,237)
=
2,475
= 3,85 4
8 (2 1,237)
=
2,475
= 2,23 3
4,5 (2 1,237)
=
2,475
= 0,82 1
12. Pantry
Dimensi ruangan ini adalah 3,5 m x 4 m. Jumlah sprinkler
yang dibutuhkan pada Library adalah:
3,5 (2 1,237)
=
2,475
= 0,415 1
4 (2 1,237)
=
2,475
= 0,617 1
3 (2 1,237)
=
2,475
= 0,21 1
12 (2 1,237)
=
2,475
= 3,85 4
V
t freeboard = , dimana A = luas penampang bak air
A
35 m 3
=
40 m 2
= 0,875 m
6
0,87
Air 5m
4m
5m
7m
Selain data diatas juga dapat diketahui head loss pada titik
sprinkler tersebut. Hal itu dapat dihitung dari data total used sum of all item
pada tabel energy data. Pada P31 atau pipa untuk springkler terdekat total
energy yang digunakan adalah 0,000006 kilowatts, dimana 0,000002 kilowatts
energy untuk gesekan pipa dan 0,000004 kilowatts untuk komponen pipa.
Sehingga dengan persamaan 2.12, didapatkan:
PTotal = x g x Qx Htotal
/
0,000006 1000
13
= 1000 9,81 725
3 1000
1
60
0,006 = 118,5375
= 0,000050617
Sedangkan pada P537 atau pipa untuk springkler terjauh total energy
yang digunakan adalah 0,046083 kilowatts, dimana 0,000513 kilowatts energy
untuk subtotal loss untuk pipa dan pompa. Sehingga dengan persamaan 2.12,
didapatkan:
PTotal = x g x Qx Htotal
/
0,046083 1000
13
= 1000 9,81 725
3 1000
1
60
46,083 = 118,5375
= 0,38876
283 buah Rp Rp
Tee 12,500 3,537,500
Rp 28,780,438
4. Biaya Operasional
Biaya
pemasangan 1 set Rp 15000000 Rp 15000000 Rp 15,000,000
instalasi
TOTAL BIAYA KESELURUHAN Rp 147,327,638
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan Sprinkler pada gedung Laboraturium
PT. Smelting Gresik maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sprinkler merupakan alat pemadam api yang penting dimana dalam
pengendalian awal kebakaran adalah dengan memadamkan api
semenjak dini sebelum api tersebut membesar dan sulit untuk
dipadamkan.
2. Dalam pemasangan sistem sprinkler harus memperhatikan klasifikasi
yang ada yaitu klasifikasi kepala sprinkler, klasifikasi gedung merurut
tingginya dan klasifikasi hunian. Standart klasifikasi ini hanya terbatas
untuk penyediaan air. Penggunaan sarana pemadam kebakaran yang
sesuai dengan standart bertujuan untuk menjamin agar dapat bekerja
secara efektif dan efisien Pemasangan sprinkler ini sesuai dengan
SNI0339892000 tentang Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan
Sistem Sprinkler Otomatis Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
Pada Bangunan Gedung.
5.2 Saran
Dari tugas perencanaan sistem sprinkler untuk pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran pada gedung Laboraturium PT. Smelting
Gresik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Dalam perencanaan sistem sprinkler harus lebih teliti dalam
melakukan perhitungan luas ruangan. Hal ini berguna untuk
menentukan jumlah spingkler, sehingga memenuhi ketetapan yang
diatur dalam SNI.
2. Hendaknya berusaha sebaik mungkin degan data-data yang valid
dalam menyelesaikan tugas perencanaan SPPK sehingga hasilnya
dapat maksimal dan memuaskan.
3. Perlu adanya software lainnya sebagai pembanding dan pelengkap agar
didapat validasi terhadap nilai rugi-rugi kehilangan dan besar daya
pompa yang diperlukan pada sistem pemadam kebakaran. Dalam hal
ini dapat digunakan software pembanding seperti CFD (Computation
Fluid Dynamic)
4. Peneliatan ini dapat dilakukan kembali dengan objek serupa dengan
dengan menskenariokan beberapa kondisi kebakaran.
DAFTAR PUSTAKA