Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Angga Wilandika
Program Studi Diploma III Keperawatan, STIKes Aisyiyah Bandung
Email: wiland.angga@gmail.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Perkembangan aktivitas seksual pada masa remaja menjadikan
paparan terhadap infeksi HIV semakin tinggi dan apabila tidak memiliki kemampuan
diri untuk mencegahnya maka akan menyebabkan resiko terjangkitnya infeksi HIV.
Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi intervensi efikasi diri dalam
pencegahan perilaku seksual berisiko HIV pada remaja. Metode yang digunakan
adalah kajian literatur. Penelusuran database dilakukan melalui ProQuest Nusing and
Allied Health Source (Januari 2007 sampai Februari 2017), menggunakan kata kunci
pencarian self-efficacy, HIV/AIDS, intervention, program dan adolescents.
Selain itu, artikel yang dipilih dibatasi hanya pada penelitian yang menggunakan
metode randomized-controlled trial (RCT). Hasil: Kajian menemukan tiga penelitian
yang menggambarkan intervensi atau program yang meningkatkan efikasi diri dalam
pencegahan perilaku seksual berisiko HIV. Intervensi ditemukan menggunakan teknik
edukasi kesehatan atau promosi kesehatan dalam mencegah perilaku seksual
berisiko HIV pada remaja. Intervensi yang ditujukan pada remaja ini berdampak
terhadap keyakinan efikasi diri remaja. Pendidikan kesehatan yang dilakukan
berfokus pada tingkatan individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat serta
penggunaan teknologi sebagai media pemberian edukasi kesehatan tersebut. Penulis
menyimpulkan bahwa intervensi untuk meningkatkan efikasi diri pencegahan harus
dilakukan secara proaktif dan berkelanjutan baik menggunakan pendekatan yang
berfokus kepada individu remaja sendiri ataupun melibatkan peran serta keluarga dan
masyarakat dan menggunakan teknologi komputer. Diskusi: Disarankan untuk
penelitian selanjutnya mengenai intervensi berbasis teknologi yang lebih luas dan
lebih dikenal oleh kalangan remaja untuk mengembangkan efikasi diri dalam
pencegahan perilaku berisiko HIV.
Kata kunci: pencegahan, perilaku seksual berisiko HIV, remaja dan self-efficacy
ABSTRACT
Introduction: The sexual activity development in an early adolescence makes this
age group to have higher exposure to the HIV infection. If this population has no
ability to resist then it will lead to the the risk of HIV cases. Methods: This study is a
literature review. ProQuest Nusing and Allied Health Source (January 2007
February 2017) were searched using keyword term self-efficacy, HIV/AIDS,
intervention, program and adolescents In addition, the chosen article was
restricted to studies using randomized-controlled trial (RCT). Paper that described an
intervenstions that promote a self-efficacy in the HIV sexual risk behavior in
adolescent were selected for review. Results: Three papers met the selection
criteria. The interventions were found using health education or health promotion JURNAL
approach in preventing HIV sexual risk behavior in adolescents. Interventions have
an impact to increase self-efficacy beliefs in adolescent. Health education was
focused on the individual, family, and community level, as well as the technology
SKOLASTIK
also used for the provision of health education. nInvestigator conclude that nurses KEPERAWATAN
should carried out the holistic nature of the dying experience and interventions Vol. 3, No.1
needed to promote a peaceful death and dignity dying for patients and their family. Januari - Juni 2017
Furthermore, interventions to improve self-efficacy of prevention should carried out
proactively and sustainably. Interventions can focus on individual adolescents ISSN: 2443 0935
themselves or involve the participation of families and communities and use E-ISSN: 2443 - 1699
computer technology. Discussion: Further research is to generate a technology-
1
Angga Wilandika
based interventions that is broader and more known by the youth to develop self-efficacy in the prevention of HIV risk
behavior.
(15 menit) melalui telepon sebanyak 4 kali petujuk atau manual yang memudahkan
untuk melakukan dorongan dalam pelaksanaan program ini.
pencegahan perilaku seksual berisiko. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa remaja Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perempuan yang mengikuti program prevalensi penundaan hubungan seksual
memiliki self-efficacy yang lebih tinggi dan penggunaan kondom yang diamati
terhadap pencegahan perilaku berisiko HIV antara remaja laki-laki yang ayahnya
dan penyakit menular seksual lainnya dan berpartisipasi dalam intervensi lebih tinggi.
kejadian infeksi clamydial lebih sedit terjadi Ayah pada kelompok intervensi melaporkan
pada kelompok perlakuan dibandingkan secara signifikan bahwa intensitas diskusi
kelompok kontrol. yang lebih lanjut tentang seksualitas dan
keinginan untuk membahas seksualitas lebih
Penelitian DiIorio, McCarty, Resnicow, Lehr, besar dari pada ayah pada kelompok kontrol.
and Denzmore (2007) bertujuan untuk Hal ini menunjukkan bahwa peran ayah
mempengaruhi perilaku remaja laki-laki dalam meningkatkan self-efficacy pada
salah satunya self-efficacy melalui intervensi remaja dalam pencegahan perilaku berisiko
pencegahan HIV. Penelitian ini HIV sangat penting. Ayah dapat berfungsi
menggunakan metode group-randomized sebagai pendidik penting pada pencegahan
trial terhadap kelompok perlakuan dan HIV dan seksualitas untuk anak-anak
kelompok kontrol. Intervensi dilakukan mereka.
selama 12 bulan dengan pengkajian atau
follow-up wawancara diberkan pada bulan PEMBAHASAN
ke-3, ke-6 dan ke-12. Sejumlah 277 ayah Infeksi HIV/AIDS sangat erat kaitannya
dan anak laki-lakinya diikutsertakan dalam dengan perilaku seksual berisiko. Sama
penelitian ini. Intervensi yang dilakukan seperti Saewyc et al. (2006), yang
disebut The REAL Men Program yang menemukan bahwa remaja baik laki-laki
merupakan singkatan dari Responsible, maupun perempuan memiliki kerentanan
Empowered, Aware, Living. Program ini untuk terinfeksi HIV karena kecenderungan
didasarkan pada social cognitive theory yang tinggi untuk terlibat pada perilaku seksual
bertujuan mempengaruhi perilaku seksual berisiko. Oleh karena itu diperlukan
dengan pendekatan faktor personal, intervensi yang dapat mencegah terjadinya
lingkungan dan sikap. Faktor personal risiko HIV/AIDS ini. Dalam rangka
termasuk self-efficacy, hasil akhir yang mendorong inisiasi program yang dapat
diharapkan dan tujuan kinerja, sedangkan mengurangi perilaku seksual berisiko HIV
faktor lingkungan termasuk dorongan dan pada remaja, diperlukan pemahaman
dukungan diri orang lain. multidimensional yang dapat mempengaruhi
keinginan dan kinerja suatu perilaku (Jones,
Program The Real Men, melibatkan ayah
Thomas-Purcell, Lewis-Harris, & Richards,
sebagai sumber informasi dan komunikasi
2016).
bagi remaja. Topik yang menjadi fokus pada
Berbagai penelitian telah mengungkapkan
program ini tentang monitoring orang tua dan
bahwa faktor penentu dan konsekuensi dari
hubungan dengan teman sebaya,
perilaku seksual pada kalangan remaja
seksualitas pada masa remaja, serta
sebagian besar terkait dengan self-efficacy,
penyebaran dan pencegahan HIV/AIDS.
ide-ide normatif, dan keluarga, serta
Program ini dilaksanakan dengan
pengaruh teman sebaya. Hasil kajian
memeperhatikan sikap perilaku dan latihan
menemukan bahwa intervensi untuk
dalam bersikap melalui role play, diskusi,
meningkatkan self-efficacy remaja pada
permainan dan rekaman. Intervensi
pencegahan perilaku seksual berisiko HIV
dilaksanakan selama 2 jam dalam satu
dapat dilakukan melalui pendekatan
minggu. Setiap partisipan diberikan buku
berbasis individu, keluarga, masyarakat dan
untuk melakukan VCT HIV/AIDS pada orang Sebaliknya, remaja juga memiliki
dewasa (Middelkoop, Myer, Smit, Wood, & kesempatan yang sama untuk berdiskusi
Bekker, 2006). Collective-efficacy dan berbincang dengan ayahnya terkait
masyarakat juga membantu memecahkan masalah seksualitas yang dialaminya. Di
salah satu permasalahan disekitar orang samping itu, keterlibatan ayah dalam
dengan HIV/AIDS (ODHA) yaitu intervensi pencegahan perilaku seksual
berkurangnya stigma negatif pada ODHA. berisiko HIV pada remaja juga mampu
Selain itu, program yang melibatkan meningkatkan kemampuan self-efficacy
keikutsertaan masyarakat akan membantu remaja dalam upaya pencegahan (DiIorio et
dalam melakukan pengawasan terhadap al., 2007).
tindakan atau perilaku seksual berisiko HIV Peran orang tua dalam pencegahan
yang mungkin akan dilakukan oleh remaja di HIV/AIDS sangat penting terutama bagi
lingkungan masyarakat tersebut (Carlson et anaknya yang masih usia remaja. Pada
al., 2012). kebanyakan kasus, peran orang tua dalam
Self-efficacy dan kemampuan komunikasi hal ini sangat kecil. Orang tua kadang kurang
yang baik berhubungan dengan peka terhadap informasi kesehatan seksual
kemungkinan remaja untuk terlibat dalam yang bermanfaat untuk disampaikan kepada
perilaku seksual berisiko HIV. Hal ini sangat anaknya dan bahkan gagal menyampaikan
penting karena terkait dengan meningkatnya informasi sensitif terkait perilaku seksual dan
kebutuhan promosi kesehatan bagi remaja HIV/AIDS. Orang tua baik ayah bagi aank
dan memastikan bahwa pengetahuan laki-lakinya ataupun ibu bagi anak
kesehatan seksual dan reprodiksi serta perempuannya merupakan sumber
informasi mengenai penyakit HIV/AIDS, informasi pendidikan kesehatan seksual dan
penularan dan pencegahannya harus reproduksi yang paling efektif dan paling
diterima oleh remaja. dekat.
Pendekatan yang hampir sama dilakukan Berbeda dengan DiClemente et al. (2009)
oleh DiIorio et al. (2007) dalam upaya dimana pendekatan promosi kesehatan
pencegahan perilaku seksual berisiko HIV untuk meningkatkan self-efficacy
pada remaja. Penelitian dengan metode pencegahan perilaku seksual berisiko HIV
randomized-controlled trial ini menggunakan dilakukan dengan menggunakan media
pendekatan melalui pemberian edukasi teknologi. Peningkatan self-efficacy pada
kesehatan dalam mencegah penyakit remaja untuk menghindari perilaku seksual
menular seksual dan HIV pada kelompok berisiko HIV dilakukan dengan beberapa
remaja. Namun sedikit berbeda, intervensi cara, mulai dari pemberian informasi oleh
yang diberikan kepada remaja ini tidak edukator terlatih secara tatap muka sebagai
hanya melibatkan individu remaja sendiri tahap awal. Selanjutnya dilakukan melalui
tetapi mengikutsertakan peran ayah sebagai media teknologi komunikasi seperti telepon
sumber informasi dan komunikasi bagi untuk memberikan dorongan kepada remaja
remaja. agar selalu berpegang teguh pada
Program yang digagas dengan nama REAL keyakinannya untuk tidak melakukan
Men atau singkatan dari responsible, perilaku seksual berisiko yang mengarah
empowered, aware, living, merupakan kepada infeksi HIV.
program yang bertujuan untuk meningkatkan Promosi kesehatan untuk mengingatkan
self-efficacy remaja untuk menunda remaja mengenai pencegahan perilaku
keinginan hubungan seksual dini pada seksual berisiko HIV melalui penggunaan
remaja dan kemampuan komunikasi teknologi menjadi salah satu intervensi
mengenai seksualitas antara ayah dan anak. pencegahan infeksi HIV pada remaja karena
Program ini juga mendorong ayah untuk sangat sesuai dengan perkembangan
mampu berkomunikasi terbuka dalam teknologi saat ini. Pemberian informasi
mendikusikan mengenai informasi spesifik melalui telepon atau bahkan telepon seluler
HIV/AIDS, penularan dan pencegahannya. dengan memanfaatkan fasilitas internet lebih