Anda di halaman 1dari 10

KAPASITAS PEMERINTAH KOTA BATU

DALAM PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN

Marcelina Ambhika MD, Sarwono, Mohamad Makmur


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: a_mbhik_a@yahoo.co.id

Abstract: In Indonesia, a region gets the right to autonomy according to conditions,


capabilities, and needs of the region. This study aims to describe and analyze the capacity,
performance, and the factors that influence the Batu City Government health service program for
the poor. The research uses descriptive research, a qualitative approach and CDA. The results
showed that the results achieved, Batu City Government has a good capacity in the health service
program for the poor. However, with the increasing number of recipients Jamkesmas means the
Central Government assume the number for poor in Batu City increases. With the high economic
growth, natural conditions and infrastructure that supports the health, health human resources
who have the ability and enough quantity, and high fiscal capacity, the Batu City considered
capable to provide health services to the poor communities independently. Suggestions given are
Batu City has the right to autonomy means having the capacity to convey to Central Government
to reduce the amount of quota recipients Jamkesmas so it can be diverted to other regions that
more in need of the program.

Keywords: Batu City, capacity, service, health, jamkesmas, poor

Abstrak: Di Indonesia, suatu daerah mendapat hak otonomi sesuai dengan keadaan,
kemampuan, dan kebutuhan daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menganalisa kapasitas, kinerja, dan faktor-faktor yang mempengaruhi Pemkot Batu dalam
program pelayanan kesehatan bagi maskin. Penelitian menggunakan penelitian deskriptif,
pendekatan kualitatif dan CDA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan hasil yang dicapai,
Pemkot Batu memiliki kapasitas yang baik dalam program pelayanan kesehatan bagi maskin.
Namun, dengan bertambahnya jumlah penerima Jamkesmas berarti Pemerintah Pusat
menganggap jumlah maskin di Kota Batu juga bertambah. Dengan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, kondisi alam dan sarana-prasarana kesehatan yang mendukung, SDM Kesehatan yang
memiliki kemampuan dan jumlah cukup, serta kapasitas fiskal yang tinggi, maka Kota Batu
dianggap mampu memberikan pelayanan kesehatan bagi maskinnya secara mandiri. Saran yang
diberikan adalah Kota Batu memiliki hak otonomi, berarti memiliki kapasitas menyampaikan
pada Pemerintah Pusat untuk mengurangi jumlah kuota penerima Jamkesmas sehingga dapat
dialihkan untuk daerah lain yang lebih membutuhkan program tersebut.

Kata kunci: Kota Batu, kapasitas, pelayanan, kesehatan, jamkesmas, miskin

Pendahuluan pemberian pelayanan publik yang lebih


Otonomi daerah di Indonesia meru- memuaskan, pengakomodasian partisipasi
pakan pemberian hak, wewenang dan masyarakat, pengurangan beban pemerintah
kewajiban daerah untuk mangatur dan pusat, penumbuhan kemandirian dan
mengurus rumah tangganya sendiri. Hak itu kedewasaan daerah, serta penyusunan
diperoleh melalui penyerahan urusan program yang lebih sesuai dengan
pemerintahan dari Pemerintah Pusat kepada kebutuhan daerah. Salah satu urusan yang
Pemerintah Daerah sesuai dengan keadaan, diserahkan kepada Pemerintah Daerah
kemampuan, dan kebutuhan daerah untuk adalah penanganan bidang kesehatan.
menerima sesuatu hak otonomi. Hasil yang Dalam UUD 1945 pasal 28 H ayat (1)
diharapkan dari otonomi seperti yang dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
dikemukakan oleh Rasyid (1997, h.102) 2009, menetapkan bahwa kesehatan adalah
bahwa pemberian otonomi menghasilkan hak fundamental setiap warga negara.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 900-909 | 900


Karena itu setiap individu, keluarga dan kemampuan individu, organisasi atau sistem
masyarakat berhak memperoleh perlin- untuk menjalankan fungsi sebagaimana
dungan terhadap kesehatannya, dan negara mestinya secara efisien, efektif dan terus-
bertanggung jawab mengatur agar menerus. Istilah sebagaimana mestinya
masyarakat terpenuhi hak hidup sehatnya. menegaskan bahwa fungsi tersebut harus
Untuk menjamin terpenuhinya hak hidup spesifik dan didefinisikan dalam setiap
sehat bagi seluruh penduduk termasuk kasus yang harus disesuaikan dengan dasar
penduduk miskin dan tidak mampu, beberapa kriteria. Dalam prakteknya, fungsi
pemerintah bertanggung jawab atas sebagaimana mestinya diterapkan dalam arti
ketersediaan sumber daya di bidang bahwa kapasitas tersebut harus dikaitkan
kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh dengan tugas pokok yang diterapkan dari
masyarakat untuk memperoleh derajat pekerjaan tim organisasi atau sistem.
kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam pemikiran dewasa ini adalah
Pemerintah menyadari bahwa masya- kaitannya dengan manajemen strategis,
rakat, terutama masyarakat miskin, sulit kemudian fungsi dianggap sesuai jika telah
untuk mendapatkan akses pelayanan turut menyumbang tercapainya misi dan
kesehatan. Untuk memenuhi hak rakyat atas tujuan strategis dari tim, organisasi atau
kesehatan, pemerintah mengalokasikan dana sistem. Bagaimanapun kurang memper-
bantuan sosial sektor kesehatan yang hatikan tugas inti bukan berarti kurang
digunakan sebagai pembiayaan bagi memperhatikan perlunya untuk menye-
masyarakat, khususnya masyarakat miskin, suaikan kapasitas dengan kebutuhan-
bantuan sosial tersebut direalisasikan dalam kebutuhan dan tantangan-tantangan baru.
bentuk Jamkesmas yang penyelengaraannya Brown (2003, h.9) dalam Sari (2012, h.19-
dalam skema asuransi sosial. Pelaksanaan 20) juga mengemukakan pemahaman
dari pelayanan kesehatan melalui program mengenai kapasitas:
Jamkesmas dimana sasarannya terdapat di
daerah maka dibutuhkan adanya peran What exactly capacity and how can
Pemerintah Daerah yang merupakan it be measured ? There is a multitude of
pelaksana program-program nasional yang concept and definition about what
sasarannya ada di daerah, sehingga dalam exactly capacity is. Usually they all
hal ini pelaksanaan pelayanan kesehatan refer to the abilities of individuals or
bagi masyarakat miskin ini dapat berjalan organizations to perform functions and
sebagaimana mestinya. to achieve stated objectives. However,
Berdasarkan uraian latar belakang capacity means more than technical
tersebut diatas, maka permasalahan yang competence, or the availability of
diangkat dalam penelitian ini adalah: sufficient financial or material
resources. The capacity concept
1. Bagaimana kapasitas Pemerintah Kota includes how such inputs area being
Batu dalam program pelayanan applied and used to produce certain
kesehatan bagi masyarakat miskin? outputs, results, outcome. May authors
2. Bagaimana kinerja Pemerintah Kota see capacity as something that is
Batu dalam melaksanakan program dynamic, multidimensional, and
pelayanan kesehatan bagi masyarakat directly or indirectly influenced by
miskin? conceptual factors.
3. Apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam pelaksanaan (Apakah sebenarnya kapasitas itu dan
program pelayanan kesehatan bagi bagaimana cara mengukurnya? Ada
masyarakat miskin? sangat beragam konsep dan definisi
atas istilah capacity tersebut.
Tinjauan Pustaka Umumnya kapasitas adalah kemam-
A. Konsep Kapasitas puan dari individual atau organisasi
Milen (2004, h.12) dalam Sari (2012, untuk menunjukkan fungsinya dan
h.18) menyebutkan kapasitas adalah mendapatkan nilai obyektifnya.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 900-909 | 901


Bagaimanapun juga kapasitas berarti mencapai tingkat kesempatan kerja yang
lebih dari sekedar kompetisi teknik, tinggi, tingkat stabilitas yang semestinya,
atau ketersediannya kemampuan dan laju pertumbuhan ekonomi yang tepat.
finansial atau sumber materi. Konsep
kapasitas juga mengandung bagaimana C. Pelayanan Bidang Kesehatan
suatu input digunakanm dan diterapkan 1. Pengertian Pelayanan Kesehatan
untuk menghasilkan output tertentu, Pelayanan kesehatan merupakan suatu
hasil dan pengeluaran. Banyak bentuk upaya kesehatan sebagaimana dalam
pengarang atau penulis melihat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
kapasitas sebagai sesuatu yang dinamis, yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan
multidimentional dan secara langsung meningkatkan kesehatan yang dilakukan
atau tidak langsung dipengaruhi faktor oleh pemerintah dan atau masyarakat.
kontektual). Upaya kesehatan yang dimaksud adalah
yang merata dan terjangkau oleh masyarakat
Kapasitas tidak berdiri sendiri, tetapi di seluruh wilayah termasuk fakir miskin
dikaitkan dengan kinerja, sebagai contoh, dan orang terlantar.
cara kerja yang buruk dari seseorang,
organisasi atau sistem dikaitkan dengan 2. Standard Pelayanan Kesehatan
tujuan atau kriteria kinerja bisa dikarenakan Berdasarkan Peraturan Menteri
oleh banyaknya kelemahan kapasitas atau Kesehatan RI Nomor 741/ MENKES/ PER/
yang oleh Milen (2004, h.35) disebut VII/ 2008 Menteri Kesehatan Republik
sebagai kelonggaran kapasitas. Indonesia menyebutkan standard pelayanan
minimal di bidang kesehatan meliputi :
B. Peran Pemerintah Daerah a. Pelayanan Kesehatan Dasar:
Muluk (2007, h.57) mengemukakan 1) Cakupan kunjungan Ibu hamil
bahwa pandangan tradisional tentang peran K4 95% pada Tahun 2015;
pemerintah selalu mengacu pada apa yang 2) Cakupan komplikasi kebidanan
diungkapkan oleh Adam Smith dalam yang ditangani 80% pada
bukunya yang terkenal Wealth of Nations. Tahun 2015;
Pandangan ini menempatkan peran 3) Cakupan pertolongan
pemerintah secara terbatas hanya pada persalinan oleh tenaga
pertahanan, pengadilan, dan polisional. kesehatan yang memiliki
Selanjutnya Musgrave dan Musgrave kompetensi kebidanan 90%
(1991) dalam Muluk (2007, h.58) pada Tahun 2015;
mengungkapkan bahwa peran pemerintah 4) Cakupan pelayanan nifas 90%
berkembang menjadi fungsi alokasi, fungsi pada Tahun 2015;
distribusi, dan fungsi stabilisasi. Fungsi 5) Cakupan neonatus dengan
alokasi menunjukkan peran pemerintah komplikasi yang ditangani 80%
untuk mengatasi kegagalan mekanisme pada Tahun 2010;
pasar dengan menyediakan public goods, 6) Cakupan kunjungan bayi 90%,
atau dengan mengalokasi seluruh sumber pada Tahun 2010;
dana yang ada agar dapat dipergunakan, 7) Cakupan Desa/Kelurahan
baik sebagai private maupun public goods Universal Child Immunization
dan menentukan komposisi dari public (UCI) 100% pada Tahun 2010;
goods. Regulasi yang dilakukan pemerintah 8) Cakupan pelayanan anak balita
juga termasuk dalam fungsi alokasi ini. 90% pada Tahun 2010;
Selanjutnya, fungsi distribusi merupakan 9) Cakupan pemberian makanan
tugas pemerintah untuk melakukan pendamping ASI pada anak
penyesuaian terhadap distribusi pendapatan usia 6 24 bulan keluarga
dan kekayaan guna menjamin terpenuhinya miskin 100% pada Tahun 2010;
kondisi yang adil dan merata. Sedangkan 10) Cakupan balita gizi buruk
fungsi stabilisasi merupakan penggunaan mendapat perawatan 100%
kebijakan anggaran sebagai suatu alat untuk pada Tahun 2010;

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 900-909 | 902


11) Cakupan Penjaringan kesehatan a) Dana amanat dan nirlaba dengan
siswa SD dan setingkat 100% pemanfaatan untuk semata-mata
pada Tahun 2010; peningkatan derajat kesehatan
12) Cakupan peserta KB aktif 70% masyarakat miskin;
pada Tahun 2010; b) Menyeluruh (komprehensif) sesuai
13) Cakupan penemuan dan dengan standar pelayanan medik
penanganan penderita penyakit yang cost effective dan rasional;
100% pada Tahun 2010; c) Pelayanan terstruktur, berjenjang
14) Cakupan pelayanan kesehatan dengan portabilitas dan ekuitas; dan
dasar masyarakat miskin 100% d) Efisien, transparan dan akuntabel.
pada Tahun 2015.
b. Pelayanan Kesehatan Rujukan b. Pengembangan Jaminan Kesehatan
1) Cakupan pelayanan kesehatan di Daerah (Jamkesda)
rujukan pasien masyarakat Dalam rangka memperluas cakupan
miskin 100% pada Tahun 2015; kepesertaan di luar kuota sasaran yang
2) Cakupan pelayanan gawat sudah tercakup dalam program Jamkesmas
darurat level 1 yang harus (Nasional), Pemerintah Daerah Propin-
diberikan sarana kesehatan si/Kabupaten/Kota yang memiliki kemam-
(RS) di Kabupaten/ Kota 100% puan sumber daya memadai dapat
pada Tahun 2015. mengelola dan mengembangkan program
c. Penyelidikan Epidemiologi dan Jamkesda di daerahnya masing-masing.
Penanggulangan Kejadian Luar Untuk menyelenggarakan jaminan kese-
Biasa/ KLB Cakupan Desa/ hatan di daerah, agar terjadi harmonisasi dan
Kelurahan mengalami KLB yang sinkronisasi maka mekanisme penyeleng-
dilakukan penyelidikan garaannya seyogyanya mengikuti pula
epidemiologi < 24 jam 100% pada prinsip-prinsip asuransi sosial seperti:
Tahun 2015. a. tidak bersifat komersial (nirlaba).
d. Promosi Kesehatan dan b. pelayanan bersifat komprehensif.
Pemberdayaan Masyarakat c. portabilitas.
Cakupan Desa Siaga Aktif 80% d. kendali mutu dan kendali biaya.
pada Tahun 2015. e. efisien dan efektif, transparan,
akuntabel.
3. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Miskin Selain memenuhi prinsip tersebut di
a. Jaminan Kesehatan Masyarakat atas, agar pelaksanaanya di lapangan dapat
(Jamkesmas) berjalan dengan baik, berkesinambungan
Jamkesmas adalah bantuan sosial untuk (sustainable) serta tidak menimbulkan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat duplikasi (anggaran, sasaran dan benefit
miskin dan tidak mampu yang iurannya yang diterima) maka beberapa hal penting
dibayar oleh Pemerintah, diselenggarakan perlu diperhatikan sebelum menyeleng-
oleh Kementerian Kesehatan sejak tahun garakan Jamkesda, adalah sebagai berikut:
2008 dan merupakan perubahan dari a. kemampuan sumber daya yang
Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan cukup dan berkualitas.
bagi Masyarakat Miskin/JPKMM atau lebih b. keterjangkauan Sarana dan
dikenal dengan program Askeskin yang Prasarana Pelayanan (accessible).
diselenggarakan pada tahun 2005 s.d. 2007. c. rujukan yang terstruktur dan
Pelaksanaan program Jamkesmas berjenjang.
mengikuti prinsip-prinsip penyelenggaraan d. Sistim Pencatatan dan Pelaporan
yang diatur dalam Peraturan Menteri yang terintegrasi dengan Jamkes-
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/ mas.
MENKES/ Per/ V/ 2011 tentang Pedoman e. harmonisasi dan sinkronisasi
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan dengan program Jamkesmas.
Masyarakat, yaitu:

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 900-909 | 903


(www.pancurbatu.wordpress.com. digunakan untuk menjawab permasalahan
diakses pada 04 Maret 2013) sesuai dengan fokus penelitian yang ingin
diteliti. Penelitian ini mengambil situs pada,
Metode Penelitian Dinas Kesehatan Kota Batu dengan tujuan
Penelitian ini menggunakan jenis pada dinas tersebut akan diperoleh
penelitian deskriptif dengan pendekatan gambaran, deskripsi, validasi dan aktualisasi
kualitatif dan Critical Discourse Analysis data yang berhubungan dengan penelitian.
(Analisis Wacana Kritis). Fokus dalam
penelitian ini adalah: Pembahasan
1. Kapasitas Pemkot Batu dalam 1. Kapasitas Pemerintah Kota Batu
pelayanan kesehatan bagi masyarakat dalam pelayanan kesehatan bagi
miskin dilihat dari kemampuan masyarakat miskin
menjalankan fungsi alokasi, distribusi, a. Fungsi Alokasi
dan stabilisasi Fungsi alokasi menunjukkan peran
2. Kinerja Pemkot Batu dalam pelayanan pemerintah untuk mengatasi kegagalan
kesehatan bagi masyarakat miskin mekanisme pasar dengan menyediakan
berdasarkan indikator MDGs, seperti: public goods, atau dengan mengalokasi
Memberantas kemiskinan dan seluruh sumber dana yang ada agar dapat
kelaparan, menurunkan kematian anak, dipergunakan, baik sebagai private maupun
dan menurunkan kematian ibu public goods dan menentukan komposisi
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dari public goods. Di Kota Batu komposisi
pelaksanaan program pelayanan dari public goods jauh lebih kecil dari privat
kesehatan bagi masyarakat miskin yang goods yang ditunjukkan dengan banyaknya
terdiridari faktor pendukung dan jumlah praktek dokter perorangan dan
penghambat. praktek pengobatan tradisional.

Penelitian ini mengambil lokasi di b. Fungsi Distribusi


Kota Batu. Dipilihnya Kota Batu sebagai Distribusi tenaga kesehatan lebih
lokasi penelitian karena kota ini terdapat banyak berada di rumah sakit dari pada
potensi yang baik mengenai pengembangan puskesmas dan sarana kesehatan lainnya.
kesehatan masyarakatnya melalui pelayanan Sedangkan distribusi sarana kesehatan
kesehatan yang disediakan oleh pemerintah. sudah merata di 3 kecamatan di Kota Batu.
Selain itu, selama ini perekonomian Kota
Batu menunjukkan perkembangan yang c. Fungsi Stabilisasi
cukup baik dari tahun ketahun. Perbaikan Fungsi stabilisasi merupakan
infrastruktur yang memadai dan ditunjang penggunaan kebijakan anggaran sebagai
dengan kebijakan pemerintah dalam suatu alat untuk mencapai tingkat
peningkatan ekonomi, maka pertumbuhan kesempatan kerja yang tinggi, tingkat
ekonomi Kota Batu mencapai 8,04% pada stabilitas yang semestinya, dan laju
tahun 2011. Namun hal itu juga pertumbuhan ekonomi yang tepat.
mengakibatkan bertambahnya jumlah Produk Domestik Regional Bruto
masyarakat miskin di Kota Batu yang pada (PDRB) adalah total nilai produksi barang
tahun 2012 yang mencapai 5.439 keluarga. dan jasa yang diproduksi dalam waktu
Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tertentu (1 tahun). Dalam penghitungannya
cukup tinggi tersebut, Kota Batu dianggap nilai PDRB didasarkan atas dasar harga
mampu memenuhi kebutuhan masyara- berlaku dan atas dasar harga konstan.
katnya di bidang kesehatan, khususnya Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dari
pelayanan kesehatan bagi masyarakat PDRB atas dasar harga konstan, sehingga
miskin. pertumbuhan ini sudah tidak dipengaruhi
Adapun yang dimaksud dengan situs faktor harga atau dengan kata lain benar-
penelitian adalah tempat atau lokasi yang benar murni disebabkan oleh kenaikan
akan dijadikan sebagai tempat untuk produksi sektor pendukungnya.
memperolah data dan informasi yang

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 900-909 | 904


Pada tahun 2011, perekonomian Kota dan kenaikan gaji PNS sebesar 10%
Batu menunjukkan proses pertumbuhan mengakibatkan sub sektor Pemerintahan
ekonomi yang cukup tinggi. Seluruh sektor memberi sumbangan terbesar bagi sektor
kegiatan memberikan sumbangan yang Jasa. Sementara itu, sektor pertambangan
positif terhadap pertumbuhan Produk dan penggalian mencatat inflasi paling
Domestik regional Bruto (PDRB) yang rendah dibanding sektor-sektor lainnya.
cukup tinggi yakni 8,04%, yang berarti
sedikit lebih lambat dibandingkan tahun- 2. Kinerja Pemerintah Kota Batu dalam
tahun sebelumnya. Meskipun pertumbuhan melaksanakan pelayanan kesehatan bagi
pada 2011 cukup tinggi, namun ditinjau dari masyarakat miskin
struktur produksi sektoral, pertumbuhan Dari tujuh tujuan yang ada dalam
yang terjadi kurang mencerminkan pondasi Millenium Development Goals (MDGs)
yang menggembirakan bagi pertumbuhan beserta indikator-indikator dari masing-
yang lebih berkelanjutan, terutama masing tujuan, yang secara langsung dan
mengingat masih rendahnya pertumbuhan tidak langsung terkait dengan masalah
Sektor Industri Pengolahan yang kemiskinan dan kesehatan, seperti:
mempunyai keterkaitan hulu-hilir terbesar. prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk,
Terlepas dari masih rendahnya angka Angka Kematian Bayi (AKB), Angka
pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Kematian Ibu (AKI), dan proporsi kelahiran
Kota Batu, kecenderungan laju pertumbuhan yang ditolong tenaga kesehatan, semuanya
yang terus meningkat sejak tahun 2001 telah dicapai oleh Kota Batu, bahkan
sebenarnya memberikan momentum yang semuanya melampaui target dari MDGs
baik bagi proses peningkatan pertumbuhan 2015. Meskipun terdapat satu indikator yang
ekonomi. Namun demikan, momentum belum tercapai di Kota Batu pada tahun
tersebut belum sepenuhnya dapat 2011, yaitu masih tingginya Angka
dimanfaatkan secara optimal. Dari struktur Kematian Ibu (AKI), tetapi dengan sarana
produksi, rendahnya pertumbuhan sektor prasarana pelayanan kesehatan yang bisa
industri menyebabkan kenaikan permintaan dikategorikan lengkap, baik yang dikelola
konsumsi tidak sepenuhnya dapat dipenuhi pemerintah, swasta, maupun yang berbasis
oleh produksi lokal. Kesenjangan antara masyarakat (posyandu, desa siaga), jumlah
produksi dengan permintaan ini diisi oleh tenaga kesehatan yang cukup mumpuni dan
barang-barang yang berasal dari daerah lain berkompeten dibidangnya untuk memberi
atau impor sebagaimana terindikasi oleh pelayanan kesehatan, jumlah anggaran yang
kenaikan impor barang konsumsi dari besar dari berbagai sumber baik dari dalam
daerah lain. atau luar negeri, dan mengingat
Dengan pola pertumbuhan seperti yang perekonomian Kota Batu menunjukkan
telah diuraikan di atas, angka pertumbuhan proses pertumbuhan ekonomi yang cukup
yang dihasilkan lebih rendah dari tahun tinggi yang berdampak pada meningkatnya
sebelumnya, struktur perekonomian masih jumlah pendapatan daerah Kota Batu, maka
kurang memberi pondasi yang kuat bagi Kota Batu dinilai mampu memberikan
pertumbuhan yang berkesinambungan. pelayanan kesehatan untuk masyarakatnya
Tingkat inflasi Kota Batu selama tahun termasuk masyarakat miskin.
2011 yang diukur dengan indeks implisit
PDRB mengalami penurunan dibandingkan 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tahun sebelumnya yaitu dari 6,18% menjadi Pemerintah Kota Batu dalam
5,12%. Berdasarkan sektor ekonomi, laju menjalankan pelayanan kesehatan bagi
inflasi pada laporan terutama berasal dari masyarakat miskin
sektor pertanian mencatat kenaikan sebesar a. Komitmen politik
6,79%. Pada urutan kedua dan ketiga Komitmen politik para penyelenggara
berasal dari sektor bangunan dan negara terhadap hak atas kesehatan warga
perdagangan, hotel dan restoran yaitu dapat diketahui dari besarnya anggaran di
sebesar 5,19% dan 5,10%. Kebijakan daerah untuk kesehatan. Di Kota Batu,
pemerintah untuk memberikan gaji ke-13 alokasi belanja langsung kesehatan sebesar

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 900-909 | 905


Capaian
Indikator Acuan Dasar Saat Ini Target
Kota Batu
Prevalensi balita (MDGs 2015):
dengan berat badan 37,5% (Riskesdas 18,5%
5,45%
rendah / gizi (1990) 2007): 18,4% ( RPJMN 2014):
kurang < 15%)
Prevalensi balita (Susenas (Riskesdas (MDGs 2015):
0,12%
gizi buruk 1989): 6,3% 2007): 5,4% 3,15%
Angka Kematian
Bayi (AKB) per 1991 : 68 2007 : 34 (MDGs 2015):
10,4
1.000 kelahiran (SDKI) (SDKI) 23
hidup
Angka Kematian
Balita (AKBA) per 1991 : 97 2007 : 44
(MDGs) 2015: 32 1, 3
1.000 kelahiran (SDKI) (SDKI)
hidup
Angka kematian
1991 : 32 2007 : 19
neonatal (per 1.000 - 4,7
(SDKI) (SDKI)
kelahiran hidup)
(MDGs 2015):
Angka Kematian
390 228 (SDKI 102
Ibu per 100.000 134,5
(SDKI 1990) 2007) (RPJMN 2014):
kelahiran hidup
118
Proporsi kelahiran
47,2%
yang ditolong 77,4% (Susenas (RPJMN 2014):
(Susenas 99,9%
tenaga kesehatan 2009) 90%
1994)
terlatih

selama tujuh tahun berturut-turut tidak penyedia layanan tanpa mengetahui lebih
sampai mencapai 3% dari total anggaran jauh tentang kebutuhan yang sebenarnya
belanja Kota Batu (APBD II). Sedangkan mereka butuhkan.
besar anggaran kesehatan daerah bersumber
APBD II dibandingkan dengan total APBD c. Payung Hukum (Peraturan)
Kabupaten/Kota adalah 4,07%. Padahal, Meskipun urusan kesehatan telah
dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun didesentralisasikan kepada Pemerintah
2009 tentang kesehatan mengamanatkan Daerah, namun dalam prakteknya program
pemerintah untuk mengalokasikan anggaran Jamkesmas masih bersifat top down yang
pembangunan kesehatan diluar gaji pegawai belum tentu sesuai dengan kebutuhan
minimal 10% dari total anggaran belanja. daerah. Sedangkan untuk penyelenggaraan
Hal ini membuktikan bahwa Kota Batu Jamkesda, di Kota Batu belum memiliki
masih belum memprioritaskan sektor peraturan tersendiri dan masih mengikuti
kesehatan. Perda yang dimiliki Pemerintah Provinsi.
Kota Batu ditinjau dari kondisi
b. Akses informasi kesehatan topografinya didominasi wilayah perbukitan
Masyarakat berhak mendapatkan dan pegunungan, hal ini menjadikan Kota
informasi kesehatan yang memadai dan Batu memiliki hawa yang sejuk. Lahan yang
berhak memilih sarana kesehatan. dimiliki sebagian besar adalah lahan yang
Penggunaan istilah bidang kedokteran yang tergolong subur sehingga sektor pertanian
kurang familiar bagi para pasien seringkali dan perkebunan berkembang dengan cukup
mempersulit hubungan antara dokter dan baik. Dengan kondisi alam yang dimiliki ini,
pasien. Kebanyakan masyarakat juga menjadi daya tarik para investor untuk
mengandalkan asas kepercayaan terhadap menanamkan modal di daerah yang terkenal

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 900-909 | 906


dengan daerah dingin untuk mengem- SAPA Indonesia, jumlah masyarakat miskin
bangkan potensi Kota Batu sebagai tujuan di Kota Batu 2011 sebanyak 9.100 jiwa
wisata. Selain itu, kondisi alam yang sejuk (http://www.sapa.or.id/2013-05-13-14-18-
dan subur tersebut, secara tidak langsung 32/data-umum?id=209, diakses pada 6 Juni
mendukung masyarakat Kota Batu memiliki 2013). Sedangkan pada tahun 2013
derajat kesehatan yang baik atau tinggi. Pemerintah Pusat menambah kuota bagi
Situasi derajat kesehatan suatu daerah calon penerima kartu Jaminan Kesehatan
dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Masyarakat (Jamkesmas) sebanyak 5.000.
Kesehatan Masyarakat (IPKM) yang terdiri Dengan tambahan sebanyak ini, sekarang
dari 20 indikator. IPKM adalah indikator jumlah calon penerima kartu tersebut
komposit yang menggambarkan kemajuan menjadi sekitar 39.000 (http://news.malang-
pembangunan kesehatan yang dirumuskan online.com/kuota-jamkesmas-bertambah,
dari data kesehatan berbasis komunitas diakses pada Rabu, 6 Pebruari 2013).
yaitu: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Penambahan itu menunjukkan bahwa
Susenas (Survey Ekonomi Nasional), dan Pemerintah Pusat melihat ada penambahan
Survey Podes (Potensi Desa). Pada orang miskin dan pra miskin di kota wisata
penelitian ini, hanya ditampilkan tiga ini. Jumlah ini semakin banyak karena pra
indikator utama yang mewakili pencapaian miskin, seperti sadikin (sakit sedikit
pembangunan kesehatan masyarakat langsung miskin) dimasukkan. Penambahan
(khususnya yang berhubungan dengan kuota itu tidak sesuai dengan kondisi
masalah kemiskinan) yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi di Batu yang
tujuan-tujuan dalam MDGs yaitu: angka mengalami kenaikan. Kalau jumlah
kematian ibu, angka kematian anak, dan penerima kartu Jamkesmas masih tinggi
status gizi. berarti angka kemiskinan masih tinggi pula.
Dari data-data yang diperoleh dari Secara teori, kebijakan Jamkesmas
berbagai sumber, diolah, dan dipaparkan sebenarnya bersifat bottom up, hal ini
sebelumnya dapat dikatakan bahwa ditunjukkan dengan mekanisme penetapan
masyarkat Kota Batu tergolong masyarakat jumlah masyarakat miskin dan tidak mampu
yang sehat. Hal ini dapat dilihat dari dalam program pelayanan kesehatan bagi
capaian-capaian indikator yang melampaui masyarakat miskin. Dengan mengacu pada
target yang diharapkan. Dan seperti yang data BPS, Pemerintah Kota Batu melalui
dipaparkan sebelumnya, bahwa kesehatan keputusan Bupati/ Walikota menetapkan
penduduk yang baik maka pertumbuhan jumlah masyarakat miskin dan tidak
ekonomi akan baik pula. Hal yang sama mampu. Namun untuk jumlah sasaran
terjadi di Kota Batu. Dari segi perekonian, (kuota) peserta Jamkesmas ditetapkan oleh
pada tahun 2011 perekonomian Kota Batu Kementerian Kesehatan. Dengan diteri-
menunjukkan proses pertumbuhan ekonomi manya drop-dropan data penerima kartu
yang cukup tinggi. Seluruh sektor kegiatan Jamkesmas dari pusat maka Kota Batu tidak
memberikan sumbangan yang positif dapat mengutak-atik data tersebut. Kota
terhadap pertumbuhan Produk Domestik Batu melalui Dinas Kesehatan hanya
regional Bruto (PDRB) yang cukup tinggi. memverifikasi data dari pusat. Sehingga
Namun hal ini berbanding terbalik dengan demikian kebijakan Jamkesmas ini
dengan jumlah masyarakat miskin yang ada pada prakteknya di lapangan menjadi
di Kota Batu. Dari tahun ketahun jumlah bersifat top down. Apabila dilihat dari
masyarakat juga meningkat, kalaupun capaian indikator-indikator dalam MDGs
jumlahnya turun tetapi tidak signifikan. Hal tersebut yang semuanya dapat dicapai, maka
tersebut dapat diketahui dari jumlah seharusnya data jumlah penerima kartu
masyarakat miskin penerima program- Jamkesmas yang diberikan pusat berkurang
program pengentasan kemiskinan, seperti karena dengan capaian yang diraih Kota
Jamkesmas dan Raskin. Kuota penerima Batu menunjukkan bahwa masyarakat Batu
kartu Jamkesmas di Kota Batu pada tahun tergolong sehat.Mengingat Kota Batu adalah
2011 adalah sejumlah 19.797. Padahal, daerah otonom dimana urusan bidang
menurut data yang dikeluarkan Aliansi kesehatan merupakan urusan yang

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 900-909 | 907


didesentralisasikan, dengan pertumbuhan Praktik Pengobatan Tradisional.
ekonomi yang tinggi, kondisi alam dan Sedangkan untuk tenaga kesehatan
sarana-prasarana kesehatan dasar yang Kota Batu memiliki tenaga kesehatan
mendukung, SDM Kesehatan yang memiliki dalam jumlah dan kualifikasi yang
kemampuan cukup, serta kemampuan cukup, namun untuk jumlah tenaga ahli
(kapasitas) fiskal yang tinggi, maka (ahli kesehatan masyarakat, ahli gizi,
Pemerintah Kota Batu dianggap mampu dan sanitarian) masih jauh dibawah
untuk memberikan pelayanan kesehatan standar Indonesia Sehat 2010. Dalam
bagi masyarakat miskinnya secara mandiri. menjalankan roda perekonomiannya,
Sehingga jatah Jamkesmas untuk Kota Batu perekonomian Kota Batu menunjukkan
bisa dikurangi dan dialihkan untuk daerah proses pertumbuhan ekonomi yang
lain yang lebih membutuhkan program cukup tinggi. Seluruh sektor kegiatan
Jamkesmas tersebut. memberikan sumbangan yang positif
Apabila Kota Batu bisa mengurangi terhadap pertumbuhan Produk
ketergantungan Jamkesmas kepada Pusat itu Domestik regional Bruto (PDRB).
akan menjadi nilai lebih untuk Pemerintah 2. Kinerja Pemerintah Kota Batu dalam
Kota Batu. Pemerintah Pusat sebenarnya melaksanakan pelayanan kesehatan
akan dengan senang hati jika ada daerah bagi masyarakat miskin bila dilihat dari
yang mampu menyatakan diri siap mandiri. indikator-indikator dalam tujuan
Hal ini tentunya juga akan membanggakan MDGs, maka semua target dalam
karena Kota Batu bisa menjadi daerah indikator-indikator tersebut telah
percontohan untuk daerah lain yang secara tercapai semua bahkan melampaui
ekonomi dan lain-lain memiliki kemampuan target yang diharapan. Namun untuk
(kapasitas) yang sama atau lebih dari Kota indikator Angka Kematian Ibu (AKI) di
Batu agar tidak bergantung dengan Kota Batu masih tinggi. Penyebab
Jamkesmas dari Pusat, melainkan dapat terjadinya ada dua, yaitu penyebab
memenuhi kebutuhan layanan kesehatan langsung yang didominasi oleh
masyarakatnya secara mandiri. Dengan pendarahan dan sebab tak langsung
berkurangnya persentase data penerima seperti kemiskinan, tingkat pendidikan
kartu Jamkesmas, siapa tahu bisa ada yang lemah dan faktor budaya
program-program lain yang diajukan Kota masyarakat.
Batu kepada Pusat dapat lebih diperhatikan. 3. Yang menjadi faktor pendukung
Misalnya dari program-proram yang ada, Pemerintah Kota Batu dalam pelayanan
program mana yang sekarang lebih kesehatan bagi masyarakat miskin
dibutuhan Kota Batu. Jadi bisa ada adalah adanya sarana prasarana yang
pengalihan bantuan untuk Kota Batu. Tidak memadai, tersedianya tenaga kesehatan
mengambil atau hanya sedikit mengambil dalam jumlah dan kualifikasi yang
Jamkesmas, tetapi bisa meminta agar cukup, pertumbuhan ekonomi yang
program lain yang lebih dibutuhkan tinggi, kondisi alam yang didominasi
masyarakat Batu. perbukitan mendukung untuk
masyarakat Batu memiliki derajat
Kesimpulan kesehatan yang tinggi. Sedangkan yang
1. Kapasitas Pemerintah Kota Batu dalam menjadi faktor penghambat adalah
program pelayanan kesehatan bagi kurangnya komitmen politik
masyarakat miskin, dilihat dari pemerintah dalam mengalokasikan
kemampuan dalam menjalankan ketiga anggaran kesehatan, akses informasi
fungsinya (fungsi alokasi, distribusi, kesehatan masyarakat yang minim,
stabilisasi) sudah berjalan baik. Hal serta tidak adanya perda yang mengatur
tersebut ditunjukkan dengan masalah kriteria miskin dan
penyediaaan public goods berupa pelaksanaan jaminan kesehatan di Kota
Rumah Sakit dan Puskesmas yang Batu, minimnya peralatan medis yang
tersebar disetiap kecamatan, serta ada di Puskesmas. Selain itu, masih
private goods yang didominasi oleh adanya ketidaksinkronan data jumlah

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 900-909 | 908


maskin antara BPS dengan jumlah menghambat Pemerintah Kota Batu
penerima kartu Jamkesmas yang dalam pelaksanaan program upaya
diverifikasi Dinas Kesehatan dan pengentasan kemiskinan.
masyarakat penerima raskin, bisa

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. (2011) Kota Batu dalam Angka 2011. [Internet] Available from:
<http://www.bps.batukota.go.id/kotabatudalamangka2011.html> [Accesed: 10 Desember 2012]
Badan Pusat Statistik. (2012) Kota Batu dalam Angka 2012. [Internet] Available from:
<http://www.bps.batukota.go.id/kotabatudalamangka2012.html> [Accesed: 19 Desember 2012]
DEPKES: Target MDGs Bidang Kesehatan. [Internet] Available from:
<http://wartapedia.com/home.html> [Accessed: 17 April 2012]
Moeloeng, Lexy J. (2008) Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Muluk, Khairul. (2007) Desentralisasi & Pemerintahan Daerah. Malang, Bayumedia.
Purbani, Widyastuti. (2009) Analisis Wacana Kritis dan Analisis Wacana Feminis (Critical Discourse
Analysis and Feminist Discourse Analysis). Jakarta, Media Jaya.
Rasyid, M. Ryaas. (1997) Kajian Awal Birokrasi Pemerintahan dan Politik Orde Baru. Jakarta, Yasir
Watampone.
Sari, Kariza Minetta. (2012) SKRIPSI: Peningkatan Kapasitas Untuk Meningkatkan Responsivitas
Organisasi di Sekretariat Daerah Kabupaten Mojokerto. Malang, FIA, UB.
Sugiono (2008) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung, Alfabeta.
Wiyono, Suko. (2006) Otonomi Daerah Dalam Negara Hukum Indonesia. Jakarta, Faza Media.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/Menkes/Per/V/2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. [Internet] Available from:
<http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/permenkes/2010.pdf> [Accesed: 19 Desember 2012]
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Surabaya, Serba Jaya.
UU No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. [Internet] Available from:
<http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/undang-undang/2009.pdf> [Accesed: 12 Maret 2013]

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 900-909 | 909

Anda mungkin juga menyukai