LAPORAN PRAKTIKUM
Pemantauan Kualitas Udara
1
Pengendalian Emisi Dan Ambien
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Tujuan dari pengukuran kualitas udara ambient ini adalah:
1. Untuk mendapatkan data kandungan polutan meliputi SOx, NOx, O3, NH4
dan partikulat yang terdapat dalam udara ambien di daerah parkiran depan
Jurusan Teknik Lingkungan ITS.
2. Untuk mendapatkan data tingkat kebisingan, kelembapan, suhu udara, dan
kecepatan angin di daerah parkiran depan Jurusan Teknik Lingkungan ITS.
2
Pengendalian Emisi Dan Ambien
Bahan :
- Larutan penyerap (O3, NOx, SOx, NH3, Oksidator)
dilakukan analisa:
dibaca flowrate
B. Parameter partikulat
timbang
kertas saring berat kertas
didesikator 15 menit saring.
analisa @ 10menit
dicatat flow rate pasang filter HVS : dari dalam:
pada alat besi, saringan,kertas saring,
tutup
3
Pengendalian Emisi Dan Ambien
ganti sambungan
catat hasil yang Operasikan dengan sambungan
terbaca pada alat alat selama 15 berbentuk kipas pada
detik ujungnya untuk
pengukuran kecepatan
angin
D. Pengukuran Kebisingan
operasikan dengan
Disiapkan alat menekan tombol Dicatat hasil
sound meter power pada lokasi yang terbaca
level pemantauan selamat pada alat.
1 menit
4
Pengendalian Emisi Dan Ambien
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan (unsur-
unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan
menurunnya kualitas udara (lingkungan). Pencemaran udara merupakan kehadiran satu
atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan
kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-
sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti
polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat
alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan
lokal, regional, maupun global. Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila
pencemaran tersebut terjadi di dalam rumah, di ruang-ruang sekolah ataupun di ruang-
ruang perkantoran maka disebut sebagai pencemaran dalam ruang (indoor pollution).
Sedangkan bila pencemarannya terjadi di lingkungan rumah, perkotaan, bahkan
regional maka disebut sebagai pencemaran di luar ruang (outdoor pollution).
Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap
tersebut berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang
dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor. Selain
itu, gas dan asap tersebut merupakan hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan
bakar, yaitu: CO2 (karbondioksida), CO (karbonmonoksida), SOx (belerang oksida)
dan NOx (nitrogen oksida).
5
Pengendalian Emisi Dan Ambien
6
Pengendalian Emisi Dan Ambien
adalah sebesar 55.129 juta metrik ton. Total seluruh emisi SO2 di dunia sebesar 141.875
juta metrik ton (Earth Trends Country Profiles, 2003).
Jumlah emisi SO2 yang terus bertambah akan menyebabkan meningkatnya
konsentrasi SO2 di atmosfer. Pada konsentrasi tertentu, SO2 dapat menyebabkan
penurunan kualitas air hujan yang diindikasikan melalui pH air hujan. Disamping itu,
peningkatan aerosol di atmosfer akan mengakibatkan peningkatan inti kondensasi yang
terdapat di atmosfer sehingga proses kondensasi pada tetes air (droplet) di udara
meningkat, dan awan yang terbentuk menjadi lebih tebal dan gelap. Akibatnya, radiasi
matahari yang datang ke bumi akan tertahan oleh awan dan dipantulkan kembali ke
angkasa, menyebabkan berkurangnya intensitas radiasi sinar matahari yang sampai ke
permukaan bumi. Pengurangan radiasi sinar matahari yang terjadi tersebut disebut
dengan global dimming, yang mengakibatkan penurunan temperatur global di
permukaan bumi.
7
Pengendalian Emisi Dan Ambien
8
Pengendalian Emisi Dan Ambien
Cara ini dikembangkan sejak tahun 1948 menggunakan filter berbentuk segi
empat seukuran kertas A4 yang mempunyai porositas 0,3 - 0,45 m dengan kecepatan
pompa berkisar 1.000 1.500 lpm. Pengukuran berdasarkan metoda ini untuk
penentuan sebagai TSP (Total Suspended Partikulate). Alat ini dapat digunakan selama
24 jam setiap pengambilan contoh udara ambien.
Cara operasional alat ini adalah sebagai berikut :
1. Panaskan kertas saring pada suhu 105oC, selama 30 menit.
2. Timbang kertas saring, dengan neraca analitik pada suhu 105 oC dengan
menggunakan vinset (Hati-hati jangan sampai banyak tersentuh tangan)
3. Pasangkan pada alat TSP, dengan membuka atap alat TSP. Kemudian
dipasangkan kembali atapnya.
4. Simpan alat HVS tersebut pada tempat yang sudah ditentukan sebelumnya
5. Operasikan alat dengan cara, menghiduo (pada posisi On ) pompa hisap
dan mencatat angka flow ratenya (laju alir udaranya).
6. Matikan alat sampai batas waktu yang telah ditetapkan.
7. Ambil kertasnya, panaskan pada oven listrik pada suhu Timbang kertas
saringnya.
8. Hitung kadar TSPnya sebagai mg/NM3
9
Pengendalian Emisi Dan Ambien
Cara ini menggunakan filter berbentuk lingkaran (Bulat) dengan porositas 0,3-
0,45 m, kecepatan pompa yang dipakai untuk pengangkapan suspensi Particulate
Matter ini adalah 50 500 lpm. Alat MVS dapat dilihat pada Gambar 3.
10
Pengendalian Emisi Dan Ambien
Cara ini menggunakan filter berbentuk lingkaran (Bulat) dengan porositas 0,3-
0,45 m, kecepatan pompa yang dipakai untuk pengangkapan Suspensi Partikulate
Matter ini adalah 10 30 lpm. Alat LVS dapat dilihat pada Gambar 4.
11
Pengendalian Emisi Dan Ambien
BAB III
TABEL PENGAMATAN
12
Pengendalian Emisi Dan Ambien
dimana :
13
Pengendalian Emisi Dan Ambien
14
Pengendalian Emisi Dan Ambien
15
Pengendalian Emisi Dan Ambien
B. REAGEN Oxidator
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Ditimbang 1,25 gram KMnO4 Ciri-ciri fisik:
Berbentuk serbuk, berwarna biru
kehitaman, tidak berbau
16
Pengendalian Emisi Dan Ambien
C. REAGEN O3
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Ditimbang1,361 gram KH2PO4; Ciri-ciri fisik ketiga zat:
3,582 gram NaH2PO4; 1 gram Ketiga zat ini memiliki ciri-ciri
KI hampir sama yaitu berbentuk
serbuk, berwarna putih, dan
tidak berbau.
17
Pengendalian Emisi Dan Ambien
D. REAGEN NH3
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Diencerkan H2SO4 0,5 N pekat Ciri-ciri fisik asam sulfat:
dengan aquades sampai volume Bening, encer, dan berbau
500 ml menyengat
Setelah diencerkan dengan
aquades:
Volume bertambah, bening,
encer, berbau namun tidak
terlalu menyengat
E. REAGEN SOx
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Diambil reagen NH3 yang telah Ciri-ciri fisik reagen NH3:
dibuat sebanyak 0,5 ml Bening, encer, berbau sedikit
menyengat
18
Pengendalian Emisi Dan Ambien
19
Pengendalian Emisi Dan Ambien
20
Pengendalian Emisi Dan Ambien
Nilai
Parameter
DHL Suhu
Blanko 27,2 33.1
sampel 32,2 34.8
21
Pengendalian Emisi Dan Ambien
63.8
63.8
63.7
63.1
63
62.3
62.2
61.9
61.7
60.9
60.5
60.2
59.9
59.4
59.3
58.7
58.2
57.8
57.5
56.8
56.5
56.6
3 Ditentukan selisih nilai tertinggi Nilai terendah: 56.6
dan terendah dari hasil Nilai tertinggi: 78.2
pengukuran
22
Pengendalian Emisi Dan Ambien
0.3
0.1
0
23
Pengendalian Emisi Dan Ambien
24
Pengendalian Emisi Dan Ambien
BAB IV
PEMBAHASAN
25
Pengendalian Emisi Dan Ambien
26
Pengendalian Emisi Dan Ambien
Sedangkan berdasarkan ISPU (Indeks Standart Pencemar Udara) kadar PM10 untuk
nilai 151 adalah 200.
27
Pengendalian Emisi Dan Ambien
masing-masing reagen dimasukkan ke dalam tabung impinger sesuai dengan label yang
telah tertulis di badan impinger. Kemudian impinger dioperasikan selama 30 menit
dengan flow rate 1L /menit di lokasi pemantauan yang telah ditentukan yaitu Parkiran
Teknik Lingkungan ITS. Setelah 30 menit, pengukuran selesai dan dilanjutkan dengan
pengukuran nilai absorbansi untuk reagen NOx, O3, dan NH3 menggunakan
spektrofotometer. Sedangkan untuk SOx dilakukan pengukuran DHL. Kemudian
masing-masing parameter dihitung konsentrasinya.
28
Pengendalian Emisi Dan Ambien
= 1,0701 g/L
= 0,00040878 ppm
4.3.2 Parameter O3
Oksidan dari udara ambien yang telah diserap oleh larutan Neutral Buffer Kalium
Iodida (NBKI) dan bereaksi dengan ion iodide membebaskan iodine (I 2) yang bewarna
kuning muda. Konsentrasi oksidan pada larutan ditentukan secara spektrofotometri
pada panjang gelombang 350 nm (SNI-19-7119.8-2005).
Kurva kalibrasi O3
x y
Kurva Kalibrasi O3 (mg/L)
0.05
y = 0.0837x - 0.0002
Konsentrasi O3 (mg/L)
Absorbansi g/ml
0.04 R = 0.9967
0.086 0.00612
0.03
Konsentrasi O3
0.23 0.0184 0.02 (mg/L)
0.38 0.0306 0.01 Linear (Konsentrasi
O3 (mg/L))
0.54 0.0459 0
0 0.2 0.4 0.6
Absorbansi (A)
29
Pengendalian Emisi Dan Ambien
mg
(0,01917 L 20 )
=
30 1000 /
= 0,00001278 mg/L
= 0,00001278 mg/L
= 0,00000000639 g/m3
0.2 R = 0.9993
0.005 0.005
0.15
0.014 0.01
0.1
0.031 0.02 0.05
0.057 0.04 0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
0.09 0.06
Absorbansi (A)
0.121 0.08
Kurva Kalibrasi NOx Linear (Kurva Kalibrasi NOx )
0.153 0.1
0.184 0.12
30
Pengendalian Emisi Dan Ambien
0.235 0.16
0.273 0.18
0.303 0.2
= 0,00537 l / L
0,00537
Konversi dalam g/m3 = 0,00053195 g/m3
= 10,0949 g/m3
x y 2
Absorbansi mg/L 1.5
y = 8.0132x + 0.0892
1 R = 0.9959
0.052 0.5 0.5
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Absorbansi (A)
31
Grafik Kalibrasi NH4 (mg/L)
Linear (Grafik Kalibrasi NH4 (mg/L))
Pengendalian Emisi Dan Ambien
0.082 0.75
0.11 1
0.15 1.25
0.18 1.5
0.2 1.75
0.24 2
mg
(3,8153 L 20 1000/3 )
=
30 1000 /
= 2,544 /m3
= 2544 g/m3
1,33
= 2544
1000
= 3,3835 g/m3
32
Pengendalian Emisi Dan Ambien
33
Pengendalian Emisi Dan Ambien
Kemudian operasikan alat selama kurang lebih 2 menit pada lokasi pemantauan.
Selama waktu pengukuran 2 menit tersebut akan terbaca hasil pengukuran dan catat
hasil pengukuran berupa angka-angka yang terus terbaca pada alat.
Setelah selesai didapatkan sekitar 64 data. Kemudian data tersebut diurutkan
mulai dari yang tertinggi hingga terendah. Untuk mengetahui tingkat kebisingan lokasi
pemantauan dapat dilakukan perhitungan selisih antara nilai pengukuran tertinggi
dengan terendah. Nilai tertinggi yang didapatkan adalah 78,2 dB sedangkan nilai
terendah adalah 56,6 dB.
34
Pengendalian Emisi Dan Ambien
kecepatan angina sekaligus. Terdari beberapa komponen yang utama yaitu kabel
sambungan untuk pengukuran serta tempat pembaca hasil pengukuran.
Pengukuran dilakukan dengan cara mengoperasikan alat pada lokasi
pemantauan. Untuk pengukuran kelembaban dan suhu dapat dilakukan sekaligus
karena alat ini akan memberikan data keduanya secara bersamaan. Untuk pengukuran
kelembaban dan suhu digunakan sambungan dengan ujung kabel berbentuk bulat.
Pengukuran dilakukan 1-2 menit dan didapatkan hasil pengukuran untuk kelembaban
47,3% dan suhu sebesar 32,9C.
Selanjutnya dilakukan pengukuran kecepatan angin tetap dengan menggunakan
alat Hygro-Thermo-Anemometer namun kabel sambungan yang digunakan untuk
pengukuran diganti dengan kabel yang ujungnya berbentuk seperti kipas. Kemudian
alat dioperasikan selama 15 detik dan dicatat data yang terbaca pada Hygro-Thermo-
Anemometer. Setelah pengukuran didapatkan kecepatan angin tertinggi sebesar 0,87
m/s.
Menurut Standar Baku Mutu sesuai dengan Kepmenkes No. 261, kelembaban
ideal berkisar antara 40 65 %. Jika dibandingkan dengan hasil pengukuran pada loksi
pemantauan dengan hasil kelembaban 47,3% maka dapat disimpulkan bahwa
kelembaban pada lokasi tersebut masih memenuhi standar dan tidak berpotensi
menimbulkan tumbuhnya mikroorganisme karena udara yang terlalu lembab.
Sedangkan untuk suhu, menurut Standar Baku Mutu sesuai Kepmenkes
No.261 bahwa suhu yang dianggap nyaman adalah 18-270C. Jika dibandingkan dengan
hasil pengukuran yaitu sebesar 32,9C artinya suhu udara lokasi pemantauan kurang
nyaman dan melebihi standar baku mutu sesuai Kepmenkes. Kemudian untuk
pengukuran kecepatan angin bila dibandingkan dengan Standard Baku Mutu
Kepmenkes No.261 kecepatan aliran udara yang ideal berkisar antara 0,15 - 0,25 m/s
sedangkan kecepatan aliran udara hasil pengukuran adalah 0,87 m/s. Nilai tersebut
lebih besar dari kecepatan aliran udara ideal dan tidak memenuhi standar.
35
Pengendalian Emisi Dan Ambien
BAB V
KESIMPULAN
36
Pengendalian Emisi Dan Ambien
DAFTAR PUSTAKA
37