Anda di halaman 1dari 37

Pengendalian Emisi Dan Ambien

LAPORAN PRAKTIKUM
Pemantauan Kualitas Udara

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016

1
Pengendalian Emisi Dan Ambien

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN
Tujuan dari pengukuran kualitas udara ambient ini adalah:
1. Untuk mendapatkan data kandungan polutan meliputi SOx, NOx, O3, NH4
dan partikulat yang terdapat dalam udara ambien di daerah parkiran depan
Jurusan Teknik Lingkungan ITS.
2. Untuk mendapatkan data tingkat kebisingan, kelembapan, suhu udara, dan
kecepatan angin di daerah parkiran depan Jurusan Teknik Lingkungan ITS.

1.2 PRINSIP KERJA


Parameter gas diukur menggunakan impinger. Pada prinsipnya, impinger akan
menarik udara dengan pompa hisap ke dalam tabung impinger yang berisi larutan
penangkap. Kemudian dilihat laju aliran udara pada flowmeter dan selanjutnya
dilakukan analisa laboratorium terhadap absorbansi larutan penangkap. Melalui
absorbansi ini,maka dapat diketahui konsentrasi gas pencemar.
Parameter partikulat diukur berdasar perubahan massa pada kertas saring sebelum
sampling dan setelah sampling. Kertas saring yang digunakan dalam kondisi kering dan
steril, sehingga dilakukan pengovenan terlebih dahulu. Pengukuran menggunakan alat
HVS (High Volume Sampling) dimana dilengkapi laju aliran udara (flowrate).saat
sampling, dilakukan setiap 10 menit dandicatat flowrate rata- rata.

1.3 ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Impinger - Kertas Saring
- Jenset - Desikator
- Alat ukur DHL - Kabel Olor
- Spektrofotometer - Erlenmeyer
- Neraca analitik - HVS (High Volume Sampling)
- GPS
- Sound Meter Level
- Hygro-thermo Anemometer

2
Pengendalian Emisi Dan Ambien

Bahan :
- Larutan penyerap (O3, NOx, SOx, NH3, Oksidator)

1.4 LANGKAH KERJA


A. Parameter gas

dirangkai alat 2 tabung @20ml NOx, 1 tabung


impinger @20ml SOx, 1 tabung @20ml O3,
1Tabung @20ml NH3

tekan propipet dirangkai


selangnya

dilakukan analisa:
dibaca flowrate

B. Parameter partikulat

timbang
kertas saring berat kertas
didesikator 15 menit saring.

analisa @ 10menit
dicatat flow rate pasang filter HVS : dari dalam:
pada alat besi, saringan,kertas saring,
tutup

setelah analisa, timbang


berat kertas saring
dengan neraca analitik

3
Pengendalian Emisi Dan Ambien

D. Pengukuran Kelembaban, Suhu, dan Kecepatan Angin

Pasang operasikan alat


Disiapkan alat
sambungan untuk dan catat hasil
pengukuran yaitu
pengukuran kelembapan
Hygro-Thermo- kelembapan dan dan suhu yang
Anemometer suhu terbaca

ganti sambungan
catat hasil yang Operasikan dengan sambungan
terbaca pada alat alat selama 15 berbentuk kipas pada
detik ujungnya untuk
pengukuran kecepatan
angin

D. Pengukuran Kebisingan

operasikan dengan
Disiapkan alat menekan tombol Dicatat hasil
sound meter power pada lokasi yang terbaca
level pemantauan selamat pada alat.
1 menit

4
Pengendalian Emisi Dan Ambien

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan (unsur-
unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan
menurunnya kualitas udara (lingkungan). Pencemaran udara merupakan kehadiran satu
atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan
kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-
sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti
polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat
alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan
lokal, regional, maupun global. Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila
pencemaran tersebut terjadi di dalam rumah, di ruang-ruang sekolah ataupun di ruang-
ruang perkantoran maka disebut sebagai pencemaran dalam ruang (indoor pollution).
Sedangkan bila pencemarannya terjadi di lingkungan rumah, perkotaan, bahkan
regional maka disebut sebagai pencemaran di luar ruang (outdoor pollution).
Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap
tersebut berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang
dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor. Selain
itu, gas dan asap tersebut merupakan hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan
bakar, yaitu: CO2 (karbondioksida), CO (karbonmonoksida), SOx (belerang oksida)
dan NOx (nitrogen oksida).

2.2 Oksidan di Udara


Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat
sebagai pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfir yang diproduksi oleh proses
fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari mengoksidasi
komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa yang
terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang diproduksi karena interaksi antara
bahan pencemar primer dengansinar.

5
Pengendalian Emisi Dan Ambien

Hidrokarbon merupakan komponen yang berperan dalam produksi oksidan


fotokimia.Reaksi ini juga melibatkan siklus fotolitik NO2.Polutan sekunder yang
dihasilkan dari reaksi hidrokarbon dalam siklus ini adalah ozon & peroksiasetilnitrat.
Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor,
oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil
tetapi lapisan lain dengan bahan pencemar udara Ozon sangat berguna untuk
melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk diudara pada
ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan panjang gelombang 242 nm
secara perlahan memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen tergantung dari
jumlah molekul O2 atom-atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap
radiasi sinar matahari dengan kuat didaerah panjang gelombang 240-320 nm.Absorpsi
radiasi elektromagnetik oleh ozon didaerah ultraviolet dan inframerah digunakan dalam
metode-metode analitik.

2.3 SO2 Di Udara


Modernisasi dan kemajuan teknologi telah mengakibatkan jumlah polusi udara
terus meningkat yang disebabkan oleh meningkatnya penggunaan energi bahan bakar
fosil (minyak, gas dan batubara). Salah satu polutan yang dihasilkan dari pembakaran
bahan bakar fosil adalah sulfur dioksida (SO2). Seiring dengan meningkatnya
pemakaian bahan bakar fosil, konsentrasi sulfur dioksida juga terus meningkat.
Selain gas rumah kaca, pembakaran bahan bakar fosil juga menghasilkan gas
SO2 yang merupakan polutan terbesar di atmosfer. SO2 paling banyak dihasilkan dari
proses pembakaran bahan bakar fosil. Di atmosfer, SO2 dapat membentuk partikel-
partikel sulfat yang amat halus melalui proses konversi gas ke partikel. Partikel-partikel
sulfat yang terbentuk dan mengapung di udara tersebut disebut dengan aerosol sulfat.
Aerosol sulfat yang dilepas ke atmosfer diakibatkan oleh emisi alami dan antropogenik.
Emisi alami berasal dari letusan gunung berapi disebut dengan emisi vulkanik. Letusan
gunung Pinatubo di Philipina pada tahun 1991, melepaskan sekitar 14-26 juta ton SO2
ke atmosfer (CSIRO, 2002). Emisi yang berasal dari aktivitas manusia, akibat
penggunaan bahan bakar fosil pada sektor industri, kebakaran hutan disebut dengan
emisi antropogenik. Di Indonesia, total emisi SO2 pada tahun 1995 sebesar 797 ribu
metrik ton (Earth Trends Country Profiles, 2003). Untuk wilayah Asia, total emisi SO2

6
Pengendalian Emisi Dan Ambien

adalah sebesar 55.129 juta metrik ton. Total seluruh emisi SO2 di dunia sebesar 141.875
juta metrik ton (Earth Trends Country Profiles, 2003).
Jumlah emisi SO2 yang terus bertambah akan menyebabkan meningkatnya
konsentrasi SO2 di atmosfer. Pada konsentrasi tertentu, SO2 dapat menyebabkan
penurunan kualitas air hujan yang diindikasikan melalui pH air hujan. Disamping itu,
peningkatan aerosol di atmosfer akan mengakibatkan peningkatan inti kondensasi yang
terdapat di atmosfer sehingga proses kondensasi pada tetes air (droplet) di udara
meningkat, dan awan yang terbentuk menjadi lebih tebal dan gelap. Akibatnya, radiasi
matahari yang datang ke bumi akan tertahan oleh awan dan dipantulkan kembali ke
angkasa, menyebabkan berkurangnya intensitas radiasi sinar matahari yang sampai ke
permukaan bumi. Pengurangan radiasi sinar matahari yang terjadi tersebut disebut
dengan global dimming, yang mengakibatkan penurunan temperatur global di
permukaan bumi.

2.4 Nitrogren Oksida Di Udara


Nitrogen oksida merupakan suatu gas yang tidak berwarna dan tidak berbau dan
nitrogen dioksida ( NO2) yang berwaran merah cokelat keduanya sangat penting
sebagai bahan pencemar udara. Campuran dari NO dan NO2 dikenal dengan NOx.
Hampir seluruh Nox yang berasal dari aktivitas manusia dihasilkan dari perubahan
bahan bakar fosil baik dari sumber yang tetap maupun sumber yang bergerak. Secara
global tidak kurang dari 100 juta metric ion NOx per-tahun dikeluarkan dari aktivitas
tesebut.
Secara alami NOx masuk ke atmosfer melalui halilintar, proses proses
biologisdan sumber-sumber biologis dan sumber-sumber zat pencemar. NOx dengan
konsentrasi tinggi sangat merusak kualitas udara (Achmad,2004). Sebagian besar NOx
masuk ke atmosfer sebagai NO. Pada suhu yang sangat tinggi terjadi reaksi:
N2 + O2 2NO
Reaksi ini semakin cepat dengan kenaikan suhu. Campuran yang mengandung
3% O2 dan 75% N2 yang sering terjadi di bagian pembakaran mesin mobil
menghasilkan 500 ppm NO dalam waktu 30 menit pada suhu 1315 oC dan hanya 0,117
detik pada suhu 1980oC.

7
Pengendalian Emisi Dan Ambien

2.5 NH3 Di Udara


NH3 atau amoniak terdapat dalam atmosfer bahkan dalam kondisi tidak
tercemar. Berbagai sumber antara lain: mikroorganisme, perombakan limbah binatang,
pengolahan limbah, industri amoniak dan dari sistem pendingin berbahan amoniak.
Konsentrasi yang tinggi dari amoniak dalam atmosfer secara umum menunjukkan
adanya pelepasan secara eksidental dari gas tersebut. Amoniak dihilangkan dari
atmosfer dengan affinitasnya terhadap air dan reaksinya sebagai basa. ini merupakan
sebuah kunci dalam pembentukan dan netralisasi dari nitrat dan aerosol sulfat dalam
atmosfer yang tercemar.
Gas NH3 merupakan senyawa pengotor beracun yang cukup berperan dalam
menghambat proses fotosintesis, penyebab berkurangnya karbohidrat dan dapat
menghambat pertumbuhan Endapannya di atmosfer terus meningkat dan dapat
menyebabkan proses nitrifikasi, yaitu konversi katalitik dari NH3 menjadi NOx
Pendeteksian dan pengukuran Gas ammo-nia (NH3) dapat dilakukan pada ruangan
tertutup maupun terbuka. Pada penelitian ini telah dilakukan rancang bangun alat yang
merupakan prototipe alat pengukur konsentrasi gas ammonia (NH3) yang dapat
digunakan untuk mengukur konsentrasi gas ammonia (NH3). Sistem instrumentasi
yang dirancang dan dibuat dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi gas ammonia
(NH3) dengan memasang sensor di udara. Sensor yang digunakan untuk mengukur
konsentrasi gas ammonia (NH3).

2.6 Teknik Sampling Udara


Teknik sampling kualitas udara dilihat lokasi pemantauannya terbagi dalam dua
kategori yaitu teknik sampling udara emisi dan teknik sampling udara ambien.
Sampling udara emisi adalah teknik sampling udara pada sumbernya seperti cerobong
pabrik dan saluran knalpot kendaraan bermotor. Teknik sampling kualitas udara ambien
adalah sampling kualitas udara pada media penerima polutan udara/emisi udara.

8
Pengendalian Emisi Dan Ambien

Gambar 1. Klasifikasi Sampling Kualitas Udara

Pemantauan parameter partikulat secara konvensional (aktif sampling)


metoda passive sampling dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Metoda Pengujian Partikulat dari Udara Ambien secara Aktif
Partikulat atau debu adalah suatu benda padat yang tersuspensi di udara dengan
ukuran dari 0,3 m sampai 100 m, berdasarkan besar ukurannya partikulat (debu) ada
dua bagian besar yaitu debu dengan ukuran lebih dari 10 m disebut dengan debu jatuh
(dust-fall) sedang debu yang ukuran partikulatnya kurang dari 10 m disebut dengan
Suspended Partikulate Matter (SPM). Debu yang ukurannya kurang dari 10 m ini
bersifat melayang-layang di udara.
Peralatan yang dipakai untuk melakukan pengukuran debu SPM (melayang-
layang) ada 4 jenis alat diantaranya :
HVS (High Volume Sampler)

Cara ini dikembangkan sejak tahun 1948 menggunakan filter berbentuk segi
empat seukuran kertas A4 yang mempunyai porositas 0,3 - 0,45 m dengan kecepatan
pompa berkisar 1.000 1.500 lpm. Pengukuran berdasarkan metoda ini untuk
penentuan sebagai TSP (Total Suspended Partikulate). Alat ini dapat digunakan selama
24 jam setiap pengambilan contoh udara ambien.
Cara operasional alat ini adalah sebagai berikut :
1. Panaskan kertas saring pada suhu 105oC, selama 30 menit.
2. Timbang kertas saring, dengan neraca analitik pada suhu 105 oC dengan
menggunakan vinset (Hati-hati jangan sampai banyak tersentuh tangan)
3. Pasangkan pada alat TSP, dengan membuka atap alat TSP. Kemudian
dipasangkan kembali atapnya.
4. Simpan alat HVS tersebut pada tempat yang sudah ditentukan sebelumnya
5. Operasikan alat dengan cara, menghiduo (pada posisi On ) pompa hisap
dan mencatat angka flow ratenya (laju alir udaranya).
6. Matikan alat sampai batas waktu yang telah ditetapkan.
7. Ambil kertasnya, panaskan pada oven listrik pada suhu Timbang kertas
saringnya.
8. Hitung kadar TSPnya sebagai mg/NM3

9
Pengendalian Emisi Dan Ambien

9. Metoda penggunaan alat ini bisa juga dilakukam, terhadap pm 10 ataupun


dilanjutkan pada pengukuran parameter logam.

Gambar 2. High Volume Sampler

MVS (Middle Volume Sampler)

Cara ini menggunakan filter berbentuk lingkaran (Bulat) dengan porositas 0,3-
0,45 m, kecepatan pompa yang dipakai untuk pengangkapan suspensi Particulate
Matter ini adalah 50 500 lpm. Alat MVS dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Middle Volume Sampler


Operasional alat ini sama dengan High Volume Sampler, hanya yang
membedakan dari ukuran filter membrannya. HVS ukuran A 4 persegi panjang, sedang
MVS ukuran bulat diameter 12 cm.

10
Pengendalian Emisi Dan Ambien

LVS (Low Volume Sampler)

Cara ini menggunakan filter berbentuk lingkaran (Bulat) dengan porositas 0,3-
0,45 m, kecepatan pompa yang dipakai untuk pengangkapan Suspensi Partikulate
Matter ini adalah 10 30 lpm. Alat LVS dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Low Volume Sampler

11
Pengendalian Emisi Dan Ambien

BAB III
TABEL PENGAMATAN

3.1 Pengukuran Partikulat Debu


METODE LVS PENGUKURAN PARTIKULAT DEBU
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Disiapkan 1 kertas saring Kertas saring berwarna putih
berdiameter kurang lebih 15 cm dan berpori kecil
2 Diletakkan kertas saring di Tidak terjadi perubahan fisik
desikator selama 24 jam pada kertas saring

3 Ditimbang berat kertas saring Ditimbang hingga berat kertas


menggunakan neraca analitik saring konstan.

Kertas berat awal


saring (gr)
1 0.9333

4 Disiapkan alat dan kertas saring kertas saring bagian halus di


dimasukkan ke dalam alat, dalam dan bagian kasar di luar
setelah itu memasang peyangga
dan menutup alat kembali

Pengukuran kadar partikulat debu di lapangan


1 Ditentukan arah angin dengan Arah angin dominan berasal dari
cara melemparkan kertas ke arah belakang ruang sidang
udara dan dilihat arah terbang menuju serong kanan ruang
kertas tersebut. sidang TL FTSP ITS.

12
Pengendalian Emisi Dan Ambien

2 Diletakkan alat pada tempat Alat diletakkan pada Parkiran


yang tidak terlalu dekat dengan Jurusan Teknik Lingkungan
bangunan dan pohon. FTSP ITS berlawanan dengan
arah angin.

3 Dihidupkan alat selama 15 Pengukuran dan pencatatan data


menit dan dilakukan selama 15 menit
4 Dicatat nilai flow pada bagian Nilai flow didapat sebesar 1,1
belakang alat (m3/menit) m3/menit

6 Diambil kertas saring, dilipat kertas saring berat (gram)


dengan hati-hati agar partikulat
tidak jatuh dan terbang. 1 0.9358
Ditimbang berat kertas saring
hasil di laboratorium

7 Dihitung kadar debu di udara berat partikel debu


dengan rumus :
kertas saring berat (gram)
Kadar debu di udara= berat 1 0.0025
kertas saring/volume ,

dimana :

berat partikel debu = berat Volume = 15 menit x 1,1


akhir kertas saring - berat m3/menit = 16.5 m3
awal kertas saring
Kadar debu = 0.0025 gram/ 16.5
m3 =0,000151 g/m3
* Volume = waktu sampling
x nilai flow

13
Pengendalian Emisi Dan Ambien

3.2 Pengukuran NOx, SOx, O3 dan NH3


PEMBUATAN REAGEN NOx, SOx, O3 dan NH3
A. REAGEN NOx
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Ditimbang 0,5 gram Sulfanilic Ciri-ciri fisik:
Acid Anhidrous Berbentuk serbuk, berwarna
putih, tidak berbau

2 Ditambahkan 14 ml asam asetat Ciri-ciri asam asetat:


Berbau menyengat, encer,
bening.
Setelah ditambahkan:
Tetap bening, serbuk tidak
larut dalam asam asetat.

3 Ditambahkan aquades sampai Ciri-ciri aquades:


volume menjadi 100 ml Tidak berbau, encer, dan
bening.
Setelah ditambahkan aquades:
Tidak terjadi perubahan fisik,
hanya pertambahan volume.

14
Pengendalian Emisi Dan Ambien

4 Dipanaskan hingga Sulfanilic Setelah dipanaskan: Sulfanilic


Acid Anhidrous larut. Acid Anhidrous larut
Kemudian dinginkan hingga sepenuhnya tidak terdapat
dingin sekali. butiran-butiran halus. Berbau
menyengat, encer, dan sedikit
keruh.

5 Ditambahkan 2 mg NED yang Ciri-ciri NED + asam asetat:


sudah dilarutkan dengan 2 ml berbau menyengat, NED larut
asam asetat. dalam asetat, bening, dan
encer

Setelah ditambahkan: tidak


terdapat perubahan signifikan

15
Pengendalian Emisi Dan Ambien

B. REAGEN Oxidator
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Ditimbang 1,25 gram KMnO4 Ciri-ciri fisik:
Berbentuk serbuk, berwarna biru
kehitaman, tidak berbau

2 Ditambahkan 30 ML H3PO4 Ciri-ciri asam asetat:


Berbau menyengat, encer,
bening.
Setelah ditambahkan:
Warna larutan biru kehitaman,
serbuk larut setelah diaduk

3 Ditambahkan 5 ml asam sulfat Ciri-ciri asam sulfat:


Berbau menyengat, encer, dan
bening.
Setelah ditambahkan aquades:
Berbau menyengat, larutan
homogen setelah diaduk
dengan spatula.

4 Ditambahkan aquades sampai Ciri-ciri aquades: bening,


volume menjadi 50 ml. encer, tidak berbau

Setelah ditambahkan aquades:


larutan berbau menyengat,
berwarna biru kehitaman,
encer, dan volume bertambah.

16
Pengendalian Emisi Dan Ambien

C. REAGEN O3
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Ditimbang1,361 gram KH2PO4; Ciri-ciri fisik ketiga zat:
3,582 gram NaH2PO4; 1 gram Ketiga zat ini memiliki ciri-ciri
KI hampir sama yaitu berbentuk
serbuk, berwarna putih, dan
tidak berbau.

2 Dicampurkan ketiga zat dan Ciri-ciri aquades:


dilarutkan dengan aquades Tidak berbau, encer, dan
hingga volume 100 ml. bening.

Setelah ditambahkan aquades:


Ketiga zat larut setelah diaduk
dengan spatula, bening, dan
encer.

17
Pengendalian Emisi Dan Ambien

D. REAGEN NH3
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Diencerkan H2SO4 0,5 N pekat Ciri-ciri fisik asam sulfat:
dengan aquades sampai volume Bening, encer, dan berbau
500 ml menyengat
Setelah diencerkan dengan
aquades:
Volume bertambah, bening,
encer, berbau namun tidak
terlalu menyengat
E. REAGEN SOx
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Diambil reagen NH3 yang telah Ciri-ciri fisik reagen NH3:
dibuat sebanyak 0,5 ml Bening, encer, berbau sedikit
menyengat

2 Ditambahkan 200 ml aquades Ciri-ciri aquades:


dan 0,15 ml H2O2 Tidak berbau, encer, dan
bening.
Ciri-ciri H2O2:
Bening, encer, tidak berbau
Setelah ditambahkan aquades
dan H2O2: Tidak terlihat
perubahan yang signifikan
3 Ditambahkan aquades lagi Ciri-ciri aquades:
hingga volume 500 ml Tidak berbau, encer, dan
bening.
Setelah ditambahkan aquades:
Tidak terlihat perubahan yang
signifikan, volume bertambah.

18
Pengendalian Emisi Dan Ambien

PENGUKURAN NOx, SOx, O3 dan NH3


No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Disiapkan 5 tabung dan reagen Volume regaen untuk masing-
untuk masing-masing masing parameter = 20 ml
parameter dan di masukkan ke
Reagen NH3 : cair, bening
dalam lubang lubang
impinger
Reagen SO2 : cair, bening

Reagen O3 : cair, bening

Reagen NOx: cair, bening,


berbau, disiapkan sebanyak 2
tabung

Reagen oksidator: cair, berwarna


ungu kehitaman

2 Disambungkan tabung-tabung Rangkaian selang harus benar


ke portal pompa vakum hisap dan diusahakan agar tidak ada
melalui selang-selang(satu selang yang terlipat agar
portal pompa hisap hanya boleh aliran udara bisa masuk
digunakan untuk 1 jenis gas dengan lancar.
analisa).
4 Diletakkan impinger di tempat Alat diletakkan di Parkiran
dengan ketinggan 1.5 meter, depan Jurusan Teknik
kemudian menekan tombol Lingkungan FTSP ITS.
power yang berada pada
samping impinger

19
Pengendalian Emisi Dan Ambien

6 Dimatikan alat impinger setelah


sampling selama 30 menit dan
larutan-larutan reagen dianalisa
di laboratorium

PENGUKURAN NILAI ABSORBANSI (NOx, NH3, O3) dan DHL (SOx)


1 Disiapkan larutan sampel Masing-masing larutan reagen
tiap parameter hasil praktikum
dipindahkan ke baker glass

2 Dinyalakan spektrofotometer panjang gelombang untuk


masing-masing parameter : O3
= 390 nm , NH3 = 410 nm ,
NOx = 540 nm

3 Mengukur nilai absorbansi tiap Hasil pembacaan :


parameter
Parameter Absorbansi
O3 0.002 A
NH3 0.004 A
NOx (1) 0.001 A
NOx (2) 0.015 A

20
Pengendalian Emisi Dan Ambien

4 Diukur nilai DHL SOx Hasil pembacaan :

Nilai
Parameter
DHL Suhu
Blanko 27,2 33.1
sampel 32,2 34.8

3.3 Pengukuran Kebisingan


No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Disiapkan alat pengukur Alat ini digunakan untuk
kebisingan yaitu sound meter mengukur tingkat kebisingan
level. suara di suatu tempat.

2 Dioperasikan alat selamat 2 Hasil pembacaan:


menit kemudian dicatat hasil HASIL
yang terbaca selama 78.2
69.6
pengoperasian 69.4
69
68.9
68.2
67.7
67.5
66.3
65.7

21
Pengendalian Emisi Dan Ambien

63.8
63.8
63.7
63.1
63
62.3
62.2
61.9
61.7
60.9
60.5
60.2
59.9
59.4
59.3
58.7
58.2
57.8
57.5
56.8
56.5
56.6
3 Ditentukan selisih nilai tertinggi Nilai terendah: 56.6
dan terendah dari hasil Nilai tertinggi: 78.2

pengukuran

22
Pengendalian Emisi Dan Ambien

3.4 Pengukuran Kelembaban, Suhu, dan Kecepatan Angin


No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Disiapkan alat pengukur Alat terdiri dari dua jenis
kelembaban, suhu, dan sambungan. Pertama untuk
kecepatan udara yaitu Hygro- mengukur kelembaban dan suhu.
Thermo-Anemometer Kedua berbentuk seperti kipas
untuk mengukur kecepatan
angin.
2 Dipasang sambungan untuk Hasil pembacaan:
mengukur kelembaban dan Parameter Nilai
suhu. Dioperasikan alat sambil Kelembaban 47.30 %
mengangkat ujung sambungan Suhu 32.9 C
ke udara. Dicatat hasil yang
terbaca
3 Diganti sambungan alat (kabel) Hasil pembacaan kecepatan
dengan sambungan berbentuk angin selama 15 detik:
kipas untuk mengukur HASIL
(m/s)
kecepatan angin. Dioperasikan
1.6
alat selamat 15 detik dan dicatat 1.5
hasil yang terbaca. 1.3
1.2
0.9
0.6
0.4

0.3
0.1
0

Rata-rata kecepatan = 0.87m/s

23
Pengendalian Emisi Dan Ambien

3.5 Penentuan Lokasi Menggunakan GPS


No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Disiapkan alat pembaca lokasi GPS merupakan alat yang
yaitu GPS memuat data geografis suatu
lokasi dengan cara menerima
informasi dari satelit.

2 Dioperasikan alat dengan cara Hasil pembacaan titik


menekan tombol power, koordinat dengan GPS. Lokasi
kemudian dicatat hasil data yang depan Jurusan Teknik
terbaca. Lingkungan FTSP ITS:
S 0716'47.1"
E 11247'33.5"

24
Pengendalian Emisi Dan Ambien

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Pemantauan


Lokasi pemantauan atau sampling ini berada di depan Jurusan Teknik
Lingkungan FTSP ITS. Lokasi ini dipilih dengan mempertimbangkan lokasi Jurusan
Teknik Lingkungan yang berada paling dekat dengan Jalan Raya ITS dan berada
dipinggir jalan utama ITS. Jalan-jalan tersebut merupakan jalan yang paling sering
dilalui kendaraan bermotor yang keluar dan masuk ITS.

4.2 Suspended Particulate Matter (SPM)


Metode HVS digunakan untuk mengukur Suspended Particulate Matter (SPM)
yang merupakan salah satu teknik pemantauan kualitas udara. Hal pertama yang
dilakukan adalah menyiapkan filter yang berupa kertas saring. Kertas saring
dimasukkan ke dalam desikator selama 24 jam agar suhunya menjadi sama dengan suhu
ruang serta menghilangkan kelembaban pada kertas saring. Lalu ditimbang dengan
teliti dan catat berat filter atau kertas saring sebagai berat awal, yaitu sebesar 0,9333
gram. Selanjutnya pasang kertas saring pada alat HVS. Hal ini dilakukan sebelum alat
dibawa ke lokasi sampling agar alat lebih aman dan mengurangi resiko alat rusak atau
jatuh.
Setelah itu alat dibawa ke titik pantau dan diletakkan berlawanan arah dengan
arah angin. Kemudian dioperasikan selamat 15 menit dan dicatat flow rate yang tertera
pada belakang alat. Setelah 15 menit dan pengambilan sampel debu selesai dengan
HVS, kertas saring diambil menggunakan pinset, lipat dengan hati-hati agar partikulat
tidak jatuh dan terbang. Hal ini juga dilakukan supaya tidak mempengaruhi hasil
pengambilan sampel debu. Selanjutnya kertas saring ditimbang kembali menggunakan
neraca analitik dan didapatkan hasil pengukuran dengan berat 0,9358 gram. Dan
didapat pula kecepatan sebesar 1,1 m3/menit.
Kemudian didapatkan berat debu, dengan cara mengurangi berat kertas saring dan
debu dengan berat kertas saring awal. Berikut hasil yang didapatkan:
Berat debu = Berat kertas saring akhir berat kertas saring awal

25
Pengendalian Emisi Dan Ambien

Berat debu = 0,9358 gram 0,9333 gram


Berat debu = 0,0025 gram

Kemudian di cari volume partikulat yang diukur menggunakan rumus :


Volume = Waktu sampling (menit) x flow rate (m3 /menit)
Volume = 15 menit x 1,1 = 16.5 m3
Selanjutnya dihitung kadar debu/partikulat menggunakan rumus :
Kadar (gram/m3) = berat partikulat (gr) : volume (m3)
= 0.0025 gram/ 16.5 m3
=0,000151 g/m
=151 gram/m3
Berdasarkan NATIONAL AMBIENT AIR QUALITY STANDARDS
(NAAQS), tentang Suspended Particulate Matter (SPM) untuk residensial area yaitu
150 g/m3 pada pengukuran rata-rata 24 jam. Maka kadar debu berdasarkan hasil
perhitungan dalam praktikum yaitu 151 gram/m3 telah melebihi standar.
Di dalam hal ini kondisi di lapangan turut mempengaruhi kadar debu yang
terukur. Banyaknya kendaraan yang melewati HVS turut mempengaruhi. Selain itu
kondisi iklim, kecepatan angin, suhu dan kelembaban udara turut berpengaruh pula.
Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi dan transport zat polutan ini adalah: letak
topografi daerah, intensitas dan pemaparan, arah angin, suhu dan cuaca. Dampak yang
paling utama adalah terhadap kesehatan manusia terutama pada sistem pernapasan
pembuluh darah, persarafan, hati dan ginjal. Berikut terlampir NATIONAL
AMBIENT AIR QUALITY STANDARDS (NAAQS)

26
Pengendalian Emisi Dan Ambien

Sedangkan berdasarkan ISPU (Indeks Standart Pencemar Udara) kadar PM10 untuk
nilai 151 adalah 200.

4.3 Parameter SOx, NOx, O3, NH3


Percobaan kedua yang dilakukan untuk mengetahui kualitas udara di Jurusan
Teknik Lingkungan adalah dengan mengukur konsentrasi beberapa parameter udara
dan ambient yaitu SOx, NOx, O3, dan NH3. Percobaan dilakukan dengan menggunakan
alat bernama Impinger yang terdiri dari tabung-tabung dan selang yang terhubung satu
sama lain. Pertama yang dilakukan pada pengukuran ini adalah membuat reagen-reagen
yang akan dimasukkan ke dalam tabung pada impinger. Reagen tersebut antara lain
reagen SOx, NOx, O3, NH3, dan reagen oksidator. Pembuatan reagen tersebut dilakukan
1 hari sebelum pemantauan dilakukan. Hal ini dilakukan agar reagen sudah benar-benar
dalam keadaan suhu ruang saat pengukuran. Setelah reagen siap untuk digunakan,

27
Pengendalian Emisi Dan Ambien

masing-masing reagen dimasukkan ke dalam tabung impinger sesuai dengan label yang
telah tertulis di badan impinger. Kemudian impinger dioperasikan selama 30 menit
dengan flow rate 1L /menit di lokasi pemantauan yang telah ditentukan yaitu Parkiran
Teknik Lingkungan ITS. Setelah 30 menit, pengukuran selesai dan dilanjutkan dengan
pengukuran nilai absorbansi untuk reagen NOx, O3, dan NH3 menggunakan
spektrofotometer. Sedangkan untuk SOx dilakukan pengukuran DHL. Kemudian
masing-masing parameter dihitung konsentrasinya.

4.3.1 Parameter SOx


Sulfur dioksida di atmosfer juga umum digunakan metode konduktansi. Prinsipnya
adalah sebagai berikut: sulfur dioksida bereaksi dengan air untuk menghasilkan asam
sulfur, bagian yang dipisahkan dan ion hidrogen sulfit ion, konduktivitas adalah:
SO2 H2O H2SO3
Oleh karena itu, penyerapan sulfur dioksida akan meningkatkan konduktivitas,
sehingga dapat mengukur kadar sulfur dioksida dari sampel gas. Metode ini adalah
berbagai macam, tetapi jika sampel berisi gas terlarut dalam air dan menghasilkan
konduktivitas listrik dari gas lainnya, akan mempengaruhi keakuratan hasil
pengukuran.

Kurva kalibrasi Sox

Grafik Kalibrasi SOX


x y
250
Konsentrasi SOx (ug/L)

DHL g/L y = 0.7703x - 2.2463


200 R = 0.998
6.12 5
150
13.26 10
100
34.4 25
50
74 50
0
137.3 100 0 50 100 150 200 250 300
DHL (umhos/cm)
258.7 200
Grafik Kalbrasi SO2 Linear (Grafik Kalbrasi SO2)

DHL Blanko :27,2


DHL Sampel : 32,2

28
Pengendalian Emisi Dan Ambien

Volume Udara : Flow rate x lama percobaan = 1L/menit x 30 menit = 30 L


Hasil perhitungan konsentrasi sampel
((( ) 0,7703) 2.2463) 20
=

(((32,2 S/L 27,2 S/L) 0,7703) 2.2463) 20 1000/3
=
30 1000/

1,6052 g/L 20 1000/3


=
301000/

= 1,0701 g/L

= 1,0701 0.000382 ppm

= 0,00040878 ppm

4.3.2 Parameter O3
Oksidan dari udara ambien yang telah diserap oleh larutan Neutral Buffer Kalium
Iodida (NBKI) dan bereaksi dengan ion iodide membebaskan iodine (I 2) yang bewarna
kuning muda. Konsentrasi oksidan pada larutan ditentukan secara spektrofotometri
pada panjang gelombang 350 nm (SNI-19-7119.8-2005).
Kurva kalibrasi O3
x y
Kurva Kalibrasi O3 (mg/L)
0.05
y = 0.0837x - 0.0002
Konsentrasi O3 (mg/L)

Absorbansi g/ml
0.04 R = 0.9967
0.086 0.00612
0.03
Konsentrasi O3
0.23 0.0184 0.02 (mg/L)
0.38 0.0306 0.01 Linear (Konsentrasi
O3 (mg/L))
0.54 0.0459 0
0 0.2 0.4 0.6
Absorbansi (A)

Absorbansi sampel : 0,229 A


Absorbansi Blangko : 0 A
Hasil perhitungan konsentrasi O3 sampel
(( 0,0837) 0,0002) 20 )
=

29
Pengendalian Emisi Dan Ambien

((0,229 0,0837) 0,0002 ) 20 )


=
30 1000 /

mg
(0,01917 L 20 )
=
30 1000 /

= 0,00001278 mg/L

Konversi ke dalam ppm :

= 0,00001278 mg/L

= 0,00001278 0,0005 g/m3

= 0,00000000639 g/m3

4.3.3 Parameter NOx


Metode Gries Saltzman adalah metode yang digunakan dalam menentukan
konsentrasi gas pencemar nitrogen dioksida (NO2) dalam udara. NO2 di udara
direaksikan dengan pereaksi Griess Saltman (absorbent) membentuk senyawa yang
berwarna ungu. Intensitas warna yang terjadi diukur dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 540 nm. Untuk pengukuran NO, sample gas harus dilewatkan ke
dalam oxidator terlebih dahulu ( seperti KMnO4, Cr2O3).
Kurva kalibrasi NOx
X Y Kurva Kalibrasi NOx
0.25
Absorbansi l/ml y = 0.6592x + 0.0008
Konsentrasi NOx (ul/mL)

0.2 R = 0.9993
0.005 0.005
0.15
0.014 0.01
0.1
0.031 0.02 0.05
0.057 0.04 0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
0.09 0.06
Absorbansi (A)
0.121 0.08
Kurva Kalibrasi NOx Linear (Kurva Kalibrasi NOx )
0.153 0.1
0.184 0.12

30
Pengendalian Emisi Dan Ambien

0.235 0.16
0.273 0.18
0.303 0.2

Absorbansi sampel : 0,011 A


Absorbansi Blanko : 0 A
Hasil perhitungan konsentrasi NOx sampel
(( 0,6592) + 0.0008) 20)

((0,011 0,6592) + 0.0008) 20)


30

= 0,00537 l / L

Ppm = 1 x 10-6 , l/L = 1/106, Jadi konsentrasinya = 0,00537 ppm

0,00537
Konversi dalam g/m3 = 0,00053195 g/m3

= 10,0949 g/m3

4.3.4 Parameter NH3


Amoniak dari udara ambient yang telah diserap oleh larutan penyerap asam sulfat
akan membentuk ammonium sulfat. Kemudian direaksikan dengan fenol dan natrium
hipoklorit dalam suasana basa, akan membentuk senyawa kompleks indofenol yang
bewarna biru. Intensitas warna biru terbentuk diukur dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm.

Grafik Kalibrasi NH3 (mg/L)


Kurva kalibrasi NH3
2.5
Konsentrasi NH3 (mg/L)

x y 2
Absorbansi mg/L 1.5
y = 8.0132x + 0.0892
1 R = 0.9959
0.052 0.5 0.5
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Absorbansi (A)
31
Grafik Kalibrasi NH4 (mg/L)
Linear (Grafik Kalibrasi NH4 (mg/L))
Pengendalian Emisi Dan Ambien

0.082 0.75
0.11 1
0.15 1.25
0.18 1.5
0.2 1.75
0.24 2

Absorbansi sampel : 0,465 A


Absorbansi sampel : 0 A
Hasil perhitungan konsentrasi NH3 sampel
(( 8,0132) + 0,0892) 20 )

((0,465 8,0132) + 0,0892 ) 20 1000/3 )
=
30 1000 /

mg
(3,8153 L 20 1000/3 )
=
30 1000 /

= 2,544 /m3

= 2544 g/m3

Konversi ke dalam ppm :

1,33
= 2544
1000

= 3,3835 g/m3

Berdasarkan hasil perhitungan keempat parameter tersebut, kemudian dapat


dibandingkan dengan standar bauku mutu udara ambien menurut PP No.41 Tahun 1999
sebagai berikut:

32
Pengendalian Emisi Dan Ambien

STANDAR BAKU MUTU UDARA AMBIEN (PP No.41 Tahun 1999)


Konsentrasi Baku
No Parameter Durasi Konsentrasi Hitung
Mutu
SOx 1 Jam 900 ug/Nm3 0,00040878 ug/m3
1 24 Jam 365 ug/Nm3 -
1 Tahun 60 ug/Nm3 -
NH3 1 Jam 30.000 ug/Nm3 3,3835 ug/m3
2
24 Jam 10.000 ug/Nm3 -
NOx 1 Jam 400 ug/Nm3 10,0949 ug/m3
3 24 Jam 150 ug/Nm3 -
1 Tahun 100 ug/Nm3 -
O3 1 Jam 235 ug/Nm3 0,00000000639 ug/m3
4
1 Tahun 50 ug/Nm3 -

Apabila dilihat dari tabel di atas masing-masing parameter memenuhi standar


buku mutu udara ambien menurut PP No.41 Tahun 1999 dan berada dibawah standar
tersebut cukup jauh. Hal ini diduga karena di sekitar lingkungan Jurusan Teknik
Lingkungan terdapat cukup banyak pohon dan lokasi pemantauan terhalang oleh
gedung sehingga polutan dari kendaraan bermotor di jalan depan Jurusan Teknik
lingkungan tidak langsung masuk ke dalam dan konsentrasinya telah berkurang.

4.4 Pengukuran Kebisingan, Kelembaban, Suhu, dan Kecepatan Angin


Selain pengukuran partikulat dan konsentrasi parameter-parameter ambien,
dilakukan juga pengukuran tambahan untuk mengetahui beberapa data kualitas udara
di lokasi pemantauan yaitu di depan Jurusan Teknik Lingkungan ITS
4.4.1 Pengukuran Kebisingan
Pengukuran kebisingan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
kebisingan suara pada lokasi pemantauan. Pengukuran ini dilakukan dengan
menggunakan alat pengukur kebisingan yaitu Sound Meter Level. Sound Meter Level
ini berfungsi untuk mengukur kebisingan antara 30-130 dB dalam satuan dBA dari
frekuensi antara 20-20.000Hz.
Pengukuran kebisingan ini dapat dilakukan dengan langkah sederhana. Pertama
siapkan alat Sound Meter Level, tentunya sudah dikalibrasi dan siap untuk digunakan.

33
Pengendalian Emisi Dan Ambien

Kemudian operasikan alat selama kurang lebih 2 menit pada lokasi pemantauan.
Selama waktu pengukuran 2 menit tersebut akan terbaca hasil pengukuran dan catat
hasil pengukuran berupa angka-angka yang terus terbaca pada alat.
Setelah selesai didapatkan sekitar 64 data. Kemudian data tersebut diurutkan
mulai dari yang tertinggi hingga terendah. Untuk mengetahui tingkat kebisingan lokasi
pemantauan dapat dilakukan perhitungan selisih antara nilai pengukuran tertinggi
dengan terendah. Nilai tertinggi yang didapatkan adalah 78,2 dB sedangkan nilai
terendah adalah 56,6 dB.

Menurut Kep. MENLH 1996 ambang batas kebisingan untuk


lingkungan sekolah atau sejenisnya adalah 55 dB. Hasi pengukuran pada lokasi
pemantauan kebisingan yaitu antara 56,6 dB - 78,2 dB, artinya bahwa tingkat
kebisingan di Jurusan Teknik Lingkungan diatas ambang batas kebisingan untuk
lingungan sekolah dan sekitarnya. Ini dikarenakan banyaknya kendaraan bermotor
yang lewat pada saat pemantauan kebisingan.

4.4.2 Pengukuran Kelembaban, Suhu, dan Kecepatan Angin


Alat yang digunakan dalam pengukuran ini adalah Hygro-Thermo-
Anemometer. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur kelembaban, suhu, dan

34
Pengendalian Emisi Dan Ambien

kecepatan angina sekaligus. Terdari beberapa komponen yang utama yaitu kabel
sambungan untuk pengukuran serta tempat pembaca hasil pengukuran.
Pengukuran dilakukan dengan cara mengoperasikan alat pada lokasi
pemantauan. Untuk pengukuran kelembaban dan suhu dapat dilakukan sekaligus
karena alat ini akan memberikan data keduanya secara bersamaan. Untuk pengukuran
kelembaban dan suhu digunakan sambungan dengan ujung kabel berbentuk bulat.
Pengukuran dilakukan 1-2 menit dan didapatkan hasil pengukuran untuk kelembaban
47,3% dan suhu sebesar 32,9C.
Selanjutnya dilakukan pengukuran kecepatan angin tetap dengan menggunakan
alat Hygro-Thermo-Anemometer namun kabel sambungan yang digunakan untuk
pengukuran diganti dengan kabel yang ujungnya berbentuk seperti kipas. Kemudian
alat dioperasikan selama 15 detik dan dicatat data yang terbaca pada Hygro-Thermo-
Anemometer. Setelah pengukuran didapatkan kecepatan angin tertinggi sebesar 0,87
m/s.
Menurut Standar Baku Mutu sesuai dengan Kepmenkes No. 261, kelembaban
ideal berkisar antara 40 65 %. Jika dibandingkan dengan hasil pengukuran pada loksi
pemantauan dengan hasil kelembaban 47,3% maka dapat disimpulkan bahwa
kelembaban pada lokasi tersebut masih memenuhi standar dan tidak berpotensi
menimbulkan tumbuhnya mikroorganisme karena udara yang terlalu lembab.
Sedangkan untuk suhu, menurut Standar Baku Mutu sesuai Kepmenkes
No.261 bahwa suhu yang dianggap nyaman adalah 18-270C. Jika dibandingkan dengan
hasil pengukuran yaitu sebesar 32,9C artinya suhu udara lokasi pemantauan kurang
nyaman dan melebihi standar baku mutu sesuai Kepmenkes. Kemudian untuk
pengukuran kecepatan angin bila dibandingkan dengan Standard Baku Mutu
Kepmenkes No.261 kecepatan aliran udara yang ideal berkisar antara 0,15 - 0,25 m/s
sedangkan kecepatan aliran udara hasil pengukuran adalah 0,87 m/s. Nilai tersebut
lebih besar dari kecepatan aliran udara ideal dan tidak memenuhi standar.

35
Pengendalian Emisi Dan Ambien

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan data-data dan hasil penelitian di atas dapat diperoleh beberapa


simpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengukuran partikulat pada lokasi pemantauan didapatkan hasil
sebesar 151 g/m3. Apabila dilihat dari jumlah partikulatnya kualitas udara
didepan Jurusan Teknik Lingkungan dapat dikatakan kurang baik karena telah
melebihi baku mutu menurut NATIONAL AMBIENT AIR QUALITY
STANDARDS (NAAQS) dan dapat dihitung menurut ISPU.
2. Menurut parameter NOx, SOx, NH3, dan O3 kualitas udara di depan Jurusan Teknik
Lingkungan FTSP ITS dapat dikatakan cukup baik karena telah memenuhi standar
buku mutu udara ambien menurut PP No.41 Tahun 1999 dengan hasil pengukuran
sebagai berikut:
Konsentrasi NOx pada debit udara ambient 1 L/menit adalah 10,0949 g/m3
Konsentrasi SOx pada debit udara ambient 1 L/menit adalah 0,00040878 g/m3
Konsentrasi NH3 pada debit udara ambient 1 L/menit adalah 3,3835 g/m3
Konsentrasi O3 pada debit udara ambient 1 L/menit adalah 0,00000000639
g/m3
3. Parameter kebisingan pada lokasi pemantauan diatas standar baku mutu menurut
Kep. MENLH 1996 untuk tingkat kebisingan di lingkungan sekolah dan sekitarnya
dengan hasil pengukuran 55,6 dB 78,2 dB.
4. Parameter kelembaban udara memenuhi standar baku mutu menurut Kepmenkes
No. 261 dengan hasil pengukuran 47,3% sedangkan untuk suhu dan kecepatan
angin rata-rata 0,87 m/s melebihi standar baku mutu.

36
Pengendalian Emisi Dan Ambien

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 12 tahun 2010.


BSN. SNI 19-7119.1-2005
BSN. SNI 19-7119.2-2005
BSN. SNI 19-7119.7-2005
BSN. SNI 19-7119.8-2005
BSN. SNI 19-7119.9-2005
SNI.Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Zat zat Pencemar Udara,Jakarta,
21 09 2006
Fardiaz,S.,1992.Polusi Air dan Polusi Udara. Departemen Pendidikan danKebudayaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi, Institut Pertanian Bogor.
http://jurnalingkungan.wordpress.com/oksidan/
Universitas Sumatera Utara.2010.PENGUKURAN KADAR GAS PENCEMAR
NITROGENDIOKSIDA.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2075/Ch
apter% 20II.pdf
Soedomo, Pencemaran Udara, Kumpulan Karya Ilmiah, Institut Teknologi Bandung,
2000.
Sudrajad, Agung. Pencemaran Udara, Suatu Pendahuluan.Jakarta:2006
Wardhana.Dampak Pencemaran Lingkungan.2011

37

Anda mungkin juga menyukai