A. PENGKAJIAN
1. Biodata meliputi ( nama, usia, jenis kelamin, suku dan kebangsaan, pendidikan, pekerjaaan,
alamat, TMR )
2. Keluhan utama
Fraktur tulang. Kelemahan otot , kelelahan, tukak peptik, nyreri tulang
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit gagal ginjal
5. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit hiperparatiroidisme?
6. Pengkajian data dasar
a) Aktivitas / istirahat
Gejala : otot lemah, kelelahan
Tanda : atrofi otot
b) Sirkulasi
Gejala : palpitasi
Tanda : disritmia, takikardi saat isirahat, syok
c) Makanan/ cairan
Gejala : mual muntah, anoreksia
Tanda : pembesaran tiroid
d) Neurosensori
Tanda : gangguan status mental dan perilaku seperti: bingung, gelisah, diorientasi
e) Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri tulang
f) Pernapasan
Pernapasan : takipnea
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan hyperparathyroidisme,
antara lain :
1) Resiko tinggi cedera b/d dengan demineralisasi tulang yang
mengakibatkan fraktur patologi.
2) Perubahan eliminasi urine b/d keterlibatan ginjal terhadap hiperkalsemia
3) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia dan mual.
4) Konstipasi b/d efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran gastrointestinal.
5) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan otot.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Resiko tinggi cedera b/d dengan demineralisasi tulang yang
mengakibatkan fraktur patologi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien tidak mengalami cedera
Kriteria hasil : tidak terjadi cedera dan tidak adanya fraktur patologik
Intervensi keperawatan
Mandiri
a) Kendalikan lingkungan dengan menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi
potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur,
usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam, siapkan lampu panggil.
R/ : lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan klien dari
kekhawatiran konstan.
b) Pertahankan tirah baring, hindarkan klien dari posisi menetap dan ubah klien dengan hati-
hati.
R/ : meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi / penyembuhan dan
mengubah posisi meningkatkan kenyamanan.
c) Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik seperti cara mengubah posisi tubuh dan cara
berjalan serta menghindari perubahan posisi yang tiba-tiba.
R/ : meningkatkan koping individu dan mengurangi resiko cedera.
d) Ijinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam
lingkungan yang aman.
R/ : memberikan kemandirian pada pasien.
e) Berikan / bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera mungkin.
R/:mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan penyembuhan dan
normalisasi fungsi organ.
Kolaborasi :
f) Konsul dengan ahli terapi fisik / okupasi dan atau rehabilitasi spesialis.
R/ : berguna dalam membuat aktifitas individual / program latihan karena pasien dapat
memerlukan bantuan jangka panjang dalam gerakan.
g) Kaji ulang foto/evaluasi.
R/ : memberikan bukti visual mulainya pembentukan kalus atau proses penyembuhan untuk
menentukan tingkat aktivitas dan kebutuhan perubahan / tambahan terapi.
Mandiri
a) Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urin
R/ : memberi informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
b) Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi
R/ : kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan
berkemih segera
c) Tingkatkan asupan cairan
R/ : mempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan resiko infeksi traktus urinarius, mencegah
pembentukan batu ginjal.
d) Periksa urin catat adanya batu ginjal untuk dianalisa
R/ : dapat mengidentifikasi tipe batu sehingga membantu dalam program terapi
e) Kaji keluhan kandung kemih , palpasi untuk distensi suprapubik
R/ : retensi urin dapat terjadi yang menyebabkan distensi jaringan dan potensial risiko infeksi
f) Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
R/ : akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP
3) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia dan mual.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien tidak merasa mual dan
muntah lagi
Kriteria hasil : napsu makan meningkat dan peningkatan berat badan
Intervensi keperawatan
Mandiri :
1) Berikan dorongan pada klien untuk mengkonsumsi diet rendah kalsium untuk memperbaiki
hiperkalsemia.
R/ : mengurangi jumlah absorbsi kalsium dalam darah sehingga dapat menurunkan kadar PTH.
2) Jelaskan pada klien bahwa mengkonsumsi susu dan produk yang mengandung susu dapat
menghilangkan sebagian manifestasi gastrointestinal yang tidak enak.
R/ : susu dan produk yang mengandung susu dapat meningkatkan asam lambung sehingga dapat
merangsang muntah.
3) Bantu klien untuk mengembangkan diet yang mencakup tinggi kalori.
R/ : membantu menjaga pemasukan kalori yang cukup tinggi sehingga dapat mempertahankan
berat badan ideal.
4) Timbang berat badan sesuai indikasi, catat masukan dan haluaran.
R/ : mengidentifikasi status cairan serta memastikan kebutuhan metabolik.
5) Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan.
R/ : rasa tidak enak pada mulut menambah anoreksia.
Kolaborasi :
6) Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
Antiemetik, misal : proklamperasin (compazined)
R/ : mencegah muntah.
Antasida / inhibitor histamine, misal : simetidin (tagamet)
R/ : menetralkan atau menurunkan pembentukan asam untuk mencegah erosi mukosa dan
kemungkinan ulserasi.
4) Konstipasi b/d efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran gastrointestinal.
Tujuan : setelah dilakukam tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapakan tidak terjadi konstipasi
lagi
Kriteria hasil : Klien akan mempertahankan pola BAB normal, seperti yang dibuktikan oleh BAB setiap hari
(sesuai dengan kebiasaan klien)
Intervensi keperawatan
Mandiri :
1) Upayakan tindakan yang dapat mencegah konstipasi dan pengerasan fekal yang disebabkan
oleh hiperkalsemia.
R/ : membantu klien untuk bisa melaksanakan eliminasi BAB secara teratur dan meningkatkan rasa
nyaman.
2) Bantu klien untuk tetap dapat aktif sesuai dengan kondisi yang memungkinkan.
R/ : aktifitas dapat merangsang peristaltik, meningkatkan kembalinya aktifitas usus normal.
3) Tingkatkan asupan cairan dan serat dalam diet. Klien harus minum sedikitnya 6-8 gelas
perhari kecuali bila ada kontra indikasi.
R/ : dapat memperbaiki konsistensi feces.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Sesuai intervensi
E. EVALUASI
Sesuai tujuan dan kriteria hasil