PENDAHULUAN
1
6. Apa saja kesulitan-kesulitan yang dihadapi ?
7. Apa saja Keunggulan dan Kelemahan Control Self-assessment ?
8. Apa faktor pendukung keberhasilan Control Self-assessment ?
1.3 TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagi berikut :
1. Untuk mengetahui apa pengertian Control Self-assessment.
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya Control Self-assessment.
3. Untuk mengetahui pentingnya Control Self-assessment.
4. Untuk mengetahui alat dan teknik yang dipelukan dalam melakukan
Control Self-assessment.
5. Untuk mengetahui hubungan antara Control Self-assessment dengan
kegiatan audit internal yang lain.
6. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapai serta
keunggulan dan kelemahan Control Self-assessment.
7. Untuk mengetahui factor pendukung keberhasilan Control Self-
assessment.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Control Self Assessment merupakan suatu pendekatan yang
diterapkan oleh internal auditor didalam perusahaan dengan melibatkan
seluruh elemen. Jika ditinjau dari maknanya:
Control adalah kerangka kerja terintegrasi secara luas yang
mempertimbangkan semua faktor internal utama yang mempengaruhi
pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Lingkupnya cenderung holistik
atau sistemik.
Self dalam self-assessment adalah criteria fundamental untuk CSA.
Kata ini membedakan CSA dan audit lainnya. Seorang auditor
dianggap memiliki pengetahuan dan keahlia yang memadai untuk
secara independen membentuk penentuan resiko yang akurat atas
control. CSA memiliki pendapat yang berlawanan yaitu lingkup
control terlalu luas dan perubahan berlangsung terlalu cepat sehingga
untuk membentuk penentuan resiko yang akurat mengenai control saat
ini membutuhkan semua pengetahuan dan keahlian orang yang
melakukan tugas tersebut.
Assessment adalah istilah yang lebih akurat dibandingkan pengukuran
untuk mengartikan evaluasi control. Begitu banyak faktor yang akan
mempengaruhi hasil kerja keras organisasi yang ketepatan matematis
tidak bisa dihindari akan menghasilkan intuisi dan pertimbangan.
Bahkan perangkat penentuan resiko yang paling baik sekalipun
tergantung pada pelaksana pertimbangan yang subjektif, kadang-
kadang dari satu atau dua oran. CSA menghindari resiko yang terkaitan
dengan subjektivitas dengan mengumpulkan opini subjektif dari
banyak pengamat yang berbeda, biasanya dalam kelompok, guna
mengidentifikasi pola-pola umum sebelum sampai pada pertimbangan.
3
Berdasarkan hal-hal tersebut, CSA bisa digambarkan sebagai berikut:
4
2.3 MENGAPA CONTROL SELF-ASSESSMENT DIPERLUKAN?
Pada tahun 1970-an pada era setalah skandal Watergate di Amerika
Serikat. Banyak perusahaan multinasional besar diperiksa untuk
menentukan apakah mereka telah menyalurkan dana secara illegal.
Kemungkinan segera diketahui bahwa banyak organisasi memiliki
rekening rahasia yang digunakan untuk menyalurkan dana tidak hanya
kepartai partai politik di amerika tetapi juga pegawai pemerintahan dalam
dan luar negri untuk mendukung perolehan kontrak yang berbau korupsi.
Skandal politik telah terbongkar dan menyikap sisi gelap dunia bisnis
besar.
Pada tahun 1978 perusahaan dilarang melakukan pembayaran yang
bisa dianggap sebagai penyuapan kepada pegawai pemerintah, tetapi lebih
penting lagi menekankan perlunya control internal yang efektif, kegagalan
perusahaan terus berlanjut sampai tahun 1980
Pada tahun 1987, setelah penelitian yang ekstensif, komisi tersebut
memublikasikan temuan-temuannya yang saat ini dikenal sebagai laporan
treadway. Beberapa penemuan yang sangat signifikan dibuat yaitu:
Sering kali (control) dipandang dari sudut pandang yang sempit
Kami yakin bahwa terdapat potensi nyata untuk mengurangi resiko
kekurangan dalam pelaporan keuangan, jika masalah-masalah bisa
dipertimbangkan dan pandangan secara multidimensional
Control internal dipengaruhi oleh orang-orang pada setiap tingkatan
organisasi.
5
COSO merekomendasikan auditor untuk menelaah dan
mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan manusia
sebelum memberikan opini.
6
mereka sehingga mereka bisa mulai mengambil tindakan perbaikan
atas masalah-masalah penting
5. Tindakan. Tim peserta dan manajer harus memutuskan tindakan apa
yang harus diambil pertama kali karena mereka jarang memilih waktu
untuk segera melakukan semua yang telah dibahas. Sebagaimana
halnya temuan-temuan material dari audit konvensional maka mungkin
dibutuhkan pelaporan temuan-temuan ke manajemen puncak dan
komite audit jika risikonya signifikan bagi organisasi sehingga mereka
dapat mengambil tindakan segera.
Dari ketiga metode CSA tersebut diatas yang paling popular dandirekome
ndasikan oleh IIA adalah metode Workshop.
7
1. Dalam pelatihan dan implementasi awal dengan target tinggi tetapi
peserta masih rendah: penggunaan orang yang professional dan
pengalam bisa menjembatani kesenjangan ini.
2. Pada saat manajemen puncak, dewan, atau komite dewan memutuskan
untuk menyelenggarakan pertemuan CSA.
3. Terjadi saat program CSA yang telah berjalan dengan baik
membutuhkan penelaahan dari pihak luar atau penyegaran (tune-up).
Hal ini bagus untuk dilakukan secara periodik karena praktik dan
teknologi CSA berkembang dengan cepat sejalan dengan peningkatan
dalam pemahaman kita atas control, psikologi, dan penerapan
teknologi.
8
kecurangan yang tidak diharapkan karena faktor-faktor control utama
tidak diperiksa.
9
2.10 KUALITAS YANG DIBUTUHKAN UNTUK TIM FASILITATOR
CSA
Meskipun pelatihan dan teknologi bisa sangat membantu
fasilitator, namun tidak aka nada artinya jika kualitas pribadi yang penting
tidk terpenuhin. Kejujuran, empati dan menghargai orang lain jauh lebih
penting dibandingkn dengan teknik-teknik. Jika mereka yakin bahwa
mereka tidak dihargai atau kebih bruk lagi bila fasilitator memiliki agenda
tersembunyi, Maka rapat kerja akan kacau. Kerpecayaan dihasilkan secra
perlahan melalui keterbukanaan komunikasi dan ditunjukannya sikap
yang baik, namun bisa cepat hilang dengan kecerobohan atau perbuata
yang tidak tulus.
Semua fasilitator harus memiliki sikap yang menghargai orang
lain, keahlian interpersonal, punya rasa ingin tahu, pendengaran yang baik
dan terdorong untuk memberikan nilai bagi klien dan organisasi.
Fasilitator yang terbaik memiliki keahlian analitis dan pembelajaran yang
baik dan cepat yang mereka gunakan untuk memahami apa yang telah
dikemukakan dan mengubahnya kedalam kesimpulan yang bermakna bagi
organisasi.
10
menelaah hasilnya, belajar dari hasil tersebut, memperbaiki cara
bertanya dan mengkomunikasikannya kembali keorganisasi, mereka
jelas mencapai nilai yang pontensial. Partisipan rapat kerja memang
telah diuntungkan tetapi tidak demikian bagi karyawan lainnya
diorganisasi.75% atau lebih dari manfaat CSA telah hilang.
2. Tidak menepati janji atau membuat terlalu banyak janji merupakan
kesalahan lainnya yang biasa terjadi fasilitator akan belajar bahwa
penting untuk tidak hanya membuat janji mengenai hal yang dapat
mereka sampaikan. Setiap rapat kerja menghasilkan sekumpulan
harapan dan janji, jika tidak ada tindakan lanjutannya maka akan
terjadi penurunan moral dan kepercayaan.
3. Tidak sensitive terhadap kebutuhan dan kekhawatiran partisipan
merupakan kesalahan yang biasa terjadi pada fasilitator yunior. Saat
bekerja dengan setiap kelompok maka akan membantu untuk
menyadari faktor-faktor social ekonomi. Kebanyakan rapat kerja
memiliki sedikit partisipan yang khawatir bahwa apa yang mereka
katakana akan membahayakan kariernya. Memang ini lah watak
manusia,. Kesadaran akan kemungkinkan-kemungkinan ini akan
membantu fasilitator menyesuaikan sikapnya dan sensitive dalam
mensyaratkan keterbukaan.
4. Kuesioner, dengan beberapa pengecualian, bukan merupakan self-
assessement. Banyak orgarnisasi mengunakan kuesioner yagn
bagusuntuk mensurvei karyawan tetapi penilaian dilakukan oleh pihak
ketiga yang menginterprestasikan data tersebut.
5. Terlalu dalam masuk ke dalam masalah tanpa tahu cara mengatasi
masalah itu. Merupakan pendekatan yang beralasan dalam bidang yang
sama sekali baru. Iniah yang dilakukan oleh Gulf sebagai pionir-upaya
pertama dilakukan tahun 1987 kita sekarang tahu lebih banyak tentang
CSA dan informasi ini tersedia melalui beberapa pelatihan yang bagus,
pusat CSA di IIA dan iteratur yang terus berkembang meskipun masih
belum sempurna. Sebagai auditor professional kita punya tanggung
11
jawab untuk belajar sebanyak mungkin sebelum menawarkan jasa ke
organisasi kita.
12
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14