Anda di halaman 1dari 29

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Impedansi
Impedansi pada rangkaian listrik merupakan nilai resistif dari
komponen pasif resistor, induktor, dan/atau kapasitor yang diperhitungkan
ketika sumberdaya adalah tegangan bolak-balik (AC). Nilai impedansi
ditentukan oleh besaran resistansi (tidak dipengaruhi frekuensi) dan
reaktansi (dipengaruhi frekuensi). Sehingga, arus beban pada sebuah
rangkaian listrik kondisi gelombangnya dipengaruhi oleh nilai impedansi
tersebut sesuai hukum Ohm. Kondisi gelombang arus beban ini dapat
mendahului (beban kapasitif) atau tertinggal (beban induktif) atau satu fasa
(beban resistif) dengan tegangan sumber (John Bird, 2010).

a. Pengaruh Resistansi Terhadap Arus Beban


Gambar 2.1 memperlihatkan rangkaian sederhana resistor dengan
sumber daya AC. Nilai resistansi menimbulkan arus beban yang tidak
merubah fasa gelombang arus; sehingga dikatakan arus dan tegangan
pada rangkaian tersebut se-fasa (tidak ada perbedaan sudut/waktu).
Secara matematis, korelasi tegangan, impedansi, dan arus beban
ditunjukkan pada Persamaan (2.1), (2.2), dan (2.3). Gambar 2.2
memperlihatkan kondisi gelombang sumber tegangan dan arus beban
yang se-fasa (resistif); dengan kata lain tidak ada perbedaan sudut

+ -

Gambar 2.1 Rangkaian Sederhana Resistor dengan Sumber Daya AC

1
= sin atau |V| = 0 ............................................ (2.1)
ZR = R atau |Z| = 0 ......................................................... (2.2)

= atau || = 0 ......................................................... (2.3)

Gambar 2.2 Gelombang V(t) = Vm sin t dan I(t) = Im sin t Resistif

b. Pengaruh Induktansi Terhadap Arus Beban


Gambar 2.3 memperlihatkan rangkaian sederhana induktor dengan
sumber daya AC. Nilai induktansi menimbulkan arus beban yang
merubah fasa gelombang arus tertinggal dengan fasa gelombang
tegangan, sehingga dikatakan arus laging terhadap tegangan. Secara
matematis, korelasi tegangan, impedansi, dan arus beban ditunjukkan
pada Persamaan (2.4), (2.5), dan (2.6). Gambar 2.4 memperlihatkan
kondisi gelombang sumber tegangan dan arus beban yang berbeda fasa
(induktif); dengan kata lain arus tertinggal sebesar 90o dari tegangan
sumber.

2
- +

Gambar 2.3 Rangkaian Sederhana Induktor dengan Sumber Daya AC


= cos atau |V| = 90 ................................... (2.4)
= atau |Z| = 90 ................................................... (2.5)

= atau || = 90 ................................................... (2.6)

Gambar 2.4 Gelombang V(t) = Vm sin t dan I(t) = Im sin (t-90o) induktif

c. Pengaruh Kapasitansi Terhadap Arus Beban


Gambar 2.5 memperlihatkan rangkaian sederhana kapasitor dengan sumber
daya AC. Nilai kapasitansi menimbulkan arus beban yang merubah fasa
gelombang arus mendahului fasa gelombang tegangan, sehingga dikatakan
arus leading terhadap tegangan. Secara matematis, korelasi tegangan,
impedansi, dan arus beban ditunjukkan pada Persamaan (2.7),(2.8), dan
(2.9). Gambar 2.6 memperlihatkan kondisi gelombang sumber tegangan dan
arus beban yang berbeda fasa (kapasitif); dengan kata lain arus mendahului
sebesar 90o dari tegangan sumber.

3
- +

Gambar 2.5 Rangkaian Sederhana Kapasitor dengan Sumber Daya AC



= ( cos ) atau |V| = 90 .............................. (2.7)
1
= atau |Z| = 90 ............................................... (2.8)

= atau || = 0 ......................................................... (2.9)

Gambar 2.6. Gelombang V(t) = Vm sin t dan I(t) = Im sin (t+90 o) kapasitif

1.2 Daya
Daya listrik merupakan kemampuan potensi energi yang dapat
dimanfaatkan oleh beban. Dalam penyuplaian daya listrik, tegangan dijaga
konstan sehingga arus menjadi bervariasi sesuai dengan besar kecilnya
beban operasional. Gambar 2.7 memperlihat skema logis aliran daya (catu
tegangan) dan aliran arus dari sumber (kutub positif) melalui beban kembali
ke sumber (kutub negatif). Aliran arus merepresentasikan aliran daya setiap
detik pada tegangan konstan; dengan kapasitas daya listrik yang tetap.

4
Sebagai konsekuensi, daya listrik yang dimanfaatkan (energi dalam satuan
Wh = 3600 Joule) sebanding dengan besar kecilnya nilai beban.

Gambar 2.7. Skema Logis Korelasi Arus Beban Terhadap Aliran Daya

Berdasarkan jenis beban, pemanfaatan daya dibedakan menjadi dua


yaitu daya aktif (P) dan reaktif (Q). Daya aktif merupakan energi yang
dimanfaatkan oleh beban resistif dinyatakan dengan satuan Watt (W);
sementara daya reaktif dengan satuan volt-ampere reaktif (VAR)
merupakan energi yang dikonsumsi beban reaktansi baik oleh jenis beban
induktif maupun kapasitif. Daya reaktif tersebut secara nyata wujudnya
adalah panas yang merupakan kerugian di dalam sebuah proses elektrik.
Dasar pertimbangan kerugian ini karena beban reaktansi mengakibatkan
munculnya pergeseran sudut antara arus beban dengan tegangan sumber.
Cosinus sudut ini disebut sebagai faktor daya; dimana (1-cos)
merepresentasikan kerugian daya atau daya tidak termanfaatkan oleh beban.
Kedua jenis daya tersebut, aktif dan reaktif, merupakan besaran
vektor dengan sudut nol derajat (beban resistif) dan nol sampai dengan
sembilan puluh derajat (beban induktif: positif atau kapasitif: negatif).
Sehingga, kebutuhan daya suplai/semu (S) dengan satuan volt-ampere (VA)
harus sebanding dengan jumlah kedua daya beban tersebut. Secara
matematis, korelasi daya suplai dan beban dapat diperlihatkan dengan
gambar segitiga vektor daya (Gambar 2.8) serta Persamaan (2.10).

5
Gambar 2.8 Segitiga Daya

= 2 + 2 .......................................................................... (2.10)
= cos ............................................................................... (2.11)
= sin ............................................................................... (2.12)

= ................................................................................. (2.13)

Nilai sudut tersebut (cos) disebut sebagai faktor daya; dimana besar
sudut ini dipengaruhi jenis beban reaktansi (lebih induktif atau lebih
kapasitif). Sudut secara vektoris dimiliki impedansi beban, dimana
reaktansi induktif membuat nilai sudut berada di kuadran satu sedangkan
reaktansi kapasitif di kuadran empat.

2.2.1. Daya Semu (S)


Daya semu (S) merupakan daya suplai dari sumber tegangan-arus
dengan satuan Volt Ampere (VA). Untuk sumber 3 fasa, total daya
merupakan resultan dari masing-masing fasa yang memiliki perbedaan
sudut 120o. Secara matematis, daya semu untuk tiga fasa serta arus beban
dituliskan pada persamaan (2.14) dan (2.15).
S = 3 (V ) .......................................................................... (2.14)

= = .......................................................................... (2.15)
3

2.2.2. Daya Aktif (P)

6
Daya aktif (active power) adalah daya nyata yang dimanfaatkan
murni dipakai oleh beban resistif dalam melakukan kerja dengan satuan
Watt (W). Secara matematis, daya aktif serta arus beban dituliskan pada
persamaan (2.16) dan (2.17).

= 3 (V ) cos ................................................................ (2.16)



= .......................................................................... (2.17)
3 cos

2.2.3. Daya Reaktif (Q)


Daya reaktif (reactive power) adalah daya yang muncul akibat
komponen pasif diluar resistor yang merupakan daya rugi-rugi atau daya
yang tidak diinginkan. Daya ini memiliki simbol Q dengan satuannya Volt
Ampere Reaktif (VAR) yang vektornya digambarkan tegak lurus dengan
garis vector daya aktif. Nilai daya reaktif ini dituliskan secara matematis
pada Persamaan (2.18) dan arus beban pada Persamaan (2.19).

Q = 3 sin .................................................................... (2.18)



= ........................................................................... (2.19)
3 sin

2.3. Motor Listrik


Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang
mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik
digunakan untuk menggerakkan berbagai mesin termasuk mesin fluida
(kompresor, pompa, serta fan atau blower). Berdasarkan sumberdaya, motor
listrik terbagi menjadi dua kelompok yakni motor listrik arus bolak balik
(AC) dan motor listrik arus searah (DC). Motor listrik AC terbagi menjadi
dua yakni motor sinkron dan induksi. Secara umum, motor induksi banyak
dipakai di industri baik yang satu fasa maupun tiga fasa.

2.3.1. Komponen

7
Motor induksi memiliki dua komponen utama sebagaimana motor
listrik pada umumnya, yakni bagian belitan stator dan belitan rotor. Kesatu,
stator merupakan belitan medan yang mampu menginduksikan daya
elektromagnetik ke belitan rotor. Kedua, rotor merupakan belitan jangkar
yang dapat bergerak (putar) akibat adanya slip atau vektor elektromagnetik
yang berlawanan dengan sumbernya. Diantara stator dan rotor terdapat
celah udara sebagai jalan fluks induksi stator yang memotong kumparan
rotor. Celah udara ini diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan kerja
motor yang optimum. Celah udara yang terlalu besar mengakibatkan
efisiensi motor induksi menjadi rendah, sebaliknya apabila terlalu kecil
dapat menimbulkan rotor sulit berputar. Gambar 2.9. menampilkan
komponen motor induksi.

Gambar 2.9. Komponen Motor Induksi


(Sumber: Automated Buildings)

2.3.2. Faktor Daya


Dari sisi suplai, motor merupakan suatu beban yang bersifat induktif;
sehingga arus beban operasionalnya memiliki gelombang yang tertinggal
(lagging) terhadap tegangan sumbernya. Selaian beban induktif, motor
listrik ini juga memiliki nilai resitansi dari belitan statornya. Sehingga,
impedansi pada motor merupakan resultan dari nilai induktansi dan
resistansi. Apabila digambarkan menggunakan diagram fasor maka nilai
resistansi berada di sumbu x dan induktansi di sumbu y (imajiner). Cosinus

8
sudut antara reaktansi dengan impedansi motor inilah yang disebut sebagai
faktor daya.

2.3.3. Efisiensi
Motor induksi tersusun dari komponen berupa belitan yang dapat
menyebabkan beberapa rugi-rugi yakni tembaga, inti besi, dan mekanik.
Pada rugi-rugi tembaga besarnya sebanding dengan I2R, sehingga semakin
besar beban dan arus yang mengalir maka semakin tinggi nilainya. Faktor
yang mempengaruhi rugi-rugi inti besi adalah konstruksi dari sebuah motor.
Rugi-rugi mekanik disebabkan karena faktor mekanikal; termasuk gesekan
dan hambatan. Total dari seluruh rugi-rugi mengakibatkan daya yang
dibutuhkan untuk menggerakkan sebuah motor menjadi semakin besar.
Secara matematis, efisiensi direpresentasikan sebagai rasio/perbandingan
antara daya output terhadap daya input sebuah motor (Secara matematis,
efisiensi motor dituliskan dalam Persamaan (2.20)).


= 100% ....................................................................... (2.20)

Gambar 2.10. Kurva Perbandingan Efisiensi dengan Output


(Sumber: Study Help, 2016)

Gambar 2.10 menampilkan enam parameter yang mencerminkan


karakteristik sebuah motor listrik (induksi tiga fasa) yakni slip, arus beban,

9
faktor daya, effisiensi, kecepatan rotor, dan kecepatan sinkron. Perubahan
arus beban memiliki korelasi linier dengan tingi-rendahnya beban. Dengan
kata lain, jika beban ditambah/diturunkan maka arus beban menjadi menjadi
lebih tinggi/rendah. Merujuk pada Gambar 2.10, efisiensi motor memiliki
kondisi optimal pada pembebanan 60%. Semakin besar kapasitas daya
motor, efisiensi optimal motor dicapai dengan pembebanan yang semakin
tinggi (>60%).

2.4. Kompresor
Kompresor merupakan mesin atau alat mekanik yang berfungsi untuk
meningkatkan tekanan (memampatkan) fluida gas atau udara. Udara dihisap
oleh kompresor berasal dari atmosfir (1 atm) dan menghasilkan tekanan
sesuai dengan rasio kompresinya. Rasio kompresi merupakan perbandingan
tekanan output dengan tekanan input kompresor yang mencerminkan
kemampuan kerja alat tersebut.
Kompresor terbagi atas 2 jenis berdasarkan jenis kompresinya, yaitu
secara intermitten dan kontinu. Kompresi intermitten terjadi pada
kompresor possitive displacement sedangkan kompresi kontinu terjadi pada
kompresor dinamik dan ejector. Gambar 2.11. menunjukkan skema
pengelompokkan kompresor.

10
Gambar 2.11. Skema Klasifikasi Kompresor
(Sumber: Brown, Royce N.2005)

Kompresor positive displacement dibedakan menjadi reciprocating dan


rotary. Berdasarkan aliran fluda, kompresor dynamic terbagi menjadi tiga
jenis yakni radial flow, axial flow, serta mixed flow. Sedangkan berdasarkan
konstruksinya, kompresor diklasifikasikan menjadi tujuh jenis, yaitu
(Sularso, 1987 pg. 174):
a. Berdasarkan jumlah tingkat kompresi: satu tingkat, dua tingkat, dan
banyak tingkat.
b. Berdasarkan langkah kerja (pada kompresor torak): kerja tunggal (single
acting), dan kerja ganda (double acting).
c. Berdasarkan susunan silinder (untuk kompresor torak): mendatar, tegak,
bentuk L, bentuk V, bentuk W, bentuk bintang, dan lawan berimbang
(ballance opposite).

11
d. Berdasarkan cara pendingin: pendingin air, dan pendingin udara.
e. Berdasarkan transmisi penggerak: langsung, sabuk V, dan roda gigi.
f. Berdasarkan penempatannya: permanen (stationary), dan dapat dipindah
(portable).
g. Berdasarkan cara pelumasan: pelumasan minyak, dan tanpa minyak.

2.4.1. Mekanisme Kerja


Proses kerja kompresor dimulai ketika piston digerakkan melalui
poros engkol yang dikopel dengan motor listrik. Ketika piston berada pada
posisi awal (mundur) udara di atmosfer memiliki tekanan lebih tinggi
dibanding suction (katup isap) kompresor. Fluida terhisap masuk melalui
katup tersebut menuju ruang kompresi. Saat piston pada posisi akhir (maju),
katup isap tertutup serta menyebabkan udara menjadi bertekanan sehingga
membuka katup discharge. Udara yang termampatkan tersebut berada pada
volume konstan/tetap sementara massanya bertambah. Kondisi peningkatan
tekanan pada udara tersebut mengakibatkan suhunya mengalami kenaikan.
Gambar 2.12 memperlihatkan kerja kompresor secara runtut, mulai hisap,
tekan, hingga dilepaskan/discharge.

12
Gambar 2.12. Mekanisme Kerja Kompresor
2.4.2. Spesifikasi Teknis
Tabel 2.1 Spesifikasi Kompresor Atlas Copco

Maximu Capacity FAD Installed Weight

Weight Workplace
m min-max motor Workplace

Noise Level
working power Full

Frekuensi
pressure Feature
Type workplac

Volt
e
Hz V kg Kg

dB(A)
m3/h
psig

cfm

kW
bar

hp
l/s

GA 7 5,5 80 7,2- 25,9 15,2 7,5 10 62 50 380 193 277


VSD+ 21,9 - -
78,8 46,4

Tabel 2.1. memperlihatkan data spesifikasi kompresor Atlas Copco tipe GA


7 VSD+. Kompresor ini memiliki kapasitas daya 7,5kW dan mampu
mengubah tekanan udara menjadi 5,5 bar. Tegangan phasanya 380volt
sehingga dapat dihitung arus nominal sebesar 19,8A. Pada kapasitas normal,
kompresor mempunyai efisiensi adiabatik keseluruhan yang maksimum.
Berdasarkan rujukan (Sularso, 1987, hal. 192), efisiensi adiabatik
keseluruhan kira-kira 80-85% untuk kompresor berkapasitas besar
(160m3/jam); 75-80% untuk kompresor berkapasitas sedang (160-
4000m3/jam); dan 65-70% untuk kompresor berkapasitas kecil
(4000m3/jam).

2.5. Kapasitor Bank


2.5.1. Prinsip Kerja Kapasitor
Kapasitor merupakan komponen yang menyimpan dan memberikan
energi sesuai dengan kapasitasnya. Kapasitor tersusun oleh dua keping
sejajar (electrodes), kemudian dipisahkan oleh suatu ruangan disebut
dielectric yang pada saat diberi tegangan menyimpan energi. Dalam sistem
tenaga listrik, kapasitor digunakan untuk memperbaiki tegangan jaringan

13
dan menyuplai daya reaktif ke beban yang berfungsi untuk memperbaiki
nilai faktor daya dari sistem.

a
a
b b

a) b)

Gambar 2.13. Rangkaian Pengisian dan Pengosongan Kapasitor

Gambar 2.13 merupakan rangkaian pada saat proses pengisian dan


pengosongan kapasitor. Proses pengisian terjadi saat saklar terhubung ke
terminal a membentuk loop dengan sumberdaya. Sesaat setelah
terhubung, kapasitor mampu dilalui arus sehingga terjadi polarisasi di kedua
electrodanya; sebagai konsekuensi terdapat beda tegangan pada terminal
kapasitor tersebut (phase pengisian). Ketiga tegangan kapasitor sama
dengan sumberdaya maka tidak terjadi aliran arus lagi. Ketika saklar
dipinddahkan ke terminal b, rangkaian tertutup terbentuk dengan
sehingga terjadi aliran arus dari kapasitor (kutub positif) menuju resistor dan
kembali ke kutub negatifnya (pengosongan). Gambar 2.14 memperlihatkan
kurva pengisisan kapasitor hingga mencapai 100% (tegangan sama dengan
sumberdaya). Kurva mengalami kenaikan tegangan (dari 0-100%) sampai
kondisi waktu tertentu, sehingga saat tegangan yang tersimpan sudah
maksimal namun tegangan masih mengalir maka kurva menjadi garis
konstan (Gambar 2.13, a) . Secara matematis, persamaan tegangan saat
proses pengisian dituliskan pada Persamaan (2.21). Sedangkan untuk
menghitung arus dan waktu pengisian, secara matematis dituliskan dalam
Persamaan (2.22) dan (2.23).

14
Vc (t)

Gambar 2.14 Kurva Pengisian Kapasitor


() = (1 ) ............................................................. (2.21)
()
() = () = = ..................................................... (2.22)

= .................................................................................... (2.23)

Keterangan: nilai euler = 2,7182818

Vc (t)

Gambar 2.15 Kurva Pengosongan Kapasitor


Gambar 2.15 merupakan kurva pengosongan tegangan pada kapasitor
(Gambar 2.13 b). Pada keadaan ini, rangkaian kapasitor tidak mendapat
suplai tegangan namun melepas tegangan menuju beban/resistor. Daya yang
tersimpan pada kapasitor kemudian dilepas hinga habis dalam perioda
waktu tertentu. Persamaan tegangan saat proses pengosongan dituliskan
pada Persamaan (2.24).


() = ( ) ................................................................. (2.24)

15
2.5.2. Produk Di Pasaran
Berdasarkan cara kerjanya, kapasitor bank terbagi menjadi dua cara
yakni fixed type dan automatic type. Kapasitor bank fixed type merupakan
kapasitor yang memberikan beban kapasitif yang tetap meskipun terdapat
perubahan pada beban. Sedangkan kapasitor automatic type, beban kapasitif
yang diberikan bervariasi sesuai dengan kondisi beban. Jenis ini dilengkapi
dengan power factor controller (pfc) yang mampu mengubah faktor daya
jaringan sesuai dengan terget yang ditentukan.

2.5.3. Perhitungan Kapasitas


Penentuan kapasitas kapasitor bank perlu memperhatikan daya reaktif
serta faktor daya sebelum dan setelah perbaikan. Kedua parameter menjadi
target nilai yang harus dicapai saat sistem telah dipasang kapasitor bank.
Prinsip segitiga daya untuk perbaikan faktor daya, tersaji pada Gambar 2.16.
Secara matematis, besarnya daya semu dan reaktif sebelum dan setelah
pemasangan kapasitor bank dituliskan pada Persamaan (2.23) dan (2.24)

Gambar 2.16. Segitiga Daya Perbaikan Faktor Daya

= 1 2 ........................................................................... (2.23)
= (tan 1 tan 2 ) ........................................................ (2.24)

Katalog kapasitor bank yang tersedia di pasaran tidak seluruhnya


mencatumkan nilai kapasitansi yang digunakan. Sebagai konsekuensinya,
dilakukan perhitungan untuk menentukan kapasitas tersebut. Secara
matematis, perhitungan nilai kapasitansi menggunakan Persamaan (2.25).

16

= ............................................................................ (2.25)
2 2

Gambar 2.17 Diagram Fasor Impedansi


Gambar 2.17 merupakan diagram fasor impedansi beban induktif dan
kapasitif pada keadaan ekstrem (maksimal). Perbaikan faktor daya pada
kapasitor bank memiliki prinsip sebagaimana diagram fasor tersebut.
Bilamana beban terlalu induktif (XL) maka penambahan beban kapasitif
(XC) dapat mengurangi reaktansi indusktif. Sehingga, nilai cosinus sudut
antara beban resistif dan impedansi total semakin besar. Dapat dipahami,
penurunan nilai reaktansi induktif dengan penambahan rangkaian kapasitor
bermakna memperkecil sudut fasa atau memberbesar nilai cosinus sudut
fasa yang baru.

2.5.4. Instalasi Pemasangan


Metode pemasangan kapasitor tergantung dari fungsi yang
diinginkan. Cara pemasangan instalasi kapasitor dapat dibagi menjadi 3
bagian yaitu: global compensation, individual compensation, dan group
compensation
a. Global Compensation
Pada metode ini, kapasitor dipasang di panel distribusi utama (MDP:
Main Distribution Panel). Arus kerja pada model ini hanya melalui
penghantar antara panel MDP dan transformator. Rugi-rugi dalam bentuk
dissipasi panas tidak berpengaruh pada kapasitas penghantar di MDP.
Gambar 2.18. menampilkan single line pemasangan kapasitor bank
secara global compensation.

17
Gambar 2.18 Global Compensation
(Sumber: Scheneider Electric, 2007)

b. Group Compensation
Dengan metoda ini, kapasitor bank dipasang di panel SDP (Sub
Distribution Panel). Cara ini sesuai diterapkan pada industri dengan
kapasitas beban terpasang sampai ribuan KVA, karena jarak antara panel
MDP dan SDP cukup berjauhan. Gambar 2.19 memperlihatkan single
line pemasangan kapasitor bank secara group compensation.

Gambar 2.19 Group Compensation


(Sumber: Scheneider Electric, 2007)

c. Individual Compensation
Di metoda ini, kapasitor langsung dipasang pada masing-masing
beban, khususnya yang memiliki daya besar. Cara ini cukup efektif dan
lebih baik dari segi teknis; namun dibutuhkan ruang yang lebih luas serta
relatif lebih mahal dibanding dua metoda sebelumnya. Pada Gambar
2.20, diagram single line pemasangan kapasitor bank secara individual
compensation diilustrasikan.

18
Gambar 2.20. Individual Compensation
(Sumber: Scheneider Electric, 2007)

19
DAFTAR PUSTAKA

Ajulian, Ajub Zahra dan Darjat. (2009). Rangkaian Listrik I. Universitas


Diponegoro, Semarang.
Alexander, Charles K. dan Mathew N. O. Sadiku. (2009). Fundamentals Of
Electric Circuit Chapter 6. McGraw-Hill, New York.
Bird, John. (2010). Electrical Circuit Theory and Technology. Elsevier Ltd.,
China.
Noor, Syamsudin dan Noor Saputera. (2014). Efisiensi Pemakaian Daya Listrik
Menggunakan Kapasitor Bank. Poros Teknik, Vol.6, No.2, pp.55-102,
Politeknik Negeri Banjarmasin.
Operation and Maintenance Manual Centac Mode. Manual Book Ingersoll-Rand.
Italy
Ramdhani, Mohamad. (2005). Rangkaian Listrik. Sekolah Tinggi Teknologi
Telkom, Bandung.
Sularso dan Haruo Tahara. (1987). Pompa & Kompressor. Prandya Paramita,
Jakarta
Usman, Luy dan Unang Achlison. (2015). Analisis Kebutuhan Kapasitor dan Pada
Panel Capasitor Bank Untuk Beban 500 kW. Elkom, Vol.8, No.1,
pp.19-24, Sekolah Tinggi Elektronika dan Komputer, Semarang.
Varset, Low Voltage Capasitor Bank. Power Factor Correction Catalogue.
France.
Zuhal. (1991). Dasar Tenaga Listrik. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

20
A. Kutipan Pertama
Sedangkan berdasarkan konstruksinya, kompresor diklasifikasikan menjadi
tujuh jenis, yaitu (Sularso, 1987 pg. 174):
h. Berdasarkan jumlah tingkat kompresi: satu tingkat, dua tingkat, dan
banyak tingkat.
i. Berdasarkan langkah kerja (pada kompresor torak): kerja tunggal (single
acting), dan kerja ganda (double acting).
j. Berdasarkan susunan silinder (untuk kompresor torak): mendatar, tegak,
bentuk L, bentuk V, bentuk W, bentuk bintang, dan lawan berimbang
(ballance opposite).
k. Berdasarkan cara pendingin: pendingin air, dan pendingin udara.
l. Berdasarkan transmisi penggerak: langsung, sabuk V, dan roda gigi.
m. Berdasarkan penempatannya: permanen (stationary), dan dapat dipindah
(portable).
Berdasarkan cara pelumasan: pelumasan minyak, dan tanpa minyak.

Di dalam Buku Pompa dan Kompresor

21
B. Kutipan Kedua

Berdasarkan rujukan (Sularso, 1987, hal. 192), efisiensi adiabatik


keseluruhan kira-kira 80-85% untuk kompresor berkapasitas besar
(160m3/jam); 75-80% untuk kompresor berkapasitas sedang (160-
4000m3/jam); dan 65-70% untuk kompresor berkapasitas kecil
(4000m3/jam).
Di dalam buku Pompa dan Kompresor

22
Cek Petama :

1. Redaksional
b. Pengaruh Induktansi Terhadap Arus Beban

Gambar 2.3 memperlihatkan rangkaian sederhana induktor dengan sumber daya


AC. Nilai induktansi menimbulkan arus beban yang merubah fasa gelombang
arus tertinggal dengan fasa gelombang tegangan, sehingga dikatakan arus
laging terhadap tegangan. Secara matematis, korelasi tegangan, impedansi, dan
arus beban ditunjukkan pada Persamaan (2.4), (2.5), dan (2.6). Gambar 2.4
memperlihatkan kondisi gelombang sumber tegangan dan arus beban yang
berbeda fasa (induktif); dengan kata lain arus tertinggal sebesar 90o dari
tegangan sumber.
Pada paragraf kedua kalimat kedua kata ejaan pada kalimat kedua tertulis istilah
laging. Namun pada penulisan ejaan yang benar dalam bahasa indonesia adalah
lagging.
Berdasarkan jenis beban, pemanfaatan daya dibedakan menjadi dua yaitu
daya aktif (P) dan reaktif (Q). Daya aktif merupakan energi yang dimanfaatkan
oleh beban resistif dinyatakan dengan satuan Watt (W); sementara daya reaktif
dengan satuan volt-ampere reaktif (VAR) merupakan energi yang dikonsumsi
beban reaktansi baik oleh jenis beban induktif maupun kapasitif. Daya reaktif
tersebut secara nyata wujudnya adalah panas yang merupakan kerugian di
dalam sebuah proses elektrik. Dasar pertimbangan kerugian ini karena beban
reaktansi mengakibatkan munculnya pergeseran sudut antara arus beban dengan
tegangan sumber. Cosinus sudut ini disebut sebagai faktor daya; dimana (1-
cos) merepresentasikan kerugian daya atau daya tidak termanfaatkan oleh
beban.
Pada paragraf keempat kata ejaan pada kalimat kelima tertulis istilah Cosinus.
Namun pada penulisan ejaan yang benar dalam bahasa indonesia adalah
Kosinus.
Nilai sudut tersebut (cos) disebut sebagai faktor daya; dimana besar sudut
ini dipengaruhi jenis beban reaktansi (lebih induktif atau lebih kapasitif). Sudut
secara vektoris dimiliki impedansi beban, dimana reaktansi induktif membuat
nilai sudut berada di kuadran satu sedangkan reaktansi kapasitif di kuadran
empat.
Pada paragraf keenam ini kata ejaan pada kalimat dua terdapat ulisan vektoris.
Namun pada penulisan ejaan yang benar dalam bahasa Indonesia adalah vektor
atau spasial.

23
Faktor Daya

Dari sisi suplai, motor merupakan suatu beban yang bersifat induktif;
sehingga arus beban operasionalnya memiliki gelombang yang tertinggal
(lagging) terhadap tegangan sumbernya. Selaian beban induktif, motor
listrik ini juga memiliki nilai resitansi dari belitan statornya. Sehingga,
impedansi pada motor merupakan resultan dari nilai induktansi dan
resistansi. Apabila digambarkan menggunakan diagram fasor maka nilai
resistansi berada di sumbu x dan induktansi di sumbu y (imajiner). Cosinus
sudut antara reaktansi dengan impedansi motor inilah yang disebut sebagai
faktor daya.

Pada paragraf keempat kata ejaan pada kalimat kelima tertulis istilah Cosinus.
Namun pada penulisan ejaan yang benar dalam bahasa indonesia adalah
Kosinus.
2.6. Kompresor
Kompresor merupakan mesin atau alat mekanik yang berfungsi untuk
meningkatkan tekanan (memampatkan) fluida gas atau udara. Udara dihisap
oleh kompresor berasal dari atmosfir (1 atm) dan menghasilkan tekanan
sesuai dengan rasio kompresinya. Rasio kompresi merupakan perbandingan
tekanan output dengan tekanan input kompresor yang mencerminkan
kemampuan kerja alat tersebut.
Kompresor terbagi atas 2 jenis berdasarkan jenis kompresinya, yaitu
secara intermitten dan kontinu. Kompresi intermitten terjadi pada
kompresor possitive displacement sedangkan kompresi kontinu terjadi pada
kompresor dinamik dan ejector. Gambar 2.11. menunjukkan skema
pengelompokkan kompresor.

Pada paragraf keenam belas kata ejaan pada kalimat kedua tertulis kata
atmosfir. Namun pada penulisan ejaan yang benar dalam bahasa indonesia
adalah atmosfer.

2. Kata Asing

3. Pengaruh Induktansi Terhadap Arus Beban

24
Gambar 2.3 memperlihatkan rangkaian sederhana induktor dengan
sumber daya AC. Nilai induktansi menimbulkan arus beban yang
merubah fasa gelombang arus tertinggal dengan fasa gelombang
tegangan, sehingga dikatakan arus laging terhadap tegangan. Secara
matematis, korelasi tegangan, impedansi, dan arus beban ditunjukkan
pada Persamaan (2.4), (2.5), dan (2.6). Gambar 2.4 memperlihatkan
kondisi gelombang sumber tegangan dan arus beban yang berbeda fasa
(induktif); dengan kata lain arus tertinggal sebesar 90o dari tegangan
sumber.
Pada kalimat ini terdapat kata asing, yang penulisan kata asing yang
benar adalah lagging.
d. Pengaruh Kapasitansi Terhadap Arus Beban
Gambar 2.5 memperlihatkan rangkaian sederhana kapasitor dengan sumber
daya AC. Nilai kapasitansi menimbulkan arus beban yang merubah fasa
gelombang arus mendahului fasa gelombang tegangan, sehingga dikatakan
arus leading terhadap tegangan. Secara matematis, korelasi tegangan,
impedansi, dan arus beban ditunjukkan pada Persamaan (2.7),(2.8), dan
(2.9). Gambar 2.6 memperlihatkan kondisi gelombang sumber tegangan dan
arus beban yang berbeda fasa (kapasitif); dengan kata lain arus mendahului
sebesar 90o dari tegangan sumber.
Pada kalimat ini terdapat kata asing, yang penulisan kata asing yang
benar adalah leading.
Kompresor terbagi atas 2 jenis berdasarkan jenis kompresinya, yaitu
secara intermitten dan kontinu. Kompresi intermitten terjadi pada
kompresor possitive displacement sedangkan kompresi kontinu terjadi pada
kompresor dinamik dan ejector. Gambar 2.11. menunjukkan skema
pengelompokkan kompresor.
Pada kalimat ini terdapat kata asing, yang penulisan yang benar adalah
intermittens, possitive displacement.

25
2.6.1. Produk Di Pasaran
Berdasarkan cara kerjanya, kapasitor bank terbagi menjadi dua cara
yakni fixed type dan automatic type. Kapasitor bank fixed type merupakan
kapasitor yang memberikan beban kapasitif yang tetap meskipun terdapat
perubahan pada beban. Sedangkan kapasitor automatic type, beban kapasitif
yang diberikan bervariasi sesuai dengan kondisi beban. Jenis ini dilengkapi
dengan power factor controller (pfc) yang mampu mengubah faktor daya
jaringan sesuai dengan terget yang ditentukan.
Pada kalimat ini terdapat kata asing, yang penulisan yang benar adalah
fixed type.
d. Individual Compensation
Di metoda ini, kapasitor langsung dipasang pada masing-masing beban,
khususnya yang memiliki daya besar. Cara ini cukup efektif dan lebih baik
dari segi teknis; namun dibutuhkan ruang yang lebih luas serta relatif lebih
mahal dibanding dua metoda sebelumnya. Pada Gambar 2.20, diagram single
line pemasangan kapasitor bank secara individual compensation
diilustrasikan.

Pada kalimat ini terdapat kata asing, yang penulisan yang benar
adalah individual compensation.

B.CEK KALIMAT & PARAGRAF


Meliputi :
1. Penggunaan SPOK.
Dalam sebuah kalimat yang baik dan benar seharusnya mengandung unsur
Subjek, Predikat, Objek dan Keterangan, sekurang kurangnya dalam sebuah
kalimat harus terdapat Subjek dan Predikat. Dalam Tinjauan Pustaka ini
tidak terdapat kesalahan penggunaan SPOK pada kalimat di setiap
paragrafnya.

2. Penjelasan
Dalam penulisan sebuah Tinjauan Pustaka, perlu diperhatikan tata
letak SPOK dari sebuah kalimatnya. Dalam Tinjauan Pustaka ini tidak
ditemukan adanya kesalahan penggunaan SPOK.

26
Cek ide pokok dan topik.
Ide pokok dari setiap kalimat dalam paragraf terdapat pada awal kalimat
Topik pembahasan adalah tentang referensi Tugas Akhir yang digunakan oleh
penulis.

27
Resensi Buku

28
Identitas Buku
Judul Buku : Pompa dan Kompresor
Penulis Buku : Ir.SULARSO, Msme
Prof. Dr . Haruo Tahara
Penerbit Buku : PT Pradnya Paramita
Tahun Terbit : Tahun 2000
Jumlah Halaman : 299

Review Buku pompa dan Kompresor


Dalam buku ini terdapat berbagai penjelasan tentang pemilihan, pemakaian
dan pemeliharaan berbagai macam pompa dan kompresor. Dimana Pompa
memiliki deskripsi seperti azas pompa, spesifikasi, pemakaian, kontruksi pompa,
operasi, pemasangan,pemeliharaan serta mengatasi berbagai masalah. Disini juga
terdapat deskripsi tentang kompresor meliputi azas kerja dan klasifikasi kompresor,
dasar kompresi dan klasifikasi kompresor, udara tekan dan pemakaiannnya,
kontruksi kompresor, pemasangan dan operasi, pemeriksaan dan pemeliharaan,
gangguan dan mengatasinya sehingga pembaca memahaminya pada buku ini.

Kelebihan dan Kekurangan Buku


Kelebihan dari buku ini adalah,menjelaskan dari bagaimana cara kerja
mulai dari diskripsi hingga pemeliharan berbagai macam pompa dan kompresor .
dan juga di jelaskan prinsip prinsip dasar, teori dasar, rumusrumus serta grafik
yang selalu berhubungan satu dengan yang lainnya dan pada buku ini juga terdapat
gambar disertai keteragan supaya pembaca dapat memahami buku ini dan pembaca
juga bisa membandingkan dan membedakan antara pompa dan kompresor.
Kekurangan pada buku ini adalah penjelasan pada gambar buku ini kurang
jelas karena cetakannya jaman dahulu sehingga sebagian gambar ada yang hilang
selain itu buku ini juga dicetak dengan kertas tipis dan berwarna buram.hardcover
tipis sehingga mudah sobek.Seharusnya pada buku ini juga menerbitkan edisi kedua
sehingga kekurangan-kekurangan pada edisi pertama bisa diperbaiki dan dikaji
ulang pada edisi kedua.

29

Anda mungkin juga menyukai