BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PENGALAMAN PERUSAHAAN
BAB 3 PEMAHAMAN TERHADAP KAK
BAB 4 TANGGAPAN TERHADAP KAK
BAB 5 METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN
BAB 6 RENCANA KERJA KONSULTAN
BAB 7 ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN
Kabupaten Nias Barat merupakan pemekaran dari Kabupaten Nias dan dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera Utara, melaksanakan pembangunan
diberbagai sektor sebagai upaya untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu sektor yang mendapat perhatian khusus adalah pembangunan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebijakan Pemerintah.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan setiap hal yang menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat akan menimbulkan kerugian
ekonomi yang besar, serta setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat
juga berarti investasi bagi pembangunan. Sehingga setiap upaya pembangunan
harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan harus
memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua
pihak.
Seuai dengan amanah pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah
bertanggung jawab untuk menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan
masyarakat. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam
mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.
Studi kelayakan Rumah Sakit merupakan suatu kegiatan perencanaan Rumah Sakit
secara fisik dan nonfisik agar Rumah Sakit berfungsi secara optimal pada kurun
waktu tertentu berupa hasil Analisis dan Penjelasan Kelayakan dari segala aspek
yang akan mendasari pembangunan dan rencana kerja pelayanan suatu Rumah
Sakit.
1.3. SASARAN
Keluaran dari pekerjaan ini adalah: Dokumen Studi Kelayakan Rumah Sakit Daerah
Kabupaten Nias Barat, yang memuat paling tidak :
1.7. LAPORAN
CV. Bina Lestari Consultant Didirikan Pada Tanggal 19 Februari 2003. CV. Bina
Lestari Consultant Mempunyai Karyawan dan Tenaga Ahli Yang Terdiri dari tenaga-
tenaga ahli yang berkualitas terdiri dari Sarjana Teknik Sipil, Sarjana Teknik
Arsitektur, Sarjana Teknik Geodesi, Sarjana Teknik Planologi Sarjana Ekonomi dan
Sarjana Sosial lainnya serta Tenaga Ahli dari Sarjana Muda dan dari tamatan
sekolah umum maupun kejuruan.
Dibawah Pimpinan Dwi Budi Hartanti, SE. Sebagai Direktur, CV. Bina Lestari
Consultant mulai bergerak dan bekerja secara professional dengan didukungan
oleh beberapa tenaga ahli Planologi, Pemberdayaan dan Arsitektur serta Sarjana
Teknik lainnya yang merupakan cikal bakal dari Struktur Organisasi Perusahaan.
Dengan melihat adanya suatu peningkatan kepercayaan serta hubungan yang telah
terjalin dengan berbagai instansi dan keinginan yang kuat untuk mengembangkan
wilayah usaha di luar Propinsi Riau, maka para pemilik saham setuju untuk
menambah jumlah modal kerja, karena hal ini mengingatkan adanya suatu potensi
usaha serta adanya kebutuhan modal kerja dalam rangka pengembangan wilayah
kerja.Dibawah manajemen yang sistematis, dikelola dan diarahkan Dewan Direksi
yang profesional, Perusahaan mulai mengembangkan bidang-bidang usaha
enginering yang cakupanya lebih luas dan meliputi bidang-bidang kegiatan antara
lain :
Kami memberikan pelayanan pada berbagai kementrian, sektor swasta dan juga
masyarakat di Indonesia. Sampai saat ini kami telah melaksanakan berbgai macam
mulai dari proyek irigasi, perencanan jalan, pendampingan & pelatihan, dan
melayani berbagai klien yang berasal dari pemerintah pusat, Pemda Propinsi dan
Pemda Kab/Kota. Perusahaan juga melayani berbagai klien dari perusahaan swasta
nasional, sampai pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Disamping itu
kami juga bekerja dalam skala pengembangan yang berbeda - beda mulai dari skala
daerah, metropolitan, perkotaan, kota sekunder, kota kecil, lingkungan, distrik dan
bahkan kawasan - kawasan kumuh.
Adapun Struktur Organisasi CV. Bina Lestari Consultant dapat dilihat pada gambar
2.1. dibawah ini :
Divisi dalam tubuh organisasi CV. Bina Lestari Consultant dibentuk atas dasar
bidang spesialisasi usaha sesuai dengan kebutuhan pasar Jasa Konsultasi yang
meliputi :
a. Divisi Bangunan
b. Divisi Survey dan Pemetaan
c. Divisi Jalan dan Jembatan
d. Divisi Air dan Listrik
Dengan dibentuknya divisi-divisi dalam organisasi, hal ini dimaksudkan agar :
a. Menyederhanakan Birokrasi
b. Mempermudah pengendalian pelaksanaan Proyek
c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja
d. Meningkatkan kualitas / mutu pelaksanaan Proyek
Dalam melaksanakan suatu proyek, satu regu tenaga ahli dibentuk untuk setiap
proyek dibawah pimpinan Ketua Regu Pelaksana Tugas (KRPT) yang bertugas
mempersiapkan, mengkoordinasikan, merencanakan dan mengarahtugaskan dalam
suatu pengelolaan yang sistematis.
Teknik Geodesi
Teknik / Geoteknik dan Hidrogeologi
Teknik Sipil, Teknik Lingkungan, Pengairan, dan Arsitektur
Pertanian, peternakan dan Kehutanan
Mekanikal, Kelistrikan dan Teknik Industri
Kimia Teknik, Biokimia dan Fisika
Tenaga Sosial Ekonomi
Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (Community Depelopment)
Pengalaman CV. Bina Lestari Consultant yang telah dilaksanakan selama kurun
waktu 7 (tujuh) tahun terakhir dan yang sejenis dengan pekerjaan tertera pada
lampiran setelah akhir bab ini.
2.8. PERALATAN
Bab 3
PEMAHAMAN TERHADAP KAK
Studi Kelayakan Rencana Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Nias Barat merupakan pemekaran dari Kabupaten Nias dan dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera Utara, melaksanakan pembangunan
diberbagai sektor sebagai upaya untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. Salah
satu sektor yang mendapat perhatian khusus adalah pembangunan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebijakan Pemerintah. Kesehatan
merupakan hak asasi manusia dan setiap hal yang menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan pada masyarakat akan menimbulkan kerugian ekonomi yang
besar, serta setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti
investasi bagi pembangunan. Sehingga setiap upaya pembangunan harus dilandasi
dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan harus memperhatikan
kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak. Seuai dengan
amanah pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah
bertanggung jawab untuk menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan
masyarakat. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam
mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.
Mengingat bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat maka
Penyelenggaran pelayanan kesehatan di Rumah Sakit mempunyai karakteristik dan
organisasi yang sangat kompleks. Untuk itu pembangunan rumah sakit harus
memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia,
kefarmasian, dan peralatan. Dengan adanya persyaratan tersebut, sesuai ketentuan
perundangan yang berlaku sebelum melaksanakan Pembangunan Rumah Sakit
Umum Daerah, Pemkab Nias Barat diwajibkan melaksanakan kajian studi kelayakan
pembangunan rumah sakit. Studi kelayakan Rumah Sakit merupakan
suatu kegiatan perencanaan Rumah Sakit secara fisik dan nonfisik agar Rumah
Apa yang disampaikan dalam term of reference untuk bagian ini secara umum dapat
dipahami. Dalam Ruang Lingkup Pekerjaan dapat dipahami bahwa kegiatan-kegiatan
yang disebutkan dalam KAK merupakan tahapan yang mengiindikasikan suatu
keinginan pemilik pekerjaan untuk memperoleh beberapa hasil kegiatan yang
berhubungan dengan hasil akhir studi ini. Pengumpulan data, evaluasi, pembahasan
dan analisa, formulasi penyelesaian masalah serta gagasan ke depan, dapat kami
pahami sebagai suatu lingkup kegiatan yang harus dilakukan, namun ada sedikit
pertanyaan yang timbul dari pemahaman bagian ini, yaitu seberapa jauh
penggunaan jasa akan menyediakan beberapa kelengkapan data yang dimaksud,
karena bagai manapun juga beberapa data adalah milik pemerintah, dan untuk itu
tentunya pengguna jasa lebih mengerti sejauh mana konsultan dapat menerima dan
menggunakanya .
Setelah mempelajari Kerangka Acuan Kerja atau yang sering juga disebut Term of
Reference (KAK), ada beberapa tanggapan dari konsultan terutama dalam
penjelasan pendekatan perencanaan dan lingkup wilayah perencanaan. Secara
umum KAK yang diberikan sudah dapat memberikan gambaran tentang pekerjaan
yang akan dilaksanakan, namun dalam beberapa bagian perlu ditegaskan lagi untuk
menghindari perbedaan persepsi antara pemberi pekerjaan dengan konsultan selaku
penyedia jasa. Tanggapan terhadap Term of Reference dapat diuraikan sebagai
berikut :
Pada dasarnya suatu Kerangka Acuan Kerja adalah dokumen yang menjelaskan
keringinan-keinginan pemberi pekerjaan yang harus dipenuhi oleh penyedia jasa
(konsultan). Selama proses pelaksanaan pekerjaan, pemberi pekerjaan akan terus
memantau kinerja penyedia jasa dengan menggunakan KAK sebagai tolok ukur.
Pemberi pekerjaan tidak boleh menuntut kinerja penyedia jasa di luar lingkup
pekerjaan yang telah ditetapkan dalam KAK, sebaliknya penyedia jasa tidak boleh
mengelak dari kewajiban yang telah ditetapkan dalam KAK.
Konsultan dalam hal ini berkewajiban untuk menyusun time and manning schedule
dalam penyusunan pekerjaan tersebut. Selain itu juga konsultan akan membuat
struktur organisasi dalam pekerjaan Studi Kelayakan Rencana Pembangunan
Rumah Sakit Umum Daerah.
Hal ini dilakukan dengan maksud agar diperoleh pemahaman terhadap masalah dan
agar mampu memberikan rekomendasi obyektif.
secara garis besar ada tiga pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu :
Pihak Pemerintah yang diwakili oleh pejabat terkait untuk memberikan
arahan pada pekerjaan ini dan menyediakan data-data yang diperlukan, baik
data primer maupun data sekunder.
Pihak masyarakat diharapkan dapat menyediakan data tentang hasil
pelaksanaan pembangunan dan perencanaan kawasan berdasarkan rencana
Oleh karena itu, diterapkan konsep Bottom-up yang pelaksanaannya tidak dapat
diterapkan secara murni, untuk mengimbangi keadaan yang sudah ada. Didasari
oleh alasan tersebut, perlu diterapkan konsep pelaksanaan yang menjembatani
kedua konsep tersebut.
Konsep perencanaan dengan aspirasi yang muncul dari bawah merupakan makna
dari konsep perencanaan Bottom-up. Yang dimaksud dengan konsep rencana
Bottom-up dalam konteks penanganan pekerjaan Penyusunan Studi Kelayakan
Rencana Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah. adalah dilakukannya
konfirmasi baik pada saat survey kawasan perencanaan maupun pada kesempatan
rembug warga. Masukan dari pihak pemerintah daerah, masyarakat dan pengusaha
(swasta) sebagai pengguna produk ini merupakan hal yang ingin didapatkan dari
perlakuan tersebut.
Agar maksud dan tujuan pekerjaan ini akan dapat dicapai dengan menggunakan
cara yang terbaik dan yang paling mungkin ditempuh, dengan tetap menjamin hasil
kualitas keluarannya, maka pendekatan teknik operasional merupakan metoda yang
digunakan oleh konsultan untuk menjaga maksud dan tujuan tersebut.
Oleh karena itu, setiap tenaga kerja yang terlibat dalam pekerjaan ini, bisa
mengetahui dengan jelas tanggung jawab, tugas, kewenangan, metode kerja,
penulisan laporan beserta dokumentasi yang diperlukan bagi terselenggaranya
pekerjaan ini, merupakan prinsip utama yang digunakan dalam pendekatan pada
penanganan pekerjaan ini.
Setiap tenaga kerja yang terlibat dalam pekerjaan ini akan mengetahui dengan jelas
apa yang harus dikerjakan, bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan, kepada
siapa harus bertanggung jawab dan kapan harus diselesaikan sesuai dengan jadwal
waktu yang tersedia akan dijamin dengan adanya pendekatan teknik operasional
yang baik.
Dalam pendekatan teknik operasional akan dilakukan langkah sebagai berikut untuk
menghasilkan pencapaian maksud dan tujuan pekerjaan ini :
Untuk melaksanakan pekerjaan, pada tahap ini akan dilakukan berbagai persiapan,
dimana beberapa kegiatan pokok yang dilakukan adalah :
Pada kegiatan ini mungkin terjadi perubahan materi pekerjaan yang tidak
begitu mendasar, namun tidak berakibat pada perubahan jadwal
pelaksanaan yang sudah disepakati kedua belah pihak.Menyamakan
persepsi yang dimiliki oleh konsultan dengan pemberi tugas, sehingga
konsultan akan berjalan pada arah yang benar, sesuai seperti yang
diinginkan oleh pemberi tugas merupakan tujuan utama dari kegiatan ini.
Data yang dikumpulkan dalam pekerjaan ini adalah data primer dan data sekunder
yang terdapat pada dinas/lembaga/instansi terkait, terutama data yang berkaitan
langsung atau tidak langsung dengan Kepraiwisataan demografi, ekonomi, sosial
dan budaya.
Dari kajian tersebut dapat diketahui rencana pengembangan Kawasan studi yang
menjadi wilayah Perencanaan. Studi literatur juga dilakukan untuk menentukan detail
kriteria kelayakan program yang akan dikerjakan. Dengan diperolehnya gambaran
teoritis dan praktis tentang data di atas, maka diharapkan hasil yang diperoleh dapat
optimal dan sesuai dengan aturan yang ada.
Survei lapangan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data lapangan yang
lebih akurat. Survei lapangan yang dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) Pengamatan Lapangan. Pengamatan lapangan dilakukan untuk memperoleh
gambaran kondisi eksisting kawasan, kegiatan-kegiatan ekonomi potensial,
penduduk, struktur tata ruang kawasan, dan lain-lain yang terkait dengan
pariwisata
b) Wawancara dengan Masyarakat. Wawancara dengan masyarakat dimaksudkan
untuk memperoleh tanggapan masyarakat mengenai kondisi kawasan studi serta
masalah-masalah yang mereka rasakan, kebutuhan dan harapan akan kegiatan
dan program pada tahun-tahun berikutnya. Wawancara dilakukan secara
purposive dengan jumlah yang terbatas sesuai dengan berbagai keterbatasan
waktu.
c) Wawancara Instansi. Wawancara terhadap pejabat instansi terkait dilakukan
untuk klarifikasi data yang diperoleh, gambaran masalah yang dihadapi institusi
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam perencanaan,
Pada dasarnya kegiatan analisa data merupakan kegiatan interpretasi data hasil
pengamatan di lapangan maupun kajian literatur dari instansi dengan menggunakan
teknik analisis deskriptif dan eksploratif. Teknik analisis eksploratif dipergunakan
dalam meneliti tipologi atau klasifikasi dari permasalahan-permasalahan yang
dihadapi dalam Bidang Kesehatan.
Kegiatan analisis dengan metodologi yang akan diuraikan ini bukan merupakan
sesuatu yang mutlak dilakukan dalam penelitian ini. Model-model ini merupakan
alternatif-alternatif metode yang mungkin akan digunakan jika data dan informasi
sudah diperoleh. Mungkin saja dalam analisis penelitian ini akan digunakan
kombinasi antara metode teoritis dan hasil kajian lapangan bahkan mungkin saja
akan ditemukan suatu model lain yang dianggap lebih tepat untuk
merepresentasikan kondisi yang ada.
Data-data yang diperoleh melalui survei (baik data primer maupun data sekunder)
tersebut dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa dengan menggunkan software
computer. Penyusunan data tersebut dipilah-pilah berdasarkan data umum yaitu data
makro yang dimana setiap Tim Ahli membutuhkan data tersebut dan data khusus
Kajian dan evaluasi terhadap data dilakukan dengan studi comparative terhadap data
yang lama apakah masih layak untuk tetap digunakan atau dialkukan survei ulang
kembali. Kajian dan evaluasi awal data ini digunkan untuk penyusunan rencana
survei. Agar tidak terjadi pemborosan dana dan biaya survei.
Faktor-faktor Keseluruhan faktor tersebut akan menjadi suatu rangkuman yang dapat
mencerminkan karakteristik terhadap program dan kegiatan yang mungkin dapat
dikembangkan, dan faktor tersebut dapat ditelusuri lebih dalam sebagai data dan
informasi yang dapat dianalisis lebih lanjut untuk memperoleh rumusan rencana
dalam upaya pengembangan Bidang Kesehatan. Oleh karenanya data dan informasi
yang terkait dengan kondisi daerah, baik fisik, lingkungan, sosial-ekonomi, sosial-
budaya, lingkungan, sumberdaya manusia dan kelembagaan menjadi suatu objek
yang sangat menentukan untuk mendapatkan rumusan sesuai dengan spesifik
daerah.
a. Keefektifan ( Effectiveness )
Keefektifan adalah ukuran kemampuan (kegunaan) suatu program yang
direncanakan untuk dapat menyelesaikan persoalan yang ada. Parameter
keefektifan tersebut adalah :
Baik, berarti program tersebut dapat mencapai tujuan dengan baik.
Cukup, berarti program tersebut cukup mencapai tujuan.
Kurang, berarti program tersebut kurang atau tidak dapat mencapai
tujuan.
b. Kecukupan ( Adequacy ).
Kecukupan adalah ukuran sejauhmana solusi yang ditawarkan melalui
program tersebut dapat dilaksanakan dengan sumber daya yang dimiliki.
Parameter kecukupan tersebut adalah :
Baik, apabila program tersebut dapat menyelesaikan persoalan dan
dapat dilaksanakan dengan sumber daya yang dimiliki.
Cukup, apabila program tersebut cukup dapat menyelesaikan persoalan
dan cukup dapat dilaksanakan dengan sumber daya yang dimiliki.
Kurang, apabila program tersebut tidak dapat menyelesaikan persoalan
dan tidak dapat dilaksanakan dengan sumber daya yang dimiliki.
n Ct
NPV = t Co
t (1 k)
Ct dimulai dari C1, C2... Cn dan merupakan net cash flow mulai dari tahun 1,
2 sampai dengan tahun ke k.
Co adalah initial cost atau biaya investasi yang diperlukan.
n adalah perkiraan umur proyek
k adalah tingkat suku bunga yang berlaku
Penentuan cost opportunity atau tingkat suku bunga yang akan digunakan
dalam menjalankan proyek ini adalah tingkat suku bunga Bank Indonesia
(SBI) yaitu sebesar 12%, sehingga IRR yang akan diharapkan keluar sebagai
parameter yang Iayak adalah harus Iebih besar dari 12%.
b. Kepantasan/kepatutan (Appropriateness )
Program yang direncanakan dinilai layak bila sesuai dengan norma-
norma/nilai yang ada di masyarakat. Parameter dari kriteria kepantasan
adalah :
Baik, apabila program yang akan dilaksanakan sesuai dengan norma-
norma/nilai yang ada di masyarakat.
Cukup, apabila program yang akan dilaksanakan cukup sesuai dengan
norma-norma/ nilai yang ada di masyarakat.
Kurang, apabila program yang akan dilaksanakan tidak sesuai dengan
norma-norma/nilai yang ada di masyarakat.
d. Hukum (Legal )
Program yang direncanakan dinilai layak bila mempunyai legitimasi
pelaksanaan dengan adanya dukungan oleh perangkat hukum yang cukup
kuat. Parameter dari aspek hukum tersebut adalah :
Baik, apabila program didukung oleh perangkat hukum yang cukup kuat.
Cukup, apabila program cukup didukung oleh perangkat hukum yang cukup
kuat.
Kurang, apabila program tidak didukung oleh perangkat hukum yang cukup
kuat.
a. Otoritas ( Authority )
Kriteria ini digunakan untuk menilai apakah sudah ada otoritas penuh yang
diberikan kepada lembaga (institusi) atau kepada staf dalam melaksanakan
tugas seperti yang tercakup dalam program yang direncanakan. Parameter
otoritas tersebut adalah :
Terpenuhi, apabila lembaga yang bersangkutan memiliki otoritas (Tupoksi)
berdasarkan Peraturan Perundangan yang kuat seperti Perda, SK.
WaliKabupaten.
Tidak Terpenuhi, apabila lembaga yang bersangkutan tidak memiliki otoritas
(Tupoksi) berdasarkan Peraturan Perundangan yang kuat seperti Perda,
Surat Keputusan Walikawasan studi/ Bupati.
c. Kemampuan (Capability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai apakah ada kemampuan lembaga, baik
dari segi sumber daya manusia (SDM) maupun keuangan untuk menjalankan
program yang direncanakan. SDM dinilai mampu apabila orang-orang yang
Agar maksud dan tujuan pekerjaan ini akan dapat dicapai dengan menggunakan
cara yang terbaik dan yang paling mungkin ditempuh, dengan tetap menjamin hasil
kualitas keluarannya, maka pendekatan teknik operasional merupakan metoda yang
digunakan oleh konsultan untuk menjaga maksud dan tujuan tersebut.
Oleh karena itu, setiap tenaga kerja yang terlibat dalam pekerjaan ini, bisa
mengetahui dengan jelas tanggung jawab, tugas, kewenangan, metode kerja,
penulisan laporan beserta dokumentasi yang diperlukan bagi terselenggaranya
pekerjaan ini, merupakan prinsip utama yang digunakan dalam pendekatan pada
penanganan pekerjaan ini. Setiap tenaga kerja yang terlibat dalam pekerjaan ini akan
mengetahui dengan jelas apa yang harus dikerjakan, bagaimana pekerjaan tersebut
dilaksanakan, kepada siapa harus bertanggung jawab dan kapan harus diselesaikan
sesuai dengan jadwal waktu yang tersedia akan dijamin dengan adanya pendekatan
teknik operasional yang baik. Berikut ini adalah tahapan-tahapan pekerjaan yang
akan dilaksanakan konsultan :
Untuk melaksanakan pekerjaan, pada tahap ini akan dilakukan berbagai persiapan,
dimana beberapa kegiatan pokok yang dilakukan adalah :
2. Kaji ulang mengenai maksud, tujuan dan sasaran pekerjaan agar semua
tenaga ahli yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan ini dapat memahami
materi pekerjaan dengan baik, maka dilakukan pendalaman materi pekerjaan.
Diskusi internal di lingkungan perusahaan konsultan merupakan salah satu cara
yang dilakukan pada pendalaman ini.
Pada kegiatan ini mungkin terjadi perubahan materi pekerjaan yang tidak begitu
mendasar, namun tidak berakibat pada perubahan jadwal pelaksanaan yang
sudah disepakati kedua belah pihak.Menyamakan persepsi yang dimiliki oleh
konsultan dengan pemberi tugas, sehingga konsultan akan berjalan pada arah
yang benar, sesuai seperti yang diinginkan oleh pemberi tugas merupakan tujuan
utama dari kegiatan ini.
Data yang dikumpulkan dalam pekerjaan ini adalah data primer dan data sekunder
yang terdapat pada dinas/lembaga/instansi terkait, terutama data yang berkaitan
langsung atau tidak langsung dengan transportasi, demografi, ekonomi, sosial dan
budaya.
Kajian literatur ini meliputi 5 (lima) jenis kegiatan, yaitu: Kajian Teoritik, Review Studi
Terdahulu, Penelahaan Kebijakan Tata Ruang dan Kebijakan Pengembangan
Kawasan, Studi Banding. Dari kajian tersebut dapat diketahui rencana
Survei lapangan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data lapangan yang
lebih akurat. Survei lapangan yang dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) Pengamatan Lapangan. Pengamatan lapangan dilakukan untuk memperoleh
gambaran kondisi eksisting kawasan, kegiatan-kegiatan ekonomi potensial,
penduduk, struktur tata ruang kawasan, dan lain-lain yang terkait dengan
pariwisata
b) Wawancara dengan Masyarakat. Wawancara dengan masyarakat dimaksudkan
untuk memperoleh tanggapan masyarakat mengenai kondisi kawasan studi serta
masalah-masalah yang mereka rasakan, kebutuhan dan harapan akan kegiatan
dan program pada tahun-tahun berikutnya. Wawancara dilakukan secara
purposive dengan jumlah yang terbatas sesuai dengan berbagai keterbatasan
waktu.
c) Wawancara Instansi. Wawancara terhadap pejabat instansi terkait dilakukan
untuk klarifikasi data yang diperoleh, gambaran masalah yang dihadapi institusi
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam perencanaan,
pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kawasan, rencana-rencana
yang dimiliki, serta kegiatan yang pernah dan sedang dilakukan, hambatan yang
dihadapi, kemampuan institusi, komitmen, serta harapan masa depan bidang
Pariwisata
Kegiatan analisis dengan metodologi yang akan diuraikan ini bukan merupakan
sesuatu yang mutlak dilakukan dalam penelitian ini. Model-model ini merupakan
alternatif-alternatif metode yang mungkin akan digunakan jika data dan informasi
sudah diperoleh. Mungkin saja dalam analisis penelitian ini akan digunakan
kombinasi antara metode teoritis dan hasil kajian lapangan bahkan mungkin saja
akan ditemukan suatu model lain yang dianggap lebih tepat untuk
merepresentasikan kondisi yang ada.
Data-data yang diperoleh melalui survei (baik data primer maupun data sekunder)
tersebut dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa dengan menggunkan software
computer. Penyusunan data tersebut dipilah-pilah berdasarkan data umum yaitu data
makro yang dimana setiap Tim Ahli membutuhkan data tersebut dan data khusus
yaitu data yang lebih dominant dibutuhkan oleh Tim Ahli tertentu, tetapi tidak lepas
kemungkinan adanya lintas data yang terkait.
Kajian dan evaluasi terhadap data dilakukan dengan studi comparative terhadap data
yang lama apakah masih layak untuk tetap digunakan atau dialkukan survei
B. Laporan Antara
Laporan antara memuat hasil sementara pelaksanaan kegiatan yang meliputi
hasil survey-survey, identifikasi dan analisa sementara kegiatan. Laporan
harus diserahkan selambat-lambatnya
D. Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan laporan akhir seluruh Kegiatan yang berisi seluruh
muatan dari awal pekerjaan hingga akhir pekerjaan setelah dilakukan revisi
dan penyempurnaan laporan sebelumnya. Laporan harus diserahkan
selambat-lambatnya:
I KEGIATAN PERSIAPAN
1 Mobilisasi Personil
2 Pemahaman Konsep KAK
3 Penyiapan Instrumen Lapangan
4 Persiapan Peta Kawasan
7.1. UMUM
Bagan organisasi Tim Konsultan dan nama personil tenaga profesional yang terlibat
secara langsung dalam proyek ini dapat dilihat pada Lampiran.
Untuk memudahkan dan memelihara efisiensi kerja, perlu disusun suatu organisasi
pelaksanaan dari pekerjaan Penyusunan Studi Kelayakan Rencana Pembangunan
Rumah Sakit Umum Daerah agar dapat berjalan lancar sesuai dengan maksud,
tujuan dan sasaran serta jadwal yang telah ditetapkan. Pada dasarnya dalam
penyusunan organisasi pelaksanaan pekerjaan tersebut menyangkut hubungan kerja
antara pemberi tugas dan penerima/pelaksana pekerjaan.
Keterlibatan tenaga ahli yang dialokasikan berdasarkan pada jadwal kegiatan yang
telah ditentukan. Keterlibatan tenaga ahli ditunjukan dengan jumlah bobot
keterlibatan masing-masing tenaga ahli dalam satu jenis komponen kegiatan, dan
lama jumlah keterlibatan setiap personil untuk keseluruhan kegiatan mulai dari awal
hingga akhir pekerjaan (ditunjukkan dengan orang bulan/Man Month). Setiap tenaga
ahli ke dalam satu satuan waktu kegiatan di antara 3 (Tiga) bulan atau 90 hari
kalender waktu pelaksanaan pekerjaan, yang diturunkan berdasarkan jadwal
kegiatan.
Penugasan Tenaga Ahli dalam pekerjaan ini akan berlangsung selama 3 (Tiga)
bulan atau 90 hari kalender. Konsultan akan menugaskan 1 (satu) orang Pemimpin
Tim (Team Leader), dan 4 (empat) orang tenaga ahli, yaitu :
Jumlah Orang
Team Leader S-2 Administrasi
Rumah Sakit/Kesehatan
Memiliki pengalaman kerja 3 OB
profesional di bidangnya selama
PEKERJAAN : Studi Kelayakan Rencana Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nias Barat
LOKASI : Kabupaten Nias Barat
NAMA PERUSAHAAN : CV. BINA LESTARI CONSULTANT
BULAN KE-
NO. NAMA PESONIL POSISI NAMA PERUSAHAAN I II III
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 JUMLAH
TENAGA AHLI
Subtotal 11
TENAGA PENDUKUNG
1 T.Firmansyah Surveyor CV. BINA LESTARI CONSULTANT 2
2 Suprianto Surveyor CV. BINA LESTARI CONSULTANT 2
3 Hairun Nisak Tenaga Administrasi dan Keuangan CV. BINA LESTARI CONSULTANT 3
4 Master Dolok Operator Komputer CV. BINA LESTARI CONSULTANT 3
Subtotal 10
TOTAL 21
STRUKTUR ORGANISASI
PEKERJAAN : Studi Kelayakan Rencana Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nias Barat
LOKASI : Kabupaten Nias Barat
NAMA PERUSAHAAN : CV. BINA LESTARI CONSULTANT
Team Leader