Anda di halaman 1dari 2

MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS

Proses inflamasi pada apendiks akan disertai sensasi nyeri yang awalnya difus bersifat visceral pada
regio periumbilikal dan kemudian lebih terlokalisasi ke kuadran kanan bawah karena peritonium
parietal mulai mengalami iritasi (sensitivitas 81%; spesifisitas 53%). Meskipun nyeri kuadran kanan
bawah menjadi gejala yang paling sensitif pada kasus apendisitis, nyeri yang atipikal atau nyeri
minimal juga bisa dialami. Variasi dari letak anatomis apendiks berkontribusi dalam gejala yang
berbeda-beda pada fase nyeri somatik. Apendisitis juga berkaitan dengan gejala gastrointestinal
lainnya seperti mual, muntah, dan anoreksia. Gejala gastrointestinal yang mendahului gejala nyeri
kemungkinan karena etiologi lain seperti gastroenteritis. Diare bisa terjadi sehubungan dengan
terjadinya perforasi khususnya pada anak-anak. 2
Pada saat gejala awal, tanda-tanda vital bisa berubah namun masih minimal. Suhu tubuh dan denyut
nadi bisa normal atau sedikit naik. Jika perubahan tanda ini lebih besar sejak awal maka perlu
dipertimbangkan komplikasi lain. 2
Pada pemeriksaan fisik perlu dipertimbangkan terjadinya iritasi peritonium dan apakah apendiks
sudah ruptur sejak pasien dibawa ke rumah sakit. Pasien dengan apendisitis cenderung tidak banyak
bergerak dan tidur dengan posisi supinasi berkaitan dengan terjadinya iritasi peritonium. Pada palpasi
abdomen terdapat nyeri dengan nyeri maksimum pada titik McBurney. Pada palpasi dalam bisa
dirasakan adanya tahanan otot abdomen pada fossa iliaca dekstra yang bisa lebih terasa jika
dibandingkan dengan abdomen kiri. Ketika tangan pemeriksa dilepas dengan cepat, maka pasien juga
akan merasa nyeri, istilah yang dikenal dengan nyeri lepas. Nyeri tak langsung (Rovsings sign) dan
nyeri lepas tak langsung merupakan indikator kuat terjadinya iritasi peritonium. 2
Variasi anatomis dari apendiks yang mengalami inflamasi bisa menyebabkan temuan yang bervariasi
saat pemeriksaan fisik. Jika posisi apendiks berada di retrocekal, gejala abdomen bisa minimal dan
nyeri bisa lebih dirasakan di area panggul kanan. Ketika apendiks menggantung di area pelvis, temuan
abdomen bisa tidak ada dan diagnosis apendisitis bisa terlewatkan. 2
Pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang apendisitis perlu dilakukan mengingat
apendisitis sebagai peradangan pada apendiks. Leukositosis ringan sering terjadi pada pasien dengan
apendisitis akut tanpa komplikasi dan didominasi dengan kadar PMN yang tinggi. Leukosit
>18.000/mm3 bukan hal yang biasa terjadi pada apendisitis tanpa komplikasi. Jika ditemukan hasil
leukosit >18.000/mm3 maka kemungkinan terjadi perforasi dengan atau tanpa abses. Peningkatan
konsentrasi C-reactive protein (CRP) merupakan indikator kuat apendisitis khususnya apendisitis
dengan komplikasi. 2
Diagnosis klinis apendisitis berdasarkan pada estimasi subjektif berdasarkan beberapa variabel dari
temuan pada saat anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien. Untuk membuat diagnosis lebih objektif
dengan menggunakan clinical scoring systems, yang berdasarkan pada variabel-variabel tertentu,
misalnya dengan skor Alvarado yang digunakan secara luas dalam menegakkan diagnosis apendisitis.
Selain itu terdapat juga sistem skoring lain yakni dengan The Appendicitis Inflammatory Response
Score yang mirip dengan skoring Alvarado hanya saja ditambahkan variabel CRP dan sistem The
Appendicitis Inflammatory Response Score menunjukkan performa yang lebih baik dalam
menegakkan diagnosis apendisitis. Namun, sistem skoring tidak digunakan secara luas dalam
menegakkan diagnosis apendisitis. 2
Tabel 1: Sistem skoring untuk menegakkan diagnosis apendisitis2

Pemeriksaan foto polos abdomen bisa memperlihatkan gambaran fecalith pada cecum yang berkaitan
dengan apendisitis namun jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis akut, namun
pemeriksaan foto polos berguna dalam mengeksklusi kemungkinan kelainan patologi yang lain. Foto
polos thorax berperan dalam mengeksklusi nyeri alih yang kemungkinan disebabkan karena kelainan
di kardiopulmonar. Pada pemeriksaan barium enema, jika apendiks terisi kontras maka kemungkinan
bukan apendisitis, namun pemeriksaan ini tidak diindikasikan pada keadaan akut. CT scan dan USG
merupakan pemeriksaan imaging yang paling sering dilakukan pada pasien dengan nyeri abdomen,
khususnya dalam mengevaluasi kemungkinan apendisitis. Berdasarkan berbagai studi meta analisis,
CT scan secara umum lebih sensitif dan lebih spesifik dibandingkan USG dalam mendiagnosis
apendisitis. 2

Anda mungkin juga menyukai