Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman yang berasal dari Nigeria,
Afrika Barat. Tanaman ini berkeping satu yang termasuk famili Palmae, genus Elaeis
berasal dari bahasa Yunani, sedangkan nama spesies guineensis berasal dari kata Guinea,
yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menanam tanaman kelapa sawit
pertama kali di pantai Guinea. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah
beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 2232O C. Saat ini,
minyak sawit tumbuh sebagai hibrida di banyak belahan dunia, termasuk Asia Tenggara
dan Amerika Tengah. Urutan dari turunan Kelapa Sawit :
Tabel I.1 Klasifikasi Kelapa Sawit
Kingdom Tumbuhan
Divisi Magnoliophyta
Kelas Liliopsida
Ordo Arecales
Famili Arecaceae
Jenis Elaeis
Spesies E. guineensis

Buah sawit adalah sumber bahan baku CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm
Kernel Oil). CPO dihasilkan dari daging buah sawit, sedangkan PKO dihasilkan dari inti
buahnya. Minyak sawit atau minyak kelapa sawit adalah minyak yang didapatkan dari
mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari spesies Elaeis guineensis, dan sedikit
dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa. Minyak sawit secara alami berwarna
merah karena kandungan -karoten yang tinggi. Crude Palm Oil berbeda dengan Palm
Kernel Oil yang dihasilkan dari inti buah yang sama. Minyak kelapa sawit juga berbeda
dengan minyak kelapa yang dihasilkan dari inti buah kelapa (Cocos nucifera). Minyak
sawit mengandung 41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81%, dan minyak kelapa 86%.
Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit (CPO) terbesar di dunia.
Sejauh ini, pemanfaatan kelapa sawit terbatas pada industri minyak goreng, ataupun
diekspor secara langsung dalam bentuk CPO. Minyak kelapa sawit bisa digunakan sebagai
bahan baku dalam pembuatan biodiesel. Dimana biodiesel itu sendiri merupakan bahan
bakar alternatif pengganti solar yang dapat diperbaharui. Pertambahan jumlah populasi di

I-1
dunia dan meningkatnya jenis kebutuhan manusia, mengakibatkan kebutuhan akan
energipun semakin meningkat sehingga persediaan energi khususnya energi yang tidak
dapat diperbaharui, Unrenewable Energy, semakin menipis, bahkan lama-kelamaan akan
habis.
Tabel I.2 Daftar Negara Penghasil CPO & PKO Terbesar Tahun 2015
No Negara Jumlah Produksi (ton)
1 Indonesia 31,1
2 Malaysia 19,2
3 Thailand 2,18
4 Kolombia 1,23
5 Nigeria 0,93

Minyak sawit merupakan minyak nabati pangan yang paling banyak diperdagangkan
secara internasional dibandingkan dengan minyak nabati lainnya seperti yang terlihat pada
Tabel I.4. Penggunaan CPO dalam industri makanan secara komersial di belahan negara
lain didorong oleh biaya produksinya yang rendah dan kestabilan oksidatifnya ketika
digunakan untuk menggoreng. Minyak sawit memiliki banyak keunggulan dibandingkan
dengan minyak nabati lainnya. Dari aspek ekonomi, harganya relatif murah, selain itu
komponen yang terkandung di dalam minyak sawit lebih banyak dan beragam seperti
kandungan asam palmitat yang tinggi yaitu sekitar 40%. Dari aspek kesehatan kandungan
kolestrolnya lebih rendah. Saat ini, banyak pabrik yang memproduksi minyak goreng yang
berasal dari kelapa sawit dengan kandungan kolestrol yang rendah. Minyak sawit menjadi
minyak pangan yang paling banyak diperdagangkan secara Internasional pada tahun 2009.
Naiknya tingkat kemakmuran di India dan Cina, kedua Negara importir terbesar di dunia
seperti pada tabel I.3, sehingga akan menambah permintaan akan minyak sawit dan minyak
sayur yang dapat dimakan lainnya untuk berbagai kegunaan.

Tabel I.3 Negara Importir Minyak Kelapa Sawit


2010 2011 2012 2013 2014
Negara Tujuan
Berat Bersih (Ribu Ton)
Tiongkok 2174.4 2032.8 2842.1 2343.4 2357.3
Singapura 696.8 737.2 952.1 844 789.1
Malaysia 1489.7 1532.6 1412.3 514.3 566.1

I-2
India 5290.9 4980.0 5253.8 5634.1 4867.8
Pakistan 90.3 279.2 749.1 1080.3 1814.8
Bangladesh 771.2 804.9 743.5 655.4 1043.3
Sri Lanka 12.7 25.4 10.8 29.4 38.9
Mesir 488.7 790.7 494.1 735.5 1010.3
Belanda 1197.3 873.0 1358.3 1361.4 1218.9
Jerman 379.3 263.6 219.5 283.1 186.5
Lain-Lain 3700.6 4116.8 4809.4 7097.1 8999.4
Jumlah 16219.9 16436.2 18845.0 20578.0 22892.4

Tabel I.4 Konsumsi Minyak Nabati Dunia


1980 1990 2000 2009
Minyak Nabati
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Minyak Kedelai 13,4 33,7 16,1 26,5 25,6 27,7 35,9 27
Minyak Sawit 4,5 11,3 11 18,1 21,9 23,7 45,1 34
Minyak Canola 3,5 8,8 8,2 13,5 14,5 15,7 21,5 16,2
Minyak Bunga
5 12,6 7,9 12,9 9,7 10,5 13,0 9,8
Matahari
Minyak Inti
0,6 1,5 1,5 2,5 2,7 2,9 5,2 3,9
Sawit
Minyak Nabati
12,8 32,1 16,1 26,5 18,1 19,6 12,0 9,0
Lain
Total Minyak
39,8 60,8 92,5 132,8
Nabati

Oleh karena itu perlu dibuat pabrik palm oil dengan bahan baku dari dalam negeri,
sehingga Indonesia akan memperoleh nilai tambah dan akan menyerap tenaga kerja serta
mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak nabati yang cukup berpengaruh
terhadap anggaran devisa Negara.

I.2 Pemilihan Lokasi


Industri pengolahan minyak kelapa sawit berkembang selaras dengan pertumbuhan
luas areal perkebunan dan produksi minyak kelapa sawit di Indonesia. Perkebunan kelapa

I-3
sawit menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) dengan masa panen tiga sampai dua puluh
lima tahun yang menjadi bahan baku Pabrik Kelapa Sawit (PKS) untuk menghasilkan
minyak sawit mentah (CPO). Ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia tumbuh
sangat pesat, diawali sejak tahun 2000 maka di tahun 2014 cakupan lahan dewasa
perkebunan kelapa sawit mencapai 10.96 juta Ha seperti yang ditunjukkan pada tabel I.5.
selain itu pada gambar I.1 akan ditampilkan persebaran areal perkebunan kelapa sawit di
Indonesia

Gambar I.1 Penyebaran Kelapa Sawit di Indonesia Tahun 2014

Tabel I.5 Laju Pertumbuhan Luas Area Perkebunan Sawit


Luas Areal ( Ha ) Laju
Tahun
PR PBN PBS Jumlah Pertumbuhan(%)
2004 2.220.338 605.865 2.458.520 5.284.723
2005 2.356.895 529.854 2.567.068 5.453.817 3,20
2006 2.549.572 687.428 3.357.914 6.594.914 20,92
2007 2.752.172 606.248 3.408.416 6.766.836 2,61
2008 2.881.898 602.963 3.878.986 7.363.847 8.82
2009 3.061.413 630.512 4.181.369 7.873.294 6.92
2010 3.387.257 631.520 4.366.617 8.385.394 6.50
2011 3.752.480 678.378 4.561.966 8.992.824 7.24
2012 4.137.620 683.227 4.751.868 9.572.715 6.45

I-4
2013 4.356.087 727.767 5.381.166 10.465.020 9.32
2014 4.551.854 748.272 5.656.105 10.956.231 4.69
Rata rata laju pertumbuhan (%) 7.67

Gambar I.2 Laju Pertumbuhan Produksi Minyak Kelapa Sawit

Di sektor agribisnis perkebunan kelapa sawit telah mendominasi 63.5% total produksi
perkebunan Nasional. Pertumbuhan angka produksi minyak kelapa sawit di tahun 2013
mampu mencapai 9,16% dengan pertumbuhan luas lahan mencapai 9,32%. Sejak tahun
2004 sampai dengan tahun 2014 luas areal tanaman kelapa sawit meningkat 2 kali lipat
dari 5.284.723 Ha menjadi 10.956.231 Ha, sedangkan produksi meningkat dari 6.386.409
ton menjadi 20.577.976 ton (2013). Selanjutnya pada Tabel 1.6 menunjukkan perubahan
dominasi luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia antara perkebunan swasta,
nasional dan perkebunan rakyat. Secara berkesinambungan perkebunan kelapa sawit
Indonesia akan terus mengalami pertumbuhan, hal tersebut sejalan dengan program
Pemerintah untuk mencapai visi perkebunan 2020. Peluang kebijakan tersebut
memungkinkan pembukaan lahan baru bagi perkebunan kelapa sawit dengan proyeksi
pertumbuhan rata-rata 2.20% setiap tahunnya, sebagaimana Tabel 1.6. menunjukkan
proyeksi pertumbuhan luas areal perkebunan sampai dengan 2025.

Tabel I.6 Proyeksi Luas Area Perkebunan Kelapa Sawit 2006-2025

I-5
Luas Area (103 ha)
Tahun Perkebunan Perkebunan Perkebunan Nasional
Rakyat Besar Negara Besar Swasta
2006 2017 702 3254 5973
2007 2337 727 3449 6513
2008 2657 752 3644 7053
2009 2977 777 3839 7593
2010 3292 802 3929 8023
2015 3792 927 4289 9008
2020 3792 927 4289 9008
2025 3792 927 4289 9008
Pertumbuhan (% tahun) 3,4 1,5 1,5 2,2
Sumber: Kemen Dag (2010)
Berdasarkan data diatas maka akan direncanakan pembangunan pabrik minyak
kelapa sawit berada di provinsi Riau, dikarenakan perkebunan rakyat yang melimpah
dibandingkan dengan provinsi yang lain di Indonesia. Sebesar 6384 ribu ton kelapa sawit
diproduksi di provinsi Riau pada tahun 2013. Pembangunan pabrik direncanakan dibangun
di kabupaten Pelalawan (Gambar I.3), Riau seluas 144 ribu hektar perkebunan kelapa
sawit. Untuk lebih rincinya, pabrik akan didirikan di Kab. Pelalawan, dengan beberapa
pertimbangan seperti jarak lokasi dengan sumber bahan baku, lalu terdapat beberapa
sungai dan danau sebagai sumber air, besarnya ketersediaan tenaga kerja, dan sarana
transportasi yang memadai karena adanya pelabuhan besar.

Gambar I.3 Peta Lokasi Kabupaten Pelalawan, Riau

I-6
I.3 Persiapan bahan baku
Tandan buah segar yang diperlukan oleh pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS)
dapat diperoleh dari perkebunan swasta, perkebunan negara atau kerjasama dengan petani
plasma. Pola kemitraan dengan petani plasma turut berdampak positif untuk kedua belah
pihak dimana perusahaan bukan hanya membeli TBS tetapi juga menjadi mitra untuk
membantu pengembangan budidaya kelapa sawit.
Kelapa sawit yang berasal dari benih unggul dengan didukung perawatan yang baik
serta penanganan produksi yang benar akan mampu memberikan potensi produksi yang
lebih baik (produksi CPO/ha optimal). Tanaman kelapa sawit dalam siklus hidupnya
mampu memberikan produksi lebih kurangnya 25 tahun. Kesalahan dalam penentuan dan
pemilihan material bibit akan berakibat kurang optimalnya keuntungan yang diperoleh.
Buah sawit merupakan buah yang paling produktif dalam produksi minyak sayur di
dunia, dengan hasil minyak per hektar yang lebih besar dari komoditas biji minyak utama
yang lain. Kematangan buah sangat menentukan hasil rendemen minyak yang dihasilkan.
Berbagai standart baku mutu buah tentunya akan menjadi tolak ukur dalam perancangan
pengolahan Pabrik Minyak Kelapa Sawit Skala kecil (mikro). Dengan melihat pola panen
yang sesuai akan mendongkrak tingkat mutu buah. Buah yang telah dipanen selayaknya
secepatnya di distribusikan ke pabrik pengolahan agar tidak teroksidasi oleh enzim dan
udara yang meningkatkan nilai keasaman (salah satu parameter produk). Sistem distribusi,
pola panen dan tidak tersedianya kapasitas pabrik pengolahan yang memadai
mengakibatkan terjadinya buah restant (waste fruit) dan buah gugur (berondolan).
Selain faktor asam lemak bebas yang tinggi, secara kualitas kadar minyak yang ada
pada buah restan dan berondolan tidak jauh berbeda dibanding buah segar yang diolah
untuk bahan pangan, hal ini berbeda jika buah restan dan berondolan yang ada merupakan
buah mentah atau belum memenuhi syarat fisiologis untuk panen.
Ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS
tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang
dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS.

Tabel I.7 Fraksi Tandan Buah Segar


Fraksi Jumlah Brondolan Tingkat Kematangan
00 Tidak ada, buah berwarna hitam Sangat mentah
0 1 12,5% buah luar membrondol Mentah

I-7
1 12,5 - 25% buah luar membrondol Kurang matang
2 25 - 50% buah luar membrondol Matang I
3 50 - 75% buah luar membrondol Matang II
4 75 - 100% buah luar membrondol Lewat matang I
5 Buah dalam juga membrondol, ada buah yang busuk Lewat matang II

Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan
yang dipanen berada pada fraksi 1,2, dan 3. Dan kandungan bahan kimia yang ada pada
minyak kelapa sawit adalah metil ester, asam lemak (fatty acid), dan gliserin (glycerine).

I.4 Marketing Aspek


Ketergantungan terhadap minyak kelapa sawit akan semakin tinggi dari tahun ke
tahun. Perkembangan selanjutnya adalah muncul pemikiran bahwa ekspor Crude Palm Oil
dan Palm Kernel Oil akan sangat menguntungkan produsen minyak sawit mentah di
Indonesia. Hal tersebut didukung dengan kapasitas produksi minyak sawit Indonesia yang
cukup besar. Selain itu, permintaan pasar dunia yang terus meningkat akan minyak sawit
serta ditunjang dengan banyaknya produk olahan yang merupakan turunan dari produksi
Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil. Kenaikan harga minyak sawit mentah merupakan
sebuah rangsangan utama bagi para pengusaha di Indonesia, adapun usaha peningkatan
produksi kelapa sawit hingga saat ini terus dilakukan, baik secara intensifikasi maupun
ekstensifikasi. Selain itu akan membuka lapangan kerja yang lebih luas dan akan
mendorong berkembangnya industri minyak mentah (Crude Palm Oil dan Palm Kernel
Oil) yang lebih adaptif dan inovatif. Selain itu perlunya penerapan strategi dalam
mengahadapi pasar.
Dalam beberapa tahun terakhir peranan minyak sawit mendominasi permintaan
global terhadap kebutuhan minyak nabati. Saat ini dan kedepan produksi dan suplai Crude
Palm Oil dan Palm Kernel Oil dunia bergantung pada apa yang akan terjadi di industri
kelapa sawit yang ada di Indonesia dan Malaysia, dimana kedua negara tersebut
merupakan produsen utama minyak sawit di dunia. Produksi Crude Palm Oil dan Palm
Kernel Oil di Indonesia tahun 2014 mencapai 28 juta ton atau naik 10% dibanding 2013
sebanyak 26 juta ton. Sedangkan harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/ CPO) dan
produk turunannya di pasar internasional mampu menembus US$ 1.100 per ton. Hal itu
berpotensi mendongkrak ekspor CPO hingga ke level US$ 24,2 miliar.

I-8
Strategi yang diterapkan erat kaitannya dengan kegiatan pemasaran. Dalam hal ini
pola dan strategi pemasaran selalu ditinjau ulang, sebaran penjualan produk diutamakan
pada daerah yang memberikan margin laba usaha optimal melalui program optimasi
distribusi sehingga daerah pemasaran dan pola angkutan disesuaikan. Untuk mendapatkan
kinerja penjualan yang maksimal, fokus wilayah penjualan adalah di pasar domestik.
Sesuai dengan keunggulan geografis, di mana pabrik direncanakan didirikan di daerah
Riau. Untuk mendapatkan harga dengan profit margin optimal maka manajemen harus
menerapkan sinergi distribusi dan penjualan. Pihak manajemen melalui bagian distribusi
juga mengelola pasokan ke setiap wilayah pasar baik domestik maupun ekspor agar
memberikan nilai tambah yang paling besar, dengan memperhatikan pasokan dari pabrik
sehingga menghasilkan efisiensi beban distribusi, peningkatan utilisasi kapasitas packing,
alokasi ekspor apabila kapasitas pabrik memungkinkan.

I.5 Perkembangan dan Prospek


Industri kelapa sawit merupakan industri strategis dikarenakan volume produksi
minyak sawit Indonesia yang mendominasi permintaan pasar dunia dan juga daur hidup
kelapa sawit serta manfaat keekonomiannya tergolong panjang mencapai 25 tahun. Seiring
perkembangan industri dan pemanfaatan teknologi maka pengembangan produk hilir
minyak kelapa sawit menjadi bagian dari industri yang terus berkembang. Dengan
menghasilkan nilai tambah, diversifikasi produk turunan minyak kelapa sawit terus
dikembangkan dan diprioritaskan sejak 10 tahun terakhir. Selain itu diversifikasi
pertambahan nilai produk Crude Palm Oil menjadi langkah strategis bagi keberlanjutan
industri dan keunggulan bersaing perusahaan minyak sawit. Di samping kesuksesan yang
dicapai industri minyak kelapa sawit Indonesia di dunia, dalam hal diversifikasi
pengembangan produk Indonesia masih mengalami ketertinggalan. Saat ini pertumbuhan
sektor industri hilir tidak sepesat pertumbuhan sektor hulu sebagaimana perkebunan kelapa
sawit dan pabrik pengolahan kelapa sawit penghasil Crude Palm Oil. Hasil produksi Crude
Palm Oil Indonesia sebagian besar di ekspor dan hanya 25% yang diolah produsen hilir
menjadi produk pangan ataupun non pangan di Indonesia. Kementerian Perindustrian
mendukung hilirisasi dengan berbagai kebijakan untuk menggeser trend ekspor Crude
Palm Oil menjadi produk oleofood dan oleochemical. (Sawit-center,2013)
Minyak goreng sawit merupakan produk hilir industri kelapa sawit yang menjadi
salah satu komoditas pokok konsumsi dari sembilan bahan kebutuhan pokok sehari-hari.
Kebutuhan minyak goreng sawit terus meningkat setiap tahun seiring pertumbuhan jumlah

I-9
penduduk, meningkatnya konsumsi dan perkembangan industri makanan. Dengan
mayoritas jumlah Crude Palm Oil Indonesia diekspor maka para produsen minyak goreng
sawit menghadapi tantangan untuk mencapai keunggulang kompetitif dan mengupayakan
keberlanjutan. Oleh karena itu keberadaan sumber daya para produsen minyak sawit sangat
berpengaruh untuk menghadapi persaingan industri.
Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak nabati dunia.
Prestasi yang membanggakan sebagai negara perintis budidaya kelapa sawit, Indonesia
saat ini menjadi negara nomor satu penghasil minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) di
dunia. Keberhasilan tersebut tercermin dari angka pertumbuhan luas areal, tingkat produksi
dan kontribusi industri sawit terhadap perekonomian nasional. Dalam beberapa tahun ke
depan pemerintah berencana untuk memperluas perkebunan kelapa sawit dengan target
produksi pada 2020 mencapai 52 juta ton per tahun. Indonesia diperkirakan akan
menambah pasokan konsumsi Crude Palm Oil sebesar 3,3 juta ton untuk produksi biofuel.
Usaha intensifikasi dilakukan dengan berbagai penelitian genetik bahan tanaman dan
kultur teknis, sedangkan usaha ekstensifikasi dilakukan dengan berbagai program
perluasan areal penanaman baru.

I.6 Penggunaan Produk


Tanaman kelapa sawit menghasilkan buah yang disebut tandan buah segar (TBS),
setelah diolah tandan buah segar akan menghasilkan minyak yang terdiri atas 2 macam
yaitu Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil. Minyak yang pertama adalah Crude Palm Oil
yang berasal dari daging buah (messocarp) yang dihasilkan melalui perebusan dan
pemerasan (press). Minyak yang kedua adalah Palm Kernel Oil yang berasal dari inti buah
sawit. Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil dapat dibuat menjadi berbagai produk,
sehingga pabrik Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil disebut sebagai refineri dan
ekstraksi yang menghasilkan beberapa jenis minyak siap pakai seperti minyak siap pakai.
Industri Kelapa Sawit terdiri dari 3 bagian utama. Industry Hulu, Industri tengah, dan
Industri Hilir. Kontribusi utama pertumbuhan industri hulu kelapa sawit di Indonsia adalah
sebagai pos penghasilan devisa negara (ekspor) dan penyerapan tenaga kerja. Industri
antara terdiri dari perusahaan pengolahan kelapa sawit (PKS) yang mengolah Tandan Buah
Segar (TBS) menjadi minyak sawit mentah. Proses pengolahan TBS menjadi Crude Palm
Oil (CPO) melalui beberapa tahapan pengolahan yaitu perebusan tandan buah segar,
perontokan dan pengepresan mesokarp sawit. CPO sebagai hasil pengolahan TBS
merupakan produk turunan pertama dengan nilai tambah sekitar 30% dari tandan buah

I-10
segar. Mayoritas kegunaan Crude Palm Oil (CPO) saat ini menjadi bahan baku industri
minyak goreng (79%), industri oleo kimia (14%) dan industri margarine (7%). Secara
keseluruhan proses produksi minyak sawit dapat menghasilkan 73% Olein, 21% Stearin,
5% Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dan 0.5% buangan. Untuk industry hilir minyak
sawit menjadi bahan baku utama untuk berbagai macam produk yang digunakan langsung
oleh masyarakat. Produk ini biasanya disebut dengan consumer goods. Hasil akhir minyak
kelapa sawit diolah menjadi produk konsumsi ataupun kimia dasar dengan nilai tambah
produk yang tinggi. Dari industri hilir minyak kelapa sawit dapat menghasilkan lebih dari
100 jenis produk turunan namun di Indonesia baru 23 jenis produk hilir yang sudah
diproduksi secara komersial. (Kemenperin, 2009). Produk jadi Finished Goods minyak
sawit untuk kategori 8 pangan antara lain: minyak goreng, minyak salad, shortening,
margarine, Cocoa Butter Substitute (CBS), vanaspati, vegetable ghee, food emulsifier, fat
powder, dan es krim. Sedangkan untuk kategori non pangan diantaranya: surfaktan,
biodiesel dan oleokimia sebagai sumber energi alternatif.
Sedangkan kegunaan PKO adalah sebagai berikut :
1. Bahan Baku Surfaktan dan Emulsifier
Palm Kernel Oil (PKO) sering digunakan oleh industi oleokimia sebagai bahan
baku untuk menghasilkan produk surfaktan dan emulsifier
2. Senjata dan Warfare
Palm Kernel Oil berperan dalam membuat senjata perang. Komponen asam
palmitat adalah salah satu dari dua bahan yang paling penting dari Senjata Antipersonil
dikenal sebagai Napalm.
3. Makanan dan Roti
PKO dikenal memberikan sifat-sifat fisik dan aroma yang menarik untuk roti
panggang, kue, dan biskuit.
4. Bahan Bakar dan Biodiesel
Masyarakat Afrika lokal menggunakan PKO untuk bahan bakar lampu untuk
penerangan di pedesaan yang tidak terhubung ke listrik. Juga bisa langsung
dikombinasikan dengan Petro-Diesel atau digunakan dalam pembuatan Biodiesel untuk
mesin diesel.
5. Kosmetik
PKO dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama untuk produksi berbagai jenis
sabun, deterjen, shampo, lotion, minyak rambut dan berbagai macam kosmetik lain.

I-11

Anda mungkin juga menyukai