PENDAHULUAN
Buah sawit adalah sumber bahan baku CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm
Kernel Oil). CPO dihasilkan dari daging buah sawit, sedangkan PKO dihasilkan dari inti
buahnya. Minyak sawit atau minyak kelapa sawit adalah minyak yang didapatkan dari
mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari spesies Elaeis guineensis, dan sedikit
dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa. Minyak sawit secara alami berwarna
merah karena kandungan -karoten yang tinggi. Crude Palm Oil berbeda dengan Palm
Kernel Oil yang dihasilkan dari inti buah yang sama. Minyak kelapa sawit juga berbeda
dengan minyak kelapa yang dihasilkan dari inti buah kelapa (Cocos nucifera). Minyak
sawit mengandung 41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81%, dan minyak kelapa 86%.
Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit (CPO) terbesar di dunia.
Sejauh ini, pemanfaatan kelapa sawit terbatas pada industri minyak goreng, ataupun
diekspor secara langsung dalam bentuk CPO. Minyak kelapa sawit bisa digunakan sebagai
bahan baku dalam pembuatan biodiesel. Dimana biodiesel itu sendiri merupakan bahan
bakar alternatif pengganti solar yang dapat diperbaharui. Pertambahan jumlah populasi di
I-1
dunia dan meningkatnya jenis kebutuhan manusia, mengakibatkan kebutuhan akan
energipun semakin meningkat sehingga persediaan energi khususnya energi yang tidak
dapat diperbaharui, Unrenewable Energy, semakin menipis, bahkan lama-kelamaan akan
habis.
Tabel I.2 Daftar Negara Penghasil CPO & PKO Terbesar Tahun 2015
No Negara Jumlah Produksi (ton)
1 Indonesia 31,1
2 Malaysia 19,2
3 Thailand 2,18
4 Kolombia 1,23
5 Nigeria 0,93
Minyak sawit merupakan minyak nabati pangan yang paling banyak diperdagangkan
secara internasional dibandingkan dengan minyak nabati lainnya seperti yang terlihat pada
Tabel I.4. Penggunaan CPO dalam industri makanan secara komersial di belahan negara
lain didorong oleh biaya produksinya yang rendah dan kestabilan oksidatifnya ketika
digunakan untuk menggoreng. Minyak sawit memiliki banyak keunggulan dibandingkan
dengan minyak nabati lainnya. Dari aspek ekonomi, harganya relatif murah, selain itu
komponen yang terkandung di dalam minyak sawit lebih banyak dan beragam seperti
kandungan asam palmitat yang tinggi yaitu sekitar 40%. Dari aspek kesehatan kandungan
kolestrolnya lebih rendah. Saat ini, banyak pabrik yang memproduksi minyak goreng yang
berasal dari kelapa sawit dengan kandungan kolestrol yang rendah. Minyak sawit menjadi
minyak pangan yang paling banyak diperdagangkan secara Internasional pada tahun 2009.
Naiknya tingkat kemakmuran di India dan Cina, kedua Negara importir terbesar di dunia
seperti pada tabel I.3, sehingga akan menambah permintaan akan minyak sawit dan minyak
sayur yang dapat dimakan lainnya untuk berbagai kegunaan.
I-2
India 5290.9 4980.0 5253.8 5634.1 4867.8
Pakistan 90.3 279.2 749.1 1080.3 1814.8
Bangladesh 771.2 804.9 743.5 655.4 1043.3
Sri Lanka 12.7 25.4 10.8 29.4 38.9
Mesir 488.7 790.7 494.1 735.5 1010.3
Belanda 1197.3 873.0 1358.3 1361.4 1218.9
Jerman 379.3 263.6 219.5 283.1 186.5
Lain-Lain 3700.6 4116.8 4809.4 7097.1 8999.4
Jumlah 16219.9 16436.2 18845.0 20578.0 22892.4
Oleh karena itu perlu dibuat pabrik palm oil dengan bahan baku dari dalam negeri,
sehingga Indonesia akan memperoleh nilai tambah dan akan menyerap tenaga kerja serta
mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak nabati yang cukup berpengaruh
terhadap anggaran devisa Negara.
I-3
sawit menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) dengan masa panen tiga sampai dua puluh
lima tahun yang menjadi bahan baku Pabrik Kelapa Sawit (PKS) untuk menghasilkan
minyak sawit mentah (CPO). Ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia tumbuh
sangat pesat, diawali sejak tahun 2000 maka di tahun 2014 cakupan lahan dewasa
perkebunan kelapa sawit mencapai 10.96 juta Ha seperti yang ditunjukkan pada tabel I.5.
selain itu pada gambar I.1 akan ditampilkan persebaran areal perkebunan kelapa sawit di
Indonesia
I-4
2013 4.356.087 727.767 5.381.166 10.465.020 9.32
2014 4.551.854 748.272 5.656.105 10.956.231 4.69
Rata rata laju pertumbuhan (%) 7.67
Di sektor agribisnis perkebunan kelapa sawit telah mendominasi 63.5% total produksi
perkebunan Nasional. Pertumbuhan angka produksi minyak kelapa sawit di tahun 2013
mampu mencapai 9,16% dengan pertumbuhan luas lahan mencapai 9,32%. Sejak tahun
2004 sampai dengan tahun 2014 luas areal tanaman kelapa sawit meningkat 2 kali lipat
dari 5.284.723 Ha menjadi 10.956.231 Ha, sedangkan produksi meningkat dari 6.386.409
ton menjadi 20.577.976 ton (2013). Selanjutnya pada Tabel 1.6 menunjukkan perubahan
dominasi luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia antara perkebunan swasta,
nasional dan perkebunan rakyat. Secara berkesinambungan perkebunan kelapa sawit
Indonesia akan terus mengalami pertumbuhan, hal tersebut sejalan dengan program
Pemerintah untuk mencapai visi perkebunan 2020. Peluang kebijakan tersebut
memungkinkan pembukaan lahan baru bagi perkebunan kelapa sawit dengan proyeksi
pertumbuhan rata-rata 2.20% setiap tahunnya, sebagaimana Tabel 1.6. menunjukkan
proyeksi pertumbuhan luas areal perkebunan sampai dengan 2025.
I-5
Luas Area (103 ha)
Tahun Perkebunan Perkebunan Perkebunan Nasional
Rakyat Besar Negara Besar Swasta
2006 2017 702 3254 5973
2007 2337 727 3449 6513
2008 2657 752 3644 7053
2009 2977 777 3839 7593
2010 3292 802 3929 8023
2015 3792 927 4289 9008
2020 3792 927 4289 9008
2025 3792 927 4289 9008
Pertumbuhan (% tahun) 3,4 1,5 1,5 2,2
Sumber: Kemen Dag (2010)
Berdasarkan data diatas maka akan direncanakan pembangunan pabrik minyak
kelapa sawit berada di provinsi Riau, dikarenakan perkebunan rakyat yang melimpah
dibandingkan dengan provinsi yang lain di Indonesia. Sebesar 6384 ribu ton kelapa sawit
diproduksi di provinsi Riau pada tahun 2013. Pembangunan pabrik direncanakan dibangun
di kabupaten Pelalawan (Gambar I.3), Riau seluas 144 ribu hektar perkebunan kelapa
sawit. Untuk lebih rincinya, pabrik akan didirikan di Kab. Pelalawan, dengan beberapa
pertimbangan seperti jarak lokasi dengan sumber bahan baku, lalu terdapat beberapa
sungai dan danau sebagai sumber air, besarnya ketersediaan tenaga kerja, dan sarana
transportasi yang memadai karena adanya pelabuhan besar.
I-6
I.3 Persiapan bahan baku
Tandan buah segar yang diperlukan oleh pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS)
dapat diperoleh dari perkebunan swasta, perkebunan negara atau kerjasama dengan petani
plasma. Pola kemitraan dengan petani plasma turut berdampak positif untuk kedua belah
pihak dimana perusahaan bukan hanya membeli TBS tetapi juga menjadi mitra untuk
membantu pengembangan budidaya kelapa sawit.
Kelapa sawit yang berasal dari benih unggul dengan didukung perawatan yang baik
serta penanganan produksi yang benar akan mampu memberikan potensi produksi yang
lebih baik (produksi CPO/ha optimal). Tanaman kelapa sawit dalam siklus hidupnya
mampu memberikan produksi lebih kurangnya 25 tahun. Kesalahan dalam penentuan dan
pemilihan material bibit akan berakibat kurang optimalnya keuntungan yang diperoleh.
Buah sawit merupakan buah yang paling produktif dalam produksi minyak sayur di
dunia, dengan hasil minyak per hektar yang lebih besar dari komoditas biji minyak utama
yang lain. Kematangan buah sangat menentukan hasil rendemen minyak yang dihasilkan.
Berbagai standart baku mutu buah tentunya akan menjadi tolak ukur dalam perancangan
pengolahan Pabrik Minyak Kelapa Sawit Skala kecil (mikro). Dengan melihat pola panen
yang sesuai akan mendongkrak tingkat mutu buah. Buah yang telah dipanen selayaknya
secepatnya di distribusikan ke pabrik pengolahan agar tidak teroksidasi oleh enzim dan
udara yang meningkatkan nilai keasaman (salah satu parameter produk). Sistem distribusi,
pola panen dan tidak tersedianya kapasitas pabrik pengolahan yang memadai
mengakibatkan terjadinya buah restant (waste fruit) dan buah gugur (berondolan).
Selain faktor asam lemak bebas yang tinggi, secara kualitas kadar minyak yang ada
pada buah restan dan berondolan tidak jauh berbeda dibanding buah segar yang diolah
untuk bahan pangan, hal ini berbeda jika buah restan dan berondolan yang ada merupakan
buah mentah atau belum memenuhi syarat fisiologis untuk panen.
Ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS
tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang
dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS.
I-7
1 12,5 - 25% buah luar membrondol Kurang matang
2 25 - 50% buah luar membrondol Matang I
3 50 - 75% buah luar membrondol Matang II
4 75 - 100% buah luar membrondol Lewat matang I
5 Buah dalam juga membrondol, ada buah yang busuk Lewat matang II
Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan
yang dipanen berada pada fraksi 1,2, dan 3. Dan kandungan bahan kimia yang ada pada
minyak kelapa sawit adalah metil ester, asam lemak (fatty acid), dan gliserin (glycerine).
I-8
Strategi yang diterapkan erat kaitannya dengan kegiatan pemasaran. Dalam hal ini
pola dan strategi pemasaran selalu ditinjau ulang, sebaran penjualan produk diutamakan
pada daerah yang memberikan margin laba usaha optimal melalui program optimasi
distribusi sehingga daerah pemasaran dan pola angkutan disesuaikan. Untuk mendapatkan
kinerja penjualan yang maksimal, fokus wilayah penjualan adalah di pasar domestik.
Sesuai dengan keunggulan geografis, di mana pabrik direncanakan didirikan di daerah
Riau. Untuk mendapatkan harga dengan profit margin optimal maka manajemen harus
menerapkan sinergi distribusi dan penjualan. Pihak manajemen melalui bagian distribusi
juga mengelola pasokan ke setiap wilayah pasar baik domestik maupun ekspor agar
memberikan nilai tambah yang paling besar, dengan memperhatikan pasokan dari pabrik
sehingga menghasilkan efisiensi beban distribusi, peningkatan utilisasi kapasitas packing,
alokasi ekspor apabila kapasitas pabrik memungkinkan.
I-9
penduduk, meningkatnya konsumsi dan perkembangan industri makanan. Dengan
mayoritas jumlah Crude Palm Oil Indonesia diekspor maka para produsen minyak goreng
sawit menghadapi tantangan untuk mencapai keunggulang kompetitif dan mengupayakan
keberlanjutan. Oleh karena itu keberadaan sumber daya para produsen minyak sawit sangat
berpengaruh untuk menghadapi persaingan industri.
Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak nabati dunia.
Prestasi yang membanggakan sebagai negara perintis budidaya kelapa sawit, Indonesia
saat ini menjadi negara nomor satu penghasil minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) di
dunia. Keberhasilan tersebut tercermin dari angka pertumbuhan luas areal, tingkat produksi
dan kontribusi industri sawit terhadap perekonomian nasional. Dalam beberapa tahun ke
depan pemerintah berencana untuk memperluas perkebunan kelapa sawit dengan target
produksi pada 2020 mencapai 52 juta ton per tahun. Indonesia diperkirakan akan
menambah pasokan konsumsi Crude Palm Oil sebesar 3,3 juta ton untuk produksi biofuel.
Usaha intensifikasi dilakukan dengan berbagai penelitian genetik bahan tanaman dan
kultur teknis, sedangkan usaha ekstensifikasi dilakukan dengan berbagai program
perluasan areal penanaman baru.
I-10
segar. Mayoritas kegunaan Crude Palm Oil (CPO) saat ini menjadi bahan baku industri
minyak goreng (79%), industri oleo kimia (14%) dan industri margarine (7%). Secara
keseluruhan proses produksi minyak sawit dapat menghasilkan 73% Olein, 21% Stearin,
5% Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dan 0.5% buangan. Untuk industry hilir minyak
sawit menjadi bahan baku utama untuk berbagai macam produk yang digunakan langsung
oleh masyarakat. Produk ini biasanya disebut dengan consumer goods. Hasil akhir minyak
kelapa sawit diolah menjadi produk konsumsi ataupun kimia dasar dengan nilai tambah
produk yang tinggi. Dari industri hilir minyak kelapa sawit dapat menghasilkan lebih dari
100 jenis produk turunan namun di Indonesia baru 23 jenis produk hilir yang sudah
diproduksi secara komersial. (Kemenperin, 2009). Produk jadi Finished Goods minyak
sawit untuk kategori 8 pangan antara lain: minyak goreng, minyak salad, shortening,
margarine, Cocoa Butter Substitute (CBS), vanaspati, vegetable ghee, food emulsifier, fat
powder, dan es krim. Sedangkan untuk kategori non pangan diantaranya: surfaktan,
biodiesel dan oleokimia sebagai sumber energi alternatif.
Sedangkan kegunaan PKO adalah sebagai berikut :
1. Bahan Baku Surfaktan dan Emulsifier
Palm Kernel Oil (PKO) sering digunakan oleh industi oleokimia sebagai bahan
baku untuk menghasilkan produk surfaktan dan emulsifier
2. Senjata dan Warfare
Palm Kernel Oil berperan dalam membuat senjata perang. Komponen asam
palmitat adalah salah satu dari dua bahan yang paling penting dari Senjata Antipersonil
dikenal sebagai Napalm.
3. Makanan dan Roti
PKO dikenal memberikan sifat-sifat fisik dan aroma yang menarik untuk roti
panggang, kue, dan biskuit.
4. Bahan Bakar dan Biodiesel
Masyarakat Afrika lokal menggunakan PKO untuk bahan bakar lampu untuk
penerangan di pedesaan yang tidak terhubung ke listrik. Juga bisa langsung
dikombinasikan dengan Petro-Diesel atau digunakan dalam pembuatan Biodiesel untuk
mesin diesel.
5. Kosmetik
PKO dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama untuk produksi berbagai jenis
sabun, deterjen, shampo, lotion, minyak rambut dan berbagai macam kosmetik lain.
I-11