Anda di halaman 1dari 24

TEKNIK PEMBUATAN HERBARIUM TANAMAN PAKU

KEBUN RAYA EKA KARYA BALI

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

OLEH:

DARMARA ARISANDI
201410320311016

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
TEKNIK PEMBUATAN HERBARIUM TANAMAN PAKU
KEBUN RAYA EKA KARYA BALI

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

OLEH:

DARMARA ARISANDI
201410320311016

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017

2
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pembuatan Herbarium Tanaman Paku

Nama : Darmara Arisandi

NIM : 201410320311016

LaporanPraktekKerjaLapanganolehDarmara
Arisanditelahdiseminarkanpadatanggal

PembimbingMateri PembimbingLapangan

Amir Syarifudin, Drs, MP Wenni Setyo Lestari


NIP. 195804101990031001

Mengetahui,
KetuaJurusanKehutanan

TataqMuttaqinS.Hut., M.Sc
NIP. 105.0907.0473

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Karena atas
berkat rahmat dan hidayah NYA lah kita diberi kesehatan dan kesempatan
untuk mengerjakan laporan praktek kerja lapangan ini. Saya juga tidak lupa
untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pembimbing
Universitas Muhammadiyah Malang, dan Pembimbing lapangan Kebun Raya
yang telah membagikan ilmunya kepada kami yang selalu membimbing dan
mengajari kami dalam melaksanakan praktek kerja lapang . Serta semua pihak
yang membantu kami dalam hal penyusunan laporan ini.
Adapun isi dari laporan in iadalah kumpulan dari setiap kegiatan
keseharian sewaktu praktek kerja lapangan di laksanakan. Laporan ini
merupakan syarat untuk kelulusan kegiatan praktek kerja lapangan.Laporan ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan. Sebagai manusia biasa kami merasa
memiliki banyak kesalahan, oleh karena itu kami mohon maaf sebesar
besarnya dalam penyelesaian laporan ini yang masihkurang.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini kami
ucapkan terimakasih. Semoga Laporan ini dapat dipergunakan seperlunya.

Malang, -- ------- 2017

Darmara Arisandi

2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 6
1.3 Manfaat ..................................................................................................................... 7
BAB II TINJUAN PUSTAKA ............................................................................... 8
2.1 BKT Kebun Raya Eka Karya Bali-Lipi ....................................................................... 8
2.2 Pengertian Herbarium............................................................................................. 10
2.3 Morfologi Tanaman Paku ........................................................................................ 11
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 13
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................................. 13
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................................ 13
3.3 Metode pengambilan data ..................................................................................... 13
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 15
4.1 Teknik Pembuatan Herbarium tanaman Paku ........................................................ 15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 21
5.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 21
5.2 Saran ....................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alat dan bahan pembuatan herbarium..................................................15

Gambar 2. Taman Cyathea.....................................................................................16

Gambar 3. Spora pada daun...................................................................................17

Gambar 4. Pengambilan bahan..............................................................................17

Gambar 5. Pemberian labelan................................................................................17

Gambar 6. Pengeplakan.........................................................................................18

Gambar 7. Pengepresan..........................................................................................18

Gambar 8. Pengovenan .........................................................................................19

Gambar 9. Penyeleksian spesimen.........................................................................19

Gambar 10. Penyulaman spesimen........................................................................20

4
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koleksi tumbuhan paku ditata dalam areal seluas 2ha yang di sebut
sebagai Taman Cyathea. Nama ininberasal dari nama Marga tumbuhan paku
yang mendominasi kawasan tersebut. Lebih dari 80 jenis tumbuhan paku
menjadi koleksi yang berasal dari Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Sumatera,
dan Papua. Paku pohon Cyathea contaminans dan Cyathea latebrosa yang
tumbuh alami serta paku kidang Dicksonia blumei yang berasal dari bukit
Pohen, Bali adalah beberapa jenis tumbuhan paku yang menarik di taman
ini. Ketiganya merupakan jenis tumbuhan paku di lindungi yang
perdagangannya sudah di atur dan di awasi oleh undang-undang
internasional. Selain sebagai tanaman hias karena kesan tropis dan kuno
yang di timbulkannya, tumbuhan paku juga di manfaatkan sebagai bahan
baku kerajinan, sayuran dan obat tradisional.
Tumbuhan paku termasuk tumbuhan tertua di dunia karena ditemukan
sebagai fosil dalam batu berusia 420 juta tahun. Fosil tumbuhan paku dari
zaman Karbon, sekitar 360-268 juta tahun lalu, merupakan penyusun
sebagian besar batu bara. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan darat yang
telah memilki akar, batang, dan daun sesungguhnya. Oleh karena itu,
tumbuhan paku termasuk kelompok Cormophyta berspora. Tumbuhanpaku
(Pteridophyta) digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun
tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta mempunyai system pembuluh
tetapi belum menghasilkan biji dan alat perkembangbiakan yang utama
adalah spora.
Kebun Raya bali memiliki herbarium yang di beri nama Herbarium
Hortus Botanicus Baliense (THBB). Herbarium ini menyimpan koleksi
kering dan basah, juga biji yang berasal dari tanaman koleksi kebun maupun
hasil eksplorasi. Koleksinya sebanyak lebih dari 10.000 spesimen dari lumut

5
sampai tumbuhan berbunga. Herbarium ini terbuka untuk umum dengan
pengawasan petugas.
Herbarium merupakan istilah yang pertama kali di gunakan oleh
turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang di keringkan sebagai koleksi.
Untuk koleksi objek perlu di perhatikan kelengkapan organ tubuhnya,
pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula
kelestarian objek tersebut. Perlu adanya pembatasan pengambilan pbjek.
Salah satunya dengan pembuatan pengawetan. Pengawetan dapat di lakukan
terhadap objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat dengan cara
basah maupun kering.
Herbarium di buat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang
hama, penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan
semak disertakan ujung batang, daun, bunga, dan buah apabila ada.
Herbarium kering di gunakan untuk spesimen yang mudah di keringkan,
misalnya daun, batang, bunga, dan akar, sedangkan herbarium basah di
gunakan untuk spesimen yang berair dan lembek. Dengan adanya judul
pembuatan herbarium paku ini membuat semakin semangat untuk belajar
lebih dalam hal pembuatan herbarium dan mampu menguasai tekhnik
pembuatan herbarium tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat di ambilrumusanmasalah sebagai
berikut :
1. Mengapa herbarium itu di lakukan ?
2. Bagaimana proses pembuatan HerbariumTanaman Paku ?
3. Apa manfaat dari pembuatan Herbarium ?

1.1 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat di ambil tujuan sebagai
berikut :
1. Agar bisa memahami lebih dalam tentang herbarium.

6
2. Agar bisa membuat herbarium sendiri tanpa ada kesulitan
3. Mengenal beberapa macam herbarium yang sering di gunakan.

1.3 Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas maka dapat di ambil manfaat sebagai berikut :
1. Kita jadi bisa mengerti tentang herbarium.
2. Kita bisa mahir membuat herbarium mulai dari yang basah maupun
kering.
3. Kita bisa membedakan mana herbarium basah dan mana herbarium
kering.

7
BAB II

TINJUAN PUSTAKA
2.1 BKT Kebun Raya Eka Karya Bali-Lipi
Sejarah BKT Kebun Raya Eka Karya Bali, pada awal tahun 1958 para
pejabat yang berwenang di Bali telah menawarkan kepada Lembaga Pusat
Penyelidikan Alam, Departemen Pertanian yang kini bernama Pusat
Penelitian dan Pengembangan Biologi di dalam lingkungan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia(LIPI), untuk mempertimbangkan pendirian sebuah
kebun Botani di Bali. Berdasarkan penawaran tersebut direktur Lembaga
Pusat Penyelidik Alam Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwirjo disertai Kepala Kebun
Raya Bogor, Kepala Penelitian Laut, Direktur Akademi Pertanian dan
beberapa mahasiswa Akademi Pertanian mengadakan peninjauan ke Bali.
Hasil penijauan dengan beberapa pertimbangan dari sudut lokasi, potensi
dan Tujuan adalah 1) Sebagai tempat pengumpulan jenis-jenis tumbuhan
Gymnospermae yang ada diseluruh dunia antara lain cemara pandak
(Podocarpus imbricatus); 2) Tempat pengumpulan jenis-jenis tumbuhan dari
seluruh Bali dan Nusa tenggara yang tumbuh di dataran tinggi yang beriklim
basah ; dan 3) Tempat rekreasi dan kepentingan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan (Hendarti, 1997)

Keinginan tersebut terwujud dengan disetujuinya pemakaian 50 ha


lahan hutan reboisasi yang terletak di bagian timur Bukit Tapak. Kebun
Raya ini diresmikan pada tanggal 15 juli 1959 dan oleh I Made Taman diberi
nama Kebun RayaEka Karya. Sejalan dengan perkembanganya pada
tanggal 30 April 1976 diresmikan perluasan Kebun Raya Eka Karya menjadi
129,20 Ha oleh Ketua LIPI. Setelah dilakukan pengukuran ulang pada tahun
1993 luasnya 154,50 Ha, berupa kawasan hutan reboisasi Bukit Tapak pada
ketinggian 1250 - 1450 m dpl, dengan status pengeloaan pinjam pakai dari
Departemen Kehutanan (Anonim, 1999). Kini kebun raya Eka Karya Bali
mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan inventarisasi,eksplorasi,koleksi,
pemeliharaan, re-introkduksi, pengembangan, pendataan, pendokumentasian,

8
pelayanan jasa ilmiah, pemasyarakatan ilmu pengetahuan di bidang
konservasi dan introduksi tumbuhan dataran tinggi kering yang mempunyai
nilai ekonomi untuk dikoleksi dalam bentuk kebun botani(SK Kepala LIPI
No.1019/M/2002). Untuk melaksanakan tugas tersebut di atas Unit
Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan Kebun RayaEka Karya Bali
-LIPI mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Melakukan inventarisasi berbagai jenis tumbuhan tropika yang
berhabitat di dataran tinggi kering.
2. Membantu melaksanakan eksplorasi jenis-jenis tumbuhan tropika
yang berhabitat di dataran tinggi kering.
3. Melakukan konservasi terhadap tumbuhan tropika yang berhabitat di
dataran tinggi kering yang mempunyai nilai ilmu pengetahuan dan
potensi ekonomi dalam rangka melestarikan sumberdaya nabati di bumi
Indonesia.
4. Melakukan penelitian tumbuhan terutama dalam bidang
biosistematik, propagasi, re-introkduksi, ekologi dan konservasi.
5. Melakukan jasa ilmiah di bidang arsitektur lansekap pertamanan,
ragam tanaman hias (florikultura) introduksi daya guna flora yang
berhabitat di dataran tinggi kering dan pelayanan jasa untuk
menumbuhkan apresiasi masyarakat terhadap alam lingkungan tropika.

6. Melakukan kerjasama dibidang kebun raya tingkat Nasional dan


Internasional.
7. Melakukan evaluasi hasil inventarisasi flora yang berhabitat di dataran
tinggi kering serta menyusun laporan.
8. Melakukan urusan tata usaha.
Mengacu tugas pokok dan fungsi serta visi dan misi Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI sebagai instansi vertikal, maka BKT Kebun
Raya Eka Karya Bali-Lipi menetapkan visi dan misinya sebagai berikut:

9
Visi
Menjadi kebun raya terbaik kelas dunia yang menjadi referensi nasional
maupun internasional dalam bidang konservasi ex-situ tumbuhan pegunungan
tropika dan pelayanan dalam aspek botani, pendidikan lingkungan, hortikultura,
lansekap dan pariwisata.

Misi
Melestarikan, mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan
khususnya yang berasal dari Kawasan Timur Indonesia, melalui kegiatan
konservasi, penelitian, pendidikan serta peningkatan apresiasi masyarakat
terhadap kebun raya, tumbuhan dan lingkungan dalam upaya pemanfaatan yang
berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.

2.2 Pengertian Herbarium


Herbarium berasal dari kata hortus dan botanicus, artinya kebun botani
yang di keringkan, biasanya disusun berdasarkan system klasifikasi. Istilah
herbarium juga di kenal sebagai pengawetan tumbuhan. Herbarium juga di sebut
sebagai tumbuhan yang telah di awetkan (disebut juga spesimen herbarium).
Herbarium juga berarti tempat dimana materian-materian tumbuhan yang telah
diawetkan atau di simpan (Onrizal, 2005)
Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama,
penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak
disertakan ujung batang, daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan berbentuk
herba disertakan seluruh habitus. Herbarium kering digunakan untuk spesimen
yang mudah dikeringkan, misalnyadaun, batang, bunga dan akar, sedangkan
herbarium basah digunakan untuk spesimen yang berair dan lembek, misalnya
buah.
Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk mentakrifkan
takson tumbuhan, ia mempunyai holotype untuk tumbuhan tersebut. Herbarium
juga dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk para ahli bunga atau ahli
taksonomi, untuk mendukung studi ilmiah lainnya seperti survey ekologi, studi
fitokimia, penghitungan kromosom, melakuk ananalisa perbandingan biologi dan

10
berperan dalam mengungkap kajian evolusi. Kebermanfaatan herbarium yang
sangat besar ini menuntut perawatan dan pengelolaan specimen harus dilakukan
dengan baik dan benar (Setyawan, 2005).
Herbarium juga terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
herbarium yaitu sebagai pelengkap bahan praktikum, dan cara pembutan yang
tidak terlalu sulit dan memudahkan praktikan meneliti tumbuhan tanpa harus
mengambil sampel yang baru. Kekurangan herbarium yaitu spesimen mudah
mengalami kerusakan akibat perawatan yang kurang memadai maupun karena
frekuensi pemakaian yang cukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan data
secara manual (Ramadhanil, 2003).

2.3 Morfologi Tanaman Paku


Tumbuhan paku adalah sekelompok tumbuhan yang memiliki sistem
pembuluh sejati Tracheophyta, meskipun tumbuhan ini tidak pernah
menghasilkan biji untuk berkembang biak. Tumbuhan paku disebut juga sebagai
paku-pakuan atau pakis-pakisan. Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini dikenal
sebagai fern. Karena reproduksinya seksualnya tidak menggunakan biji,
kelompok tumbuhan paku menggunakam spora untuk berkembang biak. Cara
perkembangbiakannya ini lebih menyerupai kelompok organisme lumut fungi.
Tumbuhan paku dapat ditemukan tumbuh hampir di seluruh dunia, kecuali
di daerah bersalju abadi dan lautan. Tumbuhan paku juga banyak hidup di
Indonesia, apalagi sebagian besar anggota paku pakuan tumbuh di daerah
tropika basah. Di seluruh dunia dikenal hingga 12.000 spesies tumbuhan paku dan
sekitar seperempatnya dapat di jumpai di kawasan Malaysia yang mencakup
Indonesia (Heyne.k, 2002)
Secara umum, tumbuhan paku dikenal dengan ciri khas daun mudanya yang
menggulung pada bagian ujungnya. Meskipun sebenarnya ciri ini hanya berlaku
padapaku Leptosporangiataedan anggota Marratiales. Ciri ciri morfologi
tumbuhan paku antara lain:
Memiliki akar, batang, dan daun.
Memiliki pembuluh angkut xilem dan floem.

11
Ukuran tumbuhan bervariasi, mulai berbagai milimeter hingga mencapai
setinggi 6 meter.
Penampilan luar tumbuhan paku beraneka ragam, mulai yang berupa
pohon (biasanya tidak bercabang), semak, epifit, tumbuhan merambat,
mengapung di air, hingga hidrofit.
Pada paku Leptosporangiatae dan Marratiales, daun mudanya memiliki
ciri khas menggulung pada bagian ujungnya dan bersisik.
Mengalami metagenesis (pergiliran keturunan), yaitu tahap sporofit
(menghasilkan spora) dan gametofit (menghasilkan sel kelamin).
Beberapa jenis tumbuhan paku (seperti anggotaSelaginellales dan
Salviniales) memiliki spora jantan yang berukuran lebih kecil (disebut
mikrospora) di bandingkan spora betina (megaspora atau makrospora).
Tidak menghasilkan bunga, melainkan spora. Spora terdapat dalam kotak
spora atau sporangium. Kotak kotak spora tersebut terkumpul dalam
sorus. Sorus sorus ini berkumpul di permukaan bawah dari helaian daun.
Pemanfaatan tumbuhan paku oleh manusia terbatas. Kebanyakan menjadi
tanaman hias, sebagian kecil dimakan, sebagai tanaman obat, atau bahan baku
untuk alat bantu kegiatan sehari hari. Tumbuhan paku termasuk salah satu
kelompok tumbuhan tertua. Tumbuhan dengan ciri khas tidak berbunga tapi
malah menghasilkan spora meskipun paku-pakuan telah memiliki akar, batang
dan daun (Tjitrosoepomo, G, 2001)

12
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan pada bulan Januari sampai
bulan Februari 2017. Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Balai Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali-LIPI.

3.2 Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini yaitu :
Berbagai jenis dan spesies tanaman Paku yang berada di Koleksi
kebun Paku.
Alat yang di gunakan untuk pembuatan Herbarium Tanaman paku yaitu :
Gunting pangkas
Kantong plastik
Buku kecil untuk catatan lapang
Label
Pensil hitam
Kertas koran
Cutter
Selotip

3.3 Metode pengambilan data


Praktek Keja Lapangan dilaksanakan dengan mengikuti secara langsung
kegiatan konservasi tanaman dilapang. Dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
diperlukan data-data untuk penyelesaian PraktekKerjaLapangan (PKL). Bentuk
pelaksanaan kegiatan ini yaitu dengan metode pengambilan data sebagai berikut:

1. Observasilapangan

Observasi kedaanumum di Pusat Penelitian Balai Konservasi


Tumbuhan Kebun Raya EkaKarya yang meliputi: lokasi, luas
area, strukturorganisasi, dankegiatanproduksi yang dilakukan.

13
2. Partisipasiaktif

Keikut sertaan dalam setiap kegiatan yang di laksanakan di Kebun


Raya EkaKarya terutama dalam hal pembuatan herbarium
tanaman paku.

3 Diskusidanwawancara

Diskusi dan wawancara merupakan bentuk pelaksanaan praktek


kerja langsung untuk memperoleh informasi penjelasan dan
pemahaman dari kegitan yang dilakukan serta memperoleh
keterangan dari pihak instansi mengenai hal-hal yang ingin
diketahui dan dibutuhkan yang berkaitan dengan tujuan praktek
baik secara langsung maupun tidak langung.

14
BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Teknik Pembuatan Herbarium tanaman Paku
Pembuatan herbarium di Kebun Raya Eka Karya Bali memiliki dua
Laboratorium yang berbeda, yang laboratorium Herbarium sendiri di gunakan
untuk pembuatan herbarium secara umum atau dengan kata lain semua tanaman
beserta anggota tumbuhnya di awetkan. Sedangkan laboratorium Sistematika
Tumbuhan dan Ekologi hanya membuat Herbarium yang khusus tanaman Paku
saja. Pembuatan herbarium ini dalkukan untuk keperluan forensik maupun sebagai
koleksi tanaman saja. Kebun Raya Eka Karya Bali mempunyai koleksi tanaman
paku sendiri yang di sebut Taman Cyahtea. Di Taman Cyathea tersebut terdapat
750 800 jenis paku. Paku yang ada di taman tersebut berasal dari berbagai
daerahmulai dari Indonesia bagian timur sampai bagian barat. Pembuatan
herbarium ini membutuhkan beberapa tahap agar bisa menjadi koleksi yang bagus
dan sempurna. Sebelum membahas tentang tahap pembuatan, sebaiknya kita
mengenal dulu alat dan bahan yang di gunakan untuk membuat herbarium
tersebut. Karena apabila alatnya tidak lengkap maka akan serasa ganjal saat
melakukan pembuatan herbarium. Berikut adalah tahap tahap yang di lakukan
untuk pembuatan herbarium :
1. Mengenal alat yang di gunakan untuk pembuatan herbarium

Gambar 1. Alat dan bahan


Inilah alat yang di gunakan untuk pembuatan herbarium, yaitu cutter, gunting,
pensil, kertas yang sudah di potong kecil kecil, gunting pangkas, penggaris,
kardus, kayu berbentuk persegi, tali, dan label. Alat alat itulah yang di gunakan
dalam pembuatan herbarium. Alat tersebut di bagi dua bagian, yaitu alat yang di

15
gunakan di lapang dan di gunakan di laboratorium. Yang di gunakan di lapang
yaitu gunting pangkas yang berguna untuk memotong spesimen dari pohonnya
untuk di bawa ke laboratorium, label di gunakan untuk memberi pelabelan pada
tanaman yang sudah di topong agar tidak tertukar oleh tanaman lainya, dan pensil
di gunakan untuk menulis keterangan yang ada pada label. Dan alat yang di
gunakan di laboratorium yaitu kardus dan kayu berbentuk persegi berguna untuk
mengepres tanaman agar bisa rapat dan tidak mengembang saat di oven, gunting
untuk memotong tanaman yang berlebihan besarnya, cutter di gunakan untuk
membuat lubang pada kertas herbarium yang di gunakan untuk menyulam
tanaman, kertas kecil panjang di gunakan untuk menyulam tanaman agar bisa
menempel di kertas herbarium.
2. Pengenalan dengan koleksi Tanaman Paku

Gambar 2. Taman Cyathea


Kebun Raya Eka Karya Bali mempulai koleksi tanaman paku sendiri.
Kebun paku ini di bangun pada tahun 1996. Pada tahun 2013 kebun ini di lakukan
penataan ulang tanaman menurut suku dan spesiesnya. Kebun ini mempunyai luas
6 ha. Koleksi tanaman paku di kebun ini mencapai 750 800 jenis tanaman
paku.
3. Melakukan pengambilan bahan di Kebun Koleksi tanaman paku (Taman
Cyathea).

16
Gambar 3. Spora pada daun Gambar 4. Pengguntingan Tanaman

Gambar 5. Pemberian Label


Pengambilan bahan ini di ambil di koleksi tanaman paku milik Kebun Raya
sendiri. Pada saat pengambilan bahan atau tanaman sebaiknya lebih
memperhatikan spora pada tanaman tersebut, karena pada tanaman paku yang
paling istimewa yaitu spora nya, spora tersebut berada di bawah daun tanaman
paku. Setelah melihat spora yang ada pada daun langkah selanjutnya yaitu
memotong tanaman, pada saat memotong tanaman sebaiknya memperhatikan
kondisi dan keadaan tanaman tersebut. Apabila tanaman berukuran kecil ambilah
dengan akarnya sekalian, dan apabila tanaman terlalu besar sebaiknya memotong
tanaman tepat pada batang bagian tengah maupun pangkal batang. Setelah
tanaman di potong alangkah baiknya di beri label agar tidak kebingungan saat
mengambil tanaman lain. Label tersebut berisi no tagging, nama tanaman 9suku),
dan tanggal pengambilan. Karena label tersebut akan di gunakan untuk pemberian
keterangan pada herbarium yang sudah jadi.

17
4. Pengeplakan tanaman dengan kertas koran

Gambar 6. Pengeplakan Tanaman


Pengeplakan ini di lakukan dengan tujuan agar tanamn yang ukuranya besar
bisa pas dengan kertas yang di buat herbarium. Kertas untuk herbarium berukuran
3045 cm. Oleh karena itu pengeplakan ini bertujuan agar tanaman bisa pas pada
saat di buat herbarium. Dan proses pengeplakan ini akan berlanjut pada proses
pengovenan. Sebelum di oven tanaman di pres terlebih dahulu agar ukurannya
menyesuaikan ukuran kertas herbarium nya. Dan apabila ukuran tanamannya
terlalu besar maka tanaman tersebut di potong menjadi dua agar pada saat
pengplakan tidak terjadi kerusakan pada tanaman tersebut.
5. Pengepresan Tanaman

Gambar 7. Pengepresan
Pengepresan ini di lakukan sebelum di masukkan ke dalam oven. Tujuan dari
pengepresan ini yaitu agar tanaman yang sudah di plak di koran bisa rapat dan
tidak mengembang. Penaliannya harus benar benar rapat agar tanaman bisa utuh
dan tidak terlipat terkena spesimen lainya.

18
6. Pengovenan spesimen.

Gambar 8. Pengovenan
Pengovenan ini bertujuan agar mengurangi kadar air yang ada pada tanaman
sehingga lebih mudah untuk di buat herbarium. Atau membuat warna tanaman
lebih awet saat di buat koleksi. Pengovenan ini di lakukan selama empat hari dan
dengan suhu 40C. Peletakan spesimen di dalam oven ini dengan cara vertikal,
karena apabila dengan horizontal maka panas yang di berikan oleh oven akan sulit
masuk ke bagian tengah dari spesimen tersebut. Dan tiap dua hari sekali di
lakukan pemutaran peletakan yaitu yang bawah di putar ke atas agar tanaman
yang bagian bawah bisa ter oven dengan rata.
7. Melakukan pengecekan atau penyeleksian spesimen dari yang sudah kering
dan yang masih basah.

Gambar 9. Penyeleksian spesimen

19
Penyeleksian ini di lakukan agar mengetahui mana tanaman yang sudah
kering dan yang masih basah. Apabila tanaman sudah kering maka siap untuk di
buat herbarium dan apabila tanaman masih basah maka perlu di lakukan
pengovenan ulang. Apabila ada tanaman yang belum kering berarti menandakan
bahwa tanaman tersebut memiliki daun maupun batang yang tebal sehingga lama
untuk pengeringan. Bisa jadi pada saat pengovenan spesimen tersebut berada pada
tengah tengah tumpukan sehingga kurang mendapat panas dari dalam oven.
8. Penyulaman atau penjahitan tanaman

Gambar 10. Penyulaman spesimen


Penyulaman ini di lakukan agar tanaman bisa menempel pada kertas
herbarium dengan baik dan agar tidak jatuh apabila di angkat angkat.
Teknik ini lebih modern dan lebih praktis di banding dengan teknik pada
waktu dulu yang saat menempelkan tanaman di kertas masih
menggunakan selotip di bagian batang maupun daun tanaman. Pada proses
ini di perlukan ketelitian karena apabila ada salah satu daun maupun
batang yang lupa belum di sulam maka akan mengalami kerusakan saat di
tumpuk dengan spesimen yang lainya. Oleh karena itu di usahakan agar
batang dan daun tanaman sudah di sulam dengan rapi dan benar.

20
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kebun Raya Eka Karya Bali mempunyai dua Laboratorium herbarium dan
Herbarium yang di hasilkan berbeda.
2. Alat dan bahan untuk pembuatan herbarium haruslah lengkap karena apabila
tidak lengkap maka pembuatan herbarium tidak bisa berjalan sempurna.
3. Taman Cyathea mempunyai 750 800 jenis tumbuhan paku yang berasal dari
Indonesia bagian barat timur.
4. Pada saat pengambilan bahan sebaiknya di perhatikan spora pada daunnya.
Karena spora lah yang menjadi keistimewaan paku.
5. Pelabelan berfungsi sebagai penanda agar tidak bingung pada saat pemberian
keterangan.
6. Pengeplakan ini perlu di lakukan agar tanaman tidak mengembang saat di
oven, dan agar tanaman bisa kering dengan sempurna.
7. Pengovenan sangat perlu di lakukan untuk pembuatan herbarium karena
mengurangi kadar air yang ada pada daun maupun batang tanaman.
8. Penyeleksian ini perlu dilakukan agar spesimen yang basah bisa tersingkirkan
untuk di oven kembali dan yang kering siap untuk di olah.
9. Penyulaman atau penjahitan ini perlu di lakukan agar tanaman bisa menempel
di kertas herbarium dan tidak akan jatuh saat di pegang maupun di angkat

5.2 Saran

21
DAFTAR PUSTAKA

22

Anda mungkin juga menyukai