PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Hirschsprung adalah suatu kelainan kongenital pada kolon yang ditandai dengan
tiadanya sel ganglion parasimpatis pada pleksus submukosus Meissneri dan pleksus mienterikus
Aurbachi. Sembilan puluh persen kelainan ini terdapat pada rektum dan sigmoid. Penyakit ini
diakibatkan oleh karena terhentinya migrasi kraniokaudal sel krista neuralis di daerah kolon
distal pada minggu kelima sampai minggu keduabelas kehamilan untuk membentuk system saraf
intestinal. Kelainan ini bersifat genetik yang berkaitan dengan perkembangan sel ganglion usus
dengan panjang yang bervariasi, mulai dari anus, sfingter ani interna kearah proksimal, tetapi
selalu termasuk anus dan setidaktidaknya sebagian rektum dengan gejala klinis berupa gangguan
Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Herald Hirschsprung tahun 1886, namun
patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas hingga tahun 1938, dimana
Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini
disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus akibat defisiensi ganglion. Risiko
tertinggi terjadinya penyakit Hirschsprung biasanya pada pasien yang mempunyai riwayat
keluarga penyakit Hirschsprung dan pada pasien penderita Down Syndrome. Rektosigmoid
paling sering terkena, sekitar 75% kasus, fleksura lienalis atau kolon transversum pada 17%
kasus. Anak kembar dan adanya riwayat keturunan meningkatkan risiko terjadinya penyakit
Hirschsprung. Penyakit Hirschsprung lebih sering terjadi secara diturunkan oleh ibu
berbagai komplikasi yang dapat terjadi dan sangat membahayakan jiwa pasien seperti terjadinya
1
konstipasi, enterokolitis, perforasi usus serta sepsis yang dapat menyebabkan kematian.
Diagnosis kelainan ini dapat ditegakkkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
rontgen dengan foto polos abdomen maupun barium enema, pemeriksaan histokimia,
terlihat pada neonatus cukup bulan dengan keterlambatan pengeluaran meconium pertama yang
lebih dari 24 jam. Kemudian diikuti tanda-tanda obstruksi, muntah, kembung, gangguan defekasi
seperti konstipasi, diare dan akhirnya disertai kebiasaan defekasi yang tidak teratur.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan perut yang kembung, gambaran usus pada dinding
abdomen dan bila kemudian dilakukan pemeriksaan colok dubur, feses akan keluar menyemprot
dan gejala tersebut akan segera hilang. Pada pemeriksaan enema barium didapatkan tanda-tanda
khas penyakit ini, yaitu : adanya gambaran zone spastik, zone transisi serta zone dilatasi.
Gambaran mukosa yang tidak teratur menunjukkan adanya enterokolitis. Adanya gambaran zone
transisi akan menunjukkan ketinggian kolon yang aganglionik dengan akurasi 90%. Penyakit
Hirschsprung terdapat kenaikan aktivitas asetilkolinesterase pada serabut saraf dalam lamina
propia dan muskularis mukosa. Pewarnaan untuk asetilkolineserase dengan tehnik Karnovsky
dan Roots akan dapat membantu menemukan sel ganglion di submukosa atau pada lapisan
elektromanometri dilakukan dengan memasukkan balon kecil ke dalam rektum dan kolon,
dengan kedalaman yang berbeda-beda akan didapatkan kontraksi pada segmen aganglionik yang
tidak berhubungan dengan kontraksi pada segmen yang ganglionik. Pemeriksaan patologi
anatomi dilakukan dengan memeriksa material yang didapatkan dari biopi rektum yang
dilakukan dengan cara biopsi hisap maupun biopsi manual. Diagnosis penyakit ini dapat
ditegakkan bila tidak ditemukan sel ganglion Meissner dan sel ganglion Auerbach serta
2
Bila hasil pemeriksaan klinis dan radiologis enema barium ditemukan tanda khas
penyakit Hirschsprung, maka tidak seorang pasienpun yang tidak menderita penyakit
Hirschsprung. Insiden penyakit Hirschsprung adalah satu dalam 5.000 kelahiran hidup, dan laki-
Pengobatan penyakit Hirschsprung terdiri atas pengobatan non bedah dan pengobatan
mungkin terjadi atau untuk memperbaiki keadaan umum penderita sampai pada saat operasi
definitif dapat dikerjakan. Pengobatan non bedah diarahkan pada stabilisasi cairan, elektrolit,
asam basa dan mencegah terjadinya overdistensi sehingga akan menghindari terjadinya perforasi
Tindakan bedah pada penyakit Hirschsprung terdiri atas tindakan bedah sementara dan
tindakan bedah definitif. Tindakan bedah sementara dimaksudkan untuk dekompresi abdomen
dengan cara membuat kolostomi pada kolon yang mempunyai ganglion normal bagian distal.
Tindakan ini dapat mencegah terjadinya enterokolitis yang diketahui sebagai penyebab utama
Beberapa metoda penatalaksanaan bedah definitif untuk kelainan Hirschsprung ini telah
diperkenalkan, mula-mula oleh Swenson dan Bill (1946) berupa prosedur rektosigmoidektomi,
Duhamel (1956) berupa prosedur retrorektal, Soave (1966) berupa prosedur endorektal
ekstramukosa serta Rehbein yang memperkenalkan tekhnik deep anterior resection. Sejumlah
komplikasi pasca operasi telah diamati oleh banyak peneliti, baik komplikasi dini berupa infeksi,
dehisiensi luka, abses pelvik dan kebocoran anastomose, maupun komplikasi lambat berupa
obstipasi, inkontinensia dan enterokolitis. Namun secara umum diperoleh gambaran hasil
penelitian bahwa ke-empat prosedur bedah definitif diatas memberikan komplikasi yang hampir
3
Costa et al. (2006) menyatakan bahwa enterokolitis merupakan komplikasi yang amat
berbahaya dan merupakan penyebab utama terjadinya mortalitas maupun morbiditas pada
penderita penyakit Hirschsprung yang telah dilakukan operasi definitif. Keadaan ini diakibatkan
oleh karena stasis usus yang memicu proliferasi bakteri didalam lumen usus diikuti invasi ke
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
adalah salah satu penyebab paling umum dari obstruksi usus neonatal (bayi berumur
0-28 hari). Penyakit Hirschsprung merupakan penyakit dari usus besar (kolon) berupa
gangguan perkembangan dari sistem saraf enterik. Pergerakan dalam usus besar
didorong oleh otot. Otot ini dikendalikan oleh sel-sel saraf khusus yang disebut sel
ganglion. Pada bayi yang lahir dengan penyakit Hirschsprung tidak ditemui adanya
sel ganglion yang berfungsi mengontrol kontraksi dan relaksasi dari otot polos dalam
usus distal. Tanpa adanya sel-sel ganglion (aganglionosis) otot-otot di bagian usus
besar tidak dapat melakukan gerak peristaltik (gerak mendorong keluar feses).
saraf sampai di midgut dan mencapai kolon distal dalam minggu kedua belas. Migrasi
dalam pleksus submukosa. Sel-sel krista neural dalam migrasinya dibimbing oleh
berbagai glikoprotein neural atau serabut-serabut saraf yang berkembang lebih awal
membentuk jalan bagi migrasi sel neural. Serabut saraf berkembang ke bawah menuju
Secara embriologik, kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolon kiri
berasal dari usus belakang. Lapisan otot longitudinal kolon membentuk tiga buah pita
yang disebut taenia yang berukuran lebih pendek dari kolon itu sendiri sehingga
kolon berlipat-lipat dan berbentuk seperti sakulus (kantong kecil) dan biasa disebut
sehingga kolon kanan dan sekum mempunyai mesentrium yang lengkap. Keadaan ini
memudahkan terjadinya putaran atau volvulus sebagian besar usus yang sama halnya
dapat terjadi dengan mesentrium yang panjang pada kolon sigmoid dengan radiksnya
yang sempit.
2.3 Anatomi dan Fisiologi Kolon
Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang
sekitar 1,5 m yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. Diameter usus besar
lebih besar daripada usus kecil yaitu sekitar 6,5 cm (2,5 inci), namun semakin dekat
dengan anus diameternya pun semakin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum,
kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat
pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus
besar. Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam sekum dan
mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar ke dalam usus halus.
Kolon terbagi atas kolon asenden, tranversum, desenden, dan sigmoid. Kolon
membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut disebut
dengan fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista
kiri sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Bagian utama usus yang terakhir
disebut sebagai rektum dan membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke
bagian luar tubuh). Satu inci terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan
dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis
Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses
akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan
elektrolit. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses
800 ml air per hari dengan berat akhir feses yang dikeluarkan adalah 200 gram
dan 80%-90% diantaranya adalah air. Sisanya terdiri dari residu makanan yang tidak
terabsorpsi, bakteri, sel epitel yang terlepas, dan mineral yang tidak terabsorpsi.
2.4 Epidemiologi
merupakan penyebab tersering obstruksi saluran cerna bagian bawah pada neonatus.
antara 2-18%). Sementara untuk distribusi ras setara untuk bayi berkulit putih dan
Pakistan menunjukkan proporsi penyakit Hirschsprung lebih tinggi pada anak laki-
banyak ditemukan pada umur < 2 tahun (58,83% ; 10 dari 17 orang) dibandingkan
menunjukkan proporsi jenis kelamin laki-laki adalah 42,85% (12 dari 28 kasus) dan
ditemukan pada pasien berumur 0-1 bulan yaitu sebesar 29,71% (52 dari 175 orang)
sedangkan untuk umur 1 bulan-1 tahun sebesar 22,85% (40 dari 175 orang). Kartono
Hasil penelitian Sari di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2005-2009 tercatat
ada 50 orang anak yang menderita penyakit Hirschsprung dan dijadikan sampel
penelitian. Dari 50 orang sampel tersebut, distribusi tertinggi pada kelompok usia 0-2
tahun yaitu sebanyak 40 orang (80%). Ada 36 orang (72%) berjenis kelamin laki-laki
dan 14 orang (28%) berjenis kelamin perempuan yang tercatat menderita penyakit
Hirschsprung.
2.4.2 Determinan Penyakit Hirschsprung
Bayi dengan umur 0-28 hari merupakan kelompok umur yang paling rentan
penyebab paling umum obstruksi usus neonatal (bayi berumur 0-28 hari).
Sekitar 12% dari kasus penyakit Hirschsprung terjadi sebagai bagian dari
sindrom yang disebabkan oleh kelainan kromosom. Kelainan kromosom yang paling
sindrom Down. Sindrom Down adalah kelainan kromosom di mana ada tambahan
salinan kromosom 21. Hal ini terkait dengan karakteristik fitur wajah, cacat jantung
2.4.2.2.1 Umur
Umur ibu yang semakin tua (> 35 tahun) dalam waktu hamil dapat
Sindrom Down lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
dekat (sedarah) seperti suku Batak Toba (pariban) dan Batak Karo (impal).
Perkawinan pariban dapat disebut sebagai perkawinan hubungan darah atau incest.
Perkawinan incest membawa akibat pada kesehatan fisik yang sangat berat dan
2.5 Etiologi
Sel neuroblas bermigrasi dari krista neuralis saluran gastrointestinal bagian atas
dan selanjutnya mengikuti serabut-serabut vagal yang telah ada ke kaudal. Penyakit
Hirschsprung terjadi bila migrasi sel neuroblas terhenti di suatu tempat dan tidak
endokrin 2A atau 2B pada penyakit Hirschsprung. Gen lain yang berhubungan dengan
2.6 Patofisiologi
dengan tidak adanya sel-sel ganglion parasimpatik otonom pada pleksus submukosa
(Meissner) dan myenterik (Auerbach) pada satu segmen kolon atau lebih.
distensi usus yang berdekatan dengan kerusakan (megakolon). Selain itu, kegagalan
sfingter anus internal untuk berelaksasi berkontribusi terhadap gejala klinis adanya
obstruksi, karena dapat mempersulit evakuasi zat padat (feses), cairan, dan gas.
fungsional. Di bagian proksimal dari daerah transisi terjadi penebalan dan pelebaran
pada usus halus dan kolon), yang merupakan penyebab kematian pada bayi/anak
Ada trias gejala klinis yang sering dijumpai yakni pengeluaran mekonium yang
terlambat (lebih dari 24 jam pertama) merupakan tanda klinis yang signifikan.
Swenson (1973) mencatat angka 94% dari pengamatan terhadap 501 kasus,
sedangkan Kartono mencatat angka 93,5% untuk waktu 24 jam dan 72,4% untuk
waktu 48 jam setelah lahir. Muntah hijau dan distensi abdomen biasanya dapat
oleh kelainan lain seperti atresia ileum. Muntah yang berwarna hijau disebabkan oleh
obstruksi usus, yang dapat pula terjadi pada kelainan lain dengan gangguan pasase
usus, seperti pada atresia ileum, enterokolitis netrotikans neonatal, atau peritonitis
penyakit Hirschsprung yang dapat menyerang pada usia berapa saja namun yang
paling tinggi saat usia dua-empat minggu, meskipun sudah dapat dijumpai pada usia
satu minggu. Gejalanya berupa diare, distensi abdomen, feses berbau busuk, dan
disertai demam.
2.8 Penatalaksanaan
untuk menangani distensi abdomen dengan pemasangan pipa anus atau pemasangan
Cairan infus dapat diberikan untuk menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan
Penanganan bedah pada umumnya terdiri atas dua tahap yaitu tahap pertama
dengan pembuatan kolostomi dan tahap kedua dengan melakukan operasi definitif.
dan kematian. Pada tahapan ini dilakukan kolostomi, sehingga akan menghilangkan
distensi abdomen dan akan memperbaiki kondisi pasien. Tahapan kedua adalah
Through, prosedur Rehbein dengan cara reseksi anterior, prosedur Laparoskopic Pull-
dehidrasi atau sepsis maka harus dilakukan stabilisasi dan resusitasi dengan
dilakukan secara agresif, pemberian antibiotik broad spektrum secara ketat kemudian
2.9 Komplikasi
Hirschsprung yang diakibatkan oleh karena iskemia mukosa dengan invasi bakteri
dicurigai sebagai penyebab terjadinya enterokolitis. Pada keadaan yang sangat berat
muntah hijau, diare hebat, distensi abdomen, dehidrasi dan syok. Terjadinya ulserasi
Infeksi pada penyakit Hirschsprung bersumber pada kondisi obstruksi usus letak
rendah. Distensi usus mengakibatkan hambatan sirkulasi darah pada dinding usus,
sehingga dinding usus mengalami iskemia dan anoksia. Jaringan iskemik mudah
terinfeksi oleh kuman, dan kuman menjadi lebih virulen. Terjadi invasi kuman dari
lumen usus, ke mukosa, sub mukosa, lapisan muscular, dan akhirnya ke rongga
peritoneal atau terjadi sepsis. Keadaan iskemia dinding usus dapat berlanjut yang
akhirnya menyebabkan nekrosis dan perforasi. Proses kerusakan dinding usus mulai
penyakit Hirschsprung ini, yang dapat menyerang pada usia kapan saja, namun paling
tinggi saat usia 2-4 minggu, meskipun sudah dapat dijumpai pada usia 1 minggu.
Gejalanya berupa diare, distensi abdomen, feces berbau busuk dan disertai demam.
Swenson mencatat hampir 1/3 kasus Hirschsprung datang dengan manifestasi klinis
enterokolitis, bahkan dapat pula terjadi meski telah dilakukan kolostomi. Kejadian
16,9%, Boley-Soave sebesar 14,8%, Duhamel sebesar 15,4% dan sebesar Lester
Martin 20%. Gambaran klinis distensi abdomen ada sebanyak 29 orang, diare
sebanyak 38 orang, darah pada feses sebanyak 2 orang , muntah sebanyak 31 orang,
2.10 Prognosis
pada diagnosis awal dan pendekatan operasi. Secara umum prognosisnya baik, 90%
mengalami penyembuhan dan hanya sekitar 10% pasien yang masih mempunyai
Angka kematian akibat komplikasi dari tindakan pembedahan pada bayi sekitar 20%.
2.11 Pencegahan
a. Health Promotion
genetik yang tidak terlepas dari pola konsumsi serta asupan gizi dari ibu hamil
sehingga ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan disarankan berhati-
hati terhadap obat-obatan, makanan awetan dan alcohol yang dapat memberikan
pengaruh terhadap kelainan tersebut. Pada tahap health promotion ini, sebagai
pola konsumsi sejak dini terutama sejak masa awal kehamilan. Menghindari
konsumsi gizi seimbang serta olah raga dan istirahat yang cukup.
b. Spesific Protection
Pada tahap ini pencegahan dilakukan walaupun belum dapat diketahui adanya
misalnya melakukan akses pelayanan Antenatal Care (ANC) terutama pada skrining
ibu hamil beresiko tinggi, imunisasi ibu hamil, pemberian tablet tambah darah dan
enterokolitis, perforasi usus, dan sepsis. Pada tahun 1946 Ehrenpreis menekankan
ditegakkan.
2.11.2.1 Anamnesis
Adapun tanda-tanda yang dapat dilihat pada saat melakukan anamnesis adalah
> 24 jam, muntah berwarna hijau, adanya obstipasi masa neonatus. Jika terjadi pada
anak yang lebih besar obstipasi semakin sering, perut kembung, dan pertumbuhan
terhambat. Selain itu perlu diketahui adanya riwayat keluarga sebelumnya yang
Bila dilakukan colok dubur maka sewaktu jari ditarik keluar maka feses akan
menyemprot keluar dalam jumlah yang banyak dan tampak perut anak sudah kembali
normal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui bau dari feses, kotoran yang
menumpuk dan menyumbat pada usus bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
2.11.2.3 Pemeriksaan Radiologi
Hirschsprung secara dini pada neonatus. Pada foto polos abdomen dapat dijumpai
gambaran obstruksi usus letak rendah, meski pada bayi masih sulit untuk
Hirschsprung adalah enema barium, dimana akan dijumpai tiga tanda khas yaitu
daerah dilatasi, serta terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah transisi.
Apabila dari foto barium enema tidak terlihat tanda-tanda khas penyakit
Hirschsprung, maka dapat dilanjutkan dengan foto retensi barium, yakni foto setelah
24-48 jam barium dibiarkan membaur dengan feses. Gambaran khasnya adalah
terlihatnya barium yang membaur dengan feses ke arah proksimal kolon. Sedangkan
pada penderita yang tidak mengalami Hirschsprung namun disertai dengan obstipasi
prosedur biopsi yang didasarkan atas tidak adanya sel ganglion pada pleksus
Biasanya biopsi hisap dilakukan pada tiga tempat yaitu dua, tiga, dan lima
sentimeter proksimal dari anal verge. Apabila hasil biopsi hisap meragukan, maka
dilakukan biopsi eksisi otot rektum untuk menilai pleksus Auerbach. Dalam
laporannya, Polley (1986) melakukan 309 kasus biopsi hisap rektum tanpa ada hasil
pemeriksaan klinis, radiologis, dan histologis meragukan. Pada dasarnya, alat ini
memiliki dua komponen dasar yaitu transuder yang sensitif terhadap tekanan seperti
balon mikro dan kateter mikro, serta sistem pencatat seperti poligraph atau komputer.
adalah hiperaktivitas pada segmen dilatasi, tidak adanya kontraksi peristaltik yang
terkoordinasi pada segmen usus aganglionik, sampling reflex tidak berkembang yang
artinya tidak dijumpainya relaksasi sfingter interna setelah distensi rektum akibat
Gambar 2.6 (a) Hasil pemeriksaan manometri anorektal pada pasien tanpa penyakit
Hirschsprung
BAB III
KESIMPULAN
adalah salah satu penyebab paling umum dari obstruksi usus neonatal (bayi berumur
0-28 hari). Manifestasi penyakit Hirschsprung terlihat pada neonatus cukup bulan
konstipasi, diare dan akhirnya disertai kebiasaan defekasi yang tidak teratur.
Sampai pada saat ini, penyembuhan penyakit Hirschsprung hanya dapat dilakukan
dengan pembedahan.
.
DAFTAR PUSTAKA