STATUS PASIEN
I. Identitas
1. Nama : Tn S./laki- laki/50 tahun
2. Pendidikan : SMP
3. Pekerjaan : Tukang Becak
4. Alamat : Ketapang
5. Tanggal periksa : 07 November 2017
1
IV. Anamnesa :
a. Keluhan utama :
Batuk berdahak sejak 5 hari yang lalu
b. Keluhan tambahan :
Sesak Nafas
c. Riwayat perjalanan penyakit
Pasien datang dengan keluhan 5 hari yang lalu batuk
berdahak berwarna putih kekuningan, banyak dan kental. Darah(-)
os mengatakan bahwa keluhan yang sama sudah di alaminya sejak
6 bulan yang lalu, batuk dahak berwarna putih kekuningan,
banyak dan kental. Munculnya batuk tidak dipengaruhi oleh alergi.
Awalnya badan pasien terasa dingin kemudian perut panas lalu
muncul sesak nafas kemudian akhirnya batuk. Keadaan kemudian
membaik sendiri setelah 20 menit. Pasien juga mengalami nyeri
dada pada saat batuk. Setelah keadaan membaik, sekitar 2 jam
kemudian pasien akan merasakan batuk lagi yang kemudian akan
membaik lagi dengan sendirinya, begitu seterusnya. Tidak ada
mual, muntah, dan tidak ada keluhan pada BAB dan BAK. Dahulu
pasien adalah perokok aktif dan sekarang sudah berhenti merokok
2 tahun yang lalu.
2
VI. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/80 mmhg
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36 C
Pemeriksaan Organ
Kepala
Bentuk : Simetris, normocephal
Thoraks
Abdomen
3
VII. Pemeriksaan anjuran
Pemeriksaan Sputum
Darah Lengkap
Rontgen
VIII. Diagnosa
Bronkitis Kronis
X. Manajemen
- Promotif :
Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakitnya serta
komplikasi yang dapat terjadi
Memberikan pengetahuan tentang pengobatan yang diberikan serta
pentingnya keteraturan dalam berobat
Memberi edukasi kepada keluarga pasien tentang penyakit pasien
serta menciptakan lingkungan bebas polusi di rumah
Menghirup uap air panas 2-3x selama 15 30 menit/hari
Menghindari zat zat yang mengiritasi bronkus seperti berhenti
merokok, menghindari asap rokok orang lain (perokok pasif) serta
memakai masker bila terpapar zat yang bisa mengiritasi bronkus
Latihan fisik, psikososial, latihan pernapasan
- Preventif
4
Mengurangi paparan terhadap asap baik asap bakaran ataupun asap
rokok
Mengurangi aktivitas berlebihan untuk meminimalkan terjadinya
sesak
Menciptakan lingkungan yang bebas dari polusi
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan
yang bergizi tinggi
- Kuratif
Non Farmakologi
1. Istirahat di rumah
2. Menggunakan masker
3. Makan makanan yang bergizi untuk menjaga imunitas tubuh,
bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan
4. Berolahraga ringan dan teratur untuk memperbaiki pernapasan
dan memperbanyak oksigen masuk ke paru-paru
F armakologi
Dexametasonm77 tablet 0,5 mg 3 x sehari
Amoxicilin tablet 500 mg 3 x sehari
OBH sirup 3 x 1 sendok makan
Tradisional
Rebus 30 gram seledri, 10 gram kulit jeruk mandarin kering
dengan 3 gelas air,tambahkan 25 gram gula aren. Angkat rebusan
jika air tersisa setengahnya,saring dan tiriskan. Ramuan siap di
gunakan. Minum ramuan pagi dan sore, masing-masing 1
setengah gelas. Ulangi selama beberapa hari
Cuci 7 lembar daun sirih dan rajang. Rebus dengan 2 Gelas air
serta tambahkan 1 potong gula batu. Saring air setelah mendidih
dan air tersisa 1 gelas. Air rebusan siap di gunakan. Minum
5
ramuan tersebut 3 kali sehari, masing masing 3 sendok makan
setiap malam. Lakukan secara rutin selama beberapa hari.
- Rehabilitatif
Menjalankan pengobatan dengan teratur
Sebisa mungkin untuk tidak melakukan kontak kontak dengan
asap, baik asap rokok ataupun asap pembakaran
Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan
bergizi tinggi
Jika keluhan tidak membaik dan dirasa semakin sesak segera
berobat ke RS/Puskesmas terdekat
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bronkhitis kronis adalah suatu bentuk penyakit obstruksi paru kronik, pada
keadaan ini terjadi iritasi bronkhial dengan sekresi yang bertambah dan batuk
produktif selama sedikitnya tiga bulan atau bahkan dua tahun berturut-turut,
biasanya keadaan ini disertai emfisema paru.1
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi4
1. Asap rokok.
2. Polusi udara.
3. Pekerjaan : lebih umum pada perempuan terkena debu atau gas beracun.
4. Infeksi: serangan berulang bronkitis akut.
5. Perokok pasif dan perokok aktif.
7
2.4 Gejala dan Keluhan
2.5 Patofisiologi
8
atau berulang tanpa adanya penyakit supuratif seperti bronkiektasis mengarah pada
bronkitis kronik mukopurulen.
Bronkitis kronik harus dapat dibedakan dengan asma. Perbedaannya
didasarkan pada riwayat penyakit sebelumnya: pasien yang menderita bronkitis
kronik mengalami batuk produktif yang lama dan mengi atau wheezing yang
muncul setelahnya,sedangkan pasien dengan asma mengalami mengi yang lama
dan diikuti oleh batuk produktif. Bronkitis kronik bisa akibat dari serangkaian
serangan akut dari bronkitis akut.6
2.6 Klasifikasi6,7
9
3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas ( chronic bronchitis
with obstruction ), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan
sesak napas berat dan suara mengi.
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Adanya batuk berdahak ataupun tidak, biasanya di sertai sesak nafas yang
memberat saat melakukan aktifitas.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan keadaan normal dan kadang-
kadang terdengar suara wheezing di beberapa tempat. Rhonki dapat
terdengar jika produksi sputum meningkat
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto thorax
Foto thorax biasanya menunjukkan gambaran normal atau
tampak corakan bronkial meningkat dan terdapat gambaran air
bonkogram. Diagnosis ditegakkan dengan foto thorax dengan
gambaran fotonya tidak dijumpai infiltrat.
10
b. Uji faal paru
Pada beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan uji
fungsi paru.
c. Laboratorium
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Bronkitis kronik dilakukan secara berkesinambungan
untuk mencegah timbulnya penyulit, meliputi:8
Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk
mengenali gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis
kronis.
Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.
Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan
mencegah kekambuhan, diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan
kemampuan, istirahat dalam jumlah yang cukup, makan makanan bergizi.
Oksigenasi (terapi oksigen)
Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan.
11
Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami
eksaserbasi oleh infeksi kuman (H. influenzae, S. pneumoniae, M.
catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika (pilihan pertama, kedua dan
seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
12
BAB III
ANALISA KASUS
13
Keadaan keluarga dan hubungan pasien dengan keluarga tergolong baik.
ayah pasien merupakan perokok sehingga sering merokok di rumah. Hubungan
antar keluarga pun harmonis. Istri dan anak pasien selalu mendukung pasien untuk
rutin melakukan pengobatan.
Penyakit bronkitis dipengaruhi oleh keadaan keluarga maupun hubungan
antar keluarga karena faktor resiko terjadinya bronkitis kronik adalah paparan
debu, asap, kebiasaan merokok. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.
14
Komponenkomponen tersebut juga menstimulasi inflamasi kronis. Secara
patologis rokok berhubungan dengan hiperplasi kelenjar mucus bronkus dan
metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan
bronkokonstriksi kronis.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, SR. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.
hal. 88-90.
2. Hartanto H, Natalia S, Pita W, Dewi AM. Anatomi dan fisiologi sistem
pernapasan. Dalam Wilson LM, editor. Patofisiologi konsep klinis proses-
proses penyakit. Edisi ke-enam. Terjemahan Price SA, Lorraine MW.
Pathophysiology: Clinical concepts of disease processes. Jakarta: EGC; 2005.
hal. 736-69.
3. Novrianti A, Frans D, Titiek R, Luqman YR, Husny M, Aryandhito WN, et al,
editor. Fisiologi kedokteran. Edisi ke-dua puluh dua. Terjemahan Ganong WF.
Medical physiology. Jakarta: EGC; 2008. hal. 669-78.
4. Rachman LY, Huriawati H, Andita N, Nanda W, editor. Buku ajar fisiologi
kedokteran. Edisi ke-sebelas. Terjemahan Guyton AC, Hall JE. Textbook of
medical physiology. Jakarta: EGC; 2007. hal. 495-559.
5. Santoso BI, editor. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi ke-dua.
Terjemahan Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. Jakarta:
EGC; 2001. hal. 410-35.
6. PDT Ilmu Penyakit Paru FK Unair, RSU Dr. Soetomo, edisi 3, 2005.
7. Bronchitis, Jazeela Fayyaz, DO, eMedicine Specialties Pulmonology, 2009
8. Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam, Lawrence M, Tierney, Jr, MD et
all, 2002.
16
17