04/20/13 01 1 dari 3
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit Ditetapkan,
B. Etiologi :
1. Inersia uteri hipotonik :
Penggunaan analgesia terlalu cepat, kesempitan panggul, letak
defleksi, kelainan posisi, regangan dinding rahim (hidramnion,
gemelli), perasaan takut dari ibu.
PT. Dokumen ini milik perusahaan, dilarang memperbanyak sebagian atau keseluruhan isi dokumen
KARTIKA MEDIKA ini tanpa seijin tertulis dari perusahaan.
PENANGANAN KELAINAN HIS
04/20/13 01 2 dari 3
096A18/SK/DIR/RSKH-SETU/IX/2017
Kebijakan
Tentang Kebijakan VK (Kamar Bersalin)
A. Manajemen :
1. Infus harus diberikan bila terjadi pemanjangan fase laten lebih
dari 20 jam untuk nulipara dan lebih dari 14 jam untuk multipara
dengan tujuan mencegah timbulnya gejala-gejala di atas.
2. Inersia uteri hipotonik :
a. Kalau ketuban positif, lakukan amniotomi dan pemberian
induksi persalinan.
b. Kalau ketuban sudah pecah, lakukan pemberian tetes
induksi persalinan.
Prosedur
3. Inersia uteri hipertonik :
a. Lakukan resusitasi intrauterin.
b. Diberikan obat tokolitik.
c. Pemberian obat golongan Anti-Prostagalandin seperti
Ketoprofen supositoria.
d. Tetes Oksitosin diberikan setelah gejala hipertonus
menghilang dengan dosis yang disesuaikan/ lebih rendah.
PT. Dokumen ini milik perusahaan, dilarang memperbanyak sebagian atau keseluruhan isi dokumen
KARTIKA MEDIKA ini tanpa seijin tertulis dari perusahaan.
PENANGANAN KELAINAN HIS
04/20/13 01 3 dari 3
C. Komplikasi :
1. Kemungkinan infeksi bertambah, yang juga menyebabkan
kematian anak meninggi.
2. Kelelahan ibu dan dehidrasi : tanda-tandanya nadi naik, suhu
meninggi, asetonuria, nafas cepat, meteorismus dan turgor kulit
berkurang.
Unit Terkait VK
PT. Dokumen ini milik perusahaan, dilarang memperbanyak sebagian atau keseluruhan isi dokumen
KARTIKA MEDIKA ini tanpa seijin tertulis dari perusahaan.