Kelompok :4
Pembahasan :
PENDAHULUAN
Cahaya merupakan bagian penting yang harus tersedia karena cahaya digunakan
mikroalga untuk melakukan proses fotosintesis. Cahaya sebagai sumber energi dapat
diperoleh langsung dari sinar matahari ataupun menggunakan sinar lampu. Cahaya
sendiri dimanfaatkan dalam bentuk energi cahaya menjadi energi ATP untuk
pertumbuhan dan pembentukan senyawa karbon (fiksasi CO2). Jenis lampu yang bisa
digunakan adalah white florescent light dengan intensitas sebesar 150 mol.m-2.s-1
(Yaming Ge et al., 2011).
Intensitas cahaya sering disebutkan dalam satuan microEinsteins/m2.s atau setara
dengan satu mol photons. Beberapa satuan lain seperti micromol/ m2.s, Lux dan W/m2
juga digunakan. Jeon et al (2005) melaporkan bahwa aktivitas fotosintesis naik seiring
kenaikan intensitas cahaya. Hal ini menjadi penting apabila mikroalga dibiakkan dalam
kedalaman tertentu, semakin dalam medium mikroalga, intensitas cahaya yang
dibutuhkan juga semakin tinggi. Choochote et al, (2010) melaporkan bahwa Chlorella
sp dapat tumbuh dalam keadaan maksimum pada kondisi intensitas cahaya 5000 lux.
Sebagian besar mikroalga tidak dapat tumbuh dengan baik dalam keadaan pencahayaan
yang konstan, karena membutuhkan waktu instirahat untuk menyimpan makanan.
Terkadang dilakukan manipulasi durasi pencahayaan light-dark (L/D) antara lain 16:8,
14:10 atau 12:12 waktu pencahayaan (Hadiyanto,2012).
Apabila intensitas cahaya terlalu tinggi, maka dapat menyebabkan fotoinhibisi
dan pemanasan. Intensitas cahaya 1000 lux cocok untuk kultur mikroalga dalam
erlenmeyer, sedangkan intensitas 5000 10000 lux cocok untuk kultur mikroalga
dengan volume besar (Coutteau, 1996).
Prinsip Penyerapan Cahaya
Cahaya mencakup bagian dari energi matahari dengan panjang gelombang
antara 390 nm sampai 760 nm dan tergolong cahaya tampak. Kisaran ini merupakan
porsi kecil dari kisaran spektrum elektromagnetik. Sifat cahaya sebagai partikel
biasanya diekspresikan dengan pernyataan bahwa cahaya menerpa sebagai foton atau
kuanta, yang merupakan suatu paket diskrit dari energi, dimana masing-masing
dikaitkan dengan panjang gelombang tertentu. Energi dalam tiap foton berbanding
terbalik dengan panjang gelombang. Cahaya biru dan ungu dengan gelombang yang
lebih pendek memiliki lebih banyak foton energetic disbanding cahaya merah atau
jingga dengan gelombang yang lebih panjang.
Prinsip dasar penyerapan cahaya adalah bahwa setiap molekul hanya dapat
menyerap satu foton pada waktu tertentu dan foton ini menyebabkan terjadinya eksitasi
pada satu electron dalam suatu molekul. Molekul-molekul pigmen yang telah
menangkap foton akan berada pada kondisi tereksitasi. Energi eksitasi inilah yang
dimanfaatkan untuk fotosintesis.
Untuk terjadinya fotosintesis, energi dalam bentuk elektron yang tereksitasi pada
berbagai pigmen harus disalurkan ke pigmen pengumpul energi yang disebut sebagai
pusat reaksi. Fotosintesis merupakan proses pembuatan makanan yang terjadi pada
tumbuhan hijau dengan bantuan sinar matahari dan enzim-enzim.
Fotosintesis adalah fungsi utama dari daun tumbuhan. Proses fotoseintesis ialah
proses dimana tumbuhan menyerap karbondioksida dan air untuk menghasilkan gula
dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Tumbuhan atau mikroalga menyerap
cahaya karena mempunyai pigmen yang disebut klorofil. Klorofil terdapat dalam
kloroplast. Klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis.
Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang
tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang
gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak
terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500
nm) dan violet (< 400 nm). Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap
fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam
fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang
memiliki panjang gelombang tertentu. Kloroplas sendiri mengandung beberapa pigmen.
Sebagai contoh, pada Nannochloropsis sp. yang memiliki banyak klorofil a, yang
berperan langsung dalam reaksi terang, akan lebih banyak menyerap cahaya biru-violet
dan merah dan karena sedikit mengandung klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye
dan memantulkan cahaya kuning-hijau lebih sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Reinhart, Debra R. Townsend, Timothy G.. 1997. Landfill Bioreactor Design & Operation.
CRC Press
Benz, Gregory T.. 2011. Bioreactor Design for Chemical Engineers. Ohio: American Institute
on Chemical Engineers (AIChE)
Rusparyati, Endang. 2012. Pengaruh Penambahan Cahaya Kontinu terhadap Produktivitas
Tanaman Karet Rakyat (Hevea Brasiliensis Muell Arg.) di Tanjung Jabung Barat,
Jambi. [ONLINE] Diakses melalui
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58838/8/Cover.pdf pada 20
November 2017
Arifin, Agus Choirul. 2013. Fiksasi CO2 oleh Chlorella vulgaris sebagai Medium Pengkonversi
dalam Bubble Column Reactors. [ONLINE] Diakses melalui
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=60990&val=4187 pada 20
November 2017
Yunita, Dita. 2013. Optimasi pencahayaan dengan metode alterasi sebagai upaya untuk
meningkatkan produksi biomassa mikroalga Spirulina Platensis. [ONLINE] Diakses
melalui http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=20247486&lokasi=lokal pada 20
November 2017
Claudia, Ingrid. 2012. Efek Pencahayaan terhadap Produksi Biomassa Nannochloropsis sp.
pada Reaktor Pelat Datar. [ONLINE] Diakses melalui
http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=20247486&lokasi=lokal pada 20 November
2017
Cecilia. 2017. Pengaruh Siklus Pencahayaan terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Lipid
Mikroalga Botryococcus Braunii Termutasi UV-B dan Alami. [ONLINE] Diakses
melalui http://repository.its.ac.id pada 20 November 2017
Oilgae. (2015). Research and Innovations on Enhancing Lighting System of a Photobioreactor.
[ONLINE] Tersedia di: http://www.oilgae.com/ref/ downloads/ photobioreactor-
lighting.pdf Diakses pada 1 November 2016